Bab V.Proses Pengolahan Lumpur

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Bab V Proses Pengolahan Lumpur

Pembuangan akhir sludge sering kali dipermudah dengan pengeluai air dalam jumlah yang cukup banyak sehingga lumpur berbentuk seper padatan. Pengoperasian ini disebut sludge dewatering dan dapat dikerjj melalui berbagai proses. Sebelum masuk ke dalam sludge dewatering misalnya SDB, BFP, FP, dan decanter, bab ini akan membahas thickem terlebih dahulu. A. Thickener Lumpur mengandung air dalam jumlah besar. Thickening lumpi digunakan untuk meningkatkan konsentrasi padatan dan mengurangj volume. Metode thickening yang biasa digunakan adalah gravity thickening, dissolved air flotation , dan centrifugation. Namun yang akan dibahas hanya gravity thickening. Gravity thickening dilakukan pada bak bulat yang serupa dengan sedimentasi yang digunakan pada pengolahan primer dan sekunder Padatan yang masuk ke dalam thickener dibagi menjadi tiga bagian yanj berbeda. Air yang terdapat pada bagian atas relatif bersih. Lapisan selanjutnyaj adalah zona sedimentasi, yang biasanya terdiri atas lapisan lumpur yang lebih berat yang bergerak dari influent menuju zona thickening. Pada zona thickening, masing-masing partikel dari lumpur akan menggumpal. Pada zona ini, lapisan lumpur harus terus dijaga dan massa lumpur terkompresi oleh lumpur yang terus ditambahkan ke dalam thickener. Air mengalir ke luar dari bagian atas thickener melalui gutter. pengadukan dilakukan dengan batangan-batangan pengaduk yang di gerakkan oleh elektromotor, untuk memperoleh pengadukan yang baik dan memindahkan gas dan air ke permukaan. Selanjutnya, lumpur yang sudah kental dipindahkan dari dasar bak. Untuk memperoleh proses pengoperasian yang baik, ketinggian lapisan lumpur harus dijaga. Gravity thickener digunakan untuk meningkatkan konsentrasi lumpur dari primary clarifier, trickling filter, dan activated sludge, serta lumpur campuran dan kimia. Namun, lumpur dari activated sludge dan kimia biasanya sangat sulit untuk dikentalkan dengan cara ini. Tingkat kekentalan akhir yang diperoleh bervariasi antara 2-5 kali dari konsentrasi lumpur yang masuk mula-mula. Konsentrasi maksimum yang dapat dicapai adalah 10%.

Tabel 10. Kriteria Perencanaan untuk Gravity Thickener Jenis Lumpur Konsentr Konsentrasi asi Masuk setelah Thickener 1,0 - 7,0 1,0 - 4,0 0,2 - 1,5 5,0 - 10,0 2,0 - 6,0 2,0 - 4,0 Beban Hidrauklik (m2/m2.d) 24 - 33 2,0 - 6,0 2,0 - 4,0 Beban Padatan Solid Tertahan (kg/m2.d) (%) 90 - 144 35 -50 10 - 35 85 - 98 80 - 92 60 - 85 Overflow TSS (mg/liter) 300 - 1000 200 - 1000 200 - 1000

Prymary Trickling filter Waste activated sludge Combined primary and waste activated sludge

0,5 - 2,0

4,0 - 6,0

4,0 - 10,0

25 - 80

85 - 92

300 - 800

B.

Sludge Drying Beds Sludge drying bed (SDB) adalah metode yang paling tua untuk sludge dewatering, Sampai

saat ini, SDB masih digunakan dalam IPAL skala kecil hingga sedang. SDB terdiri atas lapisan pasir kasar dengan kedalaman 15 cm-25 cm, lapisan kerikil dengan ukuran yang berbeda-beda, dan pipa yang berlubang-lubang sebagai jalan aliran air. SDB dibuat dengan beberapa bak/bagian, tergantung pada keperluannya. Pembagian ke dalam beberapa bak ini dimaksudkan agar lumpur telah benar-benar kering sebelum lumpur yang basah masuk kembali. Lumpur dimasukkan ke dalam SDB dengan ketebalan 20 cm-30 cm dan dibiarkan hingga kering. Air hasil penirisan lumpur dikembalikan ke IPAL. Waktu pengeringan sangat tergantung pada kondisi setempat. Misalnya, dalam waktu 10-15 hari akan dapat dicapai tingkat kekeringan antara 30%-40% DS. SDB dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada kondisi lingkungan. Lumpur yang sulit diperlakukan dengan dewatering dapat menimbulkan persoalan bau. Adapun kriteria perencanaan SDB ditunjukkan dalam Tabel 11. Tabel 11. Standar Typical untuk Bak-Bak Pengering Ft2 per orang (Sguare Feet per Capita) Bak Terbuka Bak Tertutup (Open Beds) (Covered Beds) 1,0 - 1,5 0,75 - 1,0 1,25 - 1,75 1,0 - 1,25 1,75 - 2,5 1,25 - 1,5 2,0 - 2,5 1,25 - 1,5

Lumpur (Sludge) Primary digested Primary and humus digested Primary and activated digested Primary and chemically precipitated digested

C.

Sentrifugasi Sentrifugasi menggunakan gaya sentrifugal untuk mempercepat pengendapan padatan-padatan

yang terdapat di dalam lumpur. Sistem dewatering yang ada dapat berupa solid bowl dan basket sentrifuge. Pada beberapa kasus, lumpur yang sudah terkondisikan dipompakan ke dalam horizontal atau cylindrical bowl yang berputar dengan kecepatan 1.600 -2.000 rpm. Padatan akan dilemparkan keluar dari bowl dan diambil oleh screw conveyor, sedangkan cairan atau centrate akan dikembalikan ke dalam IPAL untuk diolah. Proses Sentrifugasi sebanding dengan sistem vakum filter dalam hal harga dan performance. Sentrifugal bersifat sangat kompak, tertutup, membutuhkan area yang kecil, dan dapat menangani lumpur yang mungkin mengakibatkan buntuny filter cloth. Kekurangan sistem ini antara lain rumitnya perawatan, masalah-masalah abrasi, dan centrate masih mengandung SS yang tinggi. Dalam proses ini, sludge cake dari sentrifus dapat mencapai 20%-30% DS dan padatan yang dapat ditangkap sebesar 85%-95%. Dosis polimer sebelum masuk ke dalam sentrifus adalah 0,1%0,7% DS. D. Vakum Filter Rotary vacuum filter sangat banyak digunakan dalam proses dewatering lumpur primer dan digested. Vacuum filter terdiri atas drum yang diliputi oleh cloth alamiah ataupun sintetis. Sebagian drum tercelup ke dalam bak lumpur dan berputar secara perlahan. Bagian dalam drum dibuat vakum sehingga air melewati cloth dan dibuang dari dalam filter. Zona pengeringan cake berkisar antara 40%-60% dari keseluruhan luas permukaan drum. Pada drum dengan tipe rotary vacuum filter, sludge cake diambil dengan menggunakan scraper. Untuk melepaskan media sebelum cake dikikis, dapat digunakan udara bertekanan. Pada rotary vacuum filter yang menggunakan belt, belt meninggalkan drum dan sludge dilepaskan dengan menggunakan dua koil baja tahan karat yang diletakkan di sekitar drum. Salah satu contoh vacuum filter ditunjukkan dalam Gambar 27. Variasi dari rotary drum filter konvensional adalah top feed drum filter. Dalam sistem ini, lumpur dimasukkan dari bagian atas vacuum filter. Faktor-faktor penting dalam perencanaan rotary vacuum filter antara lain karakteristik dari lumpur yang terkondisikan, waktu pembentukan cake, viskositas, vakum yang digunakan, spesifikasi resistan lumpur, jenis medium filter, dan efisiensi filter. Teori dasar vacuum filter dapat ditemukan dalam publikasi-publikasi teknis. Ukuran rotary vacuum filter bervariasi, yakni antara 5 m2-60 m2. Sistem yang ada meliputi vacuum pump,filtrat receiver, filtering medium, dan alat-alat untuk mengondisikan lumpur.

Gambar 27. Vacum filter. Unjuk kerja rotary vacuum filter ditunjukkan dalam Tabel 12. Tabel 12. Unjuk Kerja Rotary Vacuum Filter dengan Menggunakan Cloth Media Padatan Masuk (%) Dosis Bahan Kimia (%) 2-4 2-4 2-4 Filter Yield (kg/m2.h) FeCI3 8 - 10 9 - 12 9 - 12 CaO 17 - 40 12 - 30 15 - 35 Cake Solids (%) 27 - 35 18 - 25 23 - 30

Jenis Lumpur

Raw sludge: Primary Primary and Activated sludge Primary and trickling filter Anaerobically digested: Primary Primary and activated sludge Primary and trickling filter Aerobically digested: Primary and activated sludge

4-9 3-7 4-8

4-8 3-7 5 - 10

3-5 4-6 4-6

10 - 13 15 - 20 13-18

15 - 35 10 - 25 17-40

25 - 32 18 - 25 20 - 27

3-6

3-7

8 - 12

8 - 20

16 23

Tabel 12. Lanjutan Elutriated sludge aerobically digested: Primary and activated sludge Thermally onditione d: Primary and

4-8

3-6

0-7

15 - 18

18 - 25

6 - 15

20 - 40

35 - 45

E.

Plate dan Frame Filter Press Plate dan frame filter press juga disebut filter press. Filter press terdiri atas pelat-pelat bulat

atau segi empat yang disusun satu sama lain, kemudian ditekan, namun terdapat rongga-rongga di dalamnya. Setiap permukaan plate dilapisi dengan filter cloth. Sampai saat ini, dikenal dua macam filter press, yaitu fixed volume filter press dan variable volume filter press. Pada fixed volume filter press, lumpur dipompakan dengan tekanan 50-225 psi ke dalam chamber. Air akan melewati cloth, sedangkan padatan akan tertahan dan membentuk cake pada permukaan cloth. Pengisian lumpur terus berlanjut hingga filter press penuh dengan cake. Pengisian ini memerlukan waktu 20-30 menit. Pada saat itu, tekanan biasanya mencapai keadaan maksimum dan dibiarkan selama 1-2 jam. Selama waktu tersebut, filtrat dipindahkan dan cake diharapkan telah mengering. Selanjutnya, plate dibuka dan filter cake jatuh ke dalam bak penampung atau belt conveyor. Agar dapat dipindahkan dengan mudah, cake dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan penghancur cake. Pada variable volume filter press, diafragma diletakkan di antara filter cloth yang kemudian digerakkan oleh udara atau air bertekanan untuk memeras lumpur. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi filter biasanya sekitar 10-20 menit. Jika titik air telah dicapai maka pompa lumpur dimatikan secara otomatis. Air dan udara bertekanan kemudian dipompakan ke dalam celah di antara diafragma dan plate sehingga proses pemerasan lumpur mulai terjadi. Pada akhir siklus, air dikembalikan ke bak penampung, plate secara otomatis terbuka, dan lumpur dibuang.

Tabel 13. Data Operasi dan Desain Filter Press Jenis Lumpur Padatan Masuk (%) 4 4 Dosis Bahan Kimia (%) 5 6 Filter Yield (kg/m2.h) FeCI3 15 16 CaO 5 5 Cake Solids (%) 40 40

Primer dan sekunder Anaerobically digested, primer dan sekunder Thermally and conditioned, primer dan sekunder

14

12

60

sistem ini adalah tingkat kekeringan cake cukup tinggi, kebutuhan energi sedikit, dan pengoperasian kontinu. Namun, sistem ini juga memiliki kekurangan, yaitu umur media pendek dan kecepatan filtrasi sangat sensitif terhadap karakter lumpur. BFP terdiri atas tiga tahapan operasi, yaitu pengondisian lumpur secara kimia, penirisan atau gravity draining, dan pengepresan. Lumpur diletakkan di atas belt yang bergerak dan air yang berlebihan akan dibuang. proses pembuangan air (drainase) ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 menit. Selanjutnya, lumpur dimasukkan ke bagian kompresi untuk proses pengeringan lanjutan. Sludge cake diperas di antara dua belt yang bergerak di antara beberapa rol. Adapun perencanaan dan data operasi BFP ditunjukkan dalam label 14. ,;( ,.,f,,,b : ' J "..''..;.li Tabel 14. Perencanaan dan Data Operasi BFP Kondisi Solids in feed sludge Solids in cake Polymer for conditioning Total suspended solids in filtrat* Solids capture < Filter yield Sludge dewatering rate with 1-m wide belt filter press Data 3%-10% berat kering 20%-40% berat kering 0,2%-0,5% of dry solids 100-1000 mg/liter 90%-95% 20-40 kg.m2.h , 3000-6000 kg in 8 h F. Belt Filter Press Belt filter press (BFP) menggunakan satu atau dua belt yang bergerak untuk mengambil air dari lumpur secara kontinu. Saat ini, BFP sangat populer dalam pengolahan lumpur organik. Keuntungan penggunaan

Anda mungkin juga menyukai