3draft RPJMD Kota Bogor 2015-2019

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 113

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional adalah landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan balk oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Peraturan ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan
masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan
daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel,
partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
Adapun Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumberdaya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Merujuk kepada peraturan di atas, dalam rangka penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor
Tahun
2015-2019
merupakan
penjabaran
dari
agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke
dalam rencana pembangunan jangka menengah. Masa bakti
Walikota/Wakil Walikota periode 2010-2014 telah berakhir pada tahun 2014
dan selanjutnya Walikota dan Wakil Walikota terpilih akan menyusun
RPJMD dengan kurun waktu 2015-2019 yang penetapannya paling lambat 6
(enam) bulan setelah pelantikan, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah. Penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019
dilakukan melalui berbagai tahapan analisis data dan informasi hasil
pembangunan, serta penelaahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kota Bogor Tahun 2005 - 2025.
1.2.

Maksud dan Tujuan


1

Maksud penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah


menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode lima
tahun, yang memuat visi, misi Kepala Daerah, arah kebijakan, strategi dan
program pembangunan.
Tujuan penyusunan RPJMD Kota Bogor adalah :
1.
2.

3.
4.

1.3.

Menetapkan visi, misi, dan program pembangunan daerah jangka


menengah;
Menetapkan pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) OPD, dan perencanaan
penganggaran;
Menetapkan pedoman untuk penyusunan RPJMD dan RKPD serta
perencanaan penganggaran Kota Bogor;
Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan
terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi yang berbatasan.

Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019


adalah :
1.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah di ubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor
12
Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3.

Undang-Undang Nomor 33
Tahun
2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
2

4.

Undang-Undang Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 57


Tahun
2005 tentang Hibah
Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4577);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

9.

Peraturan Pernerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi


Perangkat Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman


Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi


dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4816);
3

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 8


Tahun
2008 tentang
Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);

15.

Peraturan Presiden Nomor


5 Tahun
2010
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 2014;

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah di ubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

17.

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan


Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2008
tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Bogor
Tahun 2005-2025;

18.

Peraturan Gubernur Kota Bogor Nomor 79 Tahun 2010 Tentang


Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Bogor (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79 Seri E).

19.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2007 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor
Tahun 2007 Nomor 7 Seri E);

20.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata


Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2
Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1, Seri E);

21.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tata


Ruang Wilayah Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun
4

2011 Seri E);


22.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 20102014 (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 3, Seri E)

1.4.

Hubungan Antar Dokumen

RPJMD Kota Bogor Tahun


2015 2019 memiliki keterkaitan
dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

1.5.

RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 berpedoman pada Undang


Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang - Undang No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 berpedoman pada RPJPD
2005-2025 dan memperhatikan RPJMN Tahun
2010 - 2014, dan
mempertimbangkan asas keberlanjutan dengan program - program
pembangunan sebagaimana dimuat dalam RPJMD Kota Bogor Tahun
2015 - 2019.
RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 mempertimbangkan arah
pembangunan kewilayahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bogor (Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011)
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat (Peraturan
Daerah Propinsi Nomor 22 Tahun 2010).
RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 mengacu kepada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Dacrah.

Sistematika Dokumen RPJMD


Sistematika penulisan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 terdiri
dari 11 (sebelas) bab sebagai berikut:

Bab I

PendahuIuan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Dasar Hukum Penyusunan
1.4 Hubungan Antar Dokumen
1.5 Sistematika Dokumen RPJMD
5

Bab 11

Gambaran Umum Kondisi Daerah


2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.4 Aspek Dayasaing Daerah

Bab III

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka


Pendanaan
3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2010-2014
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2010-2014
3.3 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Tahun 2015-2019

Bab IV

Analisis Isu-Isu Strategis


4.1 Permasalahan Pembangunan
4.2 Isu Strategis
4.3 Analisa SWOT

Bab V

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


5.1 Tujuan dan Sasaran pembangunan
5.2 Keterkaitan Visi dan Misi dengan Urusan Wajin dan
Urusan Pilihan

Bab VI

Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

Bab VII

Kebijakan Umum dan Program


2015-2019
7.1 Kebijakan Umum 2015-2019

Bab VIII

Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan


Pendanaan

Bab IX

Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Bab X

Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Bab XI

Penutup

Pembangunan

Daerah

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1. Kondisi Geografis Daerah
Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat
4330BT-106 derajat 5100BT dan 3030 LS-6 derajat 4100 LS, atau
7

kurang lebih 60 Km ke arah Selatan ibukota Jakarta, dengan luas


wilayahnya mencapai 118.50 Km2, terbagi atas 6 kecamatan dan 68
kelurahan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dengan batasbatas :
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan
Bojong, Kecamatan Gede, dan Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur
: Kecamatan
Sukaraja
dan
Kecamatan
Ciawi
Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat
: Kecamatan Darmaga, Kecamatan Kemang dan
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor.
Kota Bogor merupakan kota yang sangat strategis karena berada di
tengahtengah Kabupaten Bogor. Kota Bogor mempunyai wilayah dengan
kontur berbukit dan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara 190
m s/d 350 m di atas permukaan laut. Seluas 1.763,94 Ha merupakan lahan
datar dengan kemiringan berkisar 0-2%, seluas 891,27 Ha merupakan
lahan landai dengan kemiringan berkisar 2-15%, seluas 109,89 Ha
merupakan lahan agak curam dengan kemiringan 15-125%, seluas 764,96
Ha merupakan lahan curam dengan kemiringan 25-40%, dan lahan sangat
curam seluas 119,94 Ha dengan kemiringan lebih dari 40%.
Berdasarkan hasil foto udara diketahui sebagian dari total wilayah
Kota Bogor merupakan kawasan yang sudah terbangun, kecuali di wilayah
Kecamatan Bogor Selatan. Area terbangun paling luas berada di wilayah
Kecamatan Bogor Tengah.
Untuk pemanfaatannya, 4.151,69 hektar atau 35,48% lahan Kota
Bogor sudah menjadi kawasan pemukiman. Sedangkan sisanya
dipergunakan antara lain untuk lahan pertanian seluas 2.112,72 hektar
(18,6%), lahan industri 92,59 hektar (0,79%), perdagangan dan jasa 81,02
hektar (0,69%). Lahan lainya masih berupa hutan kota seluas 129,74 hektar
(1,11%), taman dan lapangan olahraga 264 hektar (2,25%), serta kuburan
134,64 hektar (1,15%), sungai dan situ 138,99 hektar (1,19%).
Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu tiap bulan rata-rata
mencapai 250C, dengan suhu terendah 21,40C dan suhu tertinggi 33,10 C.
Suhu seperti itu antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas
rata-rata antara 3.500 sampai 4.000 mm per tahun, dan curah hujan
bulanan berkisar antara 250-800 mm dengan rata-rata hujan 21 hari per
bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata
per tahun 2 Km/jam dengan arah Timur Laut.
8

Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik


atau sehat. Beberapa parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak
membahayakan lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang
dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu
udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa
lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota
Bogor kurang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan
beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam
air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air
situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu.
Sedangkan air sumur penduduk, nilai PH-nya cenderung fluktuatif, dan di
beberapa lokasi kandungan detergen dan bakteri koli sedikit diatas kriteria
yang disyaratkan.
2.1.2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Bogor berdasarkan sensus Penduduk tahun
2010 mencapai 950.334 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk
mencapai 2,70%, tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor berjumlah ..
jiwa. Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah penduduk sebesar 1.004.831
Jiwa dan tahun 2013 jumlah penduduk Kota Bogor diproyeksikan sebanyak
1.023.923 dengan Kepadatan penduduk mencapai 8.606 jiwa/ km2.
Berdasarkan perkembangan penduduk sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2011 penduduk Kota Bogor terus mengalami kenaikan dari
855.085 jiwa pada tahun 2005 menjadi 967.398 jiwa pada tahun 2011
dengan sebaran penduduk perkecamatan tertinggi berada di Kecamatan
Bogor Bogor Barat sebesar 214.826 jiwa; disusul oleh Kecamatan Tanah
sareal sebesar 195.742 jiwa dan Kecamatan Bogor Selatan sebesar 184.336
jiwa. Sedangkan jumlah jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan
Bogor Timur sebesar 96.617 jiwa. Adapun perkembangan penduduk tahun
2005 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.1, dan sebaran
penduduk pada tahun 2011 tiap Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.1
Perkembangan Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Laki-laki
431.862
444.508
457.717
476.476
481.559
484.791

Perempuan
423.223
434.630
447.415
465.728
464.645
465.543

Total
855.085
879.138
905.132
942.204
946.204
950.334
9

2011
493.761
473.637
Sumber : Data Sosial Ekonomi Dasar 2012

967.398

Tabel 2.2
Sebaran Penduduk Kota Bogor Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Laki-laki
Bogor Barat
109.446
Bogor Timur
49.135
Bogor Tengah
51.743
Bogor Utara
88.754
Bogor Selatan
95.003
Tanah Sareal
99.680
Kota Bogor
493.761
Sumber : Data Sosial Ekonomi Dasar 2012

Perempuan
105.380
47.482
50.402
84.978
89.333
96.062
473.637

Total
214.826
96.617
102.145
173.732
184.336
195.742
967.398

2.1.3. Potensi pengembangan wilayah


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2009 2029, wilayah Kota Bogor terbagi ke dalam 5 (lima) Wilayah Pengembangan
(WP), yaitu WP A wilayah Kecamatan Bogor Bogor Tengah, WP B wilayah
Kecamatan Bogor Barat, WP, C Wilayah Kecamatan Tanah sareal, WP D,
wilayah Kecamatan Bogor Utara dan WP.E Wilayah Kecamatan Bogor
Selatan dan Kecamatan Bogor Timur, dengan potensi masing-masing
wilayah adalah :
1.
Wilayah Pelayanan (WP) A, meliputi Kecamatan Bogor Tangah sebagai
lokasi pusat kota : Kebun raya dan sekitarnya;
2.
Wilayah Pelayanan (WP) B, meliputi Kecamatan Bogor Barat sebagai
pusat pengembangan dikawasan bubulak;
3.
Wilayah Pelayanan (WP) C, meliputi Kecamatan Tanah Sareal; sebagai
pusat pengembangan kawasan yasmin pasar TU Kemang.
4.
Wilayah Pelayanan (WP) D, meliputi Kecamatan Bogor Utara sebagai
pusat pengembangan kawasan BORR Kedunghalang Sentul dan
Warung Jambu;
5.
Wilayah Pelayanan (WP) E, meliputi Kecamatan Bogor Timur dan
Kecamatan Bogor Selatan sebagai pusat pengembangan dikawasan
Tajur R3, Inner Ring Road.
2.1.4. Wilayah Rawan Bencana

10

Berdasarkan hasil pemutakhiran data daerah rawan bencana yang


dilaksanakan di wilayah Kota Bogor telah terdeteksi daerah rawan
bencana, adalah sebagai berikut :
1. Daerah rawan bencana longsor telah terdeteksi di Kota Bogor
sebanyak 507 lokasi, dengan kriteria/kategori :
a. Kategori berat sebanyak 169 lokasi
b. Kategori sedang sebanyak 232 lokasi
c. Kategori ringan sebanyak 106 lokasi
2. Daerah rawan bencana banjir telah terdeteksi di Kota Bogor sebanyak
164 lokasi, dengan kriteria/kategori :
a. Kategori berat sebanyak 52 lokasi
b. Kategori sedang sebanyak 75 lokasi
c. Kategori ringan sebanyak 37 lokasi
3. Daerah rawan bencana kebakaran telah terdeteksi di Kota Bogor
sebanyak 280 lokasi, dengan kriteria/kategori :
a. Kategori berat sebanyak 91 lokasi
b. Kategori sedang sebanyak 131 lokasi
c. Kategori ringan sebanyak 58 lokasi
Secara lengkap daerah rawan bencana di Kota Bogor dapat tergambar
pada table 2.3 sebagai berikut :
Tabel 2.3
Deteksi Daerah Rawan Bencana di Kota Bogor

NO
1
2
3
4
5
6

LOKASI /
KECAMATAN
Bogor Barat
Bogor Tengah
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Selatan
Tanah Sareal
JUMLAH
TOTAL

B
63
16
22
6
42
20
169

Deteksi Daerah Rawan Bencana


Longsor
Banjir
Kebakaran
S
R
B
S
R
B
S
R
56
5
11 29
5
16 40
3
39
3
0
2
2
18 36
1
16
17
16 12
7
43 32
17
14
25
9
6
21 13 14
36
90
49
0
23
0
0
8
1
17
7
16
3
2
1
1
0
232 106 52 75 37 91 131
58
507
164
280

Keterangan :
a. B : Berat
b. S : Sedang
c. R : Ringan

2.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

11

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Pembangunan daerah di Kota Bogor difokuskan pada pemerataan
ekonomi dan kualitas masyarakat di bidang sosial. Fokus pemerataan
ekonomi dilihat dari indeks daya beli, pemerataan pendapatan, dan PDRB
Perkapita. Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun
2012 secara umum seluruh Sektor lapangan usaha mengalami kenaikan
pertumbuhan sebesar 11,82% dibanding tahun 2011, yaitu dari
Rp.15.487.433,93 (juta) menjadi Rp.17.318.369,94 (juta) di tahun 2012.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 mengalami pertumbuhan
sebesar 6,20% dari Rp.5.252.733,26 (juta) di tahun 2011 menjadi
Rp.5.368.227,44 (juta) pada tahun 2012. Keadaan PDRB Kota Bogor Atas
Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dalam kurun
waktu 2008 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada tabel 2.4. berikut.
Tabel 2.4
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan (2000) Tahun 2008 2012 ( Jutaan Rupiah )
PDRB Atas Dasar Harga
PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku
Konstan
1
2008
10.089.943,96
4.252.484,58
2
2009
12.788.577,55
4.843.492,08
3
2010
14.635.801,28
5.035.528,94
4
2011
16.009.185,42
5.252.732,26
5
2012*
17.543.542,53
5.462.729,53
Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2012

No

Tahun

Memperhatikan
PDRB
Atas Dasar Harga
Berlaku
sebesar
Rp.10.089.943,96 juta di tahun 2008 meningkat menjadi Rp.17.318.369,94
juta di tahun 2012 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami
peningkatan dari Rp.4.252.484,58 juta pada tahun 2008 menjadi
Rp.5.394.161,34 juta di tahun 2012, hal ini menggambarkan bahwa dalam
kurun waktu lima tahun ini telah terjadi peningkatan riil yang cukup
signifikan sehingga peningkatan yang terjadi bukan hanya karena faktor
kenaikan harga ataupun inflasi tapi juga merupakan peningkatan kapasitas
produksi sektoral.
1.

Kesejahteraan Sosial

Aspek pembangunan masyarakat pada bidang sosial diukur dengan


melihat Angka Melek Huruf, Angka Partisipasi Sekolah, Angka Harapan

12

Hidup, Angka Kematian Bayi , Keadaan kesehatan gizi masyarakat, sarana


prasarana kesenian, jumlah klub olahraga, serta masalah ketenagakerjaan.
Dengan berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada
Tahun 2012 terdapat peningkatan angka melek huruf naik sebesar 98,83%,
angka rata-rata lama sekolah naik menjadi sebesar 9.92 tahun. angka
partisipasi murni (APM)
SD/MI telah mencapai 99,40%, angka
partisipasi murni (APM) sekolah pada tingkat SMP/MTs telah mencapai
89,60% dan angka partisipasi murni (APM) sekolah pada tingkat
SMA/SMK/MA telah mencapai 75,00%.
Indeks Kesehatan tahun 2011 sebesar 73,28 poin dan tahun 2012
sebesar 73,42 poin. Hal ini ditentukan dari Umur Harapan Hidup tahun
2011 yaitu 68,97 tahun dan tahun 2012 sebesar 69,05 tahun. Angka
Harapan hidup ini ditentukan dari Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran
Hidup tahun 2011 yaitu, 24,87 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun
2012 menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup. Indikator lainya antara lain
Prevalensi Gizi buruk pada periode tahun 2012 sebanyak 229 orang.
Demikian juga untuk balita gizi kurang pada tahun 2012 sebanyak 5.319
orang .
Dari sisi sarana dan prasana pelayanan kesehatan dasar puskesmas
sampai tahun 2012 sebanyak 24 puskesmas. Puskesmas yang mampu
berfungsi PONED (Pelayanan Obstetry Neonatal Emergency Dasar) sampai
tahun 2012 sebanyak 6 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan paket alat
kesehatan PONED, berikut tenaga baik dokter maupun bidan yang terlebih
dahulu dilatih PONED. Rumah sakit yang menjadi rujukan di Kota Bogor
sampai tahun 2013 sebanyak 10 Rumah Sakit milik swasta dan TNI/POLRI
dengan jumlah total Tempat Tidur 1.811 Tempat tidur.
Dari aspek ketenagakerjaan di Kota Bogor, dapat dijelaskan bahwa
Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Bogor pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Pada
tahun 2012
penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 492.842 orang, sementara pada
tahun 2011 sebanyak 415.549 orang, meningkat sekitar 77.293 orang.
Jumlah pengangguran mengalami penurunan sebanyak 10,31% pada tahun
2011 menurun menjadi 10,10% pada tahun 2012.
Pembangunan aspek budaya dapat dilihat dari banyaknya sarana dan
prasarana untuk memajukan budaya lokal Kota Bogor serta untuk
pengembangan budaya sesuai dengan kemajuan zaman. Saat ini jumlah
gedung untuk pementasan budaya yang dikelola oleh Pemerintah Kota
Bogor yaitu Gedung Kemuning Gading.

13

Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Bogor


mencapai angka 145.918 orang, wisatawann lokal sebanyak 2.8121.508
orang dan pada tahun 2012 jumlah wisatawan mancanegara sebanyak
151.755 orang dan wisatawan lokal sebanyak 3.112.414 orang.
Pembangunan urusan Kepemudaan dan Olahraga Kota Bogor, yang dapat
dilihat dari indikator terdapatnya organisasi kepemudaan berjumlah 67
organisasi, gedung olah raga sebanyak 35 gedung, klub olah raga sebanyak
13 klub, lapangan olah raga sebanyak 697 lapangan dan terdapat 37
organisasi olahraga.
Pembangunan
dibidang
sosial,
diarahkan
pada
penanganan
gelandangan, pengemis dan orang terlantar, berupa pembinaan mental,
sosial dan keterampilan di Balai Rehabilitasi Sosial Pemerintah Kota Bogor
memiliki 1 Unit Rumah Rehabilitasi Sosial, panti asuhan anak sebanyak 10
unit, panti asuhan bina remaja sebanyak 4 unit panti asuhan bina netra
sebanyak 1 unit dan panti asuhan bina daksa sebanyak 1 unit.
Pemberdayaan Sosial Remaja dan Anak Jalanan dilaksanakan melalui
pembinaan mental, sosial dan keterampilan kepada remaja putus sekolah
dan anak terlantar dari Kecamatan/kelurahan se Kota Bogor, agar mampu
menjalankan fungsi sosialnya. Tahun 2011 terdapat sebanyak 251 Remaja
Putus Sekolah dan Tahun 2012 sebanyak 272 Remaja putus Sekolah dan
anak terlantar mendapatkan Akses Pelayanan Sosial Penyandang Cacat,
berupa layanan dan bantuan pemulihan keberfungsian sosial, pemenuhan
alat bantu, peningkatan keterampilan usaha perbengkelan, service HP,
warungan, olahan pangan dan jaminan hidup bagi penyandang cacat di
masing-masing Kecamatan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan di
Kota Bogor pada kurun tahun 2011-2012 mengalami peningkatan.
Berdasarkan angka estimasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor,
pada tahun 2012 capaian IPM Kota Bogor naik 0,32 poin dan tahun 2011
sebesar 76,08. Peningkatan IPM setiap tahunnya, merupakan dampak dari
meningkatnya komponen-komponen pembentuk IPM.
Komponen pendidikan tahun 2011 mencapai 87,64 poin dan tahun
2012 menjadi sebesar 87,93 poin. Peningkatan indeks pendidikan
diakibatkan oleh peningkatan dua komponen penyusunnya, yaitu angka
melek huruf dan indeks rata lama sekolah. Angka Melek Huruf tahun 2012
sebesar 98,83% dan tahun 2011 sebesar 98,79% dan Rata-rata Lama
Sekolah tahun 2012 sebesar 9,92 tahun dan tahun 2011 sebesar 9,80
tahun. Berikut tabel perkembangan IPM Kota Bogor sebagaimana tabel 2.5.
Tabel 2.5
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bogor
14

Tahun 2010-2012

2010

Pendidikan
87,60

Indeks
Kesehatan
73,12

Daya Beli
66,53

75,75

2011

87,64

73,28

67,31

76,08

Tahun

2012

87,93
73,42
67,86
Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2012

IPM

76,40

Indeks kesehatan pada tahun 2011 mencapai 73,28 poin dan tahun
2012 menjadi 73,42 poin. Komponen kesehatan mengalami peningkatan
sebagai dampak dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Angka
Harapan Hidup pada tahun 2012 mencapai 69,05 tahun dan tahun 2011
yaitu 68,97 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini ditentukan dari
angka kematian bayi yang menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun
menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Komponen
pembentuk IPM lainnya, yaitu indeks daya beli menunjukkan kemampuan
masyarakat untuk mengakses perekonomian. Pada tahun 2012 indeks daya
beli sebesar 67,86 poin dan tahun 2011 sebesar 67,31 poin, sedangkan
angka indeks daya beli tahun 2012 sebesar Rp.653.650 dan tahun 2011
sebesar Rp.651.250.
2.2.3. Seni Budaya dan Olah Raga
Perkembangan seni dan budaya di Kota Bogor sudah mengalami
kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai
budaya. Namun demikan, upaya peningkatan jati dini masyarakat Kota
Bogor
seperti halnya solidaritas sosial, kekeluargaan, penghargaan
terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Budaya
berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, kebersamaan dan
kemandirian dirasakan makin memudar. Hal ini menunjukkan perlunya
mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.

2.3
1.

Aspek Pelayanan Umum


Pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan hak dasar setiap penduduk
dan pemenuhan atas hak ini menjadi kewajiban pemerintah. Pemerintah
Daerah memiliki tanggung jawab besar agar seluruh penduduk yang
mendominasi struktur umur di Kota Bogor memperoleh pendidikan yang
15

layak. Selain jumlah penduduk yang besar, tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan pendidikan adalah relatif besarnya disparitas /
ketidakmerataan ketersediaan sarana pendidikan.
Pembangunan bidang pendidikan mampu meningkatkan Angka
Partisipasi Murni (APM) SD Sederajat pada tahun 2012 mencapai 99,40%
melebihi target RPJMD sebesar 99%. APM SMP Sederajat mencapai 89,60%
melebihi target RPJMD sebesar 80%. APM SMA Sederajat
mencapai
75,00%, belum memenuhi target RPJMD sebesar 90%. Adapun Angka
Putus Sekolah (APS) SD sederajat sebesar 98,73% Angka Putus Sekolah
(APS) SMP sederajat sebesar 89,60%, Angka Putus Sekolah (APS) SMA
sederajat sebesar 57,06%, Angka Kelulusan SD sederajat sebesar 15.499
orang, Angka Kelulusan SMP sederajat sebesar 12.531 orang. Angka
Kelulusan SMA sederajat sebesar 5.876 orang, dan
guru yang telah
memiliki sertifikat pendidik mencapai 4.127 guru meningkat dari tahun
2009 yaitu 3.226 guru sebagaimana tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Jumlah Sarana Dan Prasarana Pendidikan Tahun 2010-2012
Tahun
2010
2011
TK/RA
194
244
SD/MI
344
337
SMP/MTs
146
146
SMA/SMK/MA
126
131
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bogor, Tahun 2012
Jumlah

2012
244
288
113
136

Pada tahun 2012 jumlah sarana pendidikan SD sederajat sebanyak 342


unit, SMP/sederajat sebanyak 146 unit, dan jumlah sarana SMA/SMK/MA
sederajat sebanyak 132 unit, sedangkan jumlah tenaga pengajar /Guru SD
sederajat sebanyak 4.867 orang, Guru SMP sederajat sebanyak 3.473
orang, dan jumlah guru SMA/SMK/MA sederajat sebanyak 4.084 orang.
2.

Kesehatan
Status kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor dan
diantaranya adalah layanan kesehatan. Efektifitas layanan kesehatan secara
makro ditentukan, antara lain:
a. Aksesibilitas sarana kesehatan, seperti rumah sakit, puskemas dan
balai pengobatan, klinik;
b. Aksesibilitas tenaga pemberi layanan, seperti dokter, perawat, bidan
dan apoteker;
c.
Luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin luas
wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus dilakukan
untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau masyarakat. Semakin
16

banyak jumlah penduduk, maka semakin besar beban tugas yang


harus dilakukan.
Pada tahun 2012, jumlah rumah sakit di Kota Bogor sebanyak 10 unit,
puskesmas sebanyak 24 unit, puskesmas pembantu sebanyak 27 unit dan
Puskesmas keliling sebanyak 3 unit, Pemberi layanan kesehatan, terdiri dari
tenaga medis spesialis sebanyak 2 orang, dokter gigi sebanyak 26 orang,
perawat/bidan sebanyak 220 orang, dan tenaga medis sebanyak 136
orang, tenaga farmasi sebanyak 23 orang, teknisi medis sebanyak 23 orang,
tenaga sanitasi sebanyak 29 orang tenaga kesehatan masyarakat sebanyak
24 orang.
Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat
jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan
pelayanan rawat inap bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan
kesehatan hingga berat. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan tahun
2010-2012 sebagaimana tabel 2.7. berikut.
Tabel 2.7
Jumlah Sarana Dan Prasarana Kesehatan Tahun 2010 -2012
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
Jumlah Rumah Sakit
10
10
10
Jumlah Puskesmas
24
24
24
Jumlah Bidan
103
103
103
Jumlah Pustu
28
28
28
Jumlah Apotik/T. Obat
108
108
108
Jumlah Dokter
136
136
136
Jumlah Perawat
143
143
143
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk
pelayanan kesehatan dasar terutama pelayanan rawat jalan, sedangkan RS
disamping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap
juga melayani kunjungan rawat jalan.

2.4.Aspek Daya Saing


1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator utama perkembangan ekonomi suatu daerah


adalah
Laju
Pertumbuhan
PDRB.
Indikator
ini
menunjukkan
perkembangan/ pertumbuhan produk yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan ekonomi di daerah tersebut pada kurun waktu tertentu. Untuk
17

lebih jelas melihat Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor menurut Sektor
Lapangan Usaha disajikan pada Tabel 2.8 berikut ini :
Tabel 2.8
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011 2012 (%)

Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO

PDRB Atas Dasar


Harga Berlaku
2010
2011

PDRB Atas Dasar


Harga Konstan
2010
2011

7.95
8.02

8.49
-2.00

3.22
1.54

2.84
-9.47

19.72
14.74

14.12
10.25

6.38
6.95

6.20
6.99

13.87
13.67

7.45
10.26

4.12
4.98

4.15
5.28

13.59

13.64

8.36

8.47

10.87
16.84

9.91
11.35

5.36
6.14

5.42
6.19

Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Sektor Keuangan,


Persewaan dan Jasa Perusahaan paling tinggi pertumbuhannya yaitu 8.47%
dan sektor yang pertumbuhannya negatif adalah Sektor Pertambangan dan
Penggalian yaitu
minus
-9.47% dikarenakan terjadinya penurunan
kuantitas yang sangat signifikan selama tahun 2011.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan mencerminkan perubahan PDRB
yang disebabkan faktor perubahan kuantitas yang dipengaruhi oleh harga
yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu PDRB Atas
Dasar Harga Konstan dapat digunakan sebagai alat analisis yang lebih valid
untuk melihat perkembangan riil produktivitas secara riil di suatu wilayah
pada suatu periode tertentu karena mengabaikan pengaruh fluktuasi harga
secara umum. Untuk lebih jelasnya gambaran kemajuan ekonomi suatu
daerah biasanya dilakukan pengelompokkan Sektor ekonomi yang terdiri
atas :
1.
Sektor Primer, yaitu Sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau
bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam
seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini
adalah Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian.
18

2.

3.

Sektor Sekunder, yaitu Sektor yang mengolah bahan mentah atau


bahan baku baik berasal dari Sektor Primer maupun dari Sektor
Sekunder menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini
mencakup Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air
Minum dan Sektor Bangunan (Konstruksi).
Sektor Tersier atau dikenal sebagai Sektor Jasa, yaitu Sektor yang tidak
memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk Jasa. Sektor
yang tercakup adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa.

Bila Lapangan Usaha dikelompokkan ke dalam kelompok Sektor Primer,


Sekunder dan Tersier, maka Laju Pertumbuhan Kota Bogor Atas Dasar
Harga Berlaku tahun 2011, masing-masing 8.40%, 12.83% dan 10.61%.
Pengaruh harga yang cenderung meningkat dan tinggi di Sektor Sekunder,
yaitu Sektor Industri Pengolahan mengakibatkan Laju Pertumbuhan Sektor
Sekunder cukup tinggi. Sedangkan Laju Pertumbuhan Atas Dasar Harga
Konstan 2000 tahun 2011 masing-masing 2.73%, 5.90% dan 6.38%.
Pada Tahun 2011 sektor tersier tumbuh sebesar 6.38%. Pertumbuhan
yang cukup cepat di sektor ini dipicu juga oleh makin melambatnya
pertumbuhan sektor primer dan sektor sekunder di Kota Bogor. Sektor
tersier
yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan perusahaan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa berkembang cukup pesat di Kota Bogor
karena hal ini sesuai dengan karakteristik perekonomian perkotaan secara
umum. Untuk melihat Laju Pertumbuhan menurut Sektor Primer,
Sekunder, dan Sektor Tersier.
Dilihat dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan,
pertumbuhan sektor tersier mengalami pertumbuhan tercepat dibanding
sektor primer dan sekunder dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada
Tabel 2.9 dibawah ini.
Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kelompok Sektor
Tahun 2010 2011 ( % )
PDRB Atas Dasar
PDRB Atas Dasar
KELOMPOK
Harga Berlaku
Harga Konstan
SEKTOR
2010
2011
2010
2011
Primer
Sekunder
Tersier

7.95
18.44
16.07

8.40
12.83
10.61

3.21
6.02
6.22

2.73
5.90
6.38
19

PDRB

16.84

11.35

6,14

6.19

Laju Pertumbuhan Sektor Sekunder PDRB Atas Dasar Harga Berlaku


pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan laju tertinggi yaitu sebesar
18.44% pada tahun
2010 dan sebesar 12.83% pada tahun 2011.
Sedangkan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Sektor
Tersier menunjukkan pertumbuhan tercepat selama tahun 2010 hingga
2011, yaitu sebesar 6.22% pada tahun 2010 dan sebesar 6.38% pada
tahun 2011.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Sektor Sekunder selama
tahun 2010 dan 2011 cenderung dipengaruhi oleh perubahan harga
produksinya. Sebaliknya pada Sektor Tersier, ditinjau dari pertumbuhan
Atas Dasar Harga Konstannya, laju pertumbuhan secara riil dipengaruhi
oleh peningkatan kuantitas produksinya.
Laju Pertumbuhan Sektor
Sekunder Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Bogor tahun 2011 sebesar
12.83% paling besar, secara berturut-turut, ditunjang oleh Sektor Industri
Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Sektor Bangunan.
Sedangkan Laju Pertumbuhan Sektor Primer Atas Dasar Harga
Konstan sebagai sektor tercepat yang tumbuh di Kota Bogor selama tahun
2011 paling besar ditunjang oleh pertumbuhan yang sangat cepat di sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor Primer merupakan
sektor dengan pertumbuhan terlambat selama periode 2007 2011. Hal ini
disebabkan karena Sektor Primer merupakan sektor bukan potensi di
daerah perkotaan
2.

Struktur Ekonomi

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor secara umum sangat


dipengaruhi oleh
distribusi persentase PDRB secara sektoral yang
menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB
secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin
besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu
daerah. Oleh karena itu dengan melihat perkembangan suatu sektor dalam
kurun waktu tertentu akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan
sektor tersebut dalam PDRB secara keseluruhan dengan kurun waktu yang
sama. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita
ingin melihat perkembangan Sektoral dengan lebih teliti, dapat diartikan
bahwa jika peranan suatu sektor besar dan terjadi perubahan kecil saja
dalam sektor tersebut maka akan berpengaruh secara signifikan terhadap
perekonomian daerah tersebut. Sebaliknya jika peranan suatu sektor kecil
dan terjadi perubahan baik besar maupun kecil dalam sektor tersebut maka
pengaruh yang diakibatkan kurang signifikan terhadap perubahan ekonomi
daerah tersebut.
20

Struktur perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang


didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri
Pengolahan (Sub Sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan
Komunikasi atau dengan perkataan lain Sektor Tersier merupakan Sektor
yang paling besar kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer.
Struktur perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang didominasi
oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan
(Sub sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi atau
dengan perkataan lain Sektor Tersier merupakan Sektor yang paling besar
kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer.
1.
Selama kurun waktu 20072011 terlihat bahwa Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran mendominasi kontribusi terhadap PDRB Kota Bogor
(Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan) disusul
oleh Sektor Industri Pengolahan dan Sektor keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan. Struktur Ekonomi Kota Bogor ditunjang oleh Sektor
Tersier dan Sektor Sekunder, hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.10 di
bawah ini :
Tabel 2.10
Kontribusi Sektor Dalam Perekonomian Kota Bogor
Tahun 20102011

KELOMPOK SEKTOR
Primer
Pertanian
Pertambangan
&Penggalian
Sekunder
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Bangunan
Tersier
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB

PDRB Atas Dasar


Harga Berlaku
2010
2011
0.19
0.18
0.19
0.18
0,00
0,00

PDRB Atas Dasar


Harga Konstan
2010
2011
0.29
0.29
0.29
0.28
0,00
0,00

33.57
26.20
2.02

34.02
26.85
2.00

38.38
28.32
3.27

38.27
28.32
3.29

5.35
66.24
37.01

5.16
65.80
36.65

6.79
61.33
29.22

6.66
61.44
28.97

15.53

15.29

10.18

10.28

9.53

10.14

14.69

15.00

3.77
100,00

3.72
100,00

7.24
100,00

7.19
100,00
21

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Tahun 2012

2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia


Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2010 mencapai 2,36
persen dari 716.428 penduduk angkatan kerja, sedangkan angkatan kerja
pada tahun 2012 mencapai 1,01 persen dari 628.295 penduduk angkatan
kerja, angka ini menurun dari tahun 2011 yang mencapai 3,27 persen dari
jumlah 595.724 penduduk angkatan kerja

BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1

Kinerja Keuangan Tahun 2010-2013

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada


dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan
sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat
sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan
pengelolaan anggaran secara baik. Aspek penting dalam penyusunan
anggaran adalah penyelarasan antara kebijakan (policy), perencanaan
(planning) dengan penganggaran (budgeting) antara pemerintah dengan
pemerintah daerah.
3.1.1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah Kota Bogor dari tahun ke tahun terns meningkat,
hal ini dapat dilihat dari target dan realisasi Pendapatan Daerah tahun
2010 sampai dengan 2013 (Tabel 3.1)

22

Tabel 3.1
Terget dan Realisasi Pendapatan Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

2010
2011
2012
2013
Jumlah

891,568,394,880.00
1,112,519,204,515.00
1,334,121,612,819.00
1,387,778,675,819.00
4,725,987,888,033.00

892,199,445,365.00
1,141,638,163,971.00
1,356,529,980,355.00
731,681,074,993.00
4,122,048,664,684.00

100.07
102.62
101.68
52.72
89.27

631,050,485.00
29,118,959,456.00
22,408,367,536.00
(656,097,600,826.00)
(603,939,223,349.00)

Sumber : BPKAD Kota Bogor


Selama Priode Tahun 2010-2013 Target pendapatan daerah sebesar
Rp 4,725,987,888,033.00 dengan realisasi sampai dengan tahun 2013
sebesar Rp. 4,122,048,664,684.00atau sekitar 89,27 persen. Berdasarkan
pencermatan terhadap realisasi pendapatan daerah, proporsi komponen
pendapatan terhadap total pendapatan daerah Kota Bogor selama tahun
anggaran 2010-2013 di tunjukan pada table 3.2 berikut ini

Tabel 3.2
Proporsi Realisasi Komponen Pendapatan terhadap Total Pendapatan
Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013
Jenis
Penerimaan

Proporsi Realisasi Komponen Pendapatan Daerah Kota


Bogor Tahun 2010-2013
2010
2011
2012
2013

PAD
Dana
Perimbangan
Penerimaan
Lainnya yang
sah

127,488,089,831

230,449,644,620

300,932,470,210

219,413,390,662

708,589,920,534

860,209,669,806

983,393,668,045

44,752,366,617

56,121,435,000

50,978,849,545

72,203,842,100

64,688,332,882

Jumlah

892,199,445,365

1,141,638,163,971

1,356,529,980,355

328,854,090,161

Secara terperinci target dan realisasai pendapatan daerah selama


priode tahun anggaran 2010-2013 dapat diuraikan sebagai berikut :
23

1.)

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli daerah terdiri dari (a) pajak daerah, (b) Retribusi
daerah, (c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan (d)
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Selama priode tahun 20102013 sebesar Rp 1,172,938,302,583 realisasainya sampai dengan tahun
2013 sebesar Rp. 994,253,941,082atau 106,45 % hal ini telah melampui
target yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Terget dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010
2011
2012

125,766,337,107
200,433,711,496
525,280,722,686

127,488,089,831
230,442,644,620
300,932,470,210

101
115
57

2013
Jumlah

219,010,039,863
1,172,938,302,583

219,469,075,594
994,253,941,082

100
93.46

Bertambah/
Berkurang
1,721,752,724
30,008,933,124
(224,348,252,47
6)
459,035,731
(178,684,361,50
1)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Pajak daerah terdiri dari pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan. Pajak parkir dan pajak air bawah
tanah. Selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 target dan
realisasi pajak daerah mencapai sebesar Rp 624,697,368,641 dengan
realisasi sebesar Rp 610,105,685,953 atau 103,33 persen. Adapun rincian
sebagaimana tabel 3.4 berikut :

Tahun
2010
2011
2012
2013

Tabel 3.4
Terget dan Realisasi Pajak Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Target Setelah
Realisasi
%
Bertambah/
Perubahan APBD
Berkurang
60,905,804,641
141,667,564,000
182,062,000,000
240,062,000,000

66,504,761,353
165,396,746,064
224,746,197,191
153,457,981,345

109.19
116.75
123.44
63.92

5,598,956,712
23,729,182,064
42,684,197,191
(86,604,018,655)

24

Jumlah

624,697,368,641

610,105,685,953

103.33

(14,591,682,688)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Kota Bogor kepada kepentingan orang pribadi
atau badan baik yang bersifat pelayanan jasa umum, jasa usaha dan
perijinan tertentu. Target dan realisasi Retribusi daerag selama priode
tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar Rp 610,105,685,953
atau sekitar 103,33 persen dari target sebesar Rp 624,697,368,641 dengan
rincian sebagaimana table 3.5.

Tahun
2010
2011
2012
2013
Jumlah

Tabel 3.5
Terget dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Target Setelah
Realisasi
%
Bertambah/
Perubahan APBD
Berkurang
32,659,468,294
37,373,616,145
32,638,903,970
40,760,809,419
39,727,007,000

36,491,852,284
34,681,146,445
35,950,801,655
44,689,473,424
41,031,740,032

112
93
110
110
103

3,832,383,990
(2,692,469,700)
3,311,897,685
3,928,664,005
1,304,733,032

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Penerimaan
hasil pengelolaan kekayanaan daerah daerah yang
dipisahkan di peroleh dari bagian laba perusahaan milik daerah. Selama
periode tahun 2010-2013 target dan realisasi hesil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan sebesar Rp 56,862,840,158 atau 93.47 persen
dari total target sebesar 61,209,668,789 dengan rincian sebagaimana tabel
3.6 berikut :
Tabel 3.6
Terget dan Realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun
Target Setelah
Realisasi
%
Bertambah/
Perubahan APBD
Berkurang
2010
2011
2012
2013
Jumlah

14,976,037,739
14,860,668,944
15,180,503,825
16,192,458,281
61,209,668,789

15,137,968,088
13,784,056,944
18,180,503,825
9,760,311,301
56,862,840,158

101
93
120
60
93.47

161,930,349
(1,076,612,000)
3,000,000,000
(6,432,146,980)
(4,346,828,631)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Penerimaan Lain-lain PAD Yang Sah, selama periode tahun 2010
sampai dengan tahun 2013 , target dan realisasi secara rata-rata terlampui
25

kecuali tahun 2010 sebesar 89 persen. Secara akumulasi target penerimaan


Lain-lain PAD Yang Sah sebesar Rp 57,086,437,188 dengan realisasi
sebesar Rp 58,008,592,588 atau 104,84 persen, dengan rincian
sebagaimana table 3.7
Tabel 3.7
Terget dan Realisasi Lain-lain PAD Yang Sah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun
2010
2011
2012
2013
Jumlah

Target Setelah
Perubahan APBD
12,513,878,582
11,266,574,582
14,277,409,442
19,028,574,582
57,086,437,188

Realisasi
11,164,213,945
15,318,039,957
16,307,295,770
15,219,042,916
58,008,592,588

%
89
136
114
80
104,84

Bertambah/
Berkurang
(1,349,664,637)
4,051,465,375
2,029,886,328
(3,809,531,666)
922,155,400

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


2.)

Dana Perimbangan

Dana Perimbangan yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN) terdir atas (a) Dana bagi hasil Pajak/Dana bagi hasil
bukan pajak, (b) Dana Alokasi Umum (DAU dan (c) Dana Alokasi Khusus
(DAK). Secara keseluruhan target pendapatan daerah yang bersumber dari
Dana perimbangan selama priode tahu anggaran 2010-2013 adalah sebesar
Rp 2,660,378,364,685. Sesuai dengan Surat Menteri Keuangan yang setiap
tahun diterbitkan, akumulasi dana perimbangan yang dapat direalisasaikan
sebesar Rp 2,696,156,272,780 atau 101.34 persen dari target. Adapun
rinciannya dapat disajikan pada yabel 3.8.
Tabel 3.8
Terget dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

710,953,773,273

2011

854,273,068,019

2012

979,960,572,613

2013

788,056,552,408

Jumlah

3,333,243,966,313

Realisasi
708,589,920,5
34
860,209,669,8
06
983,393,668,0
45
447,523,666,5
17
2,999,716,924,
902

Bertambah/
Berkurang

100

(2,363,852,739)

101

5,936,601,787

100

3,433,095,432

57

(340,532,885,89
1)
(333,527,041,41
1)

89,38

26

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Secara keseluruhan target penerimaan dana perimbangan yang
bersumber dari dana bagi hasil pajak/dana bagi hasil bukan pajak
selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp 433,582,609,529
sedangkan realisasi sebesar 442,217,417,223 atau 97, 69 persen, dengan
rincian sebagaimana table 3.9.
Tabel 3.9
Terget dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

138,625,595,172

2011

106,147,132,399

2012

113,497,638,550

2013

75,312,243,408

Jumlah

433,582,609,529

Realisasi
148,687,621,3
87
120,803,371,3
31
133,540,276,9
88
39,186,147,51
7
442,217,417,2
23

Bertambah/
Berkurang

107

(10,062,026,215)

114

(14,656,238,932)

118

(20,042,638,438)

52

36,126,095,891

97,69

(8,634,807,694)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari Dana
Alokasi Umum selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp
2,189,034,254,000 dengan realisasi sebesar Rp 1,902,983,918,000 atau
89,58 persen, dengan rincian sebagaimana table 3.10
Tabel 3.10
Terget dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

426,093,607,000

2011

472,888,338,000

2012

603,531,550,000

2013

686,520,759,000

Jumlah

2,189,034,254,000

Realisasi
426,093,607,0
00
472,888,334,0
00
603,531,550,0
00
400,470,427,0
00
1,902,983,918,
000

Bertambah/
Berkurang

100

100

(4,000)

100

58

(286,050,332,00
0)
(286,050,336,00
0)

89,58

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


27

Target penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari Dana


Alokasi Khusus selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp
62,581,900,000 dengan realisasi sebesar Rp 30,719,230,000 atau 58,75
persen, dengan rincian sebagaimana table 3.11
Tabel 3.11
Terget dan Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)
Tahun 2010 2013
Tahun
2010
2011
2012
2013
Jumlah

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

9,756,700,000

9,756,700,000

100

11,366,600,000
15,235,050,000

8,524,950,000
4,570,515,000

75
30

(2,841,650,000)
(10,664,535,000)

26,223,550,000
62,581,900,000

7,867,065,000
30,719,230,00
0

30
58,75

(18,356,485,000)
(31,862,670,000)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013

3.)

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari (a) pendapatan (b) Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya (c) Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan (d) Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya. Target lain-lain pendapatan yang sah
secara akumulasi sebesar Rp 483,789,110,568 dengan realisasi Rp
230,492,530,127 atau 70,74 persen. Adapun rinciannya dapat disajikan table
3.12
Tabel 3.12
Terget dan Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

2010
2011
2012

51,884,284,500
47,312,425,000

53,121,470,600
40,478,884,545

102
86

1,237,186,100
(6,833,540,455)

99,880,317,520

72,203,842,100

72

2013

284,712,083,548

64,688,332,882

23

Jumlah

483,789,110,568

230,492,530,12
7

70,74

(27,676,475,420
)
(220,023,750,66
6)
(253,296,580,44
1)

28

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang
sah bersumber dari pendapatan hibah sebesar 18,500,000,000 dengan
realisasi sebesar Rp. 13,499,930,000 dengan rincian sebagaimana tabel
3.13
Tabel 3.13
Terget dan Realisasi Pendapatan Hibah
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

3,000,000,000
2,999,965,000
2010
10,500,000,000
10,499,965,000
2011
2,000,000,000
2012
3,000,000,000
2013
18,500,000,000
13,499,930,000
Jumlah
Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013

Bertambah/
Berkurang

100
100

(35,000)
(35,000)
(2,000,000,000)
(3,000,000,000)
(5,000,070,000)

Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang


sah bersumber dari penyesuaian
dan otonomi khusus sebesar
508,801,202,928 dengan realisasi sebesar Rp 385,749,737,946 atau sekitar
76 persen dengan rincian sebagaimana tabel 3.14

Tabel 3.14
Terget dan Realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010
2011

57,340,346,200
162,152,649,040

2012

125,745,495,000

2013

163,562,712,688

Jumlah

508,801,202,928

Realisasi
49,448,383,700
158,204,655,24
0
125,745,495,00
0
40,890,679,006
385,749,737,94
6

Bertambah/
Berkurang
86
98

(7,891,962,500)
(3,947,993,800)

100

25

(122,672,033,68
2)
(123,051,464,98
2)

76

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


29

Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang


sah bersumber dari bantuan keuangan sebesar 199,171,027,020 dengan
realisasi sebesar Rp 166,004,196,645 atau sekitar 103,54 persen dengan
rincian sebagaimana tabel 3.15
Tabel 3.15
Terget dan Realisasi Dana Bantuan Keuangan
Tahun 2010 2013
Tahun
2010
2011
2012
2013
Jumlah

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

51,848,284,500

53,121,470,000

102

1,273,185,500

47,312,425,000
99,880,317,520

40,478,884,545
72,203,842,100

86
72

130,000,000

200,000,000

154

(6,833,540,455)
(27,676,475,420
)
70,000,000

199,171,027,020

166,004,196,64
5

103,54

(33,166,830,375
)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013

3.2.2.

Target dan Realisasi Belanja Daerah

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan


urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4
program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang
Kaki Lima dan Kemiskinan.
Selama priode tahun anggaran 2010-2013 dan akumulasi target
belanja daerah sebesar Rp 5,179,761,567,040.89 terealisasi sebesar Rp
3,741,949,864,134.00 atau 101 persen. Adapun rincian sebagaimana table
3.16

Tabel 3.16
Terget dan Realisasi Belanja Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 2013
30

Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

2010

1,052,577,506,897.
89
1,183,796,860,955.
00
1,401,329,094,935.
00
1,542,058,104,253.
00
5,179,761,567,040.
89

956,682,804,942
.00
1,074,576,515,2
95.00
1,256,205,808,9
90.00
454,484,734,907
.00
3,741,949,864,1
34.00

90.89

(95,894,701,955.8
9)
(109,220,345,660.
00)
(145,123,285,945.
00)
(1,087,573,369,34
6.00)
(1,437,811,702,90
6.89)

2011
2012
2013
Jumlah

90.77
89.64
29.47
75,19

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada
dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011,
yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.
1)

Belanja Tidak Langsung (BTL)

Merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung


dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi (a) belanja
pegawai,(b) belanja bunga, (c) belanja subsidi, (d) belanja hibah,(e) belanja
bantuan sosial, (f) belanja bagi hasil, (g) belanja bantuan keuangan, dan
(h) belanja tidak terduga. Selama periode tahun 2010-2013 terealisasi
sebesar Rp 2,216,587,624,841.00 atau 81,50 persen dari target sebesar Rp
2,792,953,133,423.89 Adapun rinciannya sebagaimana table 3.17
Tabel 3.17
Terget dan Realisasi Belanja Tidak Langsung (BTL) Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

609,321,128,161.89

2011

679,221,676,169.00

2012

703,569,406,342.00

2013

800,840,922,751.00

Jumlah

2,792,953,133,423.
89

586,674,384,457
.00
651,341,702,518
.00
673,880,506,052
.00
304,691,031,814
.00
2,216,587,624,8
41.00

%
96.28
95.90
95.78
38.05
81,50

Bertambah/
Berkurang
(22,646,743,704.
89)
(27,879,973,651.
00)
(29,688,900,290.
00)
(496,149,890,93
7.00)
(576,365,508,58
2.89)

31

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja pegawai selama periode tahun anggaran 2010-2013
sebesar
Rp.
2,370,782,349,810.00
dengan
realisasi
sebesar
1,906,961,803,353.00 atau 82,88 persen. Dengan rincian sebagaimana
tabel 3.18.

Tabel 3.18
Terget dan Realisasi Belanja Pegawai
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

478,173,467,375.00

2011

557,108,032,317.00

2012

644,462,111,914.00

2013

691,038,738,204.00

Jumlah

2,370,782,349,810.
00

467,833,382,206
.00
541,591,289,786
.00
629,017,584,082
.00
268,519,547,279
.00
1,906,961,803,3
53.00

%
97.84
97.21
97.60
38.86
82,88

Bertambah/
Berkurang
(10,340,085,169.
00)
(15,516,742,531.
00)
(15,444,527,832.
00)
(422,519,190,92
5.00)
(463,820,546,45
7.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja bunga selama periode tahun anggaran 2010-2013
sebesar Rp. 7,848,447,216.00 dengan realisasi sebesar 1,781,390,779.00
atau 18,41 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.19.
Tabel 3.19
Terget dan Realisasi Belanja Bunga
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010
2011
2012

1,454,834,860.00

2013

5,100,000,000.00

Jumlah

7,848,447,216.00

Realisasi

586,000,000.00
707,612,356.00

Bertambah/
Berkurang
(586,000,000.00)
(707,612,356.00)

788,319,621.0
0
993,071,158.0
0
1,781,390,779
.00

54.19

(666,515,239.00)

19.47

(4,106,928,842.0
0)
(6,067,056,437.0
0)

18,41

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


32

Target belanja hibah selama periode tahun anggaran 2010-2013


sebesar
Rp.
139,189,592,040.00
dengan
realisasi
sebesar
105,866,881,474.00 atau 84,20 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel
3.20
Tabel 3.20
Terget dan Realisasi Belanja Hibah
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

15,840,639,800.00

2011

30,423,177,500.00

2012

37,482,320,000.00

2013

55,443,454,740.00

Jumlah

139,189,592,040.00

Realisasi
15,825,365,924
.00
30,001,151,750
.00
34,721,274,400
.00
25,319,089,400
.00
105,866,881,47
4.00

Bertambah/
Berkurang

99.90

(15,273,876.00)

98.61

(422,025,750.00)

92.63

(2,761,045,600.0
0)
(30,124,365,340.
00)
(33,322,710,566.
00)

45.67
84,20

Sumber : RKPD 2014 diolah


Target belanja bantuan sosial selama periode tahun anggaran 20102013 sebesar Rp. 218,967,271,646.00 dengan realisasi sebesar
177,498,836,865.00 atau 74,52 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel
3.21
Tabel 3.21
Terget dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial
Tahun 2010 2013
Tahun
Target Setelah
Realisasi
%
Bertambah/
Perubahan APBD
Berkurang
95,051,511,183.00 88,100,168,167
92.69 (6,951,343,016.0
2010
2011

83,048,123,017.00

2012

4,277,857,000.00

2013

36,589,780,446.00

Jumlah

218,967,271,646.00

.00
77,973,952,452
.00
3,889,753,000.
00
7,534,963,246.
00
177,498,836,86
5.00

93.89
90.93
20.59
74,52

0)
(5,074,170,565.0
0)
(388,104,000.00)
(29,054,817,200.
00)
(41,468,434,781.
00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota dan
Pemdes selama
periode
tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp.
33

13,968,231,977.00 dengan realisasi sebesar 13,564,870,230.00 atau 74,52


persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.22
Tabel 3.22
Terget dan Realisasi Belanja Bantuan keuangan kepada
Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes
Tahun 2010 2013
Tahun
Target Setelah
Realisasi
%
Bertambah/
Perubahan APBD
Berkurang
12,132,500,000.00 12,132,500,00 100.00
2010
0.00

2011
2012

935,731,977.00

2013

900,000,000.00

Jumlah

13,968,231,977.00

854,909,499.0
0
577,460,731.0
0
13,564,870,23
0.00

91.36

(80,822,478.00)

64.16

(322,539,269.00)

63,88

(403,361,747.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja tidak terduga selama periode tahun anggaran 20102013 sebesar Rp. 40,751,265,134.89
dengan realisasi sebesar
10,903,842,140.00 atau 27,47 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel
3.23
Tabel 3.23
Terget dan Realisasi Belanja Tidak Terduga
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

7,528,009,803.89

2011

6,497,755,379.00

2012

14,956,550,591.00

2013

11,768,949,361.00

Jumlah

40,751,265,134.89

Realisasi
2,782,968,160
.00
1,775,308,530
.00
4,598,665,450
.00
1,746,900,000
.00
10,903,842,14
0.00

%
36.97
27.32
30.75
14.84
27,47

Bertambah/
Berkurang
(4,745,041,643.8
9)
(4,722,446,849.0
0)
(10,357,885,141.
00)
(10,022,049,361.
00)
(29,847,422,994.
89)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013

2)

Belanja Langsung (BL)

Merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan


program dan kegiatan yang meliputi (a) belanja pegawai, (b) belanja barang
34

dan jasa, dan (c) belanja modal. Dalam menentukan besaran belanja yang
dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran,
yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumbersumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang
diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas
utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang
mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan
skala prioritas.
Selama periode tahun 2010-2013 realisasai belanja langsung sebesar
Rp
2,386,817,433,617.00
atau
96
persen
dari
target
Rp
1,525,362,239,293.00 Adapun rincian sebagaimana table 3.24
Tabel 3.24
Terget dan Realisasi Belanja Langsung (BL) Kota Bogor
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

443,265,378,736.0
0
504,575,184,786.0
0
697,759,688,593.0
0
741,217,181,502.0
0
2,386,817,433,617
.00

370,008,420,485.
00
423,234,812,777.
00
582,325,302,938.
00
149,793,703,093.
00
1,525,362,239,29
3.00

2011
2012
2013
Jumlah

%
83.47
83.88
83.46
20.21
67,75

Bertambah/
Berkurang
(73,256,958,251.
00)
(81,340,372,009.
00)
(115,434,385,65
5.00)
(591,423,478,40
9.00)
(861,455,194,32
4.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja pegawai pada belanja langsung selama periode tahun
anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 327,520,801,725.00 dengan realisasi
sebesar 243,746,847,835.00 atau 77,14 persen. Dengan rincian
sebagaimana tabel 3.25
Tabel 3.25
Terget dan Realisasi Belanja Pegawai pada Belanja Langsung
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

50,891,321,100.00

2011

76,564,692,500.00

2012

100,301,607,550.00

Realisasi
45,943,819,584
.00
67,535,066,055
.00
92,119,355,958

%
90.28
88.21
91.84

Bertambah/
Berkurang
(4,947,501,516.0
0)
(9,029,626,445.0
0)
(8,182,251,592.0

35

2013
Jumlah

99,763,180,575.00
327,520,801,725.00

.00
38,148,606,238
.00
243,746,847,83
5.00

38.24
77,14

0)
(61,614,574,337.
00)
(83,773,953,890.
00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja
barang dan jasa pada belanja langsung selama
periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 1,075,025,845,392.00
dengan realisasi sebesar 741,940,946,458.00 atau 73,15 persen. Dengan
rincian sebagaimana tabel 3.26
Tabel 3.26
Terget dan Realisasi Belanja Barang dan Jasa
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

178,087,078,643.00

2011

249,793,504,731.00

2012

307,061,580,694.00

2013

340,083,681,324.00

Jumlah

1,075,025,845,392.0
0

158,124,717,21
0.00
222,746,788,68
4.00
267,929,909,22
0.00
93,139,531,344
.00
741,940,946,45
8.00

%
88.79
89.17
87.26
27.39
73,15

Bertambah/
Berkurang
(19,962,361,433.
00)
(27,046,716,047.
00)
(39,131,671,474.
00)
(246,944,149,98
0.00)
(333,084,898,93
4.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target belanja modal pada belanja langsung selama periode tahun
anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 1,075,025,845,392.00 dengan realisasi
sebesar 741,940,946,458.00 atau 73,15 persen. Dengan rincian
sebagaimana tabel 3.27
Tabel 3.27
Terget dan Realisasi Belanja Modal
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

214,286,978,993.00

2011

178,216,987,555.00

2012

290,396,500,346.00

2013

301,370,319,603.00

165,939,883,69
1.00
132,952,958,03
8.00
222,276,037,76
0.00
18,505,565,511

%
77.44
74.60
76.54
6.14

Bertambah/
Berkurang
(48,347,095,302.
00)
(45,264,029,517.
00)
(68,120,462,586.
00)
(282,864,754,09

36

Jumlah

984,270,786,497.00

.00
539,674,445,00
0.00

58,68

2.00)
(444,596,341,49
7.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


3.2.3.
1)

Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah

Penerimaan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan


menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika Pendapatan
Daerah lebih kecil dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan
yang defisit dan harus ditutupi dengan Penerimaan Daerah. Jika
Pendapatan Daerah lebih besar dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi
keuangan yang surplus dan harus digunakan untuk Pengeluaran Daerah.
Oleh sebab itu, Pembiayaan Daerah terdiri Penerimaan Daerah dan
Pengeluaran Daerah.
Pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2012-2013, memperlihatkan
bahwa penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari (a) Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang
relative besar ini, terutama disebabkan melebihi target pendapatan dan
efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA dari kegiatan yang belum
terlaksana ditargetkan/diupayakan terus menurun, sehingga disparitas
antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaan
semakin mengecil.
Target penerimaan pembiayaan daerah selama priode tahun 2010203 yang berasal dari (a) SILPA, (b) koreksi (c) pencairan dana cadangan
(d) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (e) penerimaan
pinjaman daerah (f) penerimaam kembali pemberian pinjaman daerah
sebesar Rp 739,123,866,067.00 , sedangkan realisasinya sebesar Rp
454,537,160,505.00 atau 63,30 persen. Adapun rincian sebagaimana tabel
3.28
Tabel 3.28
Terget dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

Realisasi

2010

212,546,553,017.00

2011

147,417,757,440.00

2012

164,445,917,116.00

186,938,553,01
7.00
97,655,357,440
.00
139,415,917,11
6.00

%
87.95
66.24
84.78

Bertambah/
Berkurang
25,608,000,000.
00
49,762,400,000.
00
25,030,000,000.
00

37

2013

214,713,638,494.00

Jumlah

739,123,866,067.00

30,527,332,932
.00
454,537,160,50
5.00

14.22
63,30

184,186,305,562
.00
284,586,705,562
.00

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


SILPA
selama
periode
tahun
2010-2013
sebesar
Rp.
688,781,473,849.00 dengan realisasi sebesar 688,781,473,849.00 atau 100
persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.29
Tabel 3.29
Terget dan Realisasi Belanja Modal
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

97,655,357,440.00

2011

137,839,305,116.00

2012

167,060,005,481.00

2013

286,226,805,812.00

Jumlah

688,781,473,849.00

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

97,655,357,440
.00
137,839,305,11
6.00
167,060,005,48
1.00
286,226,805,81
2.00
688,781,473,84
9.00

100.00

100.00

100.00

100.00

400.00

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Target Pencairan Dana Cadangan selama periode tahun 2010-2013
sebesar
Rp.
688,781,473,849.00
dengan
realisasi
sebesar
688,781,473,849.00 atau 100 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel
3.29
Tabel 3.29
Terget dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan
Tahun 2010 2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

32,000,000,000.00

2011
2012

3,000,000,000.00

2013

62,000,000,000.00

Jumlah

97,000,000,000.00

Realisasi

Bertambah/
Berkurang

32,000,000,00
0.00
3,000,000,000
.00
62,000,000,00
0.00
97,000,000,00
0.00

100.00

100.00

100.00

100.00

38

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013


Kebijakan pembiayaan dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa
kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan
berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu
dilakukan antisipasi dan dapat ditempuh melalui:
a.
Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan
sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata
SilPA akan diupayakan semakin menurun sebagai akibat dari
optimalnya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan (ratarata SiLPA diupayakan maksimum 5% dari APBD tahun sebelumnya).
b.
Penerimaan Pinjaman Daerah dari dalam maupun luar negeri atau
dalam bentuk pinjaman lainnya digunakan untuk membiayai
pembangunan infrastruktur publik terutama pelayanan air minum.

2)

Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pengeluaran pembiayaan antara lain terdiri dari (a) pembentukan


dana cadangan, (b) penyertaan modal, (c) pembayaran pokok utang dan (d)
pemberian pinjaman daerah dengan target selama priode tahun 2010-2013
sebesar Rp 276,325,390,060 dan realisasi sebesar Rp. 245,927,072,060
atau 89 persen. Adapun rincian sebagaimaa tercantum dalam table 3.10.
berikut:
Tabel 3.10.
Target dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Tahun Anggaran 2010-2013
Tahun

Target Setelah
Perubahan APBD

2010

51,537,441,000.00

2011

76,140,101,000.00

2012

97,238,435,000.00

2013

60,434,210,060.00

Jumlah

285,350,187,060.00

Realisasi
24,799,836,000
.00
70,777,656,440
.00
72,680,083,000
.00
21,441,182,274
.00
189,698,757,71
4.00

%
48.12
92.96
74.74
35.48
62,82

Bertambah/
Berkurang
(26,737,605,000.
00)
(5,362,444,560.0
0)
(24,558,352,000.
00)
(38,993,027,786.
00)
(95,651,429,346.
00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013

3.2

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2010-2014


39

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, Pasal 1 angka 13, pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun terkait.
Pendapatan Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2005 tentang Dana Perimbangan dikelompokkan atas :
1. PAD, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain
PAD yang Sah;
2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
kepada daerah
untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana
perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus;
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat,
DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian
dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda
lainnya.
3.2.2.Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan Keuangan Daerah tahun anggaran 2014 yang merupakan
potensi daerah dan sebagai penerimaan Kota Bogor sesuai urusannya
diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak
daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya-upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk meningkatkan pendapatan
daerah adalah:
a.
Memantapkan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah;
b.
Intensifikasi Pajak dan Retribusi Daerah;
c.
Meningkatkan koordinasi sinergis dengan Pemerintah Pusat, Provinsi
dan SKPD Penghasil;
d.
Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya
peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan
Daerah;
e.
Meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat sebagai
upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi daerah;
f.
Meningkatkan peran SKPD Penghasil dalam peningkatan pelayanan
dan pendapatan.
g.
Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah.

40

h.

Memberikan penghargaan kepada SKPD penghasil yang memenuhi


atau melebihi target pencapaian retribusi, serta Kecamatan dan
Kelurahan yang memenuhi atau melebihi target pencapaian PBB.

Adapun
kebijakan
pendapatan
untuk
meningkatkan
Dana
Perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah
sebagai berikut :
a. Mengoptimalkan upaya intensifikasi Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
(PPh OPDN, PPh Pasal 21);
b. Meningkatkan akurasi data, dan Sumber Daya sebagai dasar
perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;
c. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan
Dana Perimbangan.

3.2.3.Arah Kebijakan Belanja Daerah


Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4
program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang
Kaki Lima dan Kemiskinan.
Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada
dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011,
yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki
keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan
secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dalam menentukan
besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada
prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu
mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan
potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan
anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah,
41

prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa


penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.
Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelayanan publik, pemanfaatan alokasi belanja
diupayakan agar bisa efisien, efektif, dan proporsional.
Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah
tahun 2012 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan
memperhatikan prestasi kerja setiap Satuang Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin
efektivitas
dan
efisiensi
penggunaan
anggaran
dalam
belanja
program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2014 tetap diarahkan
untuk mendukung peningkatan IPM, diperlukan perencanaan kegiatankegiatan yang berorientasi pencapaian IPM. Dengan perencanaan anggaran
yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian 80,73% diarahkan
untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur,
dan suprastruktur.

3.2.4.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah


Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan
menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika Pendapatan
Daerah lebih kecil dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan
yang defisit dan harus ditutupi dengan Penerimaan Daerah. Jika
Pendapatan Daerah lebih besar dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi
keuangan yang surplus dan harus digunakan untuk Pengeluaran Daerah.
Oleh sebab itu, Pembiayaan Daerah terdiri Penerimaan Daerah dan
Pengeluaran Daerah.
Pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2012-2013, memperlihatkan
bahwa penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang
relative besar ini, terutama disebabkan melebihi target pendapatan dan
efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA dari kegiatan yang belum
terlaksana ditargetkan/diupayakan terus menurun, sehingga disparitas
antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaan
semakin mengecil.
42

Kebijakan pembiayaan dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa


kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan
berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu
dilakukan antisipasi dan dapat ditempuh melalui:
c.

Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan


sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata
SilPA akan diupayakan semakin menurun sebagai akibat dari
optimalnya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan (ratarata SiLPA diupayakan maksimum 5% dari APBD tahun sebelumnya).

d.

Penerimaan Pinjaman Daerah dari dalam maupun luar negeri atau


dalam bentuk pinjaman lainnya digunakan untuk membiayai
pembangunan infrastruktur publik terutama pelayanan air minum.

3.3.

Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Tahun 20152019

Kebijakan Anggaran merupakan acuan umum dari Rencana Kerja


Pembangunan dan merupakan bagian dari perencanaan operasional
anggaran dan alokasi sumberdaya, sementara kebijakan keuangan daerah
diarahkan pada kebijakan penyusunan program dan indikasi kegiatan pada
pengelolaan pendapatan dan belanja daerah secara efektif dan efisien.
3.3.1.Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
1) Kebijakan
Kebijakan Keuangan Daerah yang merupakan potensi daerah dan
sebagai penerimaan Kota Bogor sesuai urusannya diarahkan
melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor (1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Lain-Lain
Pendapatan Yang Sah. Adapun komposisi penerimaan pendapatan
daerah dalam perencanaan jangka menengah, yaitu :
1. 60% berasal dari PAD,
2. 30% berasal dari Dana Perimbangan.
3. 10% berasal dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.
2) Strategi
a) Strategi untuk meningkatkan PAD adalah:
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi;
2. Menerapkan secara penuh penyesuaian tarif terhadap
pajak daerah;
3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, OPD
Penghasil, Kabupaten/Kota, POLRI;
43

4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)


dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan
terhadap Pendapatan Daerah;
5. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, Cabang Pelayanan,
dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan
pendapatan;
6. Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan aset dan
keuangan daerah;
7. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui
penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi
pengunaan anggaran daerah.
b) Strategi untuk meningkatkan Dana Perimbangan adalah:
1. Mengoptimalkan upaya intensilikasi dan ekstensifikasi
pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh
OPDN) dan PPh Pasal 21;
2. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai
dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;
3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat
dalam peningkatan Dana Perimbangan;
4. Meningkatkan koordinasi dengan Kabupaten/Kota.
c) Strategi untuk meningkatkan Lain-Lain Pendapatan Yang
Sah adalah:
1. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat;
2. Menjalin kerjasama dan jejaring dengan lembaga non
pemerintah;
3. Menginisiasi dan mencari sumber pendapatan dari
masyarakat.
3) Upaya yang dilakukan untuk pelaksanaan kebijakan dan strategi
Pendapatan Daerah adalah:
a) Pendapatan Asli Daerah :
1. Penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum
pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;
2. Pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi
barn dan pengembangan sistem operasi penagihan atas
potensi pajak dan retribusi yang tidak memenuhi
kewajibannya;
3. Pemenuhan fasilitas dan sarana pelayanan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran;
4. Peningkatan layanan secara khusus untuk lebih
memperhatikan masyarakat pembayar pajak, serta
memberikan kemudahan masyarakat dalam membayar
44

pajak melalui drive thru, Gerai Samsat dan Samsat


Mobile, layanan SMS, dan pengembangan Samsat
Outlet;
5. Penerapan standar pelayanan kepuasan publik di
beberapa OPD lainnya dengan menggunakan parameter
ISO 9001-2000;
6. Penyebarluasan informasi dan program sosialisasi di
bidang Pendapatan Daerah dalam upaya peningkatan
kesadaran masyarakat;
7. Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya agar dapat
memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah,
antara lain melalui peningkatan sarana, prasarana,
kemudahan
prosedur
pelayanan
terhadap
konsumen/nasabah dalam meningkatkan persaingan
usaha, serta mengoptimalkan peran Badan Pengawas,
agar BUMD berjalan sesuai dengan peraturan;
8. Optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan aset
yang diarahkan pada peningkatan Pendapatan Ash
Daerah;
9. Pembinaan secara teknis fungsional dalam upaya
peningkatan fungsi dan pecan OPD sebagai unit kerja
penghasil di bidang Pendapatan Daerah;
10. Koordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri dan
Kementrian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan
Provinsi Jawa Barat dalam operasional pemungutan dan
pelayanan Pendapatan Daerah serta mengembangkan
sinergi
pelaksanaan
tugas
dengan
OPD
penghasil.
b)

Dana Perimbangan:
1. Sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan
Pajak Penghasilan dalam upaya peningkatan kesadaran
masyarakat dalam pembayaran pajak;
2. Peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak
maupun potensi sumber daya alam bekerja sama
dengan Kementrian Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Pajak sebagai dasar perhitungan pembagian dana
perimbangan keuangan;
3. Pembinaan dan Optimalisasi Tim Intensifikasi PBB dan
memberikan insentif kepada Kabupaten/Kota yang
menunjukan kinerja baik;
4.
Pelibatan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
perhitungan lifting migas dan perhitungan sumber daya
alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian
yang sesuai dengan potensi;
45

5. Koordinasi
dengan
Kementrian
Dalam
Negeri,
Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis untuk
mengupayakan peningkatan besaran DAU.
c)

Lain - lain Pendapatan yang sah :


1. Koordinasi dengan Kementerian Teknis dan Lembaga
Non Pemerintah, baik Dalam maupun Luar Negeri
2. Inisiasi dan pengenalan sumber pendapatan dari
masyarakat
3. Pembentukan lembaga pengelola dana masyarakat

Dengan mempertimbangkan kecenderungan pencapaian pendapatan


daerah, kondisi ekonomi makro secara Propinsi Jawa Barat dan nasional,
serta kapasitas OPD penghasil Kota Bogor, maka diperkirakan penerimaan
pendapatan daerah Kota Bogor rata-rata secara keseluruhan mengalami
pertumbuhan sekitar 7% (Tabel 3.11).

46

Proyeksi
No

URAIAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH

Tabel 3.11
Pendapatan Kota Bogor Tahun 2015 2019
APBD 2015

APBD 2016

APBD 2017

APBD 2018

385,900,844,
265
294,086,272,6
66
48,667,291,83
6
19,836,457,67
0
23,310,822,09
2

412,913,903,
363
314,672,311,7
53
52,074,002,26
5
21,225,009,70
7
24,942,579,63
8

441,817,876,
599
336,699,373,5
75
55,719,182,42
3
22,710,760,38
7
26,688,560,21
3

472,745,127,
960
360,268,329,7
26
59,619,525,19
3
24,300,513,61
4
28,556,759,42
8

843,220,511,07
7
80,584,100,447

843,220,511,
077
86,224,987,47
8

843,220,511,
077
92,260,736,60
1

843,220,511,
077
98,718,988,16
3

843,220,511,
077
105,629,317,3
35

734,577,212,130

785,997,616,9
79
30,023,342,39
5

841,017,450,1
68
32,124,976,36
3

899,888,671,6
79
34,373,724,70
8

962,880,878,6
97
36,779,885,43
8

304,641,929,39
6

325,966,864,
454

348,784,544,
966

373,199,463,
114

399,323,425,
531

3,210,000,000

3,434,700,000

3,675,129,000

3,932,388,030

4,207,655,192

126,280,726,820

135,120,377,6

144,578,804,1

154,699,320,4

165,528,272,8

360,654,994,64
0
274,846,983,800

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

45,483,450,314

Bagian Laba Usaha Daerah

18,538,745,486

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

21,785,815,039

DANA PERIMBANGAN
2
5

Bagi Hasil Bukan Pajak/Bahil


Pajak
Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

1
2

Lain-lain Pendapatan Daerah


yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi

28,059,198,500

APBD 2019

47

3
4

dan Pemerintah Daerah Lainnya


Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya
JUMLAH

98

36

26

56

175,012,102,576

187,262,949,7
56

200,371,356,2
39

214,397,351,1
76

229,405,165,7
59

139,100,000

148,837,000

159,255,590

170,403,481

182,331,725

1,508,517,435,1
13

1,555,088,219
,795

1,604,918,959
,406

1,658,237,850
,789

1,715,289,064,
568

48

3.2.3.Arah Kebijakan Belanja Daerah


Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4
program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang
Kaki Lima dan Kemiskinan.
Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada
dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011,
yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki
keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan
secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dalam menentukan
besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada
prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu
mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan
potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan
anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah,
prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa
penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.
Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelayanan publik, pemanfaatan alokasi belanja
diupayakan agar bisa efisien, efektif, dan proporsional.
Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah
tahun 2015-2019 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan
memperhatikan prestasi kerja setiap Satuang Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk
49

meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin


efektivitas
dan
efisiensi
penggunaan
anggaran
dalam
belanja
program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2015-2019 tetap
diarahkan untuk mendukung peningkatan IPM, diperlukan perencanaan
kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM. Dengan perencanaan
anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian 79,77 poin
diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
infrastruktur, dan suprastruktur.
Kebijakan belanja daerah tahun 2015-2019 diupayakan dengan
pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara
lain melalui:
a.
Esensi utama penggunaan dana APBD adalah untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (welfare state) oleh
karena itu akan terus dilakukan peningkatan program-program yang
berorientasi pada masyarakat.
b.
Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola
penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan program
pembangunan yang disertai system pelaporan yang makin akuntabel.
c.
Meningkankan anggaran untuk pendidikan walaupun pada saat ini
telah mencapai 33% dari total belanja daerah tahun 2013 (amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional harus mengalokasikan 20 %). Alokasi anggaran tidak
termasuk untuk kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya, dalam
upaya peningkatan indeks pendidikan yang meliputi Angka Melek
Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah (AMH dan RLS).
d.
Meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan, menuju 10% sesuai
UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan guna peningkatan
kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka
peningkatan indeks kesehatan masyarakat, terutama untuk keluarga
miskin serta kesehatan ibu dan anak.
e.
Sesuai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembangunan
berkeadilan, yang bertujuan untuk percepatan penanggulangan
kemiskinan
dan
pencapaian
target
MDGs
serta
kebijakan
pembangunan pemerintah pusat dan Propinsi Jawa Barat.
f.
Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable
cost secara terukur dan terarah.
g.
Peningkatan efektivitas penggunaan dana PDPMK dan PNPM oleh
masyarakat dalam mendukung kualitas pelayanan publik dan
sinkronisasi implementasi antara rencana pembangunan Kota Bogor
dengan masyarakat melalui kelurahan;
h.
Mengalokasikan anggaran untuk Pemilihan Umum tahun 2014.

3.2.4.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah


50

3.2.4.1.Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah


Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan
menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika Pendapatan
Daerah lebih kecil dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan
yang defisit dan harus ditutupi dengan Penerimaan Daerah. Jika
Pendapatan Daerah lebih besar dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi
keuangan yang surplus dan harus digunakan untuk Pengeluaran Daerah.
Oleh sebab itu, Pembiayaan Daerah terdiri Penerimaan Daerah dan
Pengeluaran Daerah.
Pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2012-2014, memperlihatkan
bahwa penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang
relative besar ini, terutama disebabkan melebihi target pendapatan dan
efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA dari kegiatan yang belum
terlaksana ditargetkan/diupayakan terus menurun, sehingga disparitas
antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaan
semakin mengecil.
Kebijakan pembiayaan dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa
kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan
berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu
dilakukan antisipasi dan dapat ditempuh melalui:
e.

Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan


sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata
SilPA akan diupayakan semakin menurun sebagai akibat dari
optimalnya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan (ratarata SiLPA diupayakan maksimum 5% dari APBD tahun sebelumnya).

f.

Penerimaan Pinjaman Daerah dari dalam maupun luar negeri atau


dalam bentuk pinjaman lainnya digunakan untuk membiayai
pembangunan infrastruktur publik terutama pelayanan air minum.

51

BAB IV
ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

4.1

Permasalahan Pembangunan

Penyelenggaraan pembangunan dalam kurun waktu 2010-2014


telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk
pembangunan kedepan masih terdapat persoalan dan tantangan
dari berbagai aspek yang dihadapi. Permasalahan pembangunan
merupakan suatu kondisi yang masih perlu ditingkatkan atau
dikembangkan karena hasilnya belum optimal. Pada bagian atau
tahap perumusan isu-isu strategis, permasalahan-permasalahan
pembangunan prioritas saja yang menjadi agenda utama rencana
pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun kedepan
4.1.1 Bidang Pendidikan
Permasalahan utama adalah:
(1) putus sekolah atau tidak
melanjutkan sekolah yang didominasi anak usia 7- 15
tahun
(2) anak usia sekolah yang bekerja;
(3) aksesibilitas terhadap
sekolah belum merata di beberapa wilayah; (4) ruang kelas untuk
siswa SMP dan SMA di beberapa wilayah masih terbatas dan rusak;
(5) kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan dalam rangka peningkatan daya
saing; (6) biaya pendidikan menengah dan tinggi mahal
52

4.1.2 Bidang Kesehatan,


Permasalahan utama adalah: 1) aksesibiltas terhadap pelayanan
kesehatan belum merata di beberapa wilayah terutama di wilayah
perbatasan dan terpencil; (2) masih kurangnya ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan dasar; (3) distribusi tenaga medis (dokter
dan bidan) desa belum merata terutama di wilayah perbatasan
dan terpencil; (4) masih terdapat lingkungan dengan sanitasi
buruk serta pola hidup tidak sehat; (5) masih tingginya kasus
balita dengan gizi buruk
4.1.3 Bidang Lingkungan Hidup
Permasalahan utama adalah: (1) tingginya tingkat pencemaran
sungai dan lingkungan lainnya; (2) kondisi kritis di beberapa
cekungan air tanah;
4.1.4 Bidang Pekerjaan Umum
Permasalahan utama pada aspek kebinamargaan adalah: (1)
aksesibilitas
jaringan
jalan
menuju
sentra
aktifitas
perekonomian, dan permukiman belum optimal (2) kurangnya
daya tampung infrastruktur jalan

4.1.5 Bidang Penataan Ruang


Permasalahan utama adalah: (1) belum memadainya pranata
bidang penataan ruang khususnya rencana rinci tata ruang; (2)
terhambatnya implementasi perwujudan dan pengembangan Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta
Kawasan Strategis Provinsi (KSP); (3) terdapat deviasi pemanfaatan
ruang.
4.1.6. Bidang Perencanaan Pembangunan
Permasalahan utama adalah: (1) sinkronisasi dokumen rencana
pembangunan antar pusat dan daerah belum optimal; (2)
kualitas dan kuantitas sumberdaya perencanaan masih rendah;
4.1.7. Bidang Perumahan
Permasalahan
utama
adalah
tingginya
backlog
(tidak
seimbangnya kebutuhan dan penyediaan) dan masih adanya
permukiman perumahan/kawasan kumuh
4.1.8. Bidang Kepemudaan dan Olahraga
Permasalahan utama adalah: (1) terbatasnya ketersediaan
sarana olahraga baik berskala nasional maupun internasional;
(2) terbatasnya sarana dan prasana untuk mewadahi aktivitas
dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri;
53

(3) rendahnya mental juara


4.1.9. Bidang Penanaman Modal
Permasalahan utama adalah: (1) biaya ekonomi tinggi, kepastian
hukum dan jaminan keamanan berusaha; (3) kualitas infrastruktur
pendukung investasi masih belum memadai dan belum merata; (4)
konflik dalam hubungan industrial.
4.1.10. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Permasalahan utama adalah: (1) rendahnya tingkat partisipasi
anggota dalam
pengembangan kegiatan usaha koperasi; (2)
rendahnya SDM dan; akses pembiayaan pasar, penggunaan Teknologi
Tepat Guna (TTG), informasi dan kelembagaan; (4) daya saing
produk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah lebih rendah
dibandingkan dengan produk impor terutama disebabkan
oleh rendahnya inovasi dan penelitian dan pengembangan
produk (R & D).
4.1.11. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil
Permasalahan utama adalah: (1) penduduk migran belum
terdokumentasikan
secara balk; (2) pengendalian penduduk
belum optimal.
4.1.12. Bidang Ketenagakerjaan
Permasalahan utama adalah: (1) kualitas tenaga kerja masih
rendah;
(2)
persebaran tenaga kerja yang tidak merata; (3)
tingginya tingkat pengangguran terbuka usia muda dengan
pendidikan SMA ke bawah.

4.1.13. Bidang Ketahanan Pangan


Permasalahan utama adalah: (1) penganekaragaman/diversifikasi
pangan masih terbatas; (2) masih rendahnya ketahanan pangan
rumahtangga di wilayah rawan pangan.
4.1.14. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Permasalahan utama adalah: (1) kesetaraan gender belum
tercapai; (2) masih
rentan permasalahan traficking dan
kekerasan terhadap perempuan dan anak.
4.1.15. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Permasalahan utama adalah: (1) kurangnya tenaga penyuluh KB;
(2) kualitas
pelayanan belum maksimal sehingga Intensifikasi
Pelayanan KB sangat penting. (3) belum
optimalnya ketahanan
keluarga; (4) masih kuranya kesadaran masyarakat untuk ber-KB.
54

4.1.16. Bidang Perhubungan


Permasalahan
utama
(1)
belum
berkembangnya
system
transportasi masal, dan masih tingginya tingkat overloading
angkutan barang (2) masih tingginya kemacetan diakibatkan terlalu
padanya angkutan umum dan pribadi yang melintas di Kota Bogor
4.1.17.Bidang Komunikasi dan Informatika
Permasalahan utama adalah (1) kemanfaatan internet dalam
penyelenggaraan pemerintah belum optimal,(2) penyebarluasan
informasi terkait kebijakan pemerintah belum optimal.
4.1.18.Bidang Pertanahan
Permasalahan utama adalah (1) banyaknya tanah belum
bersertifikat, (2) penyelesaian tanah pemerintah yang dikuasai oleh
masyarakat dan pihak lain.
4.1.19.
Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Permasalahan utama adalah: (1) pendidikan politik masyarakat
masih rendah; (2) krisis kepercayaan terhadap pemerintah; (3)
harmonisasi kehidupan beragama cenderung menurun;
4.1.20.

Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, dan Persandian,
Permasalahan utama adalah:(1) belum sinkronnya implementasi
peraturan antara tingkat pusat dan daerah; (2)
penegakkan
hukum masih lemah dan belum optimalnya perlindungan
hukum dan hak asasi manusia
(HAM);
(3)
kelembagaan
pemerintah masih belum sepenuhnya melaksanakan prinsip good
governance; (4) masih rendahnya kapasitas dan profesionalisme
sumber
daya
manusia
aparatur;
(5)
pendataan
aset yang belum terselesaikan dan adanya aset-aset yang belum
tersertifikasi karena berada pada penguasaan perorangan atau
masyarakat; (6) sumber pendapatan daerah dari BUMD masih
terbatas; (7) Pelayanan publik masih belum sesuai harapan
masyarakat; (8) belum adanya Norma, Standar, Pedoman,
Manual (NSPM) yang jelas terkait prosedur mengenai mekanisme
penyusunan Anggaran.
4.1.21.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan
Permasalahan utama adalah: (1) minimnya sarana dan prasarana
di kelurahan; (2) belum optimalnya fungsi kelembagaan dan
kualitas
aparatur
kelurahan
(3)
rendahnya
kemampuan
masyarakat kelurahan dalam mengakses kesempatan berusaha.
55

4.1.22. Bidang Sosial


Permasalahan utama adalah: (1) kecenderungan peningkatan
jumlah penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); (2)
tingginya urbanisasi dari desa ke kota atau dari luar Kota; (3) belum
optimalnya penanganan dampak sosial dari bencana alam; (4) belum
terintegrasinya penanganan penduduk miskin
4.1.23.
Bidang Kebudayaan
Permasalahan utama adalah: (1) masih rendahnya apresiasi dan
perlindungan terhadap budaya lokal; (2) kuatnya pengaruh budaya
asing kepada generasi muda; (3) masih rendahnya promosi budaya
lokal Kota Bogor di dalam dan luar Kota
4.1.24.
Bidang Statistik
Permasalahan utama adalah: (1) masih rendahnya akses
masyarakat terhadap data
statistik; (2) referensi data
pembangunan yang berbeda-beda.
4.1.25.
Bidang Kearsipan
Permasalahan utama adalah: keterbatasan sarana dan prasarana
pengelolaan kearsipan;
4.1.26.
Bidang Perpustakaan
Permasalahan utama adalah: (1) keterbatasan sarana dan
prasarana; (2)
Keterbatasan tenaga fungsional pengelola
perpustakaan;
4.1.27.
Bidang Kelautan dan Perikanan
Permasalahan utama adalah: (1) keterbatasan tenaga penyuluh;
(2) Kualitas sumberdaya manusia masih rendah; (3) Kurangnya
kapasitas kelembagaan produksi dan pemasaran.
4.1.28. Bidang Pertanian
Permasalahan utama adalah: (1) masih rendahnya kemampuan
masyarakat dalam memproduksi daging; (2) masih terbatasnya
tenaga penyuluh pertanian; (3) rusaknya kondisi infrastruktur
jalan, kesuburan lahan dan irigasi ke sentra produksi; (4)
tingginya konversi lahan pertanian; (5) rendahnya perlindungan
terhadap petani produsen;
(6) Aksesibilitas petani terhadap
sarana produksi, pemasaran dan permodalan terbatas;
4.1.29.
Bidang Pariwisata
Permasalahan utama adalah: (1) belum memiliki ikon wisata dan
paket destinasi wisata: (2) Lemahnya pengelolaan objek dan daya
56

tarik wisata (ODTW) serta sarana dan prasarana; (3) belum


meratanya pembangunan pariwisata; (4) kurangnya sadar wisata
masyarakat; (5) Masih terbatasnya SDM yang profesional di bidang
pariwisata.
4.1.30.
Bidang Perndustrian
Permasalahan utama adalah: (1) Pemanfaatan bahan baku lokal
rendah; (2) Inovasi produk masih rendah; (3) SDM masih rendah, (4)
Penguasaan teknologi rendah.
4.1.31. Bidang Perdagangan
Permasalahan utama adalah: (1) lemahnya pengawasan di bidang
ekspor dan impor; (2)terbatasnya sarana perdagangan/distribusi;
(3) kurang memadainya jumlah maupun kualitas SDM; (4)
berbagai pungutan yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi; (5)
kebijakan yang mengatur mats rantai perdagangan sektor
hulu dan hilir tidak jelas.
4.1.32.
Bidang Ketransmigrasian
Permasalahan utama adalah: (1) kesiapan tempat transmigran
tidak sesuai dengan yang diharapkan, (2) kesiapan sumber daya
manusia yang dikirim menjadi transmigran.
4.2 Isu Strategis
Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan
fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun
sebelumnya
dan
memiliki
dampak
jangka
panjang
bagi
keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu
diatasi secara bertahap. Adapun isu strategic pembangunan daerah
Kota Bogor, yaitu:
1)
Pertumbuhan penduduk dan persebarannya.
2)
Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan.
3)
Pengangguran dan ketenagakerjaan.
4)
Penataan Pedagang Kaki Lima
5)
Pertumbuhan
ekonomi
dan
pemerataan
kesejahteraan
masyarakat
6)
Pemerintahan daerah yang efektif dan efisien.
7)
Pengelolaan aset daerah.
8)
Budaya dan Destinasi Wisata.
9)
Penataan transportasi
10) Kebersihan
11) Harmonisasi
Perencanaan
Pusat,
Provinsi
dan
antar
Kabupaten/Kota.
12) Penanggulangan penduduk miskin.
57

13)

Peran serta masyarakat


penanganan masalah sosial

terhadap

budaya

daerah

dan

4.3

ANALISA SWOT
Analisa SWOT merupakan instrument yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis beberapa faktor secara sistematis untuk
merumuskan isu-isu strategis didalam mengelola penyelenggaraan
pembangunan Kota Bogor. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats).
Berikut ini adalah hasil identifikasi SWOT.
4.3.1 Kekuatan
1. Posisi strategis Kota Bogor sebagai mitra Ibukota Jakarta
2. Pusat orientasi pelayanan bagi wilayah belakang (hinterland)
3. Relatif lengkapnya fasilitas umum
4. Potensi penduduk produktif dan terdidik
5. Karakter penduduk yang religius
6. Nilai budaya dan sejarah kota
7. Hubungan bilateral yang harmonis dengan tetangga wilayah
(Kabupaten Bogor)
8. Pusat pendidikan dan penelitian
9. Sering dijadikan tempat Pertemuan Nasional dan Internasional
10. Tempat pilihan untuk hunian
11. Struktur Birokrasi yang mapan
12. Suasana keamanan yang kondusif
13. Komitmen pimpinan daerah pada lingkungan hidup
14. Inisiasi pengembangan angkutan umum massal
15. Aksesibilitas
jalan
dan kereta
api
yang cukup
baik
menghubungkan dengan wilayah eksternal
16. Koordinasi yang baik ditingkat unsur pimpinan daerah (Muspida)
17. Suasana politik yang damai dan kedewasaan demokrasi
masyarakat
18. Kerjasama yang baik antara eksekutif dan legislatif
19. Kebijakan-kebijakan yang mengakomodir kepentingan masyarakat
banyak
20. Sifat kritis dan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
21. Tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas kualitas pelayanan
4.3.2 Kelemahan
1. Keterbatasan lahan
2. Keterbatasan pembiayaan pembangunan yang berasal dari PAD
58

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengendalian lingkungan
Etos kerja aparatur
Konsistensi dan ketegasan dalam penegakan hukum/aturan
Kondisi kemantapan jalan yang belum optimal
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan kapasitas jalan dengan
jumlah kendaraan
Ketidaktersediaan infrastruktur Tempat Pembuangan Akhir
Sampah
Kurangnya kesadaran dan partispasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah

4.3.3 Peluang
1. Daerah yang menjadi salah satu tujuan investasi
2. Tujuan wisata belanja dan kuliner serta tempat persinggahan
3. Potensi Kebun Raya sebagai salah satu world heritage
4. Pendanaan pusat melalui Program-program yang selaras dengan
program Kota Bogor
5. Sister City dan Kerjasama antar daerah
6. Peran kota Bogor dalam forum-forum Nasional dan Internasional
7. Menjadi salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam struktur
tata ruang Nasional dan Jawa Barat.
4.3.4 Ancaman
1. Ledakan penduduk yang tidak terkendali baik dikarenakan faktor
alamiah maupun migrasi
2. Bencana alam dan degradasi lingkungan
3. Meningkatnya jumlah penduduk miskin
4. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
5. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

59

BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan


Dengan memperhatikan kondisi, permasalahan, tantangan, peluang
yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan budaya yang ada dalam
masyarakat, serta merujuk RPJMD 2015-2019, yang merupakan tahun
pertama RPJMD untuk mewujudkan visi yaitu, MENJADIKAN BOGOR
SEBAGAI KOTA YANG NYAMAN, BERIMAN, DAN TRANSPARAN
Berdasarkan hasil evaluasi pembangunan tahun 2010,tahun 2011,
tahun 2012 dan tahun berjalan 2013, serta perumusan permasalahan dan
tantangan pada tahun 2014, maka tujuan dan sasaran pembangunan
tahun 2014 diuraikan sebagai berikut :
Misi 1.
Mewujudkan Bogor Sebagai Kota Jasa Yang Berorientasi Pada Industri
Pariwisata dan Industri Kreatif, dilaksanakan dengan tujuan dan
sasaran sebagai berikut:
a.
Mewujudkan perekonomian yang bertumpu pada sektor perdagangan,
dengan sasaran meningkatnya daya saing pada sektor perdagangan.
b.
Meningkatkan pengembangan perekonomian pada sektor industri
c.
Memantapkan peran koperasi dan UKM
d.
Meningkatkan penanaman modal
e.
Mengembangkan pariwisata daerah
60

f.

Meningkatkan kesempatan kerja

Misi 2.
Mewujudkan masyarakat Bogor yang SEHAT dan MAKMUR, maka
tujuan, sasaran, dan strategi pembangunan adalah sebagai berikut :
a.
Mewujudkan lingkungan bersih yang berkelanjutan.
b.
Mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera
c.
Mewujudkan permukiman yang sehat
Misi 3.
Mewujudkan Bogor sebagai kota yang Berwawasan Lingkungan
Tujuan, Sasaran dan Strategi dari pencapaian Misi 3 Kota Bogor adalah:
Terwujudnya penataan ruang yang terpadu dan berwawasan lingkungan ,
dengan strategi :
a)
Mengendalikan pemanfaatan ruang.
b)
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataaan ruang.
c)
Meningkatkan konsistensi pemanfaatan dan pengendalian
ruang.
d)
Meningkatkan ruang terbuka hijau
e)
Melestarikan kawasan taman dan hutan

Misi 4.
Mewujudkan masyarakat Bogor yang CERDAS
TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI
Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:
a.

dan berwawasan

Meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat. Sasaran yang


ingin dicapai adalah :
1. Meningkatnya mutu pendidikan dan keterampilan masyarakat,
dengan strategi peningkatan akses layanan, mutu dan tata kelola
pendidikan serta budi pekerti.
2. Menanamkan sikap dan mental wirausaha serta budi pekerti,
dengan strategi penyusunan kurikulum bermuatan budi pekerti
dan kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.
3. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, dengan
strategi peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan.
4. Meningkatnya kualitas pendidikan non formal, dengan strategi
peningkatan layanan akses mutu, pendidikan kewirausahaan non
formal.

61

b.

c.
d.
e.

5. Meningkatnya layanan pendidikan bagi masyarakat yang


berkebutuhan khusus, dengan strategi peningkatan layanan
pendidikan inklusif.
6. Meningkatnya kunjungan ke perpustakaan sekolah, dengan strategi
peningkatan jumlah perpustakaan dan koleksi buku serta
peningkatan minat baca.
7. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan, dengan strategi peningkatan kualitas tenaga
kerja serta sarana prasarana pelatihan kerja.
Meningkatkan peran pemuda yang berdaya saing dalam menghadapi
tantangan global serta meningkatkan peran organisasi kepemudaan.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas pemuda
dalam menghadapi globalisasi, dengan strategi peningkatan IPTEK dan
IMTAQ pemuda agar mempunyai daya saing.
Meningkatkan prestasi olahraga dan memasyarakatkan olahraga.
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui lingkungan
sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Meningkatkan budaya baca masyarakat.

Misi 5.
Mewujudkan pemerintah yang BERSIH dan TRANSPARAN
Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:
a.
Membangun sistem organisasi pemerintahan yang transparan, tertib,
bersih dan berwibawa, dengan sasaran terbangunnya sistem organisasi
pemerintahan yang transparan, tertib, bersih dan berwibawa, yang
diwujudkan melalui strategi:
1. Melakukan penataan struktur organisasi pemerintah daerah yang
proporsional, serta mengembangkan profesionalisme aparat dan
menerapkan insentif berbasis kinerja.
2. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan
pihak ketiga.
3. Meningkatkan pembinaan ketentraman ketertiban masyarakat,
satuan perlindungan masyarakat dan unsur terlatih lainnya.
4. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah yang
akuntabel.
5. Meningkatkan penataan sistem hukum di daerah.
6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perwakilan rakyat daerah.
7. Meningkatkan kinerja aparatur kecamatan dan kelurahan.
8. Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintah daerah dalam
pelayanan publik.
b.

Meningkatkan peran masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam


berbagai program dan kegiatan pembangunan, dengan sasaran
meningkatnya peran serta masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
62

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

dalam kegiatan pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi


Penguatan kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat.
Meningkatkan peran statistik dalam proses pembangunan, dengan
sasaran Peningkatnya penggunaan data statistik dalam setiap proses
pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi meningkatkan
kualitas data dan informasi pendukung perencanaan daerah.
Meningkatkan kinerja pengelolaaan kearsipan daerah dalam
penyelenggaraan
pemerintahan,
dengan
sasaran
Tersedianya
data/arsip untuk mendukung manajemen pemerintahan daerah, yang
diwujudkan melalui strategi Meningkatkan kinerja pengelolaan
kearsipan daerah dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan.
Meningkatnya pengembangan dan penerapan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, dengan sasaran meningkatnya mutu layanan
komunikasi dan informatika di Kota Bogor, yang diwujudkan melalui
strategi mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.
Mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis dan mewujudkan
masyarakat Kota Bogor yang tanggap bencana, dengan sasaran
meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam kehidupan
demokratis dan terciptanya masyarakat yang tanggap bencana, yang
diwujudkan melalui strategi meningkatnya peran serta masyarakat
dalam pembangunan politik dan meningkatnya kapasitas aparatur
serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Meningkatnya tertib administrasi pertanahan, dengan sasaran
terwujudnya tertib administrasi pertanahan, yang diwujudkan melalui
strategi menata dan mengendalikan administrasi pertanahan.
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
dan
sistem
administrasi
kependudukan, dengan sasaran meningkatnya kualitas data
kependudukan dan kualitas layanan kependudukan, yang diwujudkan
melalui strategi penataan penyelenggaraan sistem pelayanan dan
administrasi kependudukan.
Mewujudkan perencanaan dan penganggaran pembangunan yang
berkualitas, terintegrasi, dan pastisipatif, dengan sasaran :
meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan, yang diwujudkan
melalui strategi:
a. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar daerah yang saling
menguntungkan.
b. Meningkatkan
kualitas
perencanaan
pembangunan
dan
mengembangkan perencanaan yang terintegrasi dan partisipatif.

Misi 6.
63

Mengokohkan Peran Moral Agama Dan


Mewujudkan Masyarakat Madani
Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:
a.

b.

Kemanusiaan

Untuk

Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat penyandang masalah


sosial dan lembaga sosial masyarakat. Sasaran yang akan dicapai :
Meningkatnya jangkauan pelayanan terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial, dengan strategi peningkatan perlindungan
terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial
Meningkatkan peran lembaga/ organisasi keagamaan, sosial dalam
menunjang kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat, sasaran
yang akan dicapai: Meningkatnya peran lembaga keagamaan dan
sosial
dalam
mengimplementasikan
ajaran
agama
serta
bermasyarakat, dengan strategi Peningkatan peran lembaga
keagamaan dan organisasi sosial dalam menunjang kerukunan hidup
beragama dan bermasyaraka

5.2. Keterkaitan Visi Dan Misi Dengan Urusan Wajib Dan Urusan Pilihan
Implementasi dari upaya pelaksanaan keempat Misi tersebut, maka
penyusunan program diterjemahkan kepada beberapa bidang/urusan
pembenahan yang menjadi tugas pokok dan fungsi pemerintah daerah
dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat dan sekaligus
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai proses
pembangunan. Adapun bidang/urusan tersebut yakni :
1. Misi 1 :
Mewujudkan Bogor Sebagai Kota Jasa Yang Berorientasi Pada
Industri Pariwisata dan Industri Kreatif
a. Perdagangan;
b. Perindustrian;
c. Koperasi dan UKM;
d. Penanaman modal;
e. Pariwisata;
f. Ketenagakerjaan;
g. Pertanian;
h. Ketahanan Pangan;
i. Pemberdayaan Masyarakat;
2. Misi 2 :
Mewujudkan masyarakat Bogor yang SEHAT dan MAKMUR,
a. Lingkungan Hidup
b. Perumahan Rakyat;
c. Kesehatan;
d. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
64

e. Kepemudaan dan olah raga


f. Ketenagakerjaan;
3. Misi 3 :
Mewujudkan Bogor sebagai kota yang Berwawasan Lingkungan
a. Lingkungan Hidup
b. Perumahan Rakyat
c. Pekerjaan Umum;
d. Perhubungan
e. Penataan Ruang;
4. Misi 4 :
Mewujudkan masyarakat Bogor yang CERDAS dan berwawasan
TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI
a. Pendidikan;
b. Perpustakaan
c. Ketransmigrasian.
d. Perencanaan Pembangunan;
e. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
f. Pertanahan
g. Kependudukan dan Catatan Sipil
h. Pemberdayaan Masyarakat;
i. Komunikasi dan Informatika;
j. Statistik;
k. Kearsipan;
5. Misi 5 :
Mewujudkan pemerintah yang BERSIH dan TRANSPARAN
Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian, Persandian
6. Misi 6 :
Mengokohkan Peran Moral Agama Dan Kemanusiaan
Mewujudkan Masyarakat Madani
a. Pemberdayaan Masyarakat;
b. Sosial;
c. Kebudayaan;
d. Pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak;

Untuk

Keberhasilan dari setiap misi ditunjukan oleh indicator indikator


kinerja misi dengan target-target terukur. Kinerja misi disusun selama
lima tahun dengan target setiap tahun yaitu dari tahun 2015 2019
sebagaimana tertera dalam tabel 5. 1 berikut :
65

66

Tabel 5.1
Indikator Kinerja Misi.
N
O

PROGRAM

INDIKATOR
KINERJA PROGRAM

TARGET PENCAPAIAN PROGRAM


2015

2016

2017

2018

2019

Misi I : Mewujudkan Bogor Sebagai Kota Jasa Yang Berorientasi Pada Industri Pariwisata dan Industri Kreatif
1.1. URUSAN PERDAGANGAN
Program Peningkatan
Efisiensi perdagangan
dalam negeri
Program peningkatan
dan pengembangan
ekspor

Rasio los terisi


terhadap jumlah los
yang tersedia
Peningkatan Nilai
ekspor

Program Pembinaan
Pedagang Kaki Lima
dan Asongan

Jumlah PKL di tempat


terlarang

1.2. URUSAN PERINDUSTRIAN


Program
Jumlah industri kecil
Pengembangan
dan menengah
Industri Kecil dan
(kumulatif)
Menengah
Program
Jumlah Industri yang
Pengembangan
memanfaatan
Kewirausahaan dan
Teknologi Tepat Guna

1:2

1:2

1:1

1:1

1:1

175,377,27
4

192,915,00
1

210,452,7
29

227,990,45
6

245,528,183

1000 PKL

800 PKL

600 PKL

400 PKL

200 PKL

3510 unit

3560 unit

3610 unit

3660 unit

3700 unit

750 Unit

750 Unit

750 Unit

750 Unit

750 Unit

Keunggulan
Kompetitif Usaha Kecil
Menengah

1.3. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


Program Peningkatan
Persentase Koperasi
20%
Kualitas Kelembagaan Aktif
Koperasi
Program
Persentase
9%
Pengembangan
pertambahan UMKM
Sistem Pendukung
yang dibina dari total
Usaha Bagi Usaha
UMKM (32.578 unit)
Mikro Kecil dan
Menengah
1.4. URUSAN PENANAMAN MODAL
Program Peningkatan
Nilai Realisasi
Promosi dan
Investasi PMA dan
Kerjasama Investasi
PMDN
1.5. URUSAN PARIWISATA
Program
Jumlah wisatawan
Pengembangan
yang berkunjung ke
Pemasaran Pariwisata Kota Bogor

1,138,471
.00

Wisatawan
Mancanegar
a 24.385
orang;
Wisatawan
Nusantara
1.087.900
orang

30%

40%

50%

60%

15%

21%

27%

35%

1,195,394.5
5

1,252,318.
10

1,309,241.65

1,366,165.20

10%

11%

13%

15%

69

Misi 2 : Mewujudkan masyarakat Bogor yang SEHAT dan MAKMUR,


2.1 URUSAN KESEHATAN
Program Pelayanan
Kesehatan Penduduk
Miskin

Prosentase pasien
gakin yang terlayani
di sarana pelayanan
dasar dan rujukan

100

100

100

100

100

Program Kesehatan
Ibu Melahirkan dan
Anak
Program Peningkatan
Pelayanan Kesehatan
Remaja dan Lansia

Proseantase
kunjungan ibu hamil
(K4)
Persentase
kunjungan remaja ke
pelayanan kesehatan

95

95

95

100

100

38

40

42

45

50

Persentase lansia
yang di bina (%)

55

60

65

70

75

175

175

175

175

175

85

87

89

91

95

Program Pengawasan
Obat dan Makanan

Program Promosi
Kesehatan dan
Pemberdayaan

Jumlah sarana
Industri Rumah
Tangga Pangan
(IRTP)yang dibina dan
memenuhi syarat
Persentase Rumah
tangga sehat

70

Masyarakat
Persentase Posyandu
mandiri

15

20

25

30

36

Persentase
penduduk yang
dilindungi asuransi
kesehatan
Persentase Balita gizi
buruk

50

90

100

100

100

0.36

0.35

0.34

0.33

0.31

Persentase Balita gizi


kurang

8.2

7,6

Program
Pengembangan
Lingkungan Sehat

Persentase Jamban
keluarga

80

90

95

100

100

Persentase Sarana air


bersih

88

90

95

100

100

Program Sumberdaya
Kesehatan

Persentase
puskesmas
melaksanakan sistem
informasi kesehatan
on line
Persentase
puskesmas yang
melaksanakan
jaminan mutu

100

100

100

100

100

66.67

70.00

75.00

80.00

85.00

Program Perbaikan
Gizi Masyarakat

Program Standarisasi
Pelayanan Kesehatan

71

Jumlah layanan
kesehatan
terakreditasi ISO
Rumah Sakit Umum
Pemerintah Daerah

13

15

18

21

25

Program Pencegahan
dan Penanggulangan
Penyakit Menular

Persentase lokasi
bebas jentik

96.5

97

98

99

100

Program Pencegahan
dan Penanggulangan
Penyakit Tidak
Menular

Jumlah operasi
katarak bagi gakin
(mata)

150

150

150

150

150

Persentase calon
jemaah haji diperiksa
kesehatan

100

100

100

100

100

Misi 3 :Mewujudkan Bogor sebagai kota yang Berwawasan Lingkungan


3.1. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Program
Tingkat pemenuhan
pengendalian
baku mutu kualitas
pencemaran dan
air
perusakan lingkungan Persentase jumlah
sampling yang
dipantau
Tingkat pemenuhan
baku mutu kualitas
udara

98%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

80%

100%

100%

100%

100%

72

Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Program peningkatan
kualitas dan akses
informasi sumberdaya
alam dan lingkungan
hidup
Program Kemitraan
Lingkungan Hidup
Program Perlindungan
dan Konservasi
Sumberdaya Alam

Persentase
pelanggaran
pengelolaan
lingkungan
Jumlah sekolah yang
dibina untuk menjadi
sekolah berbudaya
lingkungan per tahun

85%

100%

100%

100%

100%

1 Sekolah

4 Sekolah

7 Sekolah

10 Sekolah

12 Sekolah

Jumlah kemitraan

Persentase luas
penanganan lahan
kritis (kumulatif)

100%

100%

100%

100%

100%

;
Misi 4 : Mewujudkan masyarakat Bogor yang CERDAS dan berwawasan TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI
3.1. URUSAN PENDIDIKAN
Program
Persentase APK Paud
Peningkatan
Persentase APM Paud
Pendidikan Anak Usia
Dini
Program
Wajib Persentase APK SD/MI
Belajar
Pendidikan
Persentase
APM
Dasar 9 Tahun
SD/MI
Persentase
APK
SMP/MTs
Persentase
APM
SMP/MTs

100
90

105
95

110
100

115
105

120
110

118

5
123

10
128

15
133

20
138

99

104

109

114

119

100

105

110

115

120

80

85

90

95

100

73

Program
Pendidikan Persentase
Menengah
SMA/MA/SMK

APK

107

112

117

122

127

90

95

100

105

110

55

60

65

70

75

SD

40

45

50

55

60

SMP

45

50

55

60

65

SMA

50

55

60

65

70

SMK

45

50

55

60

65

10

15

Persentsae
APM
SMA/MA/SMK
Program Manajemen Prosentase
sekolah
Layanan Pendidikan
berbasis TI
Prosentase
sekolah
yang
memenuhi
Sekolah
Standard
Nasional (SSN):

Jumlah sekolah yang


memenuhi
Sekolah
Standard
Internasional (SSI) :
SD

12

17

22

SMP

13

18

23

SMA

14

19

24

SMK

12

17

22

74

Program Peningkatan
Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan

Program Pendidikan
Non-formal

Persentase
Tenaga
Administrasi PAUD

50

55

60

65

70

Persentase Kualifikasi
Guru SD/MI

70

75

80

85

90

Persentase
Kompetensi
Guru
SD/MI
Persentase
Tenaga
Administrasi SD/MI

60

65

70

75

80

50

55

60

65

70

Persentase Kualifikasi
Guru SMP/MTs

86

91

96

101

106

Persentase
Kompetensi
Guru
SMP/MTs
Persentase
Tenaga
Administrasi SMP/MTs

92

97

102

107

112

50

55

60

65

70

Persentase Kualifikasi
Guru SMA/MA/SMK

70

75

80

85

90

Persentase
Kompetensi
Guru
SMA/MA/SMK
Persentase penduduk
melek huruf usia 15
tahun ke atas

60

65

70

75

80

100

100

100

100

100

3.2. URUSAN PERPUSTAKAAN

75

Program
Pengembangan
Budaya Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan

Jumlah sekolah yang


memiliki
perpustakaan sesuai
dengan standar
sarana dan prasarana
:
- SD

60

70

80

90

100

- SMP

52

62

72

82

92

- SMA

43

53

63

73

83

- SMK

20

30

40

50

60

50,000

55,800

61,600

67,400

73,200

96

98

Jumlah buku koleksi


perpustakaan

4.5. URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


Program
Tingkat Ketercapaian
Pengembangan
sarana
Komunikasi,
penyebarluasan
Informasi, Media
informasi
Massa
pembangunan daerah
Program Fasilitasi
Jumlah SDM terlatih
peningkatan
di bidang komunikasi
sumberdaya manusia dan informasi
bidang komunikasi
dan informasi
Program Kerjasama
Tingkat pencapaian
Informasi dengan
informasi
Media Massa
pembangunan yang
terpublikasi pada

90%

9
2

85%

9
4

9
0

85%

9
5

9
0

1
00

9
5

100

1
00

100

76

media massa

Misi 5 : Mewujudkan pemerintah yang BERSIH dan TRANSPARAN


Urusan Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Persandian
Program Pemantapan
otonomi daerah dan
sistem administrasi
pemerintah daerah

Program peningkatan
sistem pengawasan
internal dan
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan kepala
daerah
Program peningkatan
dan pengembangan
sistem pelaporan
capaian kinerja dan
keuangan

Tingkat ketersediaan
SPM
Tingkat ketersediaan
SOP
Tingkat kesesuaian
tata naskah dinas
dengan peraturan
perundang-undangan

85%

90%

95%

97%

100%

75%

90%

95%

97%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

Tingkat kesesuaian
antara perencanaan
dan pelaksanaan

100%

100%

100%

100%

100%

Tingkat pancapaian
penyusunan Laporan
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
(LAKIP), evaluasi
LAKIP, dan Laporan

100%

100%

100%

100%

100%

77

Program Pembinaan
dan penataan
perangkat kecamatan
dan kelurahan

keterangan
Pertanggungjawaban
(LKPJ) Walikota Bogor,
serta Laporan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Tingkat kemampuan
dan pengetahuan
aparat kecamatan
dan kelurahan

Program Peningkatan
Pelayanan Kedinasan
Kepala Daerah/ Wakil
Kepala Daerah
Program Pelayanan
Administrasi
perkantoran

Program Peningkatan
sarana dan prasarana
aparatur

100%

100%

100%

100%

100%

Tingkat realisasi
agenda kedinasan
Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah

100%

100%

100%

100%

100%

Tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar
operasional unit kerja
SKPD/UPTD dalam
mendukung tugas
pokok dan fungsinya
Tingkat ketersediaan
sarana dan prasarana
operasional
SKPD/UPTD

100%

100%

100%

100%

100%

95%

100%

100%

100%

100%

78

Program Pembinaan
dan Pengembangan
aparatur

Program Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya aparatur
Program peningkatan
kualitas pelayanan
publik
Program Peningkatan
kerjasama antar
daerah

Program peningkatan
kamtrantibmas dan
pencegahan tindak
kriminal
Program Peningkatan
dan pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah

Tingkat ketrampilan
aparatur

97%

100%

100%

100%

100%

Tingkat pelanggaran
disiplin dan kasus
kepegawaian
Tingkat produktifitas
aparatur

10%

8%

7%

5%

3%

75%

80%

85%

90%

95%

Tingkat kepuasan
masyarakat terhadap
pelayanan

90%

100%

100%

100%

100%

Jumlah kerjasama
antar daerah, antara
daerah dengan pihak
lain, dan antara
daerah dengan kotakota di luar negeri
Rasio jumlah polisi
pamongpraja per
10.000 penduduk

5 Kerjasama

7
Kerjasama

10
Kerjasama

10
Kerjasama

10
Kerjasama

1 : 450

1 : 440

1 : 430

1 : 420

1 : 410

Tingkat pencapaian
target pendapatan
daerah

100%

100%

100%

100%

100%

Tingkat pengamanan

100%

100%

100%

100%

100%

79

dan pemanfaatan
aset daerah
Tingkat tertib
administrasi
keuangan daerah
Program Pengendalian Tingkat tertib
Pembangunan
administrasi
pelaksanaan kegiatan
pembangunan
Program Peningkatan
Waktu proses
Iklim Investasi dan
perijinan
Realisasi Investasi
Program penataan
Tingkat penyelesaian
peraturan perundang- produk hukum daerah
undangan
Program penerapan,
Tingkat penanganan
penegakan hukum
perkaran dan
dan HAM
penyuluhan
peraturan daerah
Tingkat penanganan
perkara perdata, tata
usaha negara dan
penyuluhan
Program peningkatan Persentase perda
kapasitas lembaga
yang disetujui
perwakilan rakyat
daerah

100%

100%

100%

100%

100%

95%

100%

100%

100%

100%

Maks 5-14
hari kerja

Maks 5-14
hari kerja

Maks 5-14
hari kerja

Maks 5-14
hari kerja

Maks 5-14
hari kerja

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

95%

100%

100%

100%

100%

Misi 6 : Mengokohkan Peran Moral Agama Dan Kemanusiaan Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani

80

Urusan Sosial;
Program
Pemberdayaan fakir
miskin, penyandang
masalah kesos
lainnya

Jumlah penanganan
kemandirian dan
kesejahteraan sosial
per tahun (orang)

14,359

14,359

14,359

14,359

14,359

10,35

10

304

250

200

150

100

Jumlah Gedung
Rehabilitasi PMKS

Jumlah Rumah
Singgah

Persentase
Penurunan PMKS
Program Pembinaan
Anak Terlantar

Berkurangnya jumlah
anak terlantar

Program Pembinaan
Penyandang Cacat,
Trauma dan Korban
Bencana

Persentase para
penyandang cacat,
trauma dan korban
bencana yang terbina

100

100

100

100

100

Program Pembinaan
Panti Asuhan/Panti
Jompo

Persentase Panti
Jompo dan anak yang
terkelola dengan baik

80

100

100

100

100

81

Program
Pemberdayaan
Lembaga Sosial

Persentase Lembaga
Keagamaan yang
berpartisipasi aktif
dalam pembangunan

95

100

100

100

100

82

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta
sasarannya perlu dipertegas dengan bagaimana upaya atau cara
untuk mencapai tujuan dan sasaran misi tersebut melalui arah
kebijakan
dan
strategi
pembangunan
daerah
yang
akan
dilaksanakan selama lima tahun (2015 2019).
Misi 1.
Mewujudkan Bogor Sebagai Kota Jasa Yang Berorientasi Pada Industri
Pariwisata dan Industri Kreatif, dilaksanakan dengan tujuan dan
sasaran sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mewujudkan perekonomian yang bertumpu pada sektor perdagangan,


dengan sasaran meningkatnya daya saing pada sektor perdagangan.
Meningkatkan pengembangan perekonomian pada sektor industri
Memantapkan peran koperasi dan UKM
Meningkatkan penanaman modal
Mengembangkan pariwisata daerah
Meningkatkan kesempatan kerja
Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah. Sasaran
yang akan dicapai yakni Meningkatnya kuantitas dan kualitas
seniman/budayawan serta lestarinya dan berkembangnya seni,
dengan strategi Peningkatan pemeliharaan dan pengembangan seni
budaya lokal yang selaras dengan perkembangan zaman.

Misi 2.
Mewujudkan masyarakat Bogor yang SEHAT dan MAKMUR, maka
tujuan, sasaran, dan strategi pembangunan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Mewujudkan lingkungan bersih yang berkelanjutan.


Mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera
Mewujudkan permukiman yang sehat
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui lingkungan
sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Misi 3.
Mewujudkan Bogor sebagai kota yang Berwawasan Lingkungan
Tujuan, Sasaran dan Strategi dari pencapaian Misi 3 Kota Bogor adalah:
Terwujudnya penataan ruang yang terpadu dan berwawasan lingkungan
dengan strategi :
83

a.
b.
c.

Mengendalikan pemanfaatan ruang.


Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataaan ruang.
Meningkatkan konsistensi pemanfaatan dan pengendalian ruang.

Misi 4.
Mewujudkan masyarakat Bogor yang CERDAS dan berwawasan
TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI
Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:
1.
Meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat. Sasaran
yang ingin dicapai adalah :
a. Meningkatnya mutu pendidikan dan keterampilan masyarakat,
dengan strategi peningkatan akses layanan, mutu dan tata kelola
pendidikan serta budi pekerti.
b. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik dan kependidikan,
dengan strategi peningkatan mutu tenaga pendidik dan
kependidikan.
c.
Meningkatnya kualitas pendidikan non formal, dengan strategi
peningkatan layanan akses mutu, pendidikan kewirausahaan
non formal.
d. Meningkatnya layanan pendidikan bagi masyarakat yang
berkebutuhan khusus, dengan strategi peningkatan layanan
pendidikan inklusif.
e.
Meningkatnya kunjungan ke perpustakaan sekolah, dengan
strategi peningkatan jumlah perpustakaan dan koleksi buku
serta peningkatan minat baca.
f.
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan, dengan strategi peningkatan kualitas tenaga
kerja serta sarana prasarana pelatihan kerja.
2.
Meningkatkan peran pemuda yang berdaya saing dalam menghadapi
tantangan global serta meningkatkan peran organisasi kepemudaan.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas pemuda
dalam menghadapi globalisasi, dengan strategi peningkatan IPTEK
dan IMTAQ pemuda agar mempunyai daya saing.
3.
Meningkatkan prestasi olahraga dan memasyarakatkan olahraga.
4.
Meningkatkan budaya baca masyarakat.
5.
Meningkatkan peran perempuan dalam bermasyarakat/berpolitik/
bernegara serta perlindungan terhadap hak perempuan dan anak.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya peran perempuan
dalam berpolitik/ kemasyarakatan, terlindunginya anak-anak dan
perempuan dari tindak kekerasan, dengan strategi peningkatan
pendidikan
dan keterampilan
perempuan
dan peningkatan
perlindungan terhadap hak-hak anak dan perempuan.
84

Misi 5.
Mewujudkan pemerintah yang BERSIH dan TRANSPARAN
Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:
1. Membangun sistem organisasi pemerintahan yang transparan, tertib,
bersih dan berwibawa, dengan sasaran terbangunnya sistem
organisasi pemerintahan yang transparan, tertib, bersih dan
berwibawa, yang diwujudkan melalui strategi:
2. Melakukan penataan struktur organisasi pemerintah daerah yang
proporsional, serta mengembangkan profesionalisme aparat dan
menerapkan insentif berbasis kinerja.
3. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
ketiga.
4. Meningkatkan pembinaan ketentraman ketertiban masyarakat, satuan
perlindungan masyarakat dan unsur terlatih lainnya.
5. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel.
6. Meningkatkan penataan sistem hukum di daerah.
7. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perwakilan rakyat daerah.
8. Meningkatkan kinerja aparatur kecamatan dan kelurahan.
9. Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintah daerah dalam
pelayanan publik.
10. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan
ketahanan keluarga.
11. Meningkatkan peran masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam
berbagai program dan kegiatan pembangunan, dengan sasaran
meningkatnya peran serta masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
dalam kegiatan pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi
Penguatan kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat.
12. Meningkatkan peran statistik dalam proses pembangunan, dengan
sasaran Peningkatnya penggunaan data statistik dalam setiap proses
pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi meningkatkan
kualitas data dan informasi pendukung perencanaan daerah.
13. Meningkatkan kinerja pengelolaaan kearsipan daerah dalam
penyelenggaraan
pemerintahan,
dengan
sasaran
Tersedianya
data/arsip untuk mendukung manajemen pemerintahan daerah, yang
diwujudkan melalui strategi Meningkatkan kinerja pengelolaan
kearsipan daerah dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan.
14. Meningkatnya pengembangan dan penerapan teknologi informasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat, dengan sasaran meningkatnya mutu
layanan komunikasi dan informatika di Kota Bogor, yang diwujudkan
melalui strategi mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.
85

15.

16.

17.

18.

19.
20.

Mewujudkan
kehidupan
masyarakat
yang
demokratis
dan
mewujudkan masyarakat Kota Bogor yang tanggap bencana, dengan
sasaran meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam
kehidupan demokratis dan terciptanya masyarakat yang tanggap
bencana, yang diwujudkan melalui strategi meningkatnya peran serta
masyarakat dalam pembangunan politik dan meningkatnya kapasitas
aparatur serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Meningkatnya tertib administrasi pertanahan, dengan sasaran
terwujudnya tertib administrasi pertanahan, yang diwujudkan melalui
strategi menata dan mengendalikan administrasi pertanahan.
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
dan
sistem
administrasi
kependudukan, dengan sasaran meningkatnya kualitas data
kependudukan
dan
kualitas
layanan
kependudukan,
yang
diwujudkan melalui strategi penataan penyelenggaraan sistem
pelayanan dan administrasi kependudukan.
Mewujudkan perencanaan dan penganggaran pembangunan yang
berkualitas, terintegrasi, dan pastisipatif, dengan sasaran :
meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan, yang diwujudkan
melalui strategi:
Mewujudkan kerjasama pembangunan antar daerah yang saling
menguntungkan.
Meningkatkan
kualitas
perencanaan
pembangunan
dan
mengembangkan perencanaan yang terintegrasi dan partisipatif.

Misi 6.
Mengokohkan Peran Moral Agama
Mewujudkan Masyarakat Madani

Dan

Kemanusiaan

Untuk

Adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah

1.

Meningkatkan peran lembaga/organisasi keagamaan, sosial dalam


menunjang kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat. Sasaran
yang akan dicapai yakni Meningkatnya peran lembaga keagamaan dan
sosial
dalam
mengimplementasikan
ajaran
agama
serta
bermasyarakat, dengan strategi peningkatan peran lembaga
keagamaan dan organisasi sosial dalam menunjang kerukunan hidup
beragama dan bermasyarakat.

86

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2015-2019

7.1 Kebijakan Umum 2015-2019


Untuk memantapkan tujuan dan sasaran Visi dan Misi
pembangunan Kota Bogor tahap ketiga perlu didukung oleh
kebijakan-kebijakan dalam merespon percepatan pelaksanaan
prioritas pembangunan nasional dalam rangka implementasi
Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, serta Inpres no 3 tahun
2010 sebagai bagian dari program dunia untuk mencapai target
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
87

7.2 Program Pembangunan Daerah 2015-2019


Program Pembangunan daerah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
misi pembangunan Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
Urusan Perdagangan
1.
Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri
2.
Program: pengembangan pasar dan distribusi barang/ produk
3.
Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan:
4.
Program peningkatan dan pengembangan ekspor
5.
Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
Urusan Industri
1.
Program Pengembangan Industri kecil dan menengah
2.
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1.
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
2.
Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha
mikro kecil dan menengah
Urusan Penanaman Modal,
1.
Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi
Urusan Pariwisata
1.
Program pengembangan pemasaran pariwisata
Urusan Ketenagakerjaan
1.
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
2.

Program
perlindungan
ketenagakerjaan

dan

pengembangan

lembaga

Urusan Ketahanan Pangan


1.
2.

Program peningkatan ketahanan pangan


Program peningkatan kesejahteraan petani

Urusan Pertanian
88

1.
2.
3.

Program Peningkatan Produksi Pertanian


Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak
Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian

Urusan Pemberdayaan Masyarakat


1.
Program pengembangan lembaga ekonomi kelurahan
Urusan Ketransmigrasian
1.
Program Pembinaan dan penempatan transmigrasi
Urusan Lingkungan Hidup
1.
Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
2.
Program Peningkatan Pengendalian Polusi
3.
Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam
dan lingkungan hidup
4.
Program Kemitraan Lingkungan Hidup
5.
Program perlindungan dan konservasi sumberdaya alam
6.
Program pengembangan kinerja pelayanan persampahan
7.
Program pengelolaan ruang terbuka hijau
Urusan Pekerjaan Umum
1.
Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau,
dan sumber daya air lainnya
2.

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan


Jaringan Pengairan Lainnya

3.

Program pengendalian banjir

4.

Program pembangunan jalan, jembatan, dan drainase

5.

Program peningkatan jalan, jembatan, dan drainase

6.

Program pemeliharaan jalan, jembatan, dan drainase

7.

Program Pembangunan Sistem Informasi Database Jalan, Jembatan


dan Drainase

8.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

9.

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air


Limbah

10.

Program pengelolaan areal pemakaman

11.

Program peningkatan utilitas perkotaan


89

12.

Program penataan dan pengaturan bangunan gedung

13.

Program pengaturan, pembinaan, pengawasan jasa konstruksi

Urusan Perumahan Rakyat


1.
Program lingkungan sehat perumahan
2.

Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Urusan Perhubungan
1.
Program program pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan
2.
Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu
Lintas
3.
Program peningkatan pelayanan angkutan
4.
Program peningkatan kelaikan pengoperasian
kendaraan bermotor
Urusan Penataan Ruang
1.
Program perencanaan tata ruang
2.
Program pengendalian pemanfaatan ruang
3.
Program peningkatan peran serta masyarakat
penyelenggaraan penataan ruang

dalam

Urusan Pendidikan
1.
Program Peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini
2.
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
3.
Program pendidikan menengah
4.
Program manajemen layanan pendidikan
5.
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
6.
Program pendidikan non-formal
Urusan Perpustakaan
1.
Program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
Urusan Kepemudaan dan Olahraga
1.
Program peningkatan peran serta kepemudaan
2.
Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
3.
Program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga
Urusan Kesehatan
1.
Program
2.
Program
3.
Program
4.
Program

Pelayanan kesehatan penduduk miskin


kesehatan ibu melahirkan dan anak
peningkatan pelayanan kesehatan remaja dan lansia
obat dan perbekalan kesehatan
90

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Program pengawasan obat dan makanan


Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat
Program pengembangan lingkungan sehat
Program sumberdaya kesehatan
Program standarisasi pelayanan kesehatan
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
dan tidak menular,

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


1.

Program Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

2.

Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

3.

Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam


pembangunan

Urusan Sosial
1.

Program
pemberdayaan
fakir
kesejahteraan sosial lainnya

miskin,

penyandang

masalah

2.

Program pembinaan anak terlantar

3.

Program pembinaan penyandang cacat, trauma dan korban bencana

4.

Program pembinaan panti asuhan/panti jompo

5.

Program program pemberdayaan lembaga sosial

Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


1.
2.
3.
4.

Program Keluarga Berencana


Program kesehatan reproduksi remaja
Program penyiapan tenaga pendamping kelompok
bina keluarga

Program pengembangan model operasional BKB/

Posyandu
Urusan Kebudayaan
1.

Program pengembangan nilai budaya

2.

Program pengelolaan keragaman budaya,

3.

Program pengelolaan kekayaan budaya

4.

Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Urusan Ketenagakerjaan
1. Program Peningkatan kualitas dan produktivitas Tenaga Kerja
91

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan


Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.
Program pemantapan otonomi daerah dan
sistem administrasi pemerintah daerah
2.
Program peningkatan sistem pengawasan
internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kepala daerah
3.
Program peningkatan dan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
4.
Program
pembinaan
dan
penataan
perangkat kecamatan dan kelurahan, dengan sasaran terciptanya
pelayanan prima di tingkat kecamatan dan kelurahan,
5.
Program
peningkatan
pelayanan
kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah,
6.
Program
Pelayanan
Administrasi
perkantoran
7.
Program
Peningkatan
sarana
dan
prasarana aparatur
8.
Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur
9.
Program
peningkatan
kapasitas
sumberdaya aparatur
10.
Program peningkatan kualitas pelayanan
publik
11.
Program Peningkatan kerjasama antar
daerah
12.
Program
peningkatan
keamanan
ketentraman dan ketertiban masyarakat dan pencegahan tindak
kriminal
13.
Program Peningkatan dan pengembangan
pengelolaan keuangan daerah,
14.
Program Pengendalian Pembangunan,
dengan sasaran Peningkatan kinerja pengendalian pelaksanaan
pembangunan
15.
Program Peningkatan Iklim Investasi dan
Realisasi Investasi
16.
Program penataan peraturan perundangundangan
17. Program penerapan, penegakan hukum dan HAM
18. Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Urusan Pemberdayaan Masyarakat
1.
Program peningkatan partisipasi masyarkat dalam
membangun kelurahan,
2.
Program
Peningkatan
Keberdayaan
Masyarakat
Kelurahan
92

Urusan Statistik
1. Program pengembangan data/informasi statistik daerah
Urusan Kearsipan
1.
Program Perbaikan sistem administrasi kearsipan
2.
Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
3.
Program Pemeliharaan rutin/berkala sarana prasarana kearsipan
Urusan Komunikasi dan informatika
1.
Program pengembangan komunikasi, informasi, dan media massa
2.
Program fasilitasi peningkatan sumberdaya manusia bidang
komunikasi dan informasi
3.
Program kerjasama informasi dengan media massa
Urusan Kesatuan bangsa dan Politik Dalam Negeri
1.
Program pendidikan politik masyarakat
2.
Program pengembangan wawasan kebangsaan
3.
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
4.
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Urusan Pertanahan
1.
Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil
1.
Program penataan administrasi kependudukan

Urusan Perencanaan Pembangunan


1.
Program Pengembangan data dan informasi
2.
Program
Kerjasama
Pembangunan,
dengan
sasaran
meningkatnya sinkronisasi pembangunan antar daerah
3.
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan
Pembangunan Daerah
4.
Program perencanaan pembangunan daerah
5.
Program perencanaan pembangunan ekonomi
6.
Program perencanaan sosial budaya
7.
Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
8.
Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

93

BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI
KEBUTUHAN PENDANAAN
94

8.1

Program PrioritasProgram prioritas disusun berdasarkan


urusan kewenangan wajib dan pilihan terdiri dari 26 (dua
puluh enam) bidang urusan wajib dan 8 (delapan) bidang
urusan pilihan dengan program pembangunan meliputi :

8.1.1 Bidang Pendidikan:

1.

Kebijakan perwujudan Pendidikan gratis Dasar dan Menengah (SD,


SLIP dan SLTA) dalam rangka Penuntasan Wajar Dikdas 12 (dua
belas) tahun pada Tahun 2019,dilaksanakan mclalui rogram dan
sasaran sebagai berikut :
a. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar, dengan sasaran:
1) Meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM) dan APK
SD/MI
2) Meningkatnya APK dan APM SMP/MTs;
3) Meningkatnya angka melanjutkan SD/MI keSMP/MTs;

2.

3.

b. Program Pendidikan Menengah dan Tinggi, dengan


sasaran:
1) Meningkatnya
angka
melanjutkan
SMP/MTs
ke
SMA/SMK/MA;
2) Tersedianya angka beasiswa untuk jenjang pendidikan
mcnengah.
Kebijakan peningkatan daya tampung SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA dan Pesantren, yang dilaksanakan melalui
program dan sasaran :
a. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar,dengan sasaran :
1) Meningkatnya daya tampung SMP/MTs;
2) Meningkatnya daya tampung SMP Terbuka, SD-SMP
satu atap;
b. Program
Pendidikan
Menengah,
dengan
sasaran
Meningkatnya daya tampung SMA/SMK/MA;
Kebijakan Peningkatan Kompetensi dan Kesejah
teraan Guru serta Tenaga
Kependidikan, yang
dilaksanakan mclalui Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan, dengan sasaran:
1) Meningkatnya jumlah anggaran insentifguru;
2) Menin(,katnya jumlah guru berkualitikasi S1;
3) Meningkatnya jumlah guru yang tersertifikasi

95

4.

Kebijakan Pcningkatan Pemcrataan dan Mutu Pendidikan


Luar Biasa
(PLB), yang dilaksanakan mclalui Program
Pendidikan Luar Biasa, dengan sasaran:
a. Meningkatnya Pendidikan Khusus dan Pendidikan
Layanan Khusus (PLK);
b. Meningkatnya Mutu Pcnyclcnggaraan PK dan PLK;
c. Meningkatnya Kompetensi Guru PK dan PLK.

96

1.

Kebijakan Peningkatan Kualitas Sarana clan Prasarana


Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dilaksanakan
mclalui Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dengan
sasaran:
a.
Meningkatnya jumlah sekolah terakreditasi;
b.
Meningkatnya
penialianian
penyelenggaraan
pendidikan tentang Manajemen
Berbasis Sekolah
(MBS);
a.
Meningkatnya wawasan pe clidik tentang kurikulunn;
b.
Meningkatnya pelayanan terhadap data/informasi;
c.
Mcningkatnya mutu pelaksanaan Ujian Nasional/
Ujian Sckolah Berstandar Nasional (UN/USBN);
d.
Meningkatnya
peran
dan
kualitas
pelayanan
perpustakaan sckolah

2.

Kebijakan Perwujudan masyarakat Kota Bogor bebas buta


aksara, yang dilaksanakan melalui Program Pendidikan Non
Formal, dengan sasaran:
a.
Meningkatnya Angka Melck Huruf (AMH)
b.
Meningkatnya Angka Partisipasi Program
Paket B/SMP;
c.
Meningkatnya Angka Partisipasi Program
Paket C/SMA

8.1.2. Bidang Kesehatan


1.
Kebijakan meningkatknn perilaku hidup bersih dan
sehat(PHBS) dan kesehatan lingkungan dilaksanakan
melalui program dan sasaran :
a.
Program Upaya Kesehatan, dengan sasaran :
1)
Meningkatnya kesehatan lingkungan melalui
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS)
2)
Pengelolaan Sanitasi lingkungan melalui Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM);
3)
Mengembangkan posyandu menjadi posyandu
multifuagsi dan pendukungan Jana operasional/
insentif kader posyandu
2.

Kebijakan Meningkatkan layanan kesehatan rumah sakit,


puskesmas DTP, Poned dan Lansia serta layanan kesehatan di
kawasan industri, dilakukan melalui
a.
Program Upaya Kesehatan, ciengan sasaran
1)
Meningkatnya pelayanan kesehatan di rumah
sakit, puskesmas, Poned dan pelayanan kesehatan
lansia serta pelayanan kesehatan dikawasan industri,
2)
h) Menurunnnya AKI dan AKB
97

b.

c.

d.

Program Program Peningkatan Sarana dan Prasaran


Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran Meningkatnya
sarana dan prasarana puskesmas dan rumah sakit
untuk masyarakat umum dan rakyat miskin
Program Sumber Daya Kesehatan, dengan sasaran
Meningkatnya
kualitas
dan
kuantitas
tenaga
kesehatan; dan
Meningkatnya kesejahteraan tenaga kesehatan

3.

Kebijakan Mewujudkan masyarakat bebas gizi buruk,


mclalui Program Upaya Kesehatan, dengan sasaran
terwujudnya masyarakat Kota Bogor yang bebas gizi
buruk.

4.

Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit


menular, melalui program meningkatnya upaya pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular,
dengan sasaran menurunyan angka penycbaran penyakit
TBC dan HIV/AIDs, menurunnya angka penyakit Zoonosis,
serta penyakit menular (tan tidak menular lainnya.

8.1.3. Bidang Lingkungan Hidup


1.

Kebijakan Peningkatan pengendalian pencernaran air, udara


dan tanah serta pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan limbah B3 secara terpadu, yang dilaksanakan
melalui Program Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup dengan sasaran :
a.
Terkendalinya beban pencemaran badan air oleh
industri
b.
Terkendalinya beban emisi dari kendaraan bermotor dan
industri;
c.
Terlaksananya pengawasan pemantaatan B3 dan
pembuangan limbah B3 pada industri dan rumah sakit;
d.
Meningkatnya adaptasi dan sinkronisasi kebijakan tata
kelola lingkungan;
e.
Meningkatnya upaya penegakan hukum lingkungan
atas
dugaan
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan hidup

8.1.4
Bidang Pekerjaan Umum
1.
Kebijakan pembangunan, pcningkatan dan rehabilitasi
jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang aktivitas
98

perekonomian masyarakat, yang dilaksanakan mclalui


program sebagai berikut:
a.

Program
sasaran:

1)

2)

Jalan

dan

Jembatan,

dengan

Terscdianya jaringan jalan dengan kapasitas


yang sesuai kebutuhan serta mempunyai nilai
struktur yang haik;
Terlaksananya pembangunan dan peningkatan
jalan dan jembatan untuk
mendukung
aktivitas perekonomian dan sosial masyarakat

b.

Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan


Jembatan,
dengan
sasaran
mempertahankan
kondisi kemantapan jalan agar tetap dapat
memberikan pelayanan yang optimal terhadap arus lalu
lintas yang melewatinya dalam Batas repetisi beban standar
maupun struktur yang direncanakan.

c.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana


Kebinamargaan, dengan sasaran meningkatnya
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pengelolaan jalan dan jembatan

8.1.5
1.

8.1.6
1.

Pembangunan

program-

Bidang Penataan Ruang

Kebijakan peningkataan Kinerja Perencanaan Ruang yang


dilaksanakan melalui Program Penataan Ruang dengan
sasaran:
a.
Mewujudkan ketersediaan pranata rencana umum dan
rencana penataan ruang;
b.
Mengembangkan data dan intormasi spasial Kota Bogor
yang handal
Bidang Perencanaan Pembangunan
Kebijakan
peningkatan
kualitas
perencanaan
daerah,
peningkatan pengendalian dan evaluasi pembangunan serta
sistem
pengawasan
yang
akuntabel
melalui
Program
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
dengan sasaran:

99

a.
b.
c.

2.

Tercapainya kesesuaian antara perencanaan dengan


implementasi
Terwujudnya
kesesuaian
antara
dokumen
perencanaan provinsi dengan pusat dan kab/kota
Tersedianya dokumen perencanaan daerah : spasial
dan sektoral

Kebijakan
mensinergikan
perencanaan
pembangunan
untuk mewujudkan
perencanaan pembangunan daerah
yang berkualitas mclalui Program Penelitian, Studi dan
Survey,
dengan
sasaran
menerapkan
ilmu
pengetahuan dan teknologi
dalam pcnyclenggaraan
pemerintahan daerah dalam rangka meningkatnya kualitas
perencanaan yang didasarkan riset dan dukungan basis data
yang akurat dan terukur.

8.1.7 Bidang Perumahan


Kebijakan mcningkatkan keterscdiaan runah layak huni
khusunya hunian bagi Masyarakat Berpengasilan Rcndah
(MBR) yang dilaksanakan melalui Program Pengembangan
Perumahan, dengan sasaran sebagai herikut :
a.
Meningkatnya
ketersediaan
perumahan
melalui
pengembangain perumahan formal
b.
Terpenuhinya kebutuhan rumah layak huni dengan sasaran
masyarakat miskin;
8.1.8
Bidang Pemuda dan Olahraga
1.
Kebijakan peningkatan peran serta organisasi kepemudaan
dalam pembangunan melalui Program Peningkatan dan
Pembinaan Peran Serta Pemuda, dengan sasaran
Meningkatnya peran serta organisasi kepemudaan
dalam pembangunan;
2.
Kebijakan pendukungan pembangunan sarana olah raga di
Kecamatan/Kelurahan melalui Program Pembinaan ,
Pemasyarakatan dan Pengembangan Olahraga, dengan
sasaran :
a.
Mendukung Penbangunan gelanggang olahraga di
Kecamatan/kelurahan;
b.
Meningkatkan peran serta organisasi kepennulaan
dalam pembangunan
8.1.9 Bidang Penanaman Modal

100

a.

Kebijakan mcningkatkan investasi, dengan arch


kebijakan penciptaan iklim usaha yang kondusit;
dengan program Program Peningkatan lklim,
Promosi
dan
Kerjasama
Investasi,
dengan
sasaran: Meningkatnya jumlah peraturan/ketertuan
mengenai investasi; Meningkatnya kepastian dan
ketepatan pelayanan perizinan Meningkatnya peluang
investasi di Jawa Barat

8.1.10
a.

b.

Bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan


Menengah
Kebijakan mcningkatkan kualitas kelenbagaan dan usaha
koperasi dan UMKM, seta perlindungan dan dukungan
usaha bagi koperasi dan UMKM, dengan Program
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dengan sasaran :
1.
Meningkatnya KUMKM Berdaya Saing
2.
Meningkatnya tata Kelola Kelembagaan Koperasi
Kebijakan meningkatkan akses teknologi, SDM, pasar,
kualitas produk dan permodalan bagi Koperasi dan UMKM,
dengan Program Pengembangan Kewirausahaan Dan
Keunggulan Kompetitif Koperasi, Usaha Mikro, Keci!
dan Menengah, dengan sasaran :
1.
Menciptakan Wirausaha Baru
2.
Meningkatnya penycrapan Tenaga Kerja
3.
Meningkatnya kapasitas SDM KUMKM
4.
Meningkatnya akses Pembiayaan bagi KUMK melalui KCR
5.
Meningkatnya fasilitasi Pembiayaan Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil

8.1.11 Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil


Kebijakan mengendalikan dan menata kependudukan
melalui Program Penataan Administrasi Kependudukan,
dengan sasaran :
a.
Menata Pengelolaan administrasi kependudukan
b.
Menata persebaran penduduk, baik di dalam maupun
keluar wilayah Kota Bogor
8.1.12 Bidang Ketenagakerjaan
1.
Kebijakan peningkatan daya saing tenaga kerja melalui
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja dengan sasaran meningkatnya daya saing tenaga
kerja
101

8.1.13 Bidang Ketahanan Pangan


Kebijakan
nieningkatkan
ketersediaan,
penguatan
cadangan, distribusi, akses dan
penganekaragaman
pangan, serta ketersediaan konsumsi pangan masyarakat
dan penanganan
daerah rawan pangan, dengan Program
Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan sasaran :
a.
Meningkatnya jumlah cadangan pangan pemerintah
b.
Meningkatnya persentase ketersediaan informasi, harga
dan akses pangan
c.
Meningkatnya pengawasan clan pembinaan keamanan
pangan
8.1.13
Bidang
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan Anak, melalui program dan s asaran
sebagai berikut :
1.

2.

Program Peningkatan Peran serta clans Kesetaraan Gender


dalam Pembangunan, dengan sasaran
a.
Memngkatnya upaya pemberdayaan, pengetahuan,
keteranipilani clan keniandirian perenipuan;
b.
Meningkatnya pemberdayaan perempuan
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan dan Anak, dengan sasaran :
1)
Meningkatnya upaya perlindungan terhadap anak
melalui pencegahan kekerasan dalan rumah tangga
serta perdagangan perempuan dan anak;
2)
Mendukung pengokohan ketahanan keluarga sebagai
basis sosial;
3)
Meningkatnya pemberdayaan ekonomi keluarga;
4)
Tcrwujudnya Kota Bogor Barat sebagai Kota layak anak.

8.1.15

Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Kebijakan Revitalisasi Program Keluarga Berencana, yang dilaksanakan


melalui Program Keluarga Berencana, dengan sasaran:
a.
Meningkatnya kuantitas dan kualitas kesertaan dalam
program
keluarga berencana;
b.
Meningkatnya rata-rata usia kawin pertama);
c.
Meningkatnya ketahanan keluarga melalui peningkatan ekononii
Keluarga Pra Sejahtera dan KS I serta Pengembangan Bina Keluarga,
serta

102

8.1.16 Bidang Perhubungan


Kebijakan
peningkatan
sarana
dan
prasarana
dasar
perhubungan yang dilaksanakan mclalui program sebagai
berikut Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas,
dengan sasaran Meningkatnya keselamatan di perlintasan Kereta
Api;
8.1.17

Bidang Komunikasi dan Informatika

Kebijakan
Pengembangan
dan
penerapan
teknologi
informasi dalam manajemen penerintahan dan Peningkatan
penggunaan
Teknologi
Infonnasi
Konuunikasi
dalam
pelayanan publik menuju cyber province mclalui Program
Pengembangan Konmnikasi,
Informasi, Media Massa dan
Pemanfaatan Teknologi Infonnasi, dengan sasaran :
a.
Meningkatnya pengunaan teknologi informasi, komunikasi
dalam aplikasi data untuk meningkatkan pelayanan publik yang
berkualitas;
b.
Maningkatnya peran media masa dalam penyebaran
informasi secara objektif dan bertanggung jawab;
c.
Meningkatnya pelayanan informasi kepada masyarakat;
d.
Meningkatnya
transfer
IPTEK
untuk
akselerasi
pembangunan;
Menberikan
inspirasi
perlunya
pengembangan IPTEK yang bersifat terobosan
dalam
pembangunan

BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penetapan indikator kerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran


mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan
dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan
daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap
tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD
dapat dicapai. Penetapan indikator kinerja daerah ini didasarkan pada
tahapan yang telah ditetapkan pada RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun
103

2005-2025 yaitu memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan


focus pada tahun 2015.
Indikator kinerja daerah meliputi 3 (tiga) aspek kinerja yaitu aspek
kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum; serta aspek daya saing
daerah.
Aspek kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator makro yang
merupakan indikator gabungan (indikator komposit) dari berbagai kegiatan
pembangunan ekonomi maupun sosial seperti: Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Inflasi, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT), ANGKA Partisipasi Angkatan Kerja,Indeks
Gini, Persentase Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk, Indek
Pembangunan Manusia (IPM), dan lain-lain.
Aspek pelayanan umum merupakan segala bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan atau urusan
yang telah diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, perhubungan dan
urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
Aspek daya saing daerah merupakan indikator yang mengukur
kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator yang diukur antara
lain: laju pertumbuhan investasi, pendapatan perkapita, laju pertumbuhan
ekspor, laju pertumbuhan PMA, dan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara.
Penetapan indikator kinerja daerah dirumuskan berdasarkan hasil analisis
pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome)
terhadapap tingkat capaian indikator kinerja daerah. Penetapan indikator
kinerja daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan urusan
Pemerintahan Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 9.1.

104

Tabel 9.1
Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Bogor

No

Aspek/Bidang/Fokus
Urusan/Indikator
Kinerja
Satuan
Pembangunan
Daerah

Kondisi
Kinerja Awal
RPJMD
2015

Aspek Kesejahteraan Masyarakat


Fokus kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Daya
Beli Ribu
1
Masyarakat
686,815
2 PDRB Per Kapita
Juta

Target Capaian Setiap Tahun

2016

2017

2018

2019

Kondisi
Kinerja
pada akhir
Periode
RPJMD
2019

1
1.1

1.2 Fokus pada Kesejahteraan Sosial


1 Pengangguran
Persen
Terbuka
2 Angka Kemiskinan
Persen
3 Angka
Harapan Tahun
Hidup
2
Aspek Pelayanan Umum
2.1 Pendidikan
1 Angka Melek Huruf
Persen

726,815
696,815

706,815

716,815

726,815

8,92

8,74

8,66

8,58

8,4

8,4

8.3
71.87

8,0
72.67

7,7
73.47

7,4
74.27

7,1
75.07

6,8
75.07

99.83

100

100

100

100.

100

105

2
3
4
2.2
1

Angka
Rata-Rata Tahun
11.21
11.61
12.01
12.41
12.81
12.81
lama Sekolah
APK SMA/MA
Persen
122,64
122,67
122,70
122,73
122,76
122,76
APM SMA/MA
Persen
82,12
83,87
84,62
87,37
89,12
89,12
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi keuangan Daerah, Perangkat daerah,Kepegawaian dan Persandian
Tingkat
Partisipasi Persen
90
92
94
96
98
98
Pemeilihan
Kepala
Daerah
Skala
Kepuasan 1 : 4
1:4
1:4
1:4
1:4
1:4
1:4
masyarakat terhadap
layanan
pemerintahan
Skala
Komunikasi 1 : 5
1:5
1:5
1 :4
1 :4
1 :4
1 :4
Organisasai
Pemerintah

2.3 Pekerjaan Umum


1 Tingkat Kondisi Baik Persen
Jalan
Kewenangan
Daerah
2 Cakupan pelayanan Persen
Persampahan
3 Cakupan Pelayanan Persen
Air Bersih
2.4 Lingkungan Hidup
1 Persentase
Ruang Km

52,45

55,86

59,27

62,68

66,09

66,09

69,84

73,21

76,58

79,95

83,32

83,32

33,57 %

34,57 %

35,57 %

36,57 %

37,57 %

37,57 %

106

Terbuka Hijau
2.5

Sosial
Jumlah PMKS yang Orang
ditangani (28.913)
Jumlah pekerja anak Orang

5.762

5.762

5.762

5.762

5.762

5.762

3
Aspek Daya Saing
3.1 Fokus kemampuan ekonomi
3.1. Pendidikan
Indek Pembangunan Poin
77.77
78.27
78.77
79.27
79.77
79.77
Manusia (IPM)
3.2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1 Indek Pemberdayaan Poin
Gender
3.3 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi keuangan Daerah, Perangkat daerah,Kepegawaian dan Persandian
1 Indek
Keterbukaan Persen
85
87
90
93
95
95
informasi public
2 Jumlah
Perijinan izin
Kota
3.4 Ekonomi
6,26
6,46
6,66
6,36
6,56
6,76
1 Laju
Pertumbuhan Persen
Ekonomi
2 Inflasi
Peren
4,05
4,05
4
4
4
4
15,246,594,225
20,036,563,000
24,826,531,775
29,616,500,550
34,406,469,325
34,406,469,
3 Nilai Investasi
Milyar
325
4 Pendapatan

Asli Rp

360,654,994,640

385,900,844,265

412,913,903,363

441,817,876,599

472,745,127,96

472,745,127

107

3.5
1
2
3

3.6
1

2
3.7

Daerah
Infrastruktur
Tingkat Kemantapan
Jalan Protokol
Laju
Pertumbuhan
Penduduk
Cakupan
Luas
kawasan
lindung
terhadap
luas
wilayah
Pariwisata
Jumlah kunjungan
wisatawan
mancanegara
Jumlah kunjungan
wisatawan lokal
Pemuda dan olah
raga
Jumlah
pemuda
berprestasi
skala
nasional

,960

Persen
Persen

2,7

2,7

2,7

2,7

2,7

2,7

Orang

157,592

163,429

169,266

175,103

180,940

180,940

orang

3,977,571

4,362,925

4,748,279

5,133,633

5,518,987

5,518,987

Persen

orang

108

Penetapan target kinerja pembangunan Kota Bogor nerdasarkan urusan


dan kewenangan memerlukan kerangka sinergitas pembangunan antara
Kota Bogor dengan Kecamatan, sehingga target kinerja pembangunan
tersebut akan terdistribusi ke Kecamatan, dengan indicator kinerja sebagai
berikut :
3.
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
4.
Rata-rata Lama Sekolah
5.
Angka Melek Huruf
6.
Angka Harapan Hidup
7.
Daya Beli Masyarakat
8.
Jumah Penduduk
9.
Angka Kemiskinan
Selanjutnya
target masing-masing
indicator kinerja pembangunan
Kecamatan dapat disajikan sebagai berikut :
1.

Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Tabel 9.2
Realisasi dan target Indek PembangunanManusia (IPM) per Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
2.

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal

Realisasi
2011
72.38
76.66
77.28
75.51
77.17
75.63

Proyeksi
2015

2019

74.38
78.66

76.38
80.66

79.28
77.51

81.28
79.51

79.17
77.63

81.17
79.63

Rata-rata Lama Sekolah


Tabel 9.3
Realisasi dan target Rata-rata Lama Sekolah per Kecamatan

No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal

Realisasi
2011
8.66
8.71
10.41
9.85
9.95
9.49

Proyeksi
2015

2019

10.36
10.41

11.96
12.01

12.11
11.55

13.71
13.15

11.65
11.19

13.25
12.79

3.

Angka Melek Huruf

Tabel 9.4
Realisasi dan target Angka Melek Huruf per Kecamatan

No
1
2
3
4
5
6

4.

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal

Realisasi
2011
98.48
98.41
98.80
99.71
98.51
98.47

Proyeksi
2015

2019

99.58

100.,00

99.51
99.9

100.,00
100.,00

100,00
99.61

100.,00
100.,00

99.57

100.,00

Angka Harapan Hidup


Tabel 9.5
Realisasi dan target Angka Harapan Hidup per Kecamatan

No
1
2
3
4
5
6
5.

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal

Realisasi
2011
69.23
68.63
68.49
69.09
69.89
68.51

Proyeksi
2015

2019

72.13

75.33

71.53
71.39

74.73
74.59

71.99
72.79

75.19
75.99

71.41

74.61

Daya Beli Masyarakat

Tabel 9.6
Realisasi dan target Daya Beli /PPP per Kecamatan

No

Kecamatan

Realisasi
2011

Proyeksi
2015

2019

Bogor Selatan

613,240

653,240

693,240

Bogor Timur

672,940

712,940

752,940

111

Bogor Utara

664.430

704,430

744,430

Bogor Tengah

632.560

672,560

712,560

Bogor Barat

658,100

698,100

738,100

Tanah Sareal

639.620

679,620

719,620

6.

Jumah Penduduk

Tabel 9.7
Realisasi dan target Jumlah Penduduk per Kecamatan

No

Kecamatan

Realisasi
2011

Proyeksi
2015

184.336

204,244

224,153

2019

Bogor Selatan

Bogor Timur

96.617

107,052

117,486

Bogor Utara

173.732

192,495

211,258

Bogor Tengah

102.145

113,177

124,208

Bogor Barat

214.826

238,027

261,228

Tanah Sareal

195.742

216,882

238,022

7.

Angka Kemiskinan

Tabel 9.8
Realisasi dan target Angka Kemiskinan per Kecamatan

No
1
2
3
4
5

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat

Realisasi
2011

Proyeksi
2015

2019

4,958

4,738

4,450

1,537
2,638

1,469
2,521

1,379
2,367

1,924
3,256

1,839
3,112

1,727
2,922

112

Tanah Sareal

2,875

2,748

2,580

BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 20152019 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Bogor Tahun 2005 2025.
10.1. Kaidah Pelaksanaan
RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 merupakan pedoman bagi Pemerintah
Kota Bogor dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Tahunan dari Tahun 2016 sampai Tahun 2019, dan juga pedoman bagi

113

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam menyusun Rencana Strategis


(Renstra) Tahun 2015-2019.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan kaidah-kaidah
pelaksanaan sebagai berikut:
1.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Bogor dengan didukung oleh


Instansi Vertikal yang ada, dan masyarakat termasuk dunia usaha,
berkewajiban untuk melaksanakan program-program yang terdapat
dalam RPJMD Tahun 2015-2019 dengan sebaik-baiknya.

2.

Walikota, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan


daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan RPJMD Kota
Bogor 2015-2019 dengan mengerahkan semua potensi dan kekuatan
daerah.

3.

Sekretaris Daerah, berkewajiban mengkoordinasikan dan menjadi


Pelaksana Harian dalam pelaksanaan RPJMD Kota Bogor 2015-2019

4.

Oraganisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Bogor berkewajiban


menuyusun rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman pada RPJMD
Tahun 2015-2019 yang nantinya akan menjadi pedoman didalam
menyusun Renja OPD Kota Bogor serta menjamin konsistensinya.

5.

Dalam pelaksanaan RPJMD Kota Bogor tahun 2015-2019 perlu


mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor
agar terwujud keselarasan dan kesinambungan pembangunan daerah.

10.2. Pedoman Transisi


RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 akan menjadi pedoman transisi
di dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 dan Renja OPD Tahun 2015. Masa
transisi ini berlaku sampai ditetapkannya Peraturan Daerah tentang RPJMD
Kota Bogor Tahun 2015-2019 sesuai kepala daerah terpilih. Adapun
pedoman masa transisi pada Tahun 2015 sebagai dasar untuk penyusunan
perencanaan dan penganggaran pembangunan Kota Bogor Tahun 2015.
Penetapan strategi, arah kebijakan dan indikator kinerja pembangunan
Tahun 2019 akan disusun setelah penyusunan evaluasi midterm RPJMD
2015-2019 pada Tahun 2014.
114

Walikota Bogor

Diani Budiarto

115

Anda mungkin juga menyukai