Esu (Electro Surgery Unit)
Esu (Electro Surgery Unit)
Esu (Electro Surgery Unit)
Disusun Oleh:
Ratna Dinar P
NIM. P27838012085
Apabila tahanan ini dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah
menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang
dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh.
a. Pengaruh Arus Listrik Pada Jaringan Tubuh
Penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringanjaringan biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang
ditimbulkan dari frekuensi tinggi itu antara lain:
meninggalkan lubang didalam matrik sel. Apabila elektroda dipindahkan ke jaringan lain, maka
jaringan tersebut akan mendapatkan panas cepat sehingga sel-sel akan meledak dan membuat
lubang baru. Karena proses ini maka terjadi dalam jumlah banyak, maka terbentuklah irisan
dalam pembedahan.
ditempelkan pada permukaan (terjadi kontak) atau di masukkan ke dalam jaringan yang
digunakan untuk pengeringan. Jika arus frekuensi tinggi me
menguap dari sel sel jaringan sehingga sel plasma darah akan membeku.
tidak langsung antara elektroda aktif dan jaringan biologis (tissue). Prinsipnya dengan cara
loncatan daya arus frekuensi tinggi dari elektroda aktif menuju jaringan yang akan dibekukan.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan keluarnya H2O dalam sel-sel dan membakar unsur-unsur
lainnya dalam jaringan tubuh. Kerena H2O keluar dari sel jaringan sehingga ada ruang kosong
yang menyebabkan pembelahan (cutting) sedangkan zat zat lainnya (darah) yang terbakar akan
menyubat pembuluh atau pembekuan (koagulasi). Tegangan yang digunakan antara 800 V 2
KVdengan mengunakan frekuensi tinggi dengan tujuan agar pasien tidak mengalami shock
listrik, karena tubuh dapat merespon tegangan kurang dari 60 V dengan frekuensi dibawah
100Hz, sedangan diatas ketentuan itu tubuh hanya akan merespon panas listrik saja
b. Pengoperasian ESU
Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar:
a) Mode Bipolar
Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan).
Sebuah elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan,
kemudian arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi
kemudian menuju ujung elektroda yang lain.
b) Mode Monopolar
Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda
pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari generator frekuensi tinggi melalui elektroda
aktif ke jaringan tubuh pasien kembali ke generator melalui elektroda pasif. Arus listrik akan
terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik
dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan dan kerapatan arus. Mode monopolar lazimnya
digunakan pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting.
Indikator alarm dan suara harus diset dalam keadaan baik atau tidak
b. K3 pada Pasien
Berdoa
Elektroda pasif harus sesuai pemasangannya
Jika tidak sesuai, maka saat dilakukan pembedahan pada pasien, misalnya hanya jarak
sekian yang diperlukan untuk proses pembedahan, maka hasilnya tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan.
Selain itu, apabila dilakukan pembedahan di daerah A pada pasien, maka pada daerah
B (elektroda pasif) akan timbul luka bakar.
c. K3 pada Operator
Berdoa
Harus mengerti dosis yang dibutuhkan
Hal ini dikarenakan, apabila seorang operator tidak mengetahui berapa kekuatan panas
yang dibutuhkan untuk melakukan pembedahan pada tubuh pasien, maka akan
menimbulkan luka bakar pada tubuh pasien dan daya tembus pembedahannya akan
semakin dalam.
Penggunaan APD
APD yang dibutuhkan seorang operator ESU antara lain yaitu:
Alas Kaki
Untuk menghindari adanya arus bocor pada grounding saat alat dioperasikan.
Sarung tangan/handscoon
Untuk melindungi operator dan pasien dari kontaminasi virus atau kotoran yang ada
Masker
Seorang operator harus mengetahui dimana dan bagaimana letak penempatan elektroda
yang benar dan sesuai pada pasien agar tidak timbul malpraktek.
d. K3 pada Teknisi
Berdoa
Sebelum melakukan perbaikan, maka alat harus dishortkan terlebh dahulu.
Hal ini dilakukan karena ESU merupakan alat yang menggunakan daya tinggi, dan
frekuensi tinggi(pada ESU yang menggunakan tabung).
Penggunaan APD
APD yang dibutuhkan seorang teknisi ESU antara lain yaitu:
Alas Kaki
Untuk menghindari adanya arus bocor pada grounding saat alat dioperasikan.
e. Syringe Pump
f. Infuse Pump
g. Suction Pump
h. Defibrilator
i. Electrocardiography
j. Patient Monitor
k. Dll.
IV. Ketika ESU bekerja apakah frekuensi yang ditimbulkan dapat mempengaruhi
peralatan yang ada di sekitarnya?
Menurut saya, frekuensi yang ditimbulkan tidak mempengaruhi peralatan lain yang berada di
sekitarnya. Karena, dari beberapa sumber referensi yang saya baca, tidak menyebutkan bahwa
frekuensi pada ESU akan mempengaruhi kinerja pada peralatan lain yang ada disekitarnya. Pada
beberapa sumber referensi yang saya baca, banyak yang menyebutkan bahwa frekuensi yang
ditimbulkan oleh ESU akan mempengaruhi kesehatan dari orang yang menggunakannya.
Dampak yang ditimbulkan akibat frekuensi yang ditimbulkan oleh ESU ini antara lain yaitu efek
fisiologis, biasanya menyerang pada otak dan system syaraf. Hal ini biasanya ditandai dengan
cirri menurunnya daya ingat, kepala pusing, dan tumor otak akibat paparan gelombang RF dan
EMF yang ditimbulkan oleh ESU. Selain itu, dampaknya juga terjadi pada reproduksi dan
pengembangan seseorang, efek medan amplitude modulasi yang mempengaruhi mobilitas ion
kalsium pada jaringan otak, efek pulsa medan yang mempengaruhi organ pendengaran pada
manusia, serta indikasi terjadinya kanker. (http://azrymulia.blogspot.com/2013/03/pengaruhradiasi-gelombang.html)