Antigen
Antigen
Antigen
Kelas
:A
1. ANTIGEN A. DEFINISI Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi (Baratawidjaja 1991: 13; Campbell,dkk 2000: 77). Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.
B. KONSEP TERKAIT
Epitop - The fitur permukaan yang berbeda molekul antigen mampu menjadi terikat oleh antibodi (determinan antigenik alias). Antigenik molekul, biasanya menjadi "besar" polimer biologis, fitur permukaan biasanya hadir beberapa yang dapat bertindak sebagai titik interaksi untuk antibodi spesifik. Setiap fitur seperti molekul yang berbeda merupakan suatu epitop. Oleh karena itu, antigen yang paling memiliki potensi untuk terikat oleh antibodi yang berbeda, masing-masing dari yang spesifik untuk epitop tertentu. Menggunakan "kunci dan kunci" metafora, antigen itu sendiri dapat dilihat sebagai serangkaian kunci - setiap epitop menjadi "kunci" - yang masing-masing dapat cocok dengan kunci yang berbeda. Berbeda antibodi idiotypes , masing-masing memiliki jelas terbentuk melengkapi menentukan daerah , sesuai dengan "kunci" yang bisa menandingi berbagai "kunci" (epitop) disajikan pada molekul antigen. Allergen - Suatu zat yang mampu menyebabkan reaksi alergi . Reaksi (merugikan) dapat mengakibatkan setelah terpapar melalui injeksi konsumsi,, terhirup, atau kontak dengan kulit.
Superantigen - Sebuah kelas antigen yang menyebabkan non-spesifik aktivasi T-sel, sehingga sel T aktivasi poliklonal dan pelepasan sitokin besar. Tolerogen - Sebuah zat yang memanggil non-spesifik respon kekebalan karena yang bentuk molekul . Jika bentuk molekul yang berubah, tolerogen bisa menjadi suatu imunogen. Imunoglobulin protein yang mengikat - Protein ini mampu mengikat antibodi pada posisi di luar situs antigen-mengikat. Artinya, sedangkan antigen adalah "target" antibodi, imunoglobulin-mengikat protein "serangan" antibodi. Protein A , protein G , dan L protein adalah contoh protein yang sangat mengikat antibodi berbagai isotypes .
C. ASAL ANTIGEN Pada tahun 1899, Ladislas Deutsch (Laszlo Detre) (1.874-1.939) bernama zat hipotetis pertengahan antara konstituen bakteri dan antibodi "zat immunogenes ou antigenes". Dia awalnya percaya zat sebagai prekursor antibodi, seperti zymogen adalah prekursor dari enzim. Namun, oleh 1903, ia mengerti bahwa antigen menginduksi produksi tubuh imun (antibodi) dan menulis bahwa antigen kata adalah kontraksi dari "Antisomatogen = Immunkrperbildner". The Oxford English Dictionary menunjukkan bahwa konstruksi logis harus "anti (tubuh)-gen". Klasifikasi Antigen berdasarkan urutan kelas mereka antigen eksogen Antigen eksogen adalah antigen yang masuk ke dalam tubuh dari luar, misalnya dengan inhalasi , menelan , atau injeksi . Respon sistem kekebalan tubuh terhadap antigen eksogen sering subklinis. Dengan endositosis atau fagositosis , antigen eksogen yang dibawa ke antigen-penyajian sel (APC) dan diolah menjadi fragmen. APC kemudian menyajikan fragmen sel T helper ( CD4+) dengan menggunakan histokompatibilitas kelas II molekul pada permukaannya. Beberapa sel T yang spesifik untuk peptida: kompleks MHC. Mereka menjadi aktif dan mulai mengeluarkansitokin . Sitokin adalah zat yang dapat mengaktifkan limfosit T sitotoksik (CTL), antibodi-mensekresi sel B , makrofag , dan partikel lainnya. Beberapa antigen mulai keluar sebagai antigen eksogen, dan kemudian menjadi endogen (misalnya, virus intraseluler). Antigen intraseluler dapat dilepaskan kembali ke dalam sirkulasi setelah penghancuran sel yang terinfeksi, lagi. antigen endogen Antigen endogen adalah antigen yang telah dihasilkan dalam sel sebelumnya-normal sebagai akibat dari sel normal metabolisme , atau karena virus atau bakteri intraseluler infeksi . Fragmen ini kemudian dipresentasikan pada permukaan sel di kompleks dengan MHC kelas I molekul. Jika diaktifkan sitotoksik CD8 + T sel mengenali mereka, selsel T mulai mengeluarkan berbagai racunyang menyebabkan lisis atau apoptosis dari sel yang terinfeksi. Dalam rangka untuk menjaga sel-sel sitotoksik dari membunuh sel hanya untuk menyajikan diri protein, self-reaktif sel T akan dihapus dari repertoar sebagai akibat dari toleransi (juga dikenal sebagai seleksi negatif). Antigen endogen meliputi xenogenic (heterolog), autologous dan idiotypic atau alogenik (homolog) antigen. autoantigens Sebuah autoantigen biasanya protein normal atau kompleks protein (dan kadang-kadang DNA atau RNA) yang diakui oleh sistem kekebalan tubuh dari pasien yang menderita spesifik penyakit autoimun . Antigen ini harus, dalam kondisi normal, tidak menjadi target
dari sistem kekebalan tubuh, namun, karena faktor genetik dan lingkungan terutama, normal toleransi imunologi untuk seperti antigen telah hilang pada pasien ini. Antigen tumor Antigen tumor atau neoantigens yang [ rujukan? ] mereka antigen yang disajikan oleh MHC I atau II MHC molekul pada permukaan sel tumor . Antigen ini kadang-kadang dapat disajikan oleh sel-sel tumor dan tidak pernah oleh orang-orang normal. Dalam hal ini, mereka disebut tumor-spesifik antigen (TSAs) dan, secara umum, hasil dari mutasi spesifik tumor. Lebih umum adalah antigen yang disajikan oleh sel-sel tumor dan sel normal, dan mereka disebut antigen tumor terkait (TAAs). limfosit T sitotoksik yang mengenali antigen mungkin dapat menghancurkan sel-sel tumor sebelum mereka berkembang biak atau bermetastasis . Antigen tumor juga dapat berada di permukaan tumor dalam bentuk, misalnya, reseptor bermutasi, dalam hal ini mereka akan diakui oleh sel B .
B. KARAKTERISTIK Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai berikut: 1. Asing (berbeda dari self ) Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself. 2. Ukuran molekul Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat imunogenik. 3. Kompleksitas kimiawi dan struktural Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya homopolimer asam amino kurang bersifat munogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda. 4. Determinan antigenic (epitop) Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody disebut dengan determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat mempunyai satu atau lebih determinan. Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau gula. 5. Tatanan genetic penjamu Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun. 6. Dosis, cara dan waktu pemberian antigen Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang diberikan)(buku mik kedok hlm 177178). C. PEMBAGIAN ANTIGEN 1. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT EPITOP Menurut epitop, antigen dapat dibagi sebagai berikut: a. Unideterminan, univalen Yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu molekul.
b. Unideterminan, multivalen Yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu molekul. c. Multideterminan, univalen Yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein). d. Multideterminan, multivalen Yaitu banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14). 2. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT SPESIFISITAS Menurut spesifisitas, antigen dapat dibagi sebagai berikut: a. Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang berbeda. b. Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu. c. Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu spesies. d. Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari spesies yang berbeda. e. Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja 1991: 14-15; Sell : 910). 3. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT KETERGANTUNGAN TERHADAP SEL T Menurut ketergantungan terhadap sel T, antigen dapat dibagi sebagai berikut: a. T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Sebagai contoh adalah antigen protein. b. T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel Tuntuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri. (Baratawidjaja 1991: 15). 4. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT SIFAT KIMIAWI Menurut sifat kimiawi, antigen dapat dibagi sebagai berikut: a. Hidrat arang (polisakarida) Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibodi. Respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah. b. Lipid Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid. c. Asam nukleat Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respon imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE. d. Protein Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan univalent. (Baratawidjaja 1991: 15) Antigen juga dibagi menjadi antigen lengkap dan antigen tidak lengkap. Antigen lengkap merupakan salah satu dari antigen yang dapat menginduksi respon imun dan bereaksi dengan produknya sebagai respo tersebut. Antigen lengkap meliputi imunogen dan antigen. Antigen tidak lengkap (hapten) adalah substansi kimia aktif yang mempunyai berat molekul
kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun oleh dirinya sendiri tetapi dapat bergabung dengan molekul yang lebih besar (carrier atau Schlepper) menjadi bersifat imunogenik dan dapat mengikat antibodi. Contoh hapten adalah berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul yang rendah. Hapten biasanya dikenal oleh sel B sedangkan carrier oleh sel T. Carrier sering digabungkan dengan hapten dalam usaha imunisasi (Baratawidjaja 1991: 13; Sell : 2).
C. KARAKTERISTIK ANTIGEN Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur tersier. a. Ukuran Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar. Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan protein inang (carrier). b. Bentuk Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam DNP-Llisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting. c. Rigiditas Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya non imunogenik. Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut ke gelatin. d. Lokasi determinan Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar. e. Struktur tersier Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan (Sell : 34). D. APC (Antigen-presenting cell) Sel-sel yang menghancurkan antigen meliputi sel B dan makrofaga. Kelompok sel tersebut bertindak sebagai sel penyaji antigen (antigen-presenting cell) atau APC yang mensiagakan system kekebalan, melalui sel T helper, bahwa ada antigen asing dalam tubuh. Makrofag atau sel B memproses dan menyajikan antigen kepada sel T. Sel T yang teraktivasi tersebut kemudian berinteraksi denagn sel B. Sel B yang membawa imunoglkoblin permukaan yang cock dengan antigen, dirangsang untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang membnetuk protein antibody spesifik atau berdiferensiasi menjadi sel memori yang hidup dalam jangka waktu lama. Sel plasma tersebut mensintesis imunoglobulin dengan spesifisitas yang sama dengan yang dibawa oleh sel B. (Brooks, dkk2001: 179). E. ANTIBODI
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
a.Imunoglobulin G Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil. b.Imunoglobulin A Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis. c.Imunoglobulin M Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap antigen. d.Imunoglobulin E Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing. e.Imunoglobulin D Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen. F. CARA KERJA ANTIBODI
Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya.Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi musuh. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi penyakit lainnya. Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu sel B yang sedemikian kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia.Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag. 2. IMUNOGEN
Imunogen adalah zat yang mempunyai kesanggupan untuk merangsang respons imun spesifik baik humoral, selular ataupun keduanya dan dapat bereaksi dengan produk respons imun tersebut. Imunogen terutama adaah protein dan polisakarida, sedangkan lipid lebih berperan sebagai hapten. Antigen adalah zat yang dapat bereaksi dengan produk respons imun spesifik, terutama antibody oleh karena itu imunogen adalah antigen, tetapi tidak semua antigen adalah imunogen. Antigen yang bukan imunogen adalah antigeh yang tidak lengkap disebut juga hapten Hapten adalah antigen yang mempunyai berat molekul rendah < 10.000 dalton karena itu ia tidak dapat merangsang respons imun spesifik, tetapi dapat bereaksi dengan produk respons imun, misalnya antibody, ia baru dapat bersifat imunogenis bila bergabung dengan molekul lain yang disebut carier seperti albumin, globulin dan polipeptida. Allergen adalah antigen yang dapat menginduksi terjadinya hypersensitivitas atau alergi. Allergen dapat berupa hapten \; imunogen Determinan antigen disebut juga epitop adalah bagian (daerah) antigen yang terpajan aktif dan dapat bereaksi dengan produk respons imun spesifik. Kebanyakan antigen yang kompleks mempunyai determinasi antigen multiple pada permukaannya atau dinamakan juga multivalent, seperti sel darah merah bakteri, virus dan jaringan oleh karena itu dinamakan respons imun polikolnal Derajat imunogenitas suatu imunogen tergantung pada keasingan, berat molekul dan sifat kompleks kimianya. Makin asing terhadap host, makin berat sifat imunogeniknya. Makin besar berat molekulnya dan makin kompleks sifat kimianya akan makin berat pula sifat imunogeniknya Antigen autolog adalah antigen yang berasal dari host sendiri antigen ini biasanya tidakakan merespon imun host kembarannya. Antigen singenik adalah antigen yang berasal dari individu yang secara genetic identik misalnya kembar monozigot. Antigen ini juga biasanya tidak menimbulkan respons imun pada host Antigen alogenik, disebut juga antigen homoloh, adalah antigen yang berasal dari indivvidu lain dalam satu spesies. Antigen ini akan merangsang respon imun host. Antigen Xenogosik adalah antigen yang berasal dari individu dengan spesies yang berasal dari individu dengan spesies yang berbeda misalnya dari monyet ke manusia. Antigen ini akan merangsang kuat respons imun host. Isoantigen adalah aloentigen yang ada pada kelompok anggota tertentu pada permukaan virus Epstein Barr atau antigen yang ada pada kelompok anggota tertentu padaa sepesies yang sama, misalnya antigen A dan B dari golongan sel darah merah. Antigen heerofil dinamakan juga antigen heterogenetik, adalah antigen yang didapat pada spesies berbeda, midalnya antigen yang adap ada permukaan sel darah merah biri-biri dengan antigen yang ada pada permukaajn uirus Epstein Barr atau antigen yang ada pada Spiroketa penyebab penyakit sifillis dengan antigen yang ada pada otot jantung sapi. Jadi seseorang yang terinfeksi virus Epstein barr akan membentuk antibody yang secara invitro akan beralergi dedngan sel darah merah biri-biri demikian pula seorang yang terinfeksi spiroketa sifilis akan membentuk antibody yang secara invitro bereaksi denga nsel otot jantung sapi. Mitogen adalah zat yang dapat merangsang sel limfosit untuk berproliferasi tetapi bukan melalui reseptor antigen melainkan melalui reseptor mitogen contoh mitogen adalah phytohaemagylutinin (PHA), concanavalin A (con-A) yang terutama merupakan mitogen sel T, sedangkan olKeweed merupakan mitogen sel B. Superantigen adalah antigen yang merangsang sel T melalui ikatan dengan kompleks peptide TCT-MHC APC (reseptor antigen sel T-Molekul MHC kelas II pada sel yang
mempresentasikan antigen ) pada rantai B TCR dan bagian molekul MH kelas II jadi bukan pada bagian ikatan reseptor antigen normal IkonvensionalO atau reseptor mikogen. Tolerogen adalah antigen yang menginduksi toleransi, contohnya antigen (sel T antigen). Idiotip adalah determinan antigenic dari bagian variable antibody yaitu bagian antibody yang berikatan dengan entigen.
A. MEKANISME PERTAHANAN TUBUH Respons imun adalah respons tubuh tanpa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag sel limfosit, komplemen dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan non spesifik juga disebut komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan tubuh yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk bergbvagai macam antigen. Imunitas alamiah sdah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jaid bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, bari akan terbentuk. Seangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum terkontak dengan antigen. B. MEKANISME PERTAHANAN TUBUH NON SPESIFIK Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisma pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukpsa dengan enzimny. Serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofatm monosit, polimorofnulear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik. C. MEKANISME PERTAHANAN SPESIFIK Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisma maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adaalah mekanisme imunitas pertahanan yang diperantara oleh sel limfosit dengan atau tanpa bantuan komponen system imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen dilihat dari caranya iperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat. Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang merupakan ligennya (pasangannya). Disciping itu, respons imun spesifik jugam enimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang ssama dikemudian hari. Pada imunitas didapat akan terbentuk antibody dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang terbentuk antibody dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen. Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC + antigen presenting cell=makrofag) sel limfosit T dan
sel limfosit B. masing2 berperan pada imunitas selular dan imunitas hormonal sel limfosit Bahan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibody yang akan menetralakan atau meningkatkan fagositosis antigen and lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated cytokoxicity (ADCC). D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMUNOGENITAS SUATU IMUNOGEN 1. Derajat keasaman Sifat imun yang dapat membedakan mana molekul milik sendiri *self) dan mana yang molekul bukan milik sendiri (non self). Molekul yang dikenal pada limfosit yang belum matang (immature) disebut molekul sel milik sendiri *self) sehingga tidak perlu dilawan. Molekul yang dikenal pada limfosit yang sudah matang Imatur)disebut molekul bukan milik sendiri sehingga perlu dilawan. Sifat asing dapat terjadi jika ada perubahan konfigurasi atau komposisi substansi yang semula bahan substansi asing. 2. Immunogen yang paling poten adalah makromolekul protein yang mempunyai berat 100.000 dalton. Jika beratnya < 100.000 dalton maka imunogen bersifat lemah, molekul yang sangat kecil, misalnya (asam amino) tidak bersifat imunogenik hanya jika bergabung dengan protein pembawa (carrier) 3. Kerumitan (kompleksitas) kimiawi dan structural Makin komples susunan tertentu suatu molekul imunogen, maka makin tinggi imunogenitas substansi yang bersangkutan contohnya ; homopolimer as. Amino kurang bersifat imunogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga as. Amino yang berbeda. Kepekaan terhadap presentasi dan pemrosesan antigen. Makromolekul yang besar atau tidak larut lebih seiap difagositosis dip roses dan dipresentasikan limfosit T yang dipresentasikan atau dip roses oleh antigen, kerjanya dilaksanakan oleh APC (antigen precentary cell) dengan bantuan MHC (major Histocompability complex) enzim pada APC hanya bias mendegradasi asam amino L, tidak bias jika asaam aminonya berbentuk D. 4. Tatanan genetic pajamu Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi dari respon mun. 5. Dosis, cara dan waktu pemberian munogen Karena derajat respon imun tergantung pad banyaknya imunogen yang diberikan, respon imun dapat dioptimalkan dengan cara menentukan dosis imunogen dengan cermat, cara pemberian dan waktu pemberian Ukuran molekulara pemberian dan waktu pemberian (termasuk internal diantara dosis yang diberikan ) adalah mungkin untuk meningakatkan respon imun dari suatu zat dapat ditingkatkan dengan menggabungkannya dengan adjuvant. E. SIFAT KIMIA IMUNOGEN Protein Sebagian besar immunogens adalah protein. Ini mungkin protein murni atau mereka mungkin glikoprotein atau lipoprotein. Secara umum, protein biasanya immunogens sangat baik. Polisakarida Polisakarida murni dan lipopolisakarida yang immunogens yang baik.
Asam Nukleat Asam nukleat biasanya kurang imunogenik. Namun, mereka mungkin menjadi imunogenik ketika tunggal terdampar atau ketika dikomplekskan dengan protein. Lipid Secara umum lipid non-imunogenik, meskipun mereka mungkin haptens.
Referensi
http://biologicallytested.wordpress.com/2010/01/29/antigen/ http://biologipedia.blogspot.com/2011/03/antigen-dan-antibodi.html http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Antigen& prev=/search%3Fq%3Dantigen%26hl%3Did%26biw%3D1366%26bih%3D631%26pr md%3Dimvns&sa=X&ei=PMdrUNXWMILRrQeCz4DgDw&ved=0CCwQ7gEwAQ http://www.scribd.com/doc/42055527/Respons-Imun http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://pathmicro.med.sc.edu/mayer/anti gens2000.htm&prev=/search%3Fq%3Dimmunogen%2Bvs%2Bantigen%26hl%3Did%2 6sa%3DX%26biw%3D1366%26bih%3D667%26prmd%3Dimvns&sa=X&ei=7tRrUM KpGoiMrgeolIHgBg&ved=0CFoQ7gEwBg