Evaluasi Terminal Peti Kemas
Evaluasi Terminal Peti Kemas
Evaluasi Terminal Peti Kemas
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1
TERMINAL PETIKEMAS
Terminal petikemas merupakan fasilitas pendukung pelabuhan yang
2.1.1 Sarana
Untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat petikemas, maka
Terminal Petikemas harus dilengkapai dengan berbagai fasilitas (Salim,
1994) yaitu :
II-2
2.1.2 Prasarana
Untuk menunjang kegiatan bongkar muat petikemas, maka
Terminal Petikemas harus dilengkapai dengan alat-alat bongkar muat
(Subandi, 1993) yaitu :
II-3
2.1.2.2 Forklift
Jenis forklift ada bermacam-macam. Forklift yang besar dapat
dipergunakan untuk mengangkat petikemas dari lambung kapal ke
chassis/trailer-trailer, sedangkan forklift kecil dapat digunakan untuk
menyusun muatan atau membongkar petikemas (stuffing/stripping).
Forklift juga dapat mengangkut petikemas berukuran 20 kaki
standar ISO, sedangkan untuk petikemas berukuran lebih dari 20 kaki
lazimnya tidak dipergunakan forklift.
II-4
2.1.2.6 Sidelift
Nama lain side lift adalah sideloader yaitu truck yang secara
khusus untuk mengangkat petikemas (bersusun dua sampai tiga
petikemas) yang berukuran 20-40 kaki.
Alat ini dilengkapai dengan lift (alat pengangkat) yang letaknya
disamping (sidelift). Kadang-kadang lift-nya terletak dimuka dan ini
disebut frontlift truck.
Sidelift truk ini sangat luwes untuk memindahkan muatan
berupa petikemas di marshaling area untuk menghindari kongesti
2.1.2.9 Chassis
Alat ini digunakan untuk mengangkut petikemas dan jenisnya
bermacam-macam. Chassis dilengkapi dengan adapter untuk mengunci
kelengkapan sudut petikemas (corner fittings of the container).
II-5
Chassis ada yang mempunyai poros tunggal (single axled) dan ada
pula yang berporos ganda (twin axled). Ukuran panjangnya beraneka
ragam, yang normal biasanya 20 dan 40 kaki.
Macam-macam chassis adalah sebagai berikut :
1. Parallel-frame chassis
Chassis jenis ini sebagai pengangkut petikemas, pada dewasa
ini sangat digemari oleh para pemakai.
2. Dual-purpose unit
Chassis ini berbentuk semitrailer dan dapat digunakan untuk
mengangkut petikemas dan muatan break-bulk lainnya. Alat ini
juga dilengkapi dengan alat pengunci petikemas (container
locking
devices).
Ukuran
panjang
bermacam-macam
2.2
II-6
II-7
Terminal
Petikemas,
mengangkut
dan
memuat ke kapal.
2. Tarif paket jasa bongkar muat petikemas dengan status LCL (Less
Than Container Load) tidak termasuk jasa dermaga, dikenakan
atas rangkaian kegiatan :
a.
langsung
dan
menyusun
di
lapangan
petikemas
kosong
dari
lapangan
penumpukan
Terminal
Petikemas,
dan
II-8
2.2.2.2 Shifting
Tarif pelayanan jasa shifting petikemas, dikenakan atas
pekerjaan memindahkan petikemas dari satu tempat ke tempat lain
dalam petak kapal yang sama atau ke petak kapal yang lain dalam
kapal yang sama (tanpa landing dan reshipping operation), atau dari
satu petak kapal ke dermaga dan kemudian menempatkan kembali ke
kapal yang sama (dengan landing dan reshipping operation)
Dalam hal terjadi shifting petikemas sebagaimana dimaksud
diatas, tetapi dilakukan dengan landing ke lapangan penumpukan
petikemas, dikenakan tarif sebesar 125% dari tarif pelayanan jasa
shifting petikemas dengan landing dan reshipping operation.
II-9
2.2.4.2 Stripping/Stuffing
Petikemas ex stripping/stuffing yang dilakukan di terminal
petikemas apabila petikemas tersebut akan dikeluarkan dianggap
sebagai petikemas impor, sedangkan apabila petikemas tersebut akan
dimuat ke kapal dianggap sebagai petikemas ekspor. Petikemas
tersebut dianggap sebagai petikemas kosong terhitung sejak saat
selesainya stripping/stuffing
(KEP.19/PU.04/P.III-2004 dan KEP.15/PJ.5.03/P.III-2000)
II-10
II-11
2.2.5.3 Monitoring
Pengawasan aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas
tarif
pelayanan
jasa
penumpukan
petikemas
2.3
2.
3.
4.
5.
II-12
2.3.2 Biaya Penampungan dan Tempat Tinggal Menurut Undangundang Bisnis (Statutory Relocation Costs of Residences and
Businesses).
Biaya penampungan dan tempat tinggal yang diberikan kepada
masyarakat yang mengalami penggusuran akibat adanya proyek, yang
besarnya telah ditentukan oleh Undang-undang
II-13
2.4
Inventarisasi (Inventory)
Untuk memelihara suatu aset diperlukan suatu pemahaman penuh
terhadap apa, kapan dan dimana aset kita berada.
2.
3.
4.
5.
6.
Program (Programming)
Langkah-langkah pengawasan supaya pemeliharaan berjalan
dengan benar dan tidak ada gangguan
II-14
7.
Inventory
Works control
And feedback
Programming
Budgetary
analysis
2.5
Condition
data
Maintenance
Standarts
Economic
Analysis
EVALUASI PROYEK
2.5.1 Pengertian Proyek
Karakteristik dasar dari suatu pengeluaran modal atau proyek
adalah bahwa proyek tersebut pada umumnya memerlukan pengeluaran
saat ini untuk manfaat yang akan datang. Pengertian proyek itu sendiri
menurut Adler (1983) adalah Investasi minimum yang secara ekonomis
dan teknis layak dilaksanakan.
Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas yang menggunakan
sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu
aktifitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan
hasil (return) di waktu yang akan datang, dan dapat direncanakan,
dibiayai, dan dilaksanakan secara unit (Kadariah, 1986).
II-15
Sumber-sumber
yang
digunakan
untuk
biaya-biaya
yang
sumber-sumber
ekonomi
yang
terbatas
untuk
2.
II-16
4.
5.
II-17
2.
Aspek teknis
Meliputi evaluasi tentang input dan output berupa barang dan jasa
yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek
2.
kemampuan
staf
proyek
unutk
menjalankan
II-18
Aspek organisasi
Ditujukan pada hubungan administrasi proyek dengan bagian
administrasi pemerintah lainnya untuk melihat apakah hubungan
antara masing-masing wewenang (authority) dan tanggung jawab
(responsibility) dapat diketahui dengan jelas.
4.
Aspek komersial
Menganalisa penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan
proyek, baik pada waktu membangun proyek, maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi, dan menganalisa pasaran output yang
akan dihasilkan proyek.
5.
Aspek finansial
Menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan
pendapatan (revenue earnings) daripada proyek, apakah proyek itu
akan terjamin dananya yang diperlukan, apakah proyek akan
mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan
berkembang sedemikian rupa secara finansial dapat berdiri sendiri.
6.
Aspek ekonomis
Menyelidiki apakah proyek itu akan memberi sumbangan atau
mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan
ekonomi seluruhnya, dan apakah peranannya cukup besar yang
membenarkan (to justify) penggunaan sumber-sumber yang langka.
II-19
proyek
yang
menguntungkan
dilihat
dari
sudut
II-20
1.
2.
Menghindari
pemborosan
sumber-sumber,
yaitu
denagn
4.
yang
tercakup
dalam
evaluasi
proyek
menurut
2.
3.
4.
2.
Pertimbangan engineering.
3.
Pertimbangan finansial.
4.
Pertimbangan ekonomis.
II-21
Gittinger (1986)
evaluasi
proyek
Gittinger
menekankan
pentingnya
2.6
1.
Aspek teknis.
2.
3.
Aspek sosial
4.
Aspek komersiil
5.
Aspek finansial
6.
Aspek ekonomis
II-22
Modal asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan,
misalnya hutang pada bank ataupun menerbitkan obligasi.
Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan,
dapat berupa penahanan sebagian keuntungan setelah pajak
perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan ataupun penjualan
saham baru.
Menurut Atmaja (1999) menyatakan bahwa: Obligasi adalah
promes jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau unit
pemerintah. Obligasi termasuk surat berharga karena pemegang obligasi
memiliki hak atas pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah
ditetapkan. Obligasi merupakan alternatif pendanaan yang menarik bagi
perusahaan karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh tempo yang
penjang dan relatif murah.
Suku bunga
Suku bunga timbul dikarenakan adanya nilai waktu dari uang, yang
artinya uang pada saat ini akan mempunyai nilai yang beda di masa yang
akan datang. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud suku bunga tidak
harus suku bunga deposito bank, tetapi bisa juga menggunakan tingkat
keuntungan (opportunity cost) investor.
Penetapan suku bunga sebesar opportunity cost mempunyai
kelemahan yaitu besarnya suku bunga selalu dianggap tetap atau tidak
terpengaruh fluktuasi suku bunga yang ada di pasar modal.
Dalam mengembalikan dana yang dipinjam, kadang periode waktu
yang ditetapkan tidak satu tahun, tetapi bisa satu bulan atau empat bulan
sekali. Berhubung analisa investasi yang dilakukan tiap tahun, maka
dihitung kembali besarnya bunga tiap tahunnya.
II-23
(2-1)
dimana:
EAR
KNom
= A
t =0
+ ..... + 1 / (1 + i )1 + 1 / (1 + i )0 ]
(2-2)
1
(1 + i )t
dimana:
Fn = besarnya pinjaman
i
= tahun
A = angsuran
dimana:
FVn = Future Value
i
= tahun
(2-3)
II-24
2.6.2.3 Pajak
II-25
dikeluarkan
dalam
rangka
mengoperasikan
terminal
pemeliharaan
adalah
biaya
yang
digunakan
untuk
II-26
Terdapat
beberapa
metode
dalam
menghitung
besarnya
(2-4)
Discount factor =
1
(1 + i )t
(2-5)
II-27
dimana :
i
= tahun
2.6.3
II-28
adalah aliran kas bersih yang merupakan selisih antara cash inflow dengan
cash outflow. Net cash flow dapat dihitung jika kita mengetahui cash flow
(benefit) di waktu yang akan datang, yang diharapkan dapat timbul dari
proyek investasi tersebut. Initial cash outlay dapat berupa pengeluaran
untuk pembelian tanah, bangunan, peralatan dan pengeluaran lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan proyek.
sebagai akibat dari pelaksanaan proyek investasi. Net cash flow dari
suatu proyek dapat dihitung dengan cara mengurangi cash inflow dari
suatu proyek dengan cash outflow-nya.
Salvage value
Taksiran nilai aset pada akhir umur investasi dimasukkan dalam cash
inflow pada tahun yang bersangkutan.
II-29
(2-6)
dimana :
NI
Dep
= Penyusutan (Depresiasi)
Int
NPV
(Net
Present
Value)
adalah
selisih
antara
benefit
NPV =
t =0
Bt Ct
(1 + i )t
dimana:
NPV = Net Persent Value
Bt
Ct
(2-7)
II-30
= periode waktu
i=%
O&P
n = tahun
Benefit
value
pengeluaran.
Jika
PI>1
maka
proyek
dikatakan
PI =
At
(1 + i )
t =1
(2-8)
Ao
dimana :
PI
= Profitability Index
= periode waktu
At
Ao
= biaya investasi
II-31
Keterangan
>1,00
Proyek Layak
1,00
Marginal
< 1,00
R (P / F , i%, k ) = E (P / F , i%, k )
k =0
k =0
(2-9)
dimana :
Rk
Ek
II-32
k =0
k =0
Rk (P / F , i%, k ) Ek (P / F , i%, k ) = 0
(2-10)
dimana :
NPV
Rk
Ek
II-33
Nilai i`% dapat juga ditentukan sebagai tingkat bunga yang pada
tingkat bunga itu NFV = 0 atau AV = 0. sebagai contoh, menetapkan NFV
sama dengan nol. Persamaan NFV menurut De Garmo (1997):
N
NFV
R (F / P, i%, N k ) E (F / P, i%, n k ) = 0
k =0
k =0
(2-11)
dimana :
NFV
Rk
Ek
II-34
NPV `
(i``i`)
NPV ` NPV ``
(2-12)
dimana :
IRR
i`%
i``%
II-35
Kalau rumus ini diterapkan pada soal di atas, maka hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tahun
1
2
3 - 11.
12
13 - 21
22
23 - 31
32
33 - 41
42
Net
B-C
-400
-600
250
100
250
100
250
100
250
300
i`%
22%
0.82
0.672
2.544
0.092
0.348
0.013
0.048
0.002
0.007
-
NPV
22%
-328
-403.2
636
9.2
87
1.3
12
0.2
1.7
16.2
i`%
23%
0.813
0.661
2.428
0.083
0.306
0.11
0.39
0.001
0.005
-
NPV
23%
-325.2
-396.6
6.07
8.3
76.5
1.1
9.8
0.1
1.3
-17.7
16.2
x1%
16.2 ( 17.7 )
16.2
IRR = 22% +
x1% = 22% + 0.4% = 22.48%
33.9
IRR = 22% +
Pada Internal Rate of Return 22.48% ini Net Present Value (NPV) adalah
nol (0)
II-36
PVdaripadaGrossBenefits
PVdaripadaGrossCosts
(2-13)
PVNetBenefitPositif
PVNetBenefitNegatif
(2-14)
II-37