Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
untuk pasien anak anak pemeriksaan tingkat kesadaran dapat menggunakan modifikasi GCS
yang disebut dengan Pediatric Coma Scale(PCS) . Perbedaan penilaiannya adalah pada unsur
verbalnya karena biasanya anak kecil belum dapat berbicara dengan jelas. Unsur penilaian PCS
adalah sebagai berikut :
Membuka Mata Spontan membuka mata :4
Terhadap rangsang suara membuka mata :3
Terhadap rangsang nyeri membuka mata :2
Menutup mata terhadap semua jenis rangsang :1
Respon VerbalTerorientasi :5
Kata-kata :4
Suara :3
Menangis : 2
Tidak ada suara sama sekali :1
Respon MotorikMenurut perintah :5
Lokalisasi nyeri: 4
Fleksi terhadap nyeri: 3
Ekstensi terhadap nyeri :2
Tidak ada gerakan sama sekali:1
Penilaian tingkat kesadaran pada anak dengan PCS juga masih dibedakan menurut rentang
umur, yaitu :
Umur
Nilai
Lahir-6 bulan
6-12 bulan
11
1-2 tahun
12
2-5 tahun
13
14
Menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati
apakah pelebaran pupil segera terjadi ketika cahaya dialihkan dari pupil.
Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya indirek :Mengamati perubahan diameter pupil
pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang satunya mendapatkan sorotan
cahaya langsung.
FUNGSI MOTORIK
Teknik pemeriksaan tonus otot :
a.Memeriksa tonus otot bahu :
- Pemeriksa menggerakkan sendi bahu seperti abduksi
- adduksi dan elevasi, kemudian merasakan adanya tahanan pada m. deltoideus. Nilailah
tahanan tersebut apakah normal, meningkat atau menurun.
-Tonus yang meningkat berarti bahwa pemeriksa mendapat kesulitan untuk menggerakkan
sendi bahu. Jika tonus otot hilang, maka pemeriksa tidak merasakan tahanan.
b.Memeriksa tonus otot pada lengan atas :
-Pemeriksa menggerakkan sendi siku secara pasif, yaitu fleksi dan ekstensi berulang
-ulang dan merasakan adanya tahanan pada otot
-otot di lengan atas dan nilailah tahanan tersebut apakah normal, meningkat atau menurun.
-Jika tonus otot meningkat,maka pemeriksa mendapat kesulitan untuk memfleksikan
dan mengekstensikan lengan. Jika tonus otot hilang, maka pemeriksa tidak merasakan tahanan.
c.Memeriksa tonus otot pada lengan bawah :
-Pemeriksa menggerakkan tangan pasien secara pasif (pronasi
-supinasi) dan merasakan adanya tahanan pada otot-otot di lengan bawah dan nilailah tahanan
tersebut apakah normal, meningkat atau menurun.
d.Memeriksa tonus otot pada tangan :
-Pemeriksa memfleksikan dan mengekstensikan jari-jari tangan pasien (menggenggam dan
membuka)dan merasakan adakah tahanan pada otot tangan, apakah normal, meningkat atau
menurun.
e.Memeriksa tonus otot pada pinggul :
-Pemeriksa memfleksikan dan mengekstensikan kaki pasien pada articulatio coxae
dan merasakan tahanan pada otot-otot pinggul, apakah normal, meningkat atau menurun.
f.Memeriksa tonus otot pada paha :
-Pemeriksa memfleksikan dan mengekstensikan kaki pasien pada sendi lutut dan merasakan
tahanan pada otot paha (m. quadriceps femoris), apakah normal, meningkat atau menurun.
Bila terdapat asimetri, maka pengukuran kelompok otot yang sama harus dilakukan, meliputi
panjang otot dan lingkaran otot. Patokan untuk mengukur lingkaran anggota gerak kedua sisi
harus diambil menurut bangunan anggota gerak yang sama, misalnya 10cm diatas olekranon.
c.Palpasi:
Otot yang normal akan terasa kenyal pada palpasi, otot yang mengalami kelumpuhan Lower
Motor Neuron (LMN)akan lembek, kendor dan konturnya hilang.Periksalah bentuk otot pada
otot bahu, lengan atas, lengan bawah, tangan, pinggul, paha, betis dan kaki.
Meminta pasien untuk melakukan fleksi pada sendi siku kemudian tangan pemeriksa
menahannya. Pemeriksaan ini terutama menilai kekuatan otot bisep dan brachioradialis.
Meminta pasien untuk melakukan ekstensi pada sendi siku kemudian tangan pemeriksa
menahannya. Pemeriksaan ini terutama menilai otot trisep.
c.Otot tangan :
Meminta pasien untuk menekuk jari-jari tangan (fleksi pada sendi interphalang),
kemudian tangan pemeriksa menahannya.
d.Otot panggul:
Meminta pasien untuk melakukan fleksi pada sendi panggul, kemudian tangan
pemeriksa menahannya. Setelah fleksi maksimal, pemeriksa meluruskan sendi panggul
tersebut.
e.Otot paha:
Meminta pasien untuk melakukan fleksi pada sendi lutut, kemudian tangan pemeriksa
menahannya. Pemeriksaan ini untuk menilai kekuatan m.biseps femoris
f.Otot kaki:
Meminta pasien untuk melakukan dorsofleksi pada kaki, kemudian tangan pemeriksa
menahannya.
Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
Tanda laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang
m.ischiadicus.
Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien untuk
mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara pasif.
Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan
sendi lutut.
Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
Interpretasi :
Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai refleks yang negatif, menurun, normal,meningkat,
atau hiperaktif. Berikut kriteria secara kuantitatif :
0:Tidak berespon
Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk/fleksi pada siku dengan telapak tangan
mengarah ke bawah.
Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan tendon tadi)
untuk memunculkan refleks biceps.
Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada siku.Biceps
adalah otot supinator untuk lengan bawah, hal tersebut akan menimbulkan gerakan
supinasi.Jika refleks ini meningkat, daerah refleks akan meluas dan refleks ini akan
muncul dengan cara memukul klavikula; akan terjadi fleksi pada pergelangan dan jarijari tangan; dan juga adduksi dari ibu jari.
2. Refleks triceps
Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks (dengan cara palpasi otot triceps : tidak
tegang), pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii.
Reaksinya adalah kontraksi otot triceps dan sedikit terhentak. Reaksi ini dapat terlihat
ataupun dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menahan lengan pasien
Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisi kiri tendon patella.
Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan
yang lain memukul tendon patella untuk memunculkan refleks patella.
Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan kontraksi
otot quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari
tungkai bagian bawah.
2. Refleks Achilles
Pasien diminta untuk duduk dengan satu tungkai menggantung, atau berbaring
dengan posisi supine , atau berdiri dengan bertumpu pada lutut dimana bagian
bawah tungkai dan kaki berada di luar meja pemeriksaan.
Pukul tendon Achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan refleks
Achilles, yaitu fleksi kaki yang tiba-tiba.
Refleks Chaddock
Dilakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus eksternus.
Goresan dilakukan dari atas ke bawah (dari proksimal ke distal). Refleks
Refleks Babinski
Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan dimulai pada tumit menuju ke
atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, kemudian setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan dibelokkan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks
Babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran jari-jari yang
lain
Refleks Gordon
Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien. Refleks Gordon positif jika ada respon
dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran dari jari-jari yang lain.