Vacuum Distillation Unit
Vacuum Distillation Unit
Vacuum Distillation Unit
Oleh Kelompok 2:
Maihendra
Rini Dwi Agustianti
Adam Fadillah
Ganis Kharisma Wiranti
Heru Kristianto
BAB I
Pendahuluan
Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit
(CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih
komponen penyusunnya. Dengan hanya memiliki CDU, maka CDU hanya
memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume
feed, sedangkan 40-50% volume feed yang berupa atmospheric residue biasanya
hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah.
Secara umum temperatur cracking minyak mentah/crude adalah sekitar
370 oC (UOP menyebut 385 oC) pada tekanan 1 atmosfer (sebenarnya bervariasi
tergantung jenis crude, tetapi secara umum rata-rata pada temperatur tersebut).
Oleh karena itu pemisahan minyak yang dilakukan di Crude Distillation Unit
tidak boleh melebihi temperature 370 oC agar minyak tidak mengalami cracking.
Ide dasar operasi VDU adalah bahwa titik didih (boiling point) semua
material turun dengan menurunnya tekanan. Sebagai contoh, pada tekanan 1
atmosfer air mempunyai titik didih 100 oC, sedangkan pada tekanan 10 atmosfer
air mempunyai titik didih 180 oC. Jika tekanan dikurangi hingga 1 psia maka titik
didih air akan menjadi 39 oC.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1
penguapan, fraksi dengan titik didih terendah akan naik dan berada pada puncak
kolom (LVGO), sedangkan fraksi terberat (short residu) tetap berada pada bagian
bawah kolom.
produk yang dapat diolah langsung sebagai bahan bakar maupun digunakan
sebagai campuran produk lain. Berikut ini adalah produk-produk hasil dari proses
destilasi vakum:
1. Light Vacum Gas Oil (LVGO), produk ini dihasilkan dari area top kolom
dan digunakan sebagai komponen blending solar.
2. Parafine Oil Distillate (POD), produk ini digunakan pada unit wax plant
sebagai bahan baku lilin. Pada dasarnya, setiap proses VDU akan
menghasilkan produk ini.
3. High Vacum Gas Oil (HVGO), produk ini biasanya digunakan untuk
bahan baku proses cracking di HCU ( Hydro Cracking Unit).
4. Short Residu, produk ini dihasilkan dari area bottom kolom dan digunakan
sebagai fuel oil di dapur (furnace) serta dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan jalan (aspal).
2.4
1.
Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang
biasanya menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil, Heavy
Vacuum Gas Oil, dan Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas Oil biasanya
sudah memenuhi spesifikasi diesel dan dapat langsung dikirim ke tangki
penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya dikirim ke unit
Hydrocracker atau Fluid Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum residue
dapat diolah di Delayed Coking Unit atau Visbraker atau sebagai komponen
blending Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) atau sebagai komponen blending
fuel oil.
Lubes type
Vacuum Distillation Unit lubes type memerlukan pemisahan yang baik
diantara lube cuts. Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena produkproduk lubes cut mempunyai spesifikasi yang sangat sempit. VDU lubes type
biasanya mempunya pressure drop yang lebih tinggi dan cut point yang lebih
rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type biasanya memproduksi 3-4
macam lube base oil dengan spesifikasi yang jauh lebih ketat jika dibandingkan
produk VDU fuel type (terutama dalam hal spesifikasi viscosity dan viscosity
index).
Feed VDU lubes type dapat berupa atmospheric residue yang berasal dari
CDU (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade
rendah/non-sintetis) atau berupa unconverted oil yang berasal dari unit
Hydrocracker (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade
tinggi/sintetis).
Produk-produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil yang
ingin dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade yang dapat dihasilkan oleh VDU
lubes type.
Aliran proses VDU Lubes Type secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
Dengan Steam
Dengan Air yang disebut proses cair Ejektor cair yang dipakai untuk
membuat kevakuman yang sedang atau proses pencampuran cairan,
sedangkan ejektor dengan steam yang penting untuk membuat dan
mempertahankan kevakuman suatu system dan dapat dilaksanakan
dengan single atau multiejektor.
10
2.6
adalah tekanan kolom VDU, temperature flash zone, temperature draw off produk
(LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3
untuk VDU lubes type).
1.
Tekanan
Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan yield produk
gas oil adalah tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom VDU, maka
semakin banyak yield produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom VDU yang
dijadikan acuan adalah tekanan top kolom VDU. Biasanya tekanan top kolom
VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk. Semakin
tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan semakin sedikit dan yield
produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom VDU sebesar
15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya sekitar
30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).
2.
yang penting. Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak pula
yield produk gas oil yang dihasilkan. Namun flash zone temperature tidak boleh
terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kecenderungan pembentukan coke pada
sekitar flash zone (terutama di area slop wax) menjadi tinggi. Best practice yang
biasa dipakai adalah temperature flash zone dijaga agar temperature draw off slop
wax tidak lebih dari 380 oC atau temperature stack slop wax tidak lebih dari 400
o
C. Namun jika kondisi packing tray sangat kotor maka best practice ini menjadi
hampir tidak mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi seperti ini
yield gas oil akan sangat rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat
tinggi. Best practice ini dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan
packing tray dan plant stop untuk penggantian packing tray. Kenaikan temperature
draw off slop wax sebesar 10 oC akan menaikkan kecepatan pembentukan coking
sebanyak 2 kali. Biasanya flash zone temperature dijaga antara 397 s/d 410 oC.
11
Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur
Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.
3.
alasan yang sama seperti telah dijelaskan pada point V.2. Pengendalian temperatur
bottom kolom VDU ini dilakukan dengan mengatur jumlah produk bottom kolom
VDU yang dikembalikan lagi ke bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya
diserap di feed/bottom heat exchanger.
4.
residence time-nya. Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang
merupakan optimasi antara residence time dan menghindari terjadinya loss
suction pada pompa bottom kolom VDU.
5.
Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk menghilangkan 5% gas oil
terberat dari aliran uap yang mengalir ke atas dari flash zone. Kepentingan
penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk menghilangkan kandungan metal
dan asphaltene yang biasanya terkandung di dalam fraksi terberat gas oil.
Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan
cara mengatur temperature flash zone/combined outlet temperature fired heater.
6.
reflux ini berfungsi untuk mencuci/membasahi packing tray yang berada pada
bagian bawah HVGO accumulator agar pada packing tray tidak terjadi coking.
Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO adalah 0,3-0,5 gpm/ft2 luas
permukaan packing tray.
7.
Semakin tinggi temperature cold reflux HVGO (dan/atau semakin banyak jumlah
cold reflux HVGO) maka semakin banyak fraksi yang lebih berat yang
12
terkandung di dalam produk HVGO sehingga akan berefek pada kualitas HVGO
seperti end point HVGO dan kandungan metal meningkat.
8.
produk gas oil (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2,
Lube Cut-3 untuk VDU lubes type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan
memaksimalkan produk LVGO atau dengan memaksimalkan produk HVGO. Jika
spesifikasi produk LVGO sudah dapat memenuhi spesifikasi produk diesel, maka
lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan produk LVGO dan
meminimalkan produk HVGO. Namun jika spesifikasi produk LVGO tidak dapat
memenuhi spesifikasi produk diesel dan hanya digunakan sebagai salah satu
komponen blending diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan
memaksimalkan HVGO, karena HVGO dapat diolah di unit Hydrocracker yang
akan meng-crack HVGO menjadi produk-produk yang bernilai lebih tinggi, yaitu,
LPG, Naphtha, Kerosene, dan Diesel.
13
BAB III
14
3.1
2190 C
dan
dan didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk
15
dan sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu
dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan
melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran
ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa
short residue diambil pada suhu
3950 C
Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit
DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki
penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.
16
Daftar Pustaka
17