PENJERATAN
PENJERATAN
PENJERATAN
Pada penjeratan, ikatan yang terjadi pada waktu penjeratan merupakan faktor yang menyebabkan terhalangnya jalan nafas, sedangkan pada penggantungan, berat badan korban yang menjadi faktor terpenting. Jenis penjeratan: 1. Manual Strangulation 2. Palmar Strangulation 3. Garroting
1. Manual Strangulation atau pencekikan, dilakukan dengan tangan dan tangan tidak perlu melingkari leher korban. 2. Palmar Strangulation atau pencekikan, dilakukan dengan kedua tangan ,dimana tangan kanan pelaku ditekan horizontal pada mulut korban dibantu tangan kiri yang menekan vertikal sehingga telapak tangan kiri menekan leher korban bagian depanya. 3. Garroting atau penjeratan dengan alat, dilakukan dengan menyerang korban dari belakang dan menjeratnya dengan alat perjerat. Ciri-ciri penjeratan dengan tangan ( Manual Strangulation dan Palmar Strangulation )
Manual Strangulation biasa dilakukan bila korbanya lebih lemah dari si pelaku, seperti orang tua, anak-anak, wanita gemuk. Adanya luka lecet pada bahu si pelaku berbentuk bulan sabit yang disebabkan oleh kuku si pelaku. Patahnya tulang lidah disertai dengan resapan darah di jaringan ikat dan otot sekitarnya. Sembabnya kutub pangkal tenggorokan (epiglotis) dan jaringan longgar di sekitarnya dengan bintik-bintik pendarahan. Jika mekanisme kematiannya oleh asfiksia maka akan dijumpai tanda-tanda asfiksia Jika mekanisme kematiannya inhibisi vagal, kelainan terbatas pada bagian leher disertai tanda-tanda asfiksia. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencekikan sekitar 30 detik-beberapa menit
Alat penjerat yang biasanya dibawa oleh pelaku seperti tali, kawat, dll. Sedang, alat yang biasa dibawa korban seperti selendang, dasi, stocking atau kain lainnya. Jumlah lilitan satu dengan simpul mati. Alat penjerat berjalan mendatar, luka lecet umumnya melingkari leher secara keseluruhan. Dapat ditemukan luka bulan sabit, yang disebabkan oleh kuku (baik kuku penjerat atau kuku korban) Resapan darah dalam otot dan jaringan ikat leher serta kelenjar gondok , tergantung dari besar tekanan alat penjerat, dan luas permukaan alat. Patah tulang lidah (os. hyoid) tidak lazim kecuali didahului dengan pencekikan.
Bila mekanisme kematiannya Asfiksia, maka pada pemeriksaan dalam dan luar akan ditemukan kelainan mayat akibat mati lemas: lebam mayat yg lebih gelap dan luas, sianosis, bintik pendarahan di mata, busa halus putih keluar dari mulut, darah tetap cair , dan sembabnya organ dalam tubuh. Bila mekanisme kematiannya Inhibisi Vagal, maka kelainan yang ditemukan terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat penjerat
Penjeratan Jejas jerat # jerat : jejas jerat / simpul # jejas : luka lecet tekan a. mendatar, seluruh leher b. di bawah rawan gondok c. simpul mati # jejas jerat : tali penjerat keras, kecil, kasar terlihat jelas, -- halus, lebar, lunak tidak terlihat jelas + luka/memar bagian tubuh lain + sering adanya buih halus kemerahan di jalan nafas Resapan darah subkutis / otot
Jejas jerat biasanya mendatar, melingkari leher dan umumnya terdapat lebih rendah daripada jejas jerat pada gantung. Jejas jerat biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan gondok. Bila jerat kasar seperti tali dan tekanan kuat, maka dapat meninggalkan luka lecet yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat yang dengan perabaan teraba kaku seperti kertas perkamen. Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan adanya lecet-lecet atau memar di sekitar jejas jerat, biasanya terjadi karena korban berusaha membuka jeratan. Pada pemeriksaan dalam leher di sekitar jeratan, bisa tampak resapan darah pada otot dan jaringan ikat, fraktur dari tulang rawan reutama rawan gondok, dan kongesti jaringan ikat, kelenjar limnfe dan pangkal lidah. Sering ditemukan adanya buih halus kemerahan pada jalan nafas
d) Pencekikan Luka/memar di daerah leher bentuk serupa kuku Resapan darah di bagian dalam leher, terutama di belakang kerongkongan, dasar lidah dan kelenjar thyroid Fraktur tulang rawan thyroid, crycoid dan hyoid Buih halus lubang mulut dan hidung
Pada pemeriksaan luar, tampak pembendungan pada kepala dan muka karena tertekannya pembuluh vena dan arteries superficial, sedangkan arteri vertebrallis tidak terganggu. Tanda kekerasan pada leher ditemukan dengan distribusi berbeda-beda, tergantung cara mencekik.
PENJERATAN (STRANGULATION BY LIGATURE) 2.1 Definisi Jerat (strangulation by ligature) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban akibat suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena berat badan korban (1,4). 2.2 Etiologi Kematian pada Penjeratan Ada 3 penyebab kematian pada jerat (strangulation by ligature), yaitu (1,4,6): Asfiksia Iskemia Vagal refleks 2.3 Cara Kematian pada Penjeratan: Ada 3 cara kematian pada kasus jeratan (strangulation by ligature), yaitu (1,4,6): Pembunuhan (paling sering). Pembunuhan pada kasus jeratan dapat kita jumpai pada kejadian infanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat, dan hukuman mati (zaman dahulu). Kecelakaan. Kecelakaan pada kasus jeratan dapat kita temukan pada bayi yang terjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal reflex menjadi penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau. Bunuh diri.
Pada kasus bunuh diri dengan jeratan, dilakukan dengan melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik. Antara jeratan dan leher dimasukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut. Hal-hal penting yang perlu kita perhatikan pada kasus jeratan, antara lain (1,6): Arah jerat mendatar / horisontal. Lokasi jeratan lebih rendah daripada kasus penggantungan. Jenis simpul penjerat. Bahan penjerat misalnya tali, kaus kaki, dasi, serbet, serbet, dan lain-lain. Pada kasus pembunuhan biasanya kita tidak menemukan alat yang digunakan untuk menjerat. 2.4 Gambaran Postmortem Pemeriksaan otopsi pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mirip kasus penggantungan (hanging) kecuali pada (1,4): Distribusi lebam mayat yang berbeda. Alur jeratan mendatar / horisontal. Lokasi jeratan lebih rendah. Gambar 4. Jejas jerat pada leher
3. PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULASI) 3.1 Definisi Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan bawah. Pencekikan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di depan korban. Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.
Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban. Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka ini disebut mugging (1,4). 3.2 Etiologi Kematian pada Pencekikan Ada 3 penyebab kematian pada pencekikan, yaitu (1): Asfiksia Iskemia Vagal reflex 3.3 Cara Kematian pada Pencekikan Ada 2 cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu (1): Pembunuhan (hampir selalu). Kecelakaan, biasanya mati karena vagal reflex. 3.4 Gambaran Postmortem Pencekikan 3.4.1 Pemeriksaan Luar: Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan, antara lain (1,4): Tanda asfiksia. Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar otopsi yang dapat kita temukan antara lain adanya sianotik, petekie, atau kongesti daerah kepala, leher atau otak. Lebam mayat akan terlihat gelap. Tanda kekerasan pada leher.
Tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu bekas kuku dan bantalan jari. Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet berbentuk semilunar/bulan sabit. Terkadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas kuku juga tak luput dari perhatian kita. Tanda kekerasan pada tempat lain. Tanda kekerasan pada tempat lain dapat kita temukan di bibir, lidah, hidung, dan lainlain. Tanda ini dapat menjadi petunjuk bagi kita bahwa korban melakukan perlawanan. 3.4.2 Pemeriksaan Dalam: Hal yang penting pada pemeriksaan dalam bagian leher kasus pencekikan, yaitu (1,4): Perdarahan atau resapan darah. Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring. Fraktur. Fraktur yang paling sering kita temukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea. Memar atau robekan membran hipotiroidea. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging.