Aldehid Dan Uji Formalin
Aldehid Dan Uji Formalin
Aldehid Dan Uji Formalin
KIMIA ORGANIK
Mata Acara : Aldehid dan Uji Formalin
Disusun Oleh :
M Ali Rahman
230210130059
Kelompok 8/Shift 2
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gugus fungsi paling penting kimia organik yaitu gugus karbonil (-CO-).
Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehida, keton, asam karboksilat, ester
dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi. Aldehida
mempunyai
paling
sedikit
satu
atom
hydrogen
melekat
pada
gugus
karbonil dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan tangan yang lain mengikat
atom hidrogen.
Aldehid banyak terdapat dalam system makhluk hidup seperti gula ribosa dan
hormon progesteron. Aldehid mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya
berbau merangsang. Aldehid menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam
kehidupan. Salah satu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari
senyawa aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan
formladehida 40% digunakan sebagai antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan
formalin.
Pada praktikum kali ini praktikan akan menguji tollens yang dimana fungsinya
mengoksidasi senyawa aldehid menjadi asam karboksilat dan reduksi larutan
alkalis perak ammonium hidroksida menjadi logam perak.
Bagi kebanyakan orang, formalin adalah bahan yang lazim digunakan untuk
pengawet mayat . Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain
sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat. Formaldehide yang lebih
dikenal dengan nama formalin sebenarnya bukan merupakan bahan makanan,
bahkan merupakan zat yang tidak boleh di tambahkan pada makanan. Formalin
bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen, korosif,
dan iritatif.
Akhir akhir ini semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat
dibeberapa bahan makanan. Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan
makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan. Pengawet formalin
mempunyai unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,
karenanya jika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur
protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap ke bagian
dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin
maka bila di tekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati
tidak akan di serang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah
sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang
banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih bila
formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi. Formalin juga dapat
merusak persyarafan tubuh manusia dan di kenal dengan zat yang bersifat
neurotoksik. Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa,
sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan
infertilas. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan
kanker mulut dan tenggorokan.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
3.1 Aldehid
Aldehid atau alkanal termasuk senyawa turunan alkana dengan gugus fungsi
CHO yang memiliki rumus umum CnH2nO. Aldehid memiliki gugus karbonil,
yaitu ikatan rangkap pada ikatan antara karbon dan oksigen (C=O). Penamaan
aldehid secara IUPAC umumnya dilakukan dengan mengganti akhiran a nama
alkana menjadi al. Contohnya adalah CH2O disebut metanal dan C2H4O disebut
etanal. Adanya aldehid dalam suatu senyawa dapat diidentifukasi dengan
pereaksi Tollens, Fehling, dan Benedict. Reaksi dengan Tollens menghasilkan
cermin perak, reaksi Fehling dan Benedict menghasilkan endapan merah
bata.dari Cu2O.
Kegunaan :
- formaldehid ditambah air dengan kadar 37% disebut formalin, digunakan untuk
mengawetkan spesimen biologi karena dapat membunuh desinfektan (germs)
- formaldehid juga digunakan dalam industri pembuatan plastik termoset, damar
buatan dan desinfektan serta germisida
- asetaldehid digunakan untuk zat warna dan dalam pembuatan aseton, etil asetat
dan 1-butanol
Sifat fisik :
Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada suhu kamar
dengan bau sedap.
Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud padat pada suhu
kamar.
Sifat Kimia :
2.2 Formalin
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin),
merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair
yang
dikenal
sebagai
formalin,
atau
padatan
yang
dikenal
sebagai
Pengawet mayat
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan
sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan
sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet.
Gambar 2 : Formalin
Sumber : http://diyhpl.us/~bryan/papers2/DNA/phosphoramidites/120pxFormaldehyde-2D.svg.png
Sifat fisik :
Berbau menyengat
Mudah terbakar
Sifat kimia :
Massa molar
: 30,03 g.mol
Densitas
: 1 g/m
Titik didih
: -117 C (156 K)
Titik leleh
: -19,3 C (253,9 K)
Udang
1. Taksonomi Udang
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.
Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang
yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi
: Animalia
Subkingdom
: Metazoa
Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas
: Malacostraca
Subkelas
: Eumalacostraca
Superordo
: Eucarida
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachiata
Famili
: Panaeidae
2. Morfologi Udang
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan.
Bagian
kepala menyatu
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas
di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Rizal , 2009), seperti Gambar 3.
Keterangan:
a = alat pembantu rahang
g = kaki jalan
b = kerucut kepala
h = kaki renang
c = mata
i = anus
d = cangkang kepala
j = telson
e = sungut kecil
k = ekor kipas
f = sungut besar
.
Gambar 4 : Siklus Hidup Udang
Sumber :
http://mazara30.files.wordpress.com/2013/02/020813_0028_udangpanaeu4.png?
w=604
Ikan Asin
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
Ikan peda
Ikan asin peda adalah ikan kembung yang diawetkan dengan cara
berkumis, berdaging tebal, dan hidup di perairan perbatasan antara air tawar
dan asin. Awalnya daging ikan ditiriskan sampai tidak mengandung air lagi.
Kemudian dicelupkan ke dalam larutan gula merah, lalu daging ikan digarami.
Setelah dikeringkan dengan cara dijemur, daging ikan di lumuri dengan
larutan bawang putih untuk kemudian di keringkan lagi dan disimpan.
Bawang putih membuat rasa daging ikan asin ini berbeda dengan ikan asin
lainnya. Ikan asin jambal roti sangat cocok ditumis dengan bumbu yang
banyak dan beraroma tajam.
Ini salah satu jenis ikan asin yang populer di kalangan para ibu. Harganya
ekonomis dan mudah didapat. Panjangnya sekitar dua buku jari, dan tersedia
dalam bentuk utuh atau dibelah dua memanjang. Setelah direndam dengan air
hangat/panas, teri jengki biasanya digoreng terlebih dahulu sebelum diolah ke
dalam masakan. Teri jengki sangat cocok diolah ke dalam masakan
tumis/oseng-oseng dengan sedikit kuah.
1. Taksonomi Ikan Asin Peda atau Ikan Bandeng
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
: Pisces
Sub class
: Teleostei
Ordo
: Malacopterygii
Family
: Chanidae
Genus
: Chanos
Species
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu : 23 mei 2014 jam 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium Bioteknologi Ilmu Kelautan Unpad Gedung 4 Lantai 3
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Tabung Reaksi : menampung larutan dalam jumlah yang sedikit
2. Pipet tetes : alat untuk mengambil dan memindahkan sampel berupa cairan
3. Spatula : alat untuk mengambil bahan berupa padatan
4. Neraca : mengukur jumlah zat yang diperlukan
5. Gelas ukur : mengukur volume larutan
6. Penjepit tabung reaksi : Menjepit tabung reaksi selama melakukan proses
pemanasan
7. Botol Semprot : menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau
membilas alat-alat dan bahan
8. Hot plate : untuk memanaskan larutan.
9. Vortex mixer : untuk menghomogenkan suatu larutan.
3.2.2 Bahan
1. Udang Swalayan dan Pasar
2. Natrium Hidroksida (NaOH) 10%
3. Amonium Hidroksida (NH4OH) 2%
4. Benzaldehid
5. Sikloheksanon
6. Perak Nitrat (AgNO3) 5%
7. Air
8. AL-A dan AL-B
9. Ikan Asin
3.3 Prosedur Praktikum
1. Uji Kualitatif Aldehid Metode Tollens
Memasukkan perak nitrat (AgNO3)
sebanyak 1 ml
Mencincang 10 gr sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Metode Tollens
Tahap
Perlakuan
Hasil
1 ml AgNO3
Coklat keruh
+ 10 ml NH4OH 2 /o
+ 3 tetes formalin
Dihomogenkan menggunakan
vortex mixer
bagian atas
Tahap
Perlakuan
Hasil
Warna orange
2. Uji Formalin
hasil negatif
Sampel
Uji Formalin
Kel 6 (-)
Kel 7 (+)
Ikan asin
Formalin
4.2 Pembahasan
1. Metode Tollens
Pada percobaan metode Tollens ini praktikan dapat mengidentifikasi
adanya senyawa aldehid dalam suatu senyawa dan mengoksidasi aldehid menjadi
asam karboksilat. Langkah pertama mengambil 1 ml AgNO3 yang berwarna putih
keruh dan ditambahkan NaOH 10 % sebanyak 1 tetes hasilnya berubah menjadi
coklat keruh. Lalu ditambahkan NH4OH 2% sebanyak 10 ml tetes demi tetes,
warna berubah menjadi bening dan terdapat endapan hitam. Setelah itu
ditambahkan 3 tetes formalin hasilnya terdapat logam perak di bagian bawah
tabung reaksi dan ketika dihomogenkan menggunakan vortex mixer logam perak
teraduk rata hingga bagian atas tabung reaksi. Ini menandakan bahwa hasil positif
karena sesuai dengan reaksi metode tollens yang ada di tinjauan pustaka.
2. Uji Formalin
Pada percobaan uji formalin ini praktikan dapat mengetahui adanya
formalin di dalam suatu bahan pangan, sampel yang digunakan diantaranya adalah
udang dan ikan asin yang diambil dari 2 pasar yaitu pasar swalayan dan
tradisional. Uji formalin pada udang terdapat bagian yang di ekstrak yaitu kulit
dan daging untuk diuji. Pengujian pertama ekstrak kulit udang dengan cara
mencincang atau menggerus kulit udang sebanyak 10 gram dan ditambahkan air
panas sebanyak 20 ml, aduk dan biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel
yang hasilnya berwarna orange. Kemudian ditambahkan masing-masing 4 tetes
larutan AL-A dan AL-B hasil yang didapatkan tidak terjadi perubahan warna. Ini
menandakan bahwa hasil negatif yaitu tidak terkandungnya formalin dalam kulit
udang tradisional maupun swalayan.
Pengujian kedua yaitu ekstrak daging udang dengan cara mencincang atau
menggerus daging udang sebanyak 10 gram dan ditambahkan air panas sebanyak
20 ml, aduk dan biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel yang hasilnya
berwarna orange. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel yang hasilnya berwarna orange
dan ketika ditambahkan masing-masing 4 tetes larutan AL-A dan AL-B hasil yang
didapatkan tidak terjadinya perubahan warna kecuali kelompok 7 yang
menghasilkan warna ungu ini menandakan hasil positif bahwa daging udang dari
kelompok 7 mengandung formalin, tetapi daging udang dari kelompok 6 yang asal
pembeliannya sama mendapat hasil yang negatif ditandai dengan tidak adanya
perubahan warna. Dapat diambil hipotesis bahwa kelompok 7 adanya
ketidaksengajaan praktikan dalam percobaan uji formalin ini, salah satu penyebab
yaitu setelah melakukan percobaan metode tollens tangan praktikan tidak dicuci
terlebih dahulu.
Pengujian ketiga yaitu ikan asin dengan cara mencincang atau menggerus
ikan asin sebanyak 10 gram dan ditambahkan air panas sebanyak 20 ml, aduk dan
biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel
dan tambahkan masing-masing 4 tetes larutan AL-A dan AL-B hasilnya negatif
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan bahwa :
Metode Tollens adalah Reaksi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, dan
reduksi larutan alkalis perak amonium hidroksida menjadi logam perak. Pada
percobaan uji metode tollens yang telah dilakukan ini hasil yang didaptkan
positif dengan cara mengambil 1 ml AgNO3 dan ditambahkan NaOH 10 %
sebanyak 1 tetes. Lalu ditambahkan NH4OH 2% sebanyak 10 ml tetes demi
tetes. Setelah itu ditambahkan 3 tetes formalin hasilnya terdapat logam perak
di bagian bawah tabung reaksi dan ketika dihomogenkan menggunakan
vortex mixer logam perak teraduk rata hingga bagian atas tabung reaksi.
Uji formalin ini bertujuan untuk mengidentifikasi formalin dalam suatu bahan
pangan ada dua sampel yang digunakan yaitu udang dan ikan asin yang
masing-masing diambil dari pasar swalayan dan pasar tradisional. Ada bagian
dari udang yang diekstrak yaitu kulit dan daging. Dari percobaan yang telah
dilakukan kulit udang menghasilkan negatif menandakan bahwa tidak adanya
formalin. Dan dari ekstrak daging udang hanya kelompok 7 saja yang
menghasilkan positif menandakan adanya campuran formalin. Dan yang
terkhir uji formalin ikan asin mendapatkan hasil yang negatif menandakan
bahwa tidak adanya formalin.
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami
bagaimana reaksi dari semua pereaksi yang digunakan, dan dapat mengetahui
reaksi oksidasi alkohol primer maupun sekunder, pembuatan minyak pisang dan
wintergreen. serta dapat menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati, baik,
dan benar. Agar tidak terjadi kerusakan pada alat praktikum dan kecelakaan pada
praktikan akibat bahan-bahan praktikum yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Waldjinah, dkk. 2013. Detik Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten : Intan Pariwara.
Atmaja, Dimas Candra. 2010. Aldehid atau Alkanal.
http://chemyholic.blogspot.com/2010/10/aldehid-alkanal-r-cho.html
(diakses tanggal 28 mei 2014 jam 19.00 WIB)
Arifudin, R. 1983. Bandeng duri lunak dalam Kumpulan Hasil Penelitian
Teknologi Pasca Panen Perikanan. BPTP. Jakarta.
puspita, fika. 2013. Laporan uji Tollens untuk Aldehid dan Keton.
http://fikapuspita.blogspot.com/2013/06/laporan-uji-tollen-untuk-aldehiddan_24.html (diakses tanggal 28 mei 19.30 WIB)
Rudhyansyah, Kevin.2013. Formalin.
http://kevinrudhy.blogspot.com/2013/01/formalin.html (diakses tanggal 29
mei 2014 jam 18.30 WIB)
http://chaliq-chemistry.blogspot.com/2012/03/formalin-atau-formaldehid.html
(diakses tanggal 29 mei 2014 jam 18.45 WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21091/4/Chapter%20II.pdf
(diakses tanggal 29 mei 2014 jam 19.15 WIB)
http://bisakimia.com/2012/12/03/senyawa-turunan-alkana-aldehid/ (diakses
tanggal 29 mei 2014 jam 19.40 WIB)
LAMPIRAN