Analisa Nodal
Analisa Nodal
Analisa Nodal
KENES YOHANA
023210099
Disetujui dan disahkan oleh Jurusan Teknik Perminyakan
Disetujui oleh :
Disetujui oleh :
Cio CioMario,ST,MT
Pembimbing II
Disahkan oleh :
Adi Nopriansyah,MT
Prof. Dr. Ir. H. Sugeng Wiyono. MMT.IP
Dekan Fakultas Teknik
KATA PENGANTAR
KENES YOHANA
iii
KENES YOHANA
023210099
Abstrak
Menggunakan analisa pada sistem produksi sangat penting dalam menghitung
besarnya pengaruh water cut pada sistem produksi dan menghitung kehilangan
tekanan yang terjadi pada komponen. Kehilangan tekanan yang terjadi bukan
hanya laju alir tetapi bisa juga karena besarnya water cut. Sistem analisa nodal
merupakan metode yang paling mudah digunakan untuk memperbaiki kinerja
sumur. Prosedur untuk menentukan kehilangan tekanan yang digunakan adalah
korelasi Hagedorn dan Brown dengan menentukan IPR inflow dan IPR outflow
nya.
Dalam hal ini titik nodal diletakkan didasar sumur, maka pembuatan kurva
inflownya terdiri dari IPR saja, sedangkan kurva outflownya terdiri dari P1 (inside
tubing) ditambah dengan Pwf (tekanan didasar sumur). Dengan laju alir
maksimum untuk masing-masing sumur K1, K2, K3 adalah 1791.2 Bpd, 2487.81
Bpd, 2750.31 Bpd, dan uji sensitivitas water cutnya 10%, 50%, dan 75%,maka
diperoleh Laju Alir Optimumnya 1583 Bpd, 1891 Bpd, 1320 Bpd.
Penambahan Water Cut pada Laju Alir fluida akan menyebabkan produksi
disumur tersebut akan menurun , terbukti dari peningkatan produksi air yang
berlebihan di lapangan JK berkaitan dengan adanya reservoir yang bertenaga
dorong air (Water Drive Reservoir), dimana hal ini dapat dilihat dari Water Cut
masing-masing sumur.
Kata Kunci : Water cut, Kehilangan Tekanan, Nodal, Inflow, Outflow, Laju Alir,
IPR, Sensitivitas, Laju Alir Optimum,Water Drive Reservoir,
iv
KENES YOHANA
023210099
Abstract
Using the analysis on the production system is very important in determining the
influence of water cut in production systems and to calculate the pressure loss
occurs in the component. Pressure loss that occurs not only flow rates but could
also be due to the amount of water cut. Nodal analysis system is the easiest
method is used to improve the performance of wells. Procedures for determining
the pressure loss is used Hagedorn and Brown correlation by determining IPR IPR
inflow and its outflow.
In this case the nodal point is placed well grounded, then the inflow curve consists
of IPR only, while the outflow curve consisted of P1 (inside tubing) plus Pwf
(based pressure wells). With a maximum flow rate for each well of K1, K2, K3 is
1791.2 BPD, BPD 2487.81, 2750.31 bpd, and test the water cut of 10%
sensitivity, 50%, and 75%, the obtained optimum Flow Rate 1583 BPD, BPD
1891, BPD in 1320.
Addition of Water Flow Rate Cut on the fluid will cause the production of these
wells will decline, evidenced by the increased production of excessive water in
the field "JK" related to the existence of a forceful push the water reservoir (Water
Drive Reservoir), where this can be seen from the respective Water Cut respective
wells.
Keywords : Water-cut, pressure loss, nodal, Inflow, Outflow, Flow Rate, IPR,
Sensitivity, Optimum Flow Rate, Water Drive Reservoir,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
ii
ABSTRAK ..................................................................................................
iv
vi
xii
xiii
xiv
vi
10
11
11
13
14
16
17
20
23
24
28
vii
29
31
32
33
34
35
35
36
39
40
40
51
51
52
55
59
61
63
65
65
viii
70
104
107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
13
14
16
18
23
24
25
25
30
31
32
33
34
35
36
39
41
42
43
3.20 Swictcboard
...........................................................................................
43
44
46
x
47
48
49
56
57
58
59
60
62
63
64
64
67
67
68
78
4.2 Hasil Plot Antara Inflow dan Outflow Pada Sumur K1.............
79
84
4.4 Hasil Plot Antara Inflow dan Outflow Pada Sumur K2 ............
85
90
4.6 Hasil Plot Antara Inflow dan Outflow Pada Sumur K3 .............
91
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
72
79
81
82
82
83
83
85
87
88
88
89
89
91
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SIMBOL
Pwf
Pr
Pwh
PI
= Viscositas minyak, cp
Pb
= Diameter pipa, ft
= Faktor gesekan
NRe
= Bilangan Reynold
= Relatif roughness, ft
P2
P3
P4
xiv
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
KENES YOHANA
N P M : 023210099
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Produksi dari sumur minyak, umumnya fluida dapat mengalir sendiri
vertikal tersebut,sehingga dapat menganalisa pengaruh water cut yang terjadi didalam
tubing terhadap laju poduksi yng diinginkan.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh water
cut pada sumur produksi dengan melakukan uji sensitivitas water cut terhadap laju
alir sumur dengan menggunakan analisa sistem nodal sehingga dapat diperkirakan
laju produksi dari sistem sumur yang telah ada.
1.3
Batasan Masalah
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menitik beratkan untuk melakukan
uji sensitivitas water cut pada sumur produksi dengan metoda kehilangan tekanan
vertikal dalam tubing menggunakan korelasi Hagedorn dan Brown dengan melakukan
analisa nodal untuk sumur pompa elektrik (ESP).
1.4
Metodologi Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data lapangan
yang dianggap perlu oleh penulis dan kemudian mengolahnya sesuai dengan teori
yang didapatkan dari beberapa literatur yang ada. Kemudian dilakukan analisa data
yang membawa kepada beberapa kesimpulan yang merupakan tujuan tugas akhir ini.
FLOW CHART
Start
Menentukan
Kurva IPR
diplot
Analisa Nodal
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
1.5
Sistematika Penulisan.
Tugas akhir ini dirangkum dalam beberapa bab yang disusun berdasarkan
Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
lapangan,
Pembahasan
Menjelaskan tentang Kurva IPR dan kehilangan tekanan dengan metoda
Hagedorn & Brown, serta pengaruh terhadap laju produksi.
BAB VI : Kesimpulan
Menjelaskan tentang rangkuman dari semua bab yang terdapat dalam
tugas akhir ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN JK
2.1
Kotabatak Petapahan Light Sumatera Selatan dengan OOIP dari 347 MMBO. Lapangan
JK terletak di Blok Rokan dari Kontrak Bagi Hasil Chevron Daerah, Propinsi Riau,
Sumatera dan berjarak sekitar 80 km Utara-Barat, Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau (Gambar
2.1).
Lapangan JK yang ditemukan pada bulan Juni 1971 dan di produksikan pada bulan
Januari 1973. Puncak produksi 48.000 BOPD dengan 13% water cut pada bulan April 1973
dari sebelas sumur. Water cut terus meningkat dan mencapai 93% pada tahun 2001 ini. Saat
ini, lapangan JK telah memproduksikan sekitar 3.900 BOPD dengan 93% water cut. Dari
48 sumur yang telah dibor pada lapangan JK ini, 32 dari sumur tersebut masih
memproduksi. Produksi kumulatif pada September 2008 adalah 115 MMBO dari OOIP 347
MMBO (33% Faktor Perolehan). Berdasarkan
kandungan minyak awal 7,2 MMBO ada Cadangan Terbukti (PI), 4,1 MMBO Kemungkinan
Reserves (P2), 1,7 MMBO Posible Reserves (P3) dan 10,5 MMBO Resources (P4-P6).
Tekanan reservoir awal Bekasap Sand tercatat 1718 psig. Tekanan saat ini tercatat
antara 500-700 psig di Bekasap A dan B Sand dan 1500 psig di Bekasap C Sand. Bekasap C
Sand tehitung sebesar 70% dari porositas dengan tenaga air pendorong dan permeabilitas
yang tinggi.
Pada awal 2008, sumur di lapangan JK dilakukan proyek pemboran. Proyek ini
sangat sukses dengan total produksi awalnya lebih dari 6.000 BOPD. Dalam bulan Januari
sampai periode Oktober 2008 telah memproduksikan minyak komulatif sebesar 463.000
Bbls. Itu merupakan peningkatan laju produksi dari rata-rata 2.900 BOPD pada tahun 2007
dengan 95% water cut, menjadi rata-rata 3.900 BOPD dengan 93% water cut pada tahun
2008 (Gambar 2.2). Saat ini injeksi air rata-rata di lapangan JK dipermukaan 60.000
BWPD. Agar produksi minyak lebih optimal, injeksi air dilakukan dengan pola inverted
seven spot (satu sumur injeksi dikelilingi enam sumur produksi) dan diharapkan efisiensi
injeksi air semakin meningkat untuk yang akan datang.
2.2
Keadaan Geologi
Keadaan geologi pada lapangan JK terbagi dua reservoir yang dipisahkan oleh
suatu patahan besar yaitu reservoir utama dan reservoir Barat Laut ke arah Tenggara di
Sumatera Tengah. anticline asimetris sumbu, dibentuk oleh kesalahan reverse, downthrown
ke timur laut. Anticline ini terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Indonesia dan
lempeng Benua Asia dan terjadi bersamaan dengan patahan normal pada formasi Sihapas.
Formasi Sihapas dipotong oleh delapan patahan dengan struktur yang sederhana.
2.2.1
Deskripsi Reservoir
Struktur lapangan JK terbagi menjadi dua kubah antiklin (Blok A dan B) yaitu
2.3
Karakteristik Reservoir
Lapangan minyak JK mempunyai mekanisme pendorong yang berupa tenaga air
yang aktif dan kuat (strong water drive). Mekanisme ini ditambah dengan pemakaian ESP
pada laju produksi yang tinggi sehingga mengakibatkan air terproduksi menjadi cepat, hal ini
ditunjukkan oleh peningkatan water cut yang cepat sekali. Oleh sebab itu zona-zona yang
ditinggalkan minyak segera diisi oleh air yang berada di bawahnya, sehingga tekanan
reservoir relatif konstan.
2.3.1
merupakan
wadah
tempat
berkumpulnya
hidrokarbon.
Ruang
penyimpanan hidrokarbon dalam reservoir berupa rongga atau pori-pori yang terdapat antara
butiran mineral.
Batuan reservoir yang umumnya dijumpai adalah sandstone, limestone, dolomite atau
campuran ketiganya. Formasi batuan hanya terdiri dari sandstone atau limestone maka
disebut formasi bersih atau clean formation, sedangkan formasi batuan yang mengandung
clay atau shale disebut dirty atau shaly formation.
Reservoir lapangan JK tergolong pada reservoir batu pasir yang terdapat pada
lapisan T, A, B, D, dan S.
2.3.2
Harga Rata-Rata
Porositas
Permeabitas
(%)
(mD)
22
515
23
786
C1
22
1,150
C2
22
957
C3
20
46
minyak 3.3 cp dan Faktor Volume Formasi (FVF) 10,800 RB/STB yang diukur pada Bubble
Pressure (Pb) sebasar 246 psig.
unit
Porosity,Mean
22
23
22
22
Water Sat,Mean
20
20
20
20
20
RB/STB
10.800
10.800
10.800
10.800
10.800
Permeability,Mean
mD
515
786
1,150
957
46
Press Orig,Mean
Psig
1,718
1,718
1,718
1,718
1,718
Press Currt,Avg
Psig
1,346
1,421
1,450
1,174
1,027
FT.SS
4,075
4,075
4,075
4,075
4,075
Psig
246
246
246
246
246
Oil FVF
Press Datum,Depth
Oil Sat.Preesure
2.4
Heterogenitas Reservoir
Prosedur yang umum seperti yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa perforasi
dilakukan pada interval teratas untuk reservoir dengan tenaga pendorong air yang kuat seperti
Lapangan JK.
Sebagian besar formasi batu pasir pada mula terhampar sebagai lapisan yang berlapis
dengan porositas dan permeabilitas yang bervariasi. Proses sedimentasi yang normal
menyebabkan perlapisan secara alamiah. Aliran fluida pada lapisan-lapisan tersebut memilki
derajat kemudahan alir yang berbeda-beda dan zona-zona non permeabel akan memisahkan
lapisan permeabel, sehingga tidak terdapat fluida yang mengalir dari satu lapisan ke lapisan
lainnya.
Pada lapisan tipis atau lapisan terstratifikasi, kemungkinan pergerakan fluida
berbentuk pararel terhadap perlapisan (fingering), seperti gas bebas bergerak ke bawah dari
tudung gas atau naiknya air dari aquifer, dapat terjadi ketika penyelesaian dilakukan dengan
interval yang pendek disertai laju alir produksi sumur yabg tinggi. Pada bagian reservoir
terstratifikasi baik oleh shale break atau oleh variasi permeabilitas, maka merupakan hal yang
penting untuk mengatur interval penyelesaian dimana seluruh variasi lapisan reservoir harus
dipastikan mengalir. Beberapa pengaturan interval penyelesaian secara vertikal dapat
berpengaruh pada laju pengembalian dari variasi lapisan tersebut. Untuk memaksimumkan
perolehan dari reservoir tersebut, secar praktis interval produksi harus dilakukan pada zona
yang sudah diidentifikasi.
10
BAB III
TEORI DASAR
3.1
Kurva IPR
Kurva Inflow Performance Relationship (IPR) adalah kurva yang
3.1.1
kemampuan suatu sumur untuk berproduksi pada suatu kondisi tertentu, atau
dinyatakan sebagai perbandingan antara laju produksi suatu sumur pada suatu harga
tekanan alir dasar sumur (Pwf) tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada
keadaan statik (Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran (Pwf),
dinyatakan dalam stock tank barrel per day. Secara matematis bentuknya dapat
dituliskan sebagai berikut :
PI = J =
qo
.................................................................................. (3-1)
Ps Pwf
PI
Ps
Pwf
dimana :
11
Secara teoritis persamaan (3-1) dapat didekati oleh persamaan radial dari
Darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian
untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
7.082 x 10 -3 k h
J=
o o ln (re/rw)
7.082 x 10 -3 h
J=
ln (re/rw)
................................. (3-2)
ko
kw
................................(3-3)
+
o Bo w Bw
dimana :
J
= Permeabilitas batuan, mD
= Viscositas minyak, cp
re
rw
= Jari-jari sumur, ft
kw
ko
= Viscositas air, cp
Bo
Bw
Selanjutnya jika fluida yang mengalir merupakan kombinasi dari fluida fasa
satu dan fluida dua fasa, yaitu terjadi pada kondisi tekanan reservoir (Pr) lebih besar
dari pada tekanan bubble point (Pb) dan tekanan alir dasar sumur (Pwf) sudah
mengalami penurunan hingga lebih kecil dari Pb. Aliran satu fasa yaitu qb, terjadi
mulai dari Pr hingga Pb, dan aliran fluida dua fasa yaitu q, akan terjadi mulai dari Pb
hingga Pwf.
12
Dalam persiapan pembuatan kurva IPR untuk kondisi satu fasa lebih dahulu
harus diketahui hubungan sebagai berikut ini, dimana PI (J) pada saat Pwf = 0 Psi
adalah :
........................................................................(3-4)
Jika test dilakukan pada kondisi dibawah tekanan gelembung minyak (Pb).
maka J dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
J=
qtest
P
P
Pr Pb + b 1 0,2 wf
P
1,8
P
0,8 wf
Pb
....................................(3-5)
J=
qtest
Pr Pwf test
3.1.2
PI yang konstan untuk setiap harga Pwf. Hal ini terjadi apabila tekanan reservoir (Pr)
lebih besar dari tekanan gelembung minyak (Pb).
Aliran fluida pada tekanan reservoir lebih besar dari pada tekanan gelembung
atau PI konstan dan Ps juga konstan, maka variabelnya adalah laju produksi (q) dan
tekanan aliran di dasar sumur (Pwf) kurva IPR dapat dibuat persamaan :
Pwf = Pr
q
PI
..........................................................................................(3-6)
Pada persaman (3-6) terlihat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai
hubungan yang linier, yang disebut Inflow Performance Relationship, yang
menggambarkan reaksi-reaksi reservoir bila ada perbedaan tekanan didalamnya.
13
Berdasarkan anggapan diatas, maka bentuk garis dari persamaan (3-6) adalah
merupakan garis lurus seperti yang terlihat pada Gambar 3.1
Apabila sudut OAB adalah , maka :
tan =
OB PI x Ps
=
= PI ...................... (3-7)
OA
Ps
14
3.1.3
(minyak dan air), maka bentuk kurva IPR akan merupakan suatu garis lengkung, dan
harga PI tidak lagi merupakan harga yang konstan, karena kemiringan garis IPR akan
berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
Pwf
= 1 0,2
Pr
P
0,8 wf
Pr
............................................................ (3-8)
15
atau :
q
Pwf = 0,125 Pr 1 + 81 80 o
q o max
..................................................... (3-9)
Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu data uji
produksi (qo dan Pwf) dan uji tekanan statik. Persamaan ini dikembangkan untuk
menentukan kurva IPR apabila tekanan statik lebih besar dari tekanan gelembung.
Pada kondisi ini kurva IPR terdiri dari dua bagian seperti gambar 3.2, yaitu :
- Kurva IPR linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
gelembung. Pada kondisi ini persamaan (3-6) digunakan untuk menentukan kurva
IPR.
- Kurva IPR tidak linier, apabila tekanan dasar sumur lebih kecil dari tekanan
gelembung. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa persamaan (3-8)
Harga qo dan qmax ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
q vogel = J (Pr Pb ) ................................................................................ (3-10)
q max = q vogel +
J x Pb
........................................................................ (3-11)
1.8
dimana :
qo
qvogel
Pwf
Pb
qmax
16
Grafik IPR yang dihasilkan reservoir simulator tersebut akan melengkung dan
model reservoir yang disimulasikan merupakan reservoir hipotesi dengan tenaga
dorong gas terlarut. Selain itu dalam pengembangannya dilakukan anggapan :
a. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
b. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol
c. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi
3.1.4
dua fasa, maka kurva IPR akan terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Bagian kurva yang lurus, untuk kondisi Pr > Pb dan Pwf Pb.
2. Bagian kurva yang lengkung, untuk kondisi Pwf < Pb.
Pembuatan kurva IPR untuk dua hal diatas tergantung kepada Pwf tes, lebih
besar atau lebih kecil dari Pb. Pada bagian garis IPR yang lengkung (Pwf < Pb)
berlaku hubungan sebagai berikut :
17
a. Untuk grafik IPR, dimana Pwf < Pb, berlaku hubungan berikut :
q o = q b + (q
max
P
- q b ) 1 - 0.2 wf
Pb
b. Untuk penentuan q
max
- 0.8 wf
Pb
...........(3-12)
hubungan :
q
max
= qb +
PI . Pb
1.8
........... (3-13)
dimana :
q b = PI(Pr - Pb )
3.2.
diketahui supaya dapat diperkirakan besarnya kehilangan tekanan yang akan terjadi.
Untuk memperkirakan kehilangan tekanan secara menyeluruh selama fluida
mengalir di dalam pipa, ada tiga komponen penting yang harus diketahui, yaitu :
1. Komponen ketinggian (elevation)
2. Komponen gesekan (friction)
3. Komponen percepatan (acceleration)
Penentuan faktor gesekan untuk aliran fluida satu fasa tergantung tipe
alirannya. Pada aliran satu fasa laminer, faktor gesekan ditentukan dengan persamaan
Hagen-Poiseuille, yaitu :
d 2 g c dP
v=
...................................................................................... (3-14)
32 dL f
fm =
64
64
............................................................................ .
=
vd N Re
(3-15)
Pendekatan untuk penentuan faktor gesekan aliran satu fasa turbulen dibuat
berdasarkan kekasaran pipa. Untuk pipa halus korelasi yang dikembangkan berlaku
18
untuk selang bilangan Reynold (NRe) yang berbeda-beda. Persamaan yang umum
digunakan untuk selang harga NRe yang luas, yaitu 3000<NRe<3.106 dikembangkan
oleh Drew, Koo dan Mc Adam (1932), yaitu sebagai berikut :
0.32
....................................................................
f = 0.0056 + 0.5 N Re
(3-16)
Untuk pipa kasar dapat digunakan persamaan Colebrook dan White (1939)
yang merupakan penyempurnaan persamaan Nikuradse, yaitu :
2
18.7
= 1.74 2 log
+
d
fc
N Re f g
............................................... .
(3-17)
dimana :
fc = faktor gesekan sebagai hasil perhitungan
fg = faktor gesekan yang dimisalkan
Persamaan gradien tekanan yang dapat digunakan untuk setiap fluida satu fasa
yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu sebagai berikut :
dP
g
fv 2 vdv
....................................................... (3-18)
sin +
=
+
dL g c
2 g c d g c dZ
Secara umum persamaan gradien tekanan total dapat dinyatakan dalam tiga
komponen, yaitu :
dP dP
dP
dP
=
........................................................... (3-19)
+
+
dL dL el dP f dL acc
dimana :
(dP/dL)el
(dP/dL)f
19
Tinjauan lebih luas mengenai aliran fluida satu fasa ini adalah sebagai berikut
ini :
1.
20
Titik A
UA
m v A2
2 gc
m g zA
gc
p A VA
Titik B
+ q
UB
penambahan
panas
pada fluida
Z2
pompa
-W
Datum
Z1
m vB2
2 gc
m g zB
gc
p BVB
mV1
mgZ1
mV2
mgZ 2
............. (3-20)
U 1 + P1V1 +
+
q Ws = U 2 + P2V2 +
+
gc
2gc
2gc
gc
dimana :
U
= Energi dalam
PV
mV 2
= Energi kinetik
2g c
mgZ
gc
= Energi potensial
21
Ws
Untuk mendapatkan energi per unit massa, maka dalam bentuk diferensial
dapat ditulis :
P Vdv g
dU + d +
+
dZ dq dWs ................................................. (3-21)
gc
gc
Persamaan di atas masih dalam bentuk energi dalam, sehingga dalam bentuk
energi mekanik dimana tidak ada kerja yang dilakukan baik terhadap maupun oleh
fluida, didapat :
dP
Vdv gdZ
+
+ dL W = 0 .................................................................. (3-22)
gc
gc
Vdv g
+ dL sin + dL W = 0 ........................................................... (3-23)
gc gc
Bila persamaan 3-23 dikalikan dengan /dL pada kondisi atau kemiringan
tertentu, maka diperoleh :
dL W
dP vdv g
+
+
= 0 ......................................................... (3-24)
sin +
dL gcdL gc
dL
dimana dLW adalah kehilangan energi akibat proses irreversibilitas, misalnya
oleh adanya gesekan. Persamaan (3-24) tersebut dapat digunakan untuk menghitung
gradien tekanan dan dengan menganggap penurunan tekanan adalah positif dalam
arah aliran, maka :
22
dP vdv g
dP
sin +
=
+
= 0 ......................................................... (3-25)
dL gcdL gc
dL f
dimana :
dL W
dP
= gradien tekanan yang disebabkan adanya gesekan.
=
dL
dL f
Kehilangan tekanan untuk aliran di dalam pipa disebabkan oleh gesekan,
perbedaan ketinggian serta adanya perubahan energi kinetik. Karena gesekan terjadi
pada dinding pipa maka perbandingan antara shear stress (w) dengan energi kinetik
per satuan volume (v2/2gc) menunjukkan peran shear stress terhadap kehilangan
tekanan secara keseluruhan. Perbandingan ini membentuk suatu kelompok tidak
berdimensi yang dikenal sebagai faktor gesekan Fanning, sebagai berikut:
f=
w
v / 2 g c
2
2 w g c
.............................................................................. (3-26)
v 2
gcd
dL f
2gc d
dL f
3.3
...............................................................................(3-28)
23
3.3.1
korelasi perhitungan gradien tekanan yang dapat digunakan pada range laju aliran
yang sering ditemui dalam praktek, range GLR yang luas, dapat digunakan untuk
setiap ukuran tubing serta berbagai sifat fisik dari pada fluida yang mengalir.
Persamaan gradien tekanan yang diturunkan dari persamaan energi dengan
menggunakan prinsip-prinsip termodinamika adalah sebagai berikut :
f . .V 2 .V .dV
dP g
. sin +
+
=
2.g c .d
g c .dh
dh g c
........................................ (3-30)
24
Dengan anggapan semua fluida pada kondisi mantap (steady state) dan aliran
satu dimensi. Penggunaan persamaan ini memerlukan data , f, V, yang harus
ditentukan pada kondisi satu fasa, variabel ini dapat ditentukan dengan mudah.
Dalam kasus ini kehilangan tekanan akibat elevasi = 0 karena merupakan
aliran vetilkal. Begitu juga dengan acceleration sangat kecil karena luas
penampangnya yang konstan. Jadi persamaan Hagedorn & Brown menjadi :
dP dP
f . .V 2
=
=
m vm d
m
.......................................................................... (3-32)
Nilai HL yang diperoleh belum tentu liquid holdup yang sebenarnya, tapi itu
adalah nilai yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehilangan tekanan dan faktor
gesekan yang dipilih. Beberapa bilangan berdimensi yang digunakan untuk
mengkorelasikan HL dan dua faktor koreksi sekunder. Bilangan berdimensi ini telah
ditetapkan sebelumnya oleh Ros dan diberikan sebagai berikut:
NLV = 1,938VSL (L / ) 0,25 .................................................................. (3-33)
NGV = 1.938Vsg (L / ) 0,25 .................................................................... (3-34)
Nd = 120,872d (L / )0,5 .................................................................... (3-35)
NL = 0,15726L (1,0 / L3) 0,25.............................................................. (3-36)
25
NGV
Nd
= Bilangan diameter
NL
26
N gv * N L
Nd
0.38
2.14
.......................................................................................... (3-37)
27
28
memperkirakan
kapan
suatu
sumur
akan
mati
dan
untuk
29
Dari Gambar 3.9 tersebut dapat disimpulkan bahwa makin kecil ukuran tubing
makin besar penurunan tekanan yang terjadi. Sebagai contoh untuk laju aliran sebesar
200 STB/hari dan tekanan da kepala sumur 150 psi, untuk ukuran tubing 3 in
diperlukan tekanan aliran dasar sumur sebesar 1150 psi, sedangkan untuk ukuran
tubing 1 in diperlukan tekanan aliran dasar sumur sebesar 3175 psi. Penentuan ukuran
tubing ini sangat penting, oleh karena pemilihan tubing berukuran berapa yang akan
digunakan harus dilakukan sebelum pemboran dimulai (lihat Gambar 3.10).
30
31
32
3.3.2.3.Pengaruh Densitas
Pengaruh densitas terhadap gradien tekanan dapat dilihat pada Gambar 3.13,
yang dinyatakan dalam bentuk API dan viscositas dibuat konstan sebesar 1 cp. Oleh
karena ada hubungan antara densitas dengan viscositas, maka viskositas perlu dibuat
konstan untuk menghilangkan pengaruh densitas terhadap viscositas. Pada Gambar
3.13 tersebut dapat dilihat bahwa apibila API gravity bertambah besar maka tekanan
aliran didasar sumur akan berkurang.
33
34
Dengan ikut tercampurnya air pada sumur sembur alam dapat menimbulkan
beberapa persoalan antara lain :
1. Menimbulkan emulsi.
2. Menimbulkan persoalan dalam proses pemisahan.
3. Kondisi pengangkatan dari pada sumur berubah.
4. Dapat mematikan sumur.
Gambar 3.15 menunjukkan pengaruh peningkatan water cut, terhadap tekanan
dasar sumur yang diperlukan untuk mengalirkan minyak dengan laju produksi
tertentu.
35
qw
k
= w o
qo
ko w
..................................................................... (3-38)
Besarnya laju produksi minyak dipermukaan (stock tank barrel oil, STBO)
harus dikoreksi terhadap faktor volume formasi minyak (Bo). Hal ini berkaitan
dengan besarnya volume gas yang terbebaskan dari minyak akibat dari besarnya
kelarutan gas dalam minyak.
Sedangkan untuk air, laju produksi air di permukaan akan sama dengan laju
produksi air di reservoir, karena gas mempunyai harga kelarutan yang kecil terhadap
gas. Dengan demikian besarnya water-oil ratio untuk kondisi di permukaan
dinyatakan dengan :
(WOR)Surf =
k w o Bo
k o w Bw
.................................................................... (3-39)
dimana :
Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/bbl
Bw = Faktor volume formasi air, bbl/bbl
36
qg
qo
k g o
k o g
....................................................................... (3-34)
(GOR)Surf = R s +
k o g p sc Tf z
............................................. (3-40)
dimana :
Rs
pf
= Temperatur reservoir, oF
3.3.2.6.Pengaruh Viscositas
Gambar 3.16 dibawah ini menunjukkan pengaruh viscositas terhadap gradien
tekanan dan pada ganbar tersebut disertakan pula API dari fluida yang mengalir.
37
3.4.
bertingkat banyak (multi stage) yang diciptakan oleh Armaiss Arutonoff pada tahun
1911 dengan jenis REDA (Russian Electric Dynamo by Arutonoff), yang merupakan
gabungan dari motor submersible dengan pompa putar (sentrifugal). Adapun
keunggulan ESP ini antara lain :
1. Sanggup mengangkat fluida sampai 60.000 ft.
2. Dapat digunakan pada temperatur yang tinggi
3. Dapat bekerja pada kedalaman 15.000 ft
38
39
1.Transformator
2.Switchboard
3.Ammeter
4.Surface cable
5.Junction Box
6.Well head
7.Bleeder valve
8.Round cable
4
8
9
1
1
9.Splice
10.Tubing
11.Flat cable
12.Pump
1
1
1.
switcboard,
transformator
dan
electric
cable
sebagai
media
40
41
3.19 Transformer
3.20 Switchboard
42
2.
Drain Valve, dipasang diatas check valve agar fluida dalam tubing dapat
dibuang kedalam sumur sewaktu mencabut tubing. Dan dipasang satujoint
tubing diatas check valve agar dapat mengurangi kolom dalam tubing
sewaktu menservis sumur.
Cable Band (Pengikat Kabel) digunakan untuk mengikat kabel dan tubing
control line dengan rangkaian tubing.
43
Reda Pump adalah bagian yang terletak diatas intake gas separator dan
berfungsi untuk mengangkat fluida sampai kepermukaan (lihat Gambar
3.24). Secara umum pompa sering disebut dengan Reda Pump yang terdiri
dari beberapa bagian :
-
Impeller, merupakan komponen dari pompa yang berputar bersamsama dengan poros yand dikunci dengan spline memanjang
sepanjang poros yang berfungsi untuk memberikan gaya
sentrifugal sehingga fluida bergerak menjauhi poros sehingga
fluida naik dari sumur minyak ke permukaan.
Selain hal tersebut diatas, impeller juga digunakan untuk mengubah energi
putaran (shaft torque) ke energi kinetik (velocity), sedangkan diffuser kegunaanya
adalah untuk mengubah energi kinetik menjadi energi potensial (tekanan). Dalam
pemasangan dilapangan bisa menggunakan lebih dari satu pompa, bisa dua atau tiga,
pemasangan ini disebut tandem, yang bertujuan untuk memenuhi jumlah stages
pompa dan untuk mendapatkan kapasitas head yang dibutuhkan untuk menaikkan
fluida sumur ke permukaan.
44
Untuk pompa ESP discharge rate atau pressure yang diinginkan sangat
tergantung kepada : RPM, ukuran Impeller, desain Impeller, jumlah stages, dinamic
head dimana pompa dipasang dan sifat-sifat fisik fluida yang akan dipompakan.
45
46
47
48
49
Pendingin yang baik bisa didapatkan apabila velocity fluida yang melewati
dinding motor tidak kurang dari 1 feet/detik, kurang dari itu motor akan menjadi
panas yang berlebihan.
Pada unit ESP material pompa yang digunakan harus sesuai dengan keperluan
penggunaannya terutama ketahanan terhadap keausan dan korosi. Komposisi material
pompa yang digunakan adalah :
1. Pumping Housing, rumah pompa bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi
dan terbuat dari baja karbon rendah yang tebal dan tanpa sambungan
(seamless).
2. Shaft dan Kopling, terbuat dari monel yang mempunyai ketahanan terhadap
aus dan korosi yang tinggi.
3. Stage, bahan yang dugunakan adalah Ni-Resist yaitu paduan nikel yang dicor
yang mempunyai ketahanan terhadap temperatur yang tinggi dan aus serta
fibrasi yang baik, Ryton (polyphenelene sulfide) yaitu plastik teknologi tinggi
yang dibuat dengan proses cetak injeksi.
50
pompa serta akan memperbesar biaya operasional dan proses produksi dapat terhenti.
Pemakaian pompa yang salah akan menyebabkan overload atau underload pada
motor, serta pompa tidak bekerja secara optimum. Data-data diperlukan dalam proses
pemilihan unit ESP antara lain :
1.Data sumur minyak meliputi data kedalaman total dearah kerja (penentuan
permukaan minyak), intervaal perforasi, ukuran tubing (menentukan kerugian
karena gesekan fluida dan dinding pipa) dan temperatur lubang sumur.
2.Data fluida meliputi spesific grafity (SG), untuk menentukan viskositas fluida,
water cut nya untuk menentukan jumlah air yang tercampur dalam fluida formasi
dan gas oil ratio (GOR) untuk menentukan volume gas yang terkandung dalam
setiap barrel fluida yang dipompakan.
3.5.
51
52
53
pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap laju produksi maka dipilih titik nodal di
dasar sumur.
54
2.
3.
4.
5.
55
Analisa sistem nodal adalah teknik menganalisa laju produksi pada suatu titik
atau node tertentu, dimana pada titik ini terjadi pertemuan dua komponen sistem
produksi. Analisa ini berguna untuk mengoptimalkan fungsi dari komponenkomponen yang ada dalam sistem produksi itu sendiri.
P1 =
P2 =
P3 =
P3 =
P5 =
P6 =
56
P7 =
P8 =
57
Penyelesaian analisa sistem nodal pada sumur natural flow atau sembur alam,
dimana pendekatan sistem nodal adalah cara yang efektif untuk mengevaluasi sistem
produksi secara lengkap. Semua komponen didalam sumur mulai dari reservoir (Pr)
sampai separator (Psep) dapat dievaluasi.
3.5.1.1.Analisa Nodal Bila Titik Nodal di Dasar Sumur
Titik
nodal
ini
merupakan
pertemuan
antara
komponen
formasi
58
laju produksi, seperti yang tertera pada Gambar 3.30. Perpotongan kedua grafik
tersebut memberikan laju produksi yang sesuai dengan kedua komponen tersebut di
atas.
59
60
61
62
Sebenarnya solusi untuk posisi nodal ini kurang penting bila dilihat dari segi
nilai praktisnya dibandingkan posisi nodal yang lain. Tetapi ini cukup penting untuk
menggambarkan bahwa laju alir yang sama ditentukan tanpa mempertimbangkan
posisi pemecahannya. Posisi ini cukup bagus sebagai gambaran sederhana dari
pengaruh perubahan tekanan reservoir (Pr). Penurunan nilai Pr, menyebabkan GOR
akan meningkat ke suatu titik dimanan akan mengurangi jumlah gas yang terlarut
dalam reservoir tersebut cara penyelesaiannya pada posisi ini, kita mulai pada titik
akhir yang lain (tekanan separator) dan melalui semua jalur sampai mencapai Pr
dengan menjumlahkan semua kehilangan yang terjadi pada jalur yang dilalui.
Apabila tekanan reservoir cukup besar, sehingga mampu mendorong fluida
reservoir dari reservoir ke permukaan maka sumur yang berproduksi dari reservoir
63
tersebut, merupakan sumur sembur alam. keadaan ini umumnya ditemui pada
permulaan masa produksi, tetapi keadaan ini tidak dapat dipertahankan antara lain
disebabkan penurunan tekanan reservoir.
Analisa sistem nodal dapat digunakan tidak hanya untuk sumur sembur alami
tetapi juga dapat digunakan pada sumur dengan pengangkatan buatan, misalnya
sumur sembur buatan (gas lift), sumur pompa angguk, sumur pompa electrik (ESP),
pompa jet maupun pompa hidraulik. Seperti halnya dengan pemakaian analisa nodal
ini dapat pula digunakan untuk pemilihan peralatan pangangkatan buatan, optimasi
produksi dan analisa sensitivitas terhadap parameter-parameter pangangkatan buatan.
Pada awal perencanaan sumur pangangkatan buatan, sumur tetap diperlakukan
sebagai sumur sembur alam. Dengan mempertimbangkan seluruh sistem pipa dan
peralatan produksi serta produktifitatif lapisan, dibuat plot antara laju produksi cairan
terhadap tekanan pada suatu titik nodal, baik pada kondisi outflow dan inflow.
Pada Gambar 3.35 menunjukkan hasil plot kurva outflow dan Kurva inflow
apabila titik nodal nya didasar sumur diambil sebagai titik nodal. Sebagai ilustrasi,
harga kadar air pada laju produksi cairan, pada Gambar 3.35 sebesar 25%. Laju
produksi sumur, ditentukan oleh harga kadar air tesebut meningkat menjadi 70%
ternyata kurva inflow tidak memotong kurva outflow. Dalam prakteknya,suatu sumur
tidak akan ditunggu sampai mati, melainkan apabila sumur tidak lagi dapat
berproduksi secara ekonomis, maka sumur dianggap mati. Untuk selanjutnya
adalah menghidupkan kembali sumur yang telah mati tersebut. Berdasarkan Gambar
3.35, apabila ditinjau dari letak kurva outflow, maka sumur dapat berproduksi
kembali apabila kurva outflow tersebut bergeser kebawah sampai memotong kurva
inflow. Perubahan letak outflow ini dapat dilakukan dengan menurunkan harga-harga
tekanan pada kurva outflow sebesar (P3 P2), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.36.
64
Usaha mengurangi harga-harga tekanan pada kurva outflow dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
1.
2.
Dengan memasang pompa, baik pompa elektrik, angguk, pompa jet, maupun
pompa hidrolik. semua pompa tersebut menghasilkan perbedaan tekanan antara
titik masuk pompa dengan titik keluar pompa. Apabila perbedaan tekanan yang
dihasilkan pompa tersebut cukup besar, maka tekanan pada titik masuk akan
rendah. Dengan demikian kurva outflow bergeser kebawah dan memotong kurva
inflow pada laju produksi yang lebih tinggi.
65
66
fsc h
St ........................................................................... (3-41)
P3 = P2
808
.
314
Dimana :
P3 = Tekanan Tubing Intake, Psi
P2 = Tekanan Discharge, Psi
h = Head ,ft/stage
St = Stage, ft/stage
67
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
Lapangan JK yang ditemukan pada bulan Juni 1971 dan di produksikan pada
bulan Januari 1973. Puncak produksi 48.000 BOPD dengan 13% water cut pada
bulan April 1973 dari sebelas sumur. Water cut terus meningkat dan mencapai 93%
pada tahun 2001 ini. Saat ini, lapangan JK telah memproduksikan sekitar 3.900
BOPD dengan 93% water cut.
Dengan ikut terproduksinya air pada sumur sembur alam dapat menimbulkan
beberapa persoalan antara lain adalah :
-
Menimbulkan emulsi
menggunakan pompa REDA dan melihat pengaruh water cut nya sehingga
menghasilkan laju produksi yang tinggi pada tekanan didasar sumur produksi, maka
akan dilakukan setting di antara perforasi, dan bagaimana hasil produksinya, water
cutnya, dan gradient tekanannya, sehingga diperoleh laju alir produksi yang
diinginkan.
Dalam analisa nodal diperlukan kurva inflow dan kurva outflow pada titik yang
ditetapkan.Berikut ini akan dijelaskan prosedur untuk menentukan pengaruh water
cut pada sitem produksi dengan menggunakan analisa nodal didasar sumur.
68
4.1
Data Sumur
Sumur K1
Data-data penunjang :
Depth
: 5089 Ft
SFL
: 469 Ft
WFL
: 2170 Ft
WC
: 10 %
SGwtr
: 1.005
API
: 33
: 725.76 Bpd
: 234 F
Pb
: 246 Psi
Tubing Size
: 2.992 in
: 25 dyne/cm
: 0.26 cp
Pa
: 14.7 Psi
Stage
: 102 ft/stage
Sgoil
141.5
= 0.86
131.5 + API
69
PI =
Q
Pr Pwf
725.76
1749.73 1105.52
= 1.13 Bpd/Psi
Q
PI
70
= 1749.73
0
1.13
= 1749.73 Psi
-Asumsi II
Asumsikan laju alir (Q = 100 Bpd)
Pwf = Pr
Q
PI
= 1749.73
100
=1660.9 Bpd
1.13
- Untuk harga Pwf yang lain dapt dilihat pada tabel 4.1 dibawah.
= 1.13Bfpd / Psi(1749.73Psi 0 )
= 1971.2 Bpd
4.1
Q asumsi
(Bpd)
0
100
250
500
750
1000
1200
1400
1600
1800
1971,2
2500
Pwf
(Psi)
1749,73061
1660,96587
1527,81876
1305,9069
1083,99504
862,083184
684,553698
507,024212
329,494726
151,96524
0
71
Untuk membuat kurva IPR adalah dengan memplot harga Q dan Pwf, maka
didapat harga Q pada titik nodal.
Q
P
0.0065lbm / cuft
= 0.1332 Ft/sec
0.048 ft 2
l =
4.
VM
0.1332 Ft / sec
=
= 1 Ft/sec
VSL
0.1332 Ft / sec
L = 62.4 * SGmix
= 62.4*0.875
= 54.58 lbm/cuft
72
5.
n = L * L + g (1 L )
= 54.58*1+0(1-1)
= 54.58 lbm/cuft
6.
Hitung L/
54.58lbm / cuft
=
25dyne / cm
= 2.2
7.
lbm / cuft
dyne / cm
N Lv = 1.938 * Vsl * ( L / )
0.25
= 1.938*1*(2.2)0.25
= 0.32
8.
N d = 1.938 * Vsl * ( L / )
0.25
= 1.938*1*(2.2)0.25
= 44.5
9.
0.25
= 0.15726*0.26*(1.0/53.68*25)0.25
= 0.034
73
N Lv * CN L * P 0.1
N d * Pa 0.1
0.325 * 0.003 * 246 0.1
44.5 * 14.7 0.1
= 2.81*10-5
N Lv * N L
Nd
0.38
2.14
= 2.8*10-5
m = L * H L + g (1 H L )
= 54.58*1+0(1-1) = 54.58 lbm/cuft
74
n2
f =
m
=
= 54.58 lbm/cuft
m = L HL
= 0.261
= 0.26 cp
1488 * n * Vm * d
m
1488 * 54.58 * 0.1332 * 0.249
0.26
=1.1*10-4
d
= 0.00015
d
12
= 0.0073
21.
75
22.
= 54.58 lb/cuft
= (54.58*144) = 0.38 Psi/ft
Untuk menentukan gradien tekanan yang lain untuk sumur K1 pada water cut
10 % dapat dilihat pada lampiran A.
23.
dp
* L
dh
= 0.38*5089
= 1929.73 Psi
24.
25.
-
76
fsc * h
* St
P3 = P2
808
.
314
306.133 * 57.5
= 2029.73
* 102
808.314
= -172.3 Psi
P4 = P3 + 0.433 * 100
= -172.3+0.433*100
= -128.9 Psi
-
Untuk harga P2, P3, P4 yang lain dapat dilihat pada lampiran A.
Tekanan (Psi)
1500
IPR VOGEL
WC = 10 %
1000
500
Q = 1583 Bpd
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Plot hasil Tekanan didasar sumur (Pwf) dengan laju alir asumsi (Qass), maka
perpotongan kurva tubing intake dengan kurva IPR nya adalah laju alir
77
optimumnya. Untuk Water Cut nya 10 % dibaca Laju alirnya (Qp) pada
tekanan 338.8 Psi adalah 1583 Bpd.
C. Untuk harga Water Cut 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dapat dibuat sesuai dengan
prosedur diatas dan dapat dilihat pada lampiran A.
D. Dengan menggabungkan semua kurva outflow-nya pada satu grafik maka didapat
harga Q untuk masing Water Cut.
Tekanan (Psi)
360
340
IPR VOGEL
320
WC = 0 %
WC = 10 %
300
WC = 25 %
WC = 50 %
280
WC = 75 %
Q = 1578 Bpd
260
WC = 100 %
Q = 1581 Bpd
240
Q = 1572 Bpd
Q = 1583 Bpd
220
Q = 1568 Bpd
200
1500
1520
1540
Q = 1585 Bpd
1560
1580
1600
1620
1640
Gambar 4.2
Dari hasil plot antara inflow (IPR) dengan outflow (P4) dapat dihasilkan harga
Q (Bpd) seperti tabel berikut :
Tabel 4.2 Harga Q dengan Metode Kehilangan Tekanan Hagedorn & Brown
Sumur
K1
Q (Bpd)
WC =0%
1585
Q (Bpd)
WC = 10%
1583
Q (Bpd)
WC = 25%
1581
Q (Bpd)
WC = 50%
1578
Q (Bpd)
WC = 75%
1572
Q (Bpd)
WC = 100%
1568
Data Sumur
Sumur K2
Data-data penunjang :
Depth
: 4889 Ft
SFL
: 1643 Ft
WFL
: 4216 Ft
WC
: 10 %
SGwtr
: 1.005
API
: 33
: 1972 Bpd
: 234 F
Pb
: 246 Psi
Tubing Size
: 2.992 in
: 25 dyne/cm
: 0.26 cp
Pa
: 14.7 Psi
Stage
: 118 ft/stage
Sgoil
141.5
= 0.86
131.5 + API
Pwf
(Psi)
1229,356
1179,941
1105,818
982,2793
858,7409
735,2024
636,3717
438,7102
339,8794
241,0487
0
Untuk membuat Kurva IPR adalah dengan memplot harga Q dan Pwf, maka
didapat harga Q pada titik nodal.
Q asumsi
(lbm/cuft)
0
0,006499
0,016247
0,032494
0,048741
0,064988
0,077986
0,103981
0,116979
0,129977
0,161678
0,181968
Pwh
(Psi)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Pb
(Psi)
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
VsL
(ft/sec)
0
0,13317
0,332924
0,665849
0,998773
1,331698
1,598037
2,130716
2,397056
2,663396
3,312998
3,728754
Vm
(ft/sec)
0
0,13317
0,332924
0,665849
0,998773
1,331698
1,598037
2,130716
2,397056
2,663396
3,312998
3,728754
L
(lb / ft)
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
n
(lbm/cuft)
0
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
54,57904
NLV
Nd
NL
CNL
HL
44,47009
0,033637
0,0029
0,312093
44,47009
0,033637
0,0029
2,7E-05
2,56E-05
0,780233
44,47009
0,033637
0,0029
6,74E-05
6,39E-05
1,560466
44,47009
0,033637
0,0029
0,000135
0,000128
2,340698
44,47009
0,033637
0,0029
0,000202
0,000192
3,120931
44,47009
0,033637
0,0029
0,00027
0,000256
3,745117
44,47009
0,033637
0,0029
0,000324
0,000307
4,99349
44,47009
0,033637
0,0029
0,000432
0,000409
5,617676
44,47009
0,033637
0,0029
0,000486
0,00046
6,241862
44,47009
0,033637
0,0029
0,00054
0,000511
7,764252
44,47009
0,033637
0,0029
0,000671
0,000636
8,738607
44,47009
0,033637
0,0029
0,000755
0,000716
(ft/sec)
dp/dh
dp/dh
(lbm/cuft)
(lbm/cuft)
(cp)
(lbm/cuft)
(Psi/ft)
(Psi)
54,5790419
0,26
0,048
54,57904
0,379179
1853,807
54,5790419
54,57904
0,26
10357,63
0,0388
54,58138
0,379195
1853,886
54,5790419
54,57904
0,26
25894,08
0,0364
54,57904
0,379179
1853,807
54,5790419
54,57904
0,26
51788,16
0,0332
54,62914
0,379527
1855,508
54,5790419
54,57904
0,26
77682,25
0,033
54,69109
0,379958
1857,612
54,5790419
54,57904
0,26
103576,3
0,0329
54,77763
0,380559
1860,552
54,5790419
54,57904
0,26
124291,6
0,0328
54,86414
0,38116
1863,49
54,5790419
54,57904
0,26
165722,1
0,0327
55,08433
0,38269
1870,969
54,5790419
54,57904
0,26
186437,4
0,0326
55,21659
0,383608
1875,461
54,5790419
54,57904
0,26
207152,7
0,0325
55,36373
0,384631
1880,459
54,5790419
54,57904
0,26
257677,2
0,0324
55,78944
0,387588
1894,919
54,5790419
54,57904
0,26
290013,7
0,0323
56,10756
0,389798
1905,724
Nrem
Pwf
Pwh
P2
P3
P4
(Bpd)
(Psi)
(Psi)
(ft/stages)
(Psi)
(Psi)
(Psi)
1229,356
100
57,5
1953,807
-615,8737
100
1179,941
100
57
1953,886
-593,4491
250
1105,818
100
56,5
1953,807
-571,1835
500
982,2793
100
55,5
1955,508
-524,7919
750
858,7409
100
54,1
1957,612
-460,1218
1000
735,2024
100
52,5
1960,552
-385,6782
1200
636,3717
100
51
1963,49
-315,7047
1600
438,7102
100
45
1970,969
-40,08513
3,214874
1800
339,8794
100
41
1975,461
143,1676
186,4676
2000
241,0487
100
35
1980,459
416,3057
459,6057
2487,8
100
17
1994,919
1235,187
1278,487
100
2005,724
2005,724
2049,024
2800
Plot hasil Tekanan didasar sumur (Pwf) dengan Laju Alir asumsi (Qass)
dapat dilihat pada Gambar 4.3, maka perpotongan Kurva Tubing Intake dengan
Kurva IPR nya adalah laju alir optimumnya. Untuk water cut nya 10 % dibaca
Laju Alir Optimumnya (Qp) pada tekanan 360 Psi adalah 1895,5 Bpd.
2000
IPR VOGEL
WC = 10 %
Tekanan (Psi)
1500
1000
500
Q = 1895,5 Bpd
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
G. Untuk harga Water Cut 10%, 25%, 50%, 75%, 100% dapat dibuat sesuai
dengan prosedur diatas dan dapat dilihat pada lampiran B.
550
Tekanan (Psi)
500
IPR VOGEL
450
WC = 0 %
WC = 10 %
400
WC = 25 %
WC = 50 %
WC = 75 %
350
WC = 100 %
300
250
200
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
Gambar 4.4
Dari hasil plot antara inflow (IPR) dengan outflow (P4) dapat dihasilkan
harga Q (Bpd) seperti tabel berikut :
Tabel 4.6 Harga Q dengan Metode Kehilangan Tekanan Hagedorn & Brown
Sumur
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
WC =0%
WC = 10%
WC = 25%
WC = 50%
WC = 75%
WC = 100%
1896
1895,5
1895
1891
1890
1889
K2
Data Sumur
Sumur K3
Data-data penunjang :
Depth
: 4700 Ft
SFL
: 29 Ft
WFL
: 4216 Ft
WC
:0%
SGwtr
: 1.005
API
: 33
: 852 Bpd
: 234 F
Pb
: 246 Psi
Tubing Size
: 2.992 in
: 25 dyne/cm
: 0.26 cp
Pa
: 14.7 Psi
Stage
: 49 ft/stage
Sgoil
141.5
= 0.86
131.5 + API
Pwf
(Psi)
1769,045821
1704,724027
1608,241335
1447,436849
1286,632364
1125,827878
997,1842891
868,5407005
739,8971118
611,2535232
482,6099345
0
Untuk membuat Kurva IPR adalah dengan memplot harga Q dan Pwf, maka
didapat Kurva IPR Vogel.
Q asumsi
(lbm/cuft)
0
0,006498843
0,016247106
0,032494213
0,048741319
0,064988426
0,077986111
0,090983796
0,103981481
0,116979167
0,129976852
0,178738318
Pwh
(Psi)
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pb
(Psi)
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
246
VsL
(ft/sec)
0
0,133169778
0,332924444
0,665848889
0,998773333
1,331697778
1,598037334
1,864376889
2,130716445
2,397056
2,663395556
3,662581716
Vm
(ft/sec)
0
0,13316978
0,33292444
0,66584889
0,99877333
1,33169778
1,59803733
1,86437689
2,13071644
2,397056
2,66339556
3,66258172
L
(lbm/cuft)
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
54,579042
n
(lbm/cuft)
0
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
54,5790419
NLV
Nd
NL
CNL
HL
44,47008965
0,033637224
0,003
0,312093109
44,47008965
0,033637224
0,003
2,7906E-05
2,5563E-05
0,780232772
44,47008965
0,033637224
0,003
6,9765E-05
6,3907E-05
1,560465545
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00013953
0,00012781
2,340698317
44,47008965
0,033637224
0,003
0,0002093
0,00019172
3,120931089
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00027906
0,00025563
3,745117307
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00033487
0,00030675
4,369303525
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00039069
0,00035788
4,993489743
44,47008965
0,033637224
0,003
0,0004465
0,00040901
5,617675961
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00050231
0,00046013
6,241862179
44,47008965
0,033637224
0,003
0,00055812
0,00051126
8,583527984
44,47008965
0,033637224
0,003
0,0007675
0,00070306
(ft/sec)
dp/dh
dp/dh
(lbm/cuft)
(lbm/cuft)
(cp)
(lbm/cuft)
(Psi/ft)
(Psi)
54,5790419
0,26
0,048
54,5790419
0,3791791
1782,14184
54,5790419
54,57904195
0,26
10357,63287
0,0388
54,5813839
0,3791954
1782,21832
54,5790419
54,57904195
0,26
25894,08219
0,0362
54,5790439
0,3791791
1782,14191
54,5790419
54,57904195
0,26
51788,16437
0,0339
54,6301974
0,3795345
1783,8122
54,5790419
54,57904195
0,26
77682,24656
0,033
54,6910859
0,3799575
1785,80036
54,5790419
54,57904195
0,26
103576,3287
0,0329
54,7776276
0,3805588
1788,62616
54,5790419
54,57904195
0,26
124291,5945
0,0328
54,8641361
0,3811598
1791,45088
54,5790419
54,57904195
0,26
145006,8602
0,0327
54,9659038
0,3818668
1794,77385
54,5790419
54,57904195
0,26
165722,126
0,0326
55,0827856
0,3826788
1798,59033
54,5790419
54,57904195
0,26
186437,3917
0,0325
55,2146369
0,3835948
1802,8956
54,5790419
54,57904195
0,26
207152,6575
0,0324
55,3613126
0,3846138
1807,68493
54,5790419
54,57904195
0,26
284867,0127
0,0323
56,0537901
0,3894247
1830,29605
Nrem
Pwf
Pwh
P2
P3
P4
(Bpd)
(Psi)
(Psi)
(ft/stages)
(Psi)
(Psi)
(Psi)
1769,045821
50
57,5
1832,141845
765,071166
808,37117
100
1704,724027
50
57
1832,218316
774,426513
817,72651
250
1608,241335
50
56,5
1832,141908
783,628979
826,92898
500
1447,436849
50
55,5
1833,812197
803,85702
847,15702
750
1286,632364
50
54,1
1835,80036
831,826034
875,12603
1000
1125,827878
50
52,5
1838,626163
864,344238
907,64424
1200
997,1842891
50
51
1841,450881
895,005583
938,30558
1400
868,5407005
50
48
1844,773848
954,001803
997,3018
1600
739,8971118
50
45
1848,590332
1013,49154
1056,7915
1800
611,2535232
50
40
1852,895604
1110,58557
1153,8856
2000
482,6099345
50
35
1857,684933
1208,16365
1251,4637
2750,31
50
13
1880,29605
1639,04529
1682,3453
Tekanan (Psi)
1500
IPR VOGEL
WC = 10 %
1000
500
Q = 1400 Bpd
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Plot hasil Tekanan didasar sumur (Pwf) dengan Laju alir asumsi (Qass),
maka perpotongan Kurva Tubing Intake dengan Kurva IPR nya adalah laju alir
optimumnya. Untuk Water Cut nya 10 % dibaca Laju alirnya (Qp) pada
tekanan 942.1 Psi adalah 1400 Bpd.
K. Untuk harga Water Cut 10%, 25%, 50%, 75%, 100% dapat dibuat sesuai
dengan prosedur diatas dan dapat dilihat pada lampiran C.
1800
Tekanan (Psi)
1600
IPR VOGEL
Q = 1320 Bpd
WC = 0 %
Q = 1340 Bpd
1400
Q = 1298 Bpd
WC = 10 %
WC = 25 %
Q = 1380 Bpd
WC = 50 %
WC = 75 %
1200
WC = 100 %
1000
Q = 1400 Bpd
Q = 1420 Bpd
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
LajuAlir (Bpd)
Gambar 4.6 Hasil Plot Antara Inflow dan Outflow Pada Sumur K3
Dari hasil plot antara inflow (IPR) dengan outflow (P4) dapat dihasilkan
harga Q (Bpd) seperti tabel berikut :
Tabel 4.6 Harga Q dengan Metode Kehilangan Tekanan Hagedorn & Browna
Sumur
K3
Q (Bpd)
WC =0%
1420
Q (Bpd)
WC = 10%
1400
Q (Bpd)
WC = 25%
1380
Q (Bpd)
WC = 50%
1340
Q (Bpd)
WC = 75%
1320
Q (Bpd)
WC = 100%
1298
BAB V
PEMBAHASAN
nya hanya IPR saja, dan kurva outflow-nya terdiri dari tekanan dikepala sumur,
tekanan tubing intake yang merupakan tekanan disepanjang tubing mulai dari
surface sampai ke reservoir yang dipengaruhi tekanan dikepala sumur, tekanan
hidrostatik, kehilangan tekanan akibat gesekan. Didalam perhitungan kehilangan
tekanan akibat gesekan terdapat parameter-parameter yang mempengaruhinya,
salah satu parameter tersebut adalah water cut.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pembahasan sumur K1, K2, K3 dengan perbedaan water cutnya, dan kehilangan
tekanan sepanjang tubing dengan metode Hagedorn & Brown.
Laju produksi untuk sumur K1 1583 BPD dengan 10% water cut, untuk
sumur K2 1891 BPD dengan 50 % water cut, dan untuk sumur K3 laju
produksinya 1320 BPD dengan water cut 75% pada tahun 2009.
Tabel 5.1 Hasil Harga Q dari Berbagai Water Cut (Hagedorn & Brown)
Sumur
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
WC = 0%
WC = 10%
WC = 25%
WC = 50%
WC = 75%
WC = 100%
K1
1585
1583
1581
1578
1572
1568
K2
1896
1895.5
1895
1891
1890
1889
K3
1420
1400
1380
1340
1320
1298
BAB VI
KESIMPULAN
Dari analisa data dan perhitungan yang menggunakan metode kehilangan
tekanan dengan korelasi Hagedorn dan Brown untuk menentukan pengaruh Water
Cut pada sistem produksi di sumur K1, K2, K3, pada lapangan JK,dengan
menggunakan pompa REDA dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Secara umum penambahan Water Cut pada Laju Alir fluida akan
menyebabkan produksi disumur tersebut akan menurun , terbukti dari
peningkatan produksi air yang berlebihan di lapangan JK berkaitan dengan
adanya reservoir yang bertenaga dorong air (Water Drive Reservoir).
Sumur
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
Q (Bpd)
WC = 0%
WC = 10%
WC = 25%
WC = 50%
WC = 75%
WC = 100%
K1
1585
1583
1581
1578
1572
1568
K2
1896
1895.5
1895
1891
1890
1889
K3
1420
1400
1380
1340
1320
1298
2.
3.
Analisa nodal yang dipakai adalah node didasar sumur, dengan melihat
pengaruh parameter nya, maka didapat nilai water cutnya untuk masingmasing sumur, sebagai kurva tubing intake.