KTI Prinsip Kerja Giroskop

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Alam semesta tempat kita berada sekarang ini memiliki berbagai macam

penyusun dan peristiwa. Mulai dari partikel-partikel kecil hingga bintang-bintang


yang masif berinteraksi dengan berbagai fenomena. Sekilas fenomena-fenomena
pada penyusun alam semesta ini tidak beraturan dan tidak berpola. Tetapi yang
sebenarnya terjadi adalah alam semesta dan fenomena-fenomenanya tersebut
memiliki pola teratur dalam ketidakberaturannya. Hal-hal ini dipelajari dalam suatu
bidang ilmu yang disebut dengan fisika.
Dalam tertib bidang ilmunya, fisika terbagi-bagi lagi menjadi beberapa
cabang ilmu yang membahas bidang-bidang tertentu. Misalnya mekanika yang
membahas tentang pergerakan benda-benda dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan gerak tersebut. Optik yang membahas tentang

gejala-gejala gelombang

cahaya. Elektro-magnetik membahas tentang fenomena-fenomena yang terjadi pada


muatan listrik dan lainnya yang sangat menarik untuk ditelusuri.
Salah satu hal yang menarik untuk dibahas dari bidang ilmu fisika ini adalah
gerak rotasi. Ada banyak contoh gerakan rotasi di sekitar kita. Komedi putar yang
sedang bekerja, penerjun bebas ketika mereka berjungkir balik, bumi berotasi
mengelilingi sumbunya, roda yang berputar, dan sebagainya. Gerak rotasi
menyimpan berbagai fenomena yang sangat menarik dan tidak terduga, tetapi dapat
dibahas dan dibuktikan dengan ilmu fisika.

Sekarang bayangkan kita sedang mengendarai sepeda motor. Apa yang Anda
lakukan di saat akan berbelok ke arah kanan. Tentunya secara logika biasa kita harus
mengarahkan stang/stir ke kanan. Tetapi pada kenyataannya hal ini malah membuat
sepeda motor kita akan rebah atau miring ke kiri sehingga kita akan sulit untuk
berbelok ke kanan. Hal yang sama juga terjadi ketika kita berbelok ke kiri. Hal ini
terjadi karena sepeda motor digerakkan dengan roda yang berputar. Roda berputar ini
akan menimbulkan momentum sudut yang arahnya akan dipengaruhi oleh torsi.
Hubungan momentum sudut dan torsi pada roda berputar ini yang akan dibahas pada
tulisan ini sehingga dapat menjelaskan salah satu keanehan fenomena di atas.
Dari beberapa uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meninjau
masalah tersebut dalam suatu judul Prinsip Kerja Giroskop Roda Berputar.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah

yaitu bagaimana prinsip kerja giroskop roda berputar?

1.3

Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam pembahasan ini yaitu untuk

mengetahui prinsip kerja giroskop roda berputar.

1.4

Pembatasan Masalah
Untuk mencapai tujuan pembahasan seperti yang diharapkan, penulis perlu

membatasi ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini. Adapun masalah yang

akan dibahas adalah bagaimana cara kerja giroskop roda berputar ditinjau secara
kualitatif.

1.5

Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan ini adalah:
1) Bagi penulis, untuk menambah wawasan tentang materi gerak rotasi pada
giroskop roda berputar.
2) Bagi pembaca, dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja giroskop roda
berputar.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut


Besaran-besaran pada gerak rotasi merupakan koresponden dari besaran-

besaran pada gerak translasi. Anggap suatu roda yang berjejari r bergerak
menggelinding. Jarak yang ditempuh roda setelah bergerak satu kali putaran penuh
adalah s. Jarak s tersebut tidak lain tidak bukan adalah keliling roda.

Nilai

pada rumus di atas merupakan besaran sudut dalam satuan radian

dimana 1 putaran =

radian. Jadi persamaan di atas dapat dinyatakan

dengan :

Jika roda tersebut bergerak rotasi menempuh sudut

dalam selang waktu

, maka perbandingan antara besar sudut yang ditempuh dengan selang waktunya
disebut dengan kecepatan sudut atau kecepatan angular

Dengan mensubtitusi nilai

akan didapatkan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa kecepatan sudut merupakan


korespondensi kecepatan pada gerak translasi.
4

Kemudian jika roda tersebut bergerak dengan kecepatan sudut yang berubahubah, maka perbandingan antara perubahan kecepatan sudut
waktu

terhadap selang

dinamakan dengan percepatan sudut atau percepatan angular .

Jika

disubtitusi dengan akan menghasilkan:

Persamaan tersebut merupakan hubungan antara percepatan sudut dengan


percepatan pada gerak translasi.

2.2

Torsi

Untuk memutar suatu roda, maka perlu ada suatu gaya yang dikerjakan pada
roda tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah titik tangkap dari gaya yang
diberikan tersebut. Gaya tersebut jika dikerjakan sedemikian rupa sehingga garis
kerjanya melalui pusat roda, tidak akan membuat roda tersebut berotasi. Jadi agar
roda tersebut dapat berputar, maka titik tangkap dari gaya yang diberikan tidak boleh
mengenai pusat roda. Sehingga dalam prakteknya nanti muncul jarak antara garis

aksi gaya dengan pusat roda. Jarak tersebut adalah vektor . Hasil perkalian kros
antara vektor dengan gaya adalah torsi

Torsi inilah yang menjadi penyebab gerak rotasi pada sebuah benda. Nilainya
tidak hanya dipengaruhi oleh gaya, tetapi juga oleh jarak garis aksi gaya tersebut
dengan pusat rotasi yang disebut lengan gaya. Torsi merupakan koresponden dari
gaya yang merupakan penyebab gerak translasi.
Seperti halnya semua besaran vektor, torsi juga memiliki arah. Arah torsi
dinyatakan dengan
Dari persamaan torsi di atas maka dapat dinyatakan nilai torsi dengan :

Dimana

2.3

adalah sudut yang dibentuk vektor dan vektor .

Momen Inersia
Dengan menganggap sudut yang dibentuk antara vektor lengan gaya dan

vektor gaya adalah

, maka persamaan torsi dapat dinyatakan dengan:

Berdasarkan persamaan pada Hukum II Newton pada gerak lurus

maka persamaan di atas dapat ditulis dengan:

Jika percepatan
percepatan

dikorespondensikan dengan gerak melingkar, maka

, jadi:

Besaran

adalah sifat benda yang nantinya disebut momen inersia .

Maka momen inersia suatu partikel bermassa m dan terletas sejauh r dari pusat
rotasinya dinyatakan dengan:

Jika sebuah benda terdiri dari banyak parikel, maka momen inersia benda
tersebut adalah jumlah dari momen inersia dari semua partikelnya.

Momen inersia merupakan sifat benda yang menunjukkan tingkat


kemampuan benda untuk mempertahankan keadaan awalnya terhadap perubahan
dalam gerak translasi atau disebut dengan tingkat kelembaman benda.

2.4

Momentum Sudut
Sebuah partikel yang bergerak dalam lingkaran berjejari

sudut

, momentum sudut

hasil kali momentum linear

Dengan

relatif terhadap pusat lingkaran didefinisikan sebagai


dan jari-jari .

, maka

Jika kita subtitusi

dengan kecepatan

, maka

Karena

, maka

Momentum sudut merupakan besaran vektor yang merupakan hasil perkalian


kros vektor dengan vektor momentum .

Dari persamaan torsi sebelumnya, kita dapat mendapatkan hubungan antara


torsi dan momentum sudut.

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa torsi akan menyebabkan perubahan


momentum. Persamaan ini adalah pernyataan Hukum II Newton untuk gerak rotasi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Hubungan Torsi dan Momentum Anguler


Sebuah roda yang berputar memiliki momentum anguler yang besarnya

adalah hasil perkalian momen inersia dan kecepatan sudutnya. Semakin cepat sebuah
roda berputar, maka akan semakin besar nilai momentum angulernya. Arah
momentum anguler ini merupakan hasil perkalian kros vektor jari-jari dengan vektor
kecepatannya.

Jika roda yang berputar ini dikenakan torsi, maka torsi tersebut akan
mengubah arah dari momentum angulernya. Perubahan ini terjadi berdasarakan pada
persamaan Hukum II Newton tentang gerak rotasi yang dinyatakan dengan

Perubahan arah momentum anguler tersebut akan membuat roda bergerak


tidak seperti semestinya. Dorongan torsi yang diberikan akan digunakan untuk
mengubah arah momentum anguler roda dan membuat roda bergerak sesuai dengan
perubahan vektornya.

Seperti yang diperlihatkan gambar, torsi yang diberikan akan berarah ke


sumbu Y positif. Torsi ini yang menghasilkan perubahan momentum anguler

berarah sumbu Y positif. Vektor momentum anguler awal akan berubah arahnya
menjadi vektor momentum akhir setelah dijumlahkan dengan perubahan
momentumnya. Hal ini membuat roda bergerak berputar terhadap sumbu Z yang
seharusnya dengan logika biasa berputar terhadap sumbu Y.
Gerakan ini yang menjadi anomali atau seolah-olah menentang hal yang
semestinya terjadi. Gerakan ini juga sering disebut dengan efek giroskopik. Akibat

10

efek ini, maka seseorang yang mengendarai sepeda motor harus melakukan sama
persis dengan penjelasan di atas. Untuk berbelok ke kanan, motor harus bergerak di
atas alur ban sebelah kanan atau rebah ke kanan. Jika pengendara mengarahkan
setang kemudi ke kanan, maka dengan efek giroskopik yang ada di roda berputar
akan membuat motor rebah ke kiri. Hal ini akan membuat motor berbelok ke kiri.
Jadi agar motor rebah ke kanan, maka setang kemudi harus diarahkan ke kiri. Teknik
berkendara ini sering disebut dengan counter steering.

3.2

Presisi pada Roda Berputar

Sebuah roda yang digantung seperti gambar di atas akan jatuh jika tidak
dipertahankan posisinya. Namun hal yang menarik akan terjadi jika roda tersebut
digantung sambil berotasi.
Roda yang berputar memiliki momentum anguler yang arahnya merupakan
hasil perkalian kros vektor jari-jari dengan vektor kecepatannya. Hal ini membuat
torsi yang terjadi akibat gaya berat roda tidak digunakan untuk berotasi sehingga
roda akan jatuh seperti gambar di atas. Tetapi torsi tersebut akan selalu digunakan
untuk mengubah arah momentum anguler roda berputar ini.

11

Gambar di atas memperlihatkan tejadinya perubahan arah momentum anguler


awal menjadi momentum akhir akibat dari torsi yang dihasilkan oleh gaya
berat roda. Hal ini membuat roda berotasi terhadap sumbu tali dan tidak jatuh seperti
jika roda tidak berotasi sebelumnya. Gerakan ini disebut dengan presisi.

12

BAB IV
PENUTUP

4.1

Simpulan
Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:

1. Setiap benda yang berotasi disebabkan oleh torsi dan menghasilkan momentum
anguler.
2. Torsi yang diberikan pada benda berotasi akan mengakibatkan perubahan
momentum anguler, baik nilai maupun arahnya.
3. Perubahan momentum anguler yang disebabkan torsi dapat membuat roda
berputar mengalami efek giroskopik.
4. Fenomena gerakan giroskop yang digantung pada tali disebut dengan gerak
presisi.

4.2

Saran
Adapun beberapa hal yang menjadi saran dan harapan dari makalah ini

adalah:
1. Agar dapat menambah pengetahuan tentang gerak rotasi dan efek yang terjadi
pada gerak tersebut.
2. Tulisan ini dapat menjadi dasar dalam membahas penerapan giroskop dalam
kehidupan sehari-hari.

13

Anda mungkin juga menyukai