BAB 1 Cerpen
BAB 1 Cerpen
BAB 1 Cerpen
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang tergolong ke dalam fiksi.
Sebagai fiksionaris, kisah dalam cerpen hanya ada dalam hayalan. Namun, ia
dapat beranjak dari dunia nyata semisal pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain, kejadian alam, dan segala hal yang tertangkap pada
panca indra.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Cerpen
B. Bagaimana Sejarah Cerpen
C. Apa Unsur-unsur Cerpen
C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Pengertian Cerpen
B. Untuk Mengetahui Bagaiamana Sejarah Cerpen
C. Untuk Mengetahui apa saja unsur-unsur Cerpen
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam
pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang
sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa
dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat
yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-
cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage
merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos
lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat
setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda
mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul
terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa
Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah
cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak
dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta
Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa
hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger
de Coverley diterbitkan.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula
tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali
mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak,
dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang
lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik
balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak
dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau
pelajaran praktis.
Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek
berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen juga memiliki [unsur intrinsik]
cerpen.
Suatu hari Suci ingin melakukan diet dan berjilbab seperti Aisyah siswi
kelas 1 yang sering kelihatan berdua dengan Yusuf ketua Rohis SMA.
Ternyata Suci menyukai Yusuf yang ganteng, pintar dan alim. Demi
mendapatkan perhatian dari Yusuf, Suci rela tidak sarapan dan merubah
kebiasaannya ngemil. Tetapi Suci salah sangka dengan Aisyah yang
ternyata adalah adik kandung Yusuf. Suci menyadari kesalahannya yang
berjilbab dengan niat hanya untuk merebut perhatian Yusuf dan berdiet
sampai sakit dan masuk Rumah Sakit juga menyadari bahwa ada yang bisa
menyayanginya tanpa ia harus berkorban menjadi langsing. Yaitu Sang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah swt. yang mengerti tentang
diri kita. Dan hanya kepada Allah-lah kita patut mencurahkan cinta sejati.
2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur
cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau
hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar
atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-
menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun
secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu,
dan bulat dalam suatu prosa fiksi. Lebih lanjut Stanton mengemukakan
bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu
berdasarkan kaitan sebab-akibat. Dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari
sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.
3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-
istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau
karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk
pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca
ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada
tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan
dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk
pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
4. Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid
(2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam prosa fiksi
Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan
ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a) Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu serta inisial tertentu.
b) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c) Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat
berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi
memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap
kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat
sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang
adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan
dirinya pada posisi tertentu.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa. Cerpen, sesuai
dengan namanya adalah cerita yang relatif pendek yang selesai dibaca
sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isi
pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami.
Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih
sayang, jenaka, dll. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang
sangat mudah dipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan
apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
*Herman RN, menulis cerpen di beberapa media, lokal dan nasional.
Cerpennya “Abu Nipah” terpilih sebagai juara III lomba menulis cerpen
tingkat nasional oleh Creative Writing Institute (CWI) dan Menpora RI, 2005.
Internet :
http://www.scribd.com/doc/24492471/Menjelaskan-Unsur-Unsur-Intrinsik-
Cerpen
http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
http://lidahtinta.wordpress.com/2009/05/07/menjadi-penulis-cerpen-siapa-
takut/