Tutorial Kasus Leukimia Myeloblastik Akut
Tutorial Kasus Leukimia Myeloblastik Akut
Tutorial Kasus Leukimia Myeloblastik Akut
Hematologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Tutorial Klinik
Disusun oleh:
Alif Via Saltika Putri
Firyal Soraya Nurhidayati
Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Tutorial Klinik
Menyetujui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
yang berjudul Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) dengan Selulitis pada
Seorang Anak.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Diane M. Supit, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
ilmu kesehatan anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia
memberikan saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah suatu keadaan di mana terjadi pertumbuhan yang bersifat
irreversibel dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu
berasal.
Pada kasus
RESUME KASUS
Pasien MRS pada tanggal 4 Mei 2015 melalui IGD RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda dan dirawat inap di Ruang Melati.
Identitas Pasien:
Nama
: An. NH
Umur
: 11 tahun 4 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Anak ke
:8
Alamat
Tanggal masuk
: 4 Mei 2015
No. RM
: 84 03 56
: Bpk. H (Alm)
Pekerjaan
: Swasta
: Ibu. N
Umur
: 56 tahun
Pekerjaan
Pendidikan terakhir : SD
Alamat
Aterm/
prematur/
lahir mati
Aterm
Aterm
Aterm
Persalinan
spontan/ SC
Spontan
Spontan
Spontan
Usia/
tanggal
lahir
35 tahun
32 tahun
30 tahun
Sehat/
tidak
Umur
meninggal
Sebab
meninggal
Sehat
Sehat
Sehat
4
5
6
7
Aterm
Aterm
Aterm
Aterm
Spontan
Spontan
Spontan
Spontan
28 tahun
26 tahun
18 tahun
15 tahun
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Anamnesis:
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam sejak 15 hari SMRS RSUD AWS Samarinda. Selain
keluhan demam, saat itu pasien juga mengeluh lemas dan tidak napsu
makan. Demam turun jika diberi obat penurun panas Paracetamol. Setelah
demam seminggu di rumah, pasien sempat dirawat selama 8 hari di rumah
sakit Berau. Saat dirawat inap di rumah sakit Berau pasien sempat
didiagnosis dengan demam berdarah sebelum akhirnya diduga adanya
keganasan hematologi. Karena kondisi pasien tidak kunjung membaik dan
fasilitas rumah sakit tersebut tidak cukup lengkap maka pada tanggal Mei
2015 pasien dirujuk ke RSUD AWS Samarinda kemudian di rawat inap di
ruang Melati. Saat dirawat di ruang Melati pasien awalnya masih
mengeluhkan demam dan ketika demam pasien juga sempat mengeluhkan
sakit pada ulu hati dan bagian dadanya serta napasnya terasa berat. Selain
itu pasien juga mengeluhkan nyeri ketika digerakkan maupun disentuh
pada bagian lengan atas tangan kirinya. Diakui awalnya nyeri berasal dari
luka bekas tusukan jarum namun lama kelamaan bengakak dan
kemerahan. Batuk dan pilek tidak ada. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat MRS tidak ada.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah dan sedang mengalami
keluhan serupa.
5. Riwayat Lingkungan
Rumah tempat tinggal pasien dan keluarga diakui cukup bersih dan
terdapat beberapa ventilasi, tidak pengap dan pencahayaannya cukup.
Jarak antara rumah cukup berdekatan.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Post Persalinan
Ibu rutin melakukan pemeriksaan ANC ke bidan terdekat setiap
bulan. Selama hamil ibu tidak mengalami permasalahan, demam tidak ada,
hipertensi tidak ada, diabetes tidak ada, trauma tidak ada, mengkonsumsi
jamu tidak ada, mengkonsumsi alkohol dan rokok tidak pernah. Ibu pasien
rutin mengonsumsi sumplemen penambah darah yang diberi oleh bidan.
Pasien lahir spontan pervaginam pada usia kandungan 9 bulan ditolong
oleh bidan di rumah. Pasien lahir dengan BB 3000 gram, langsung
menangis kuat, biru atau kuning disangkal.
Ibu pasien saat ini tidak memakai KB.
7. Riwayat Makanan & Minuman
ASI eksklusif dari lahir hingga usia 2 tahun. Pasien tidak diberi minum
susu formula. Makan bubur susu saat usia 6 bulan dan makanan padat beserta
lauknya saat usia 12 bulan.
8. Riwayat Imunisasi
Imunisasi
Usia saat
imunisasi
I
BCG
+
Polio
+
Campak
+
DPT
+
Hepatitis B
+
II
////////
+
+
+
III
///////
+
///////
+
+
IV
///////
+
///////
///////
///////
Booster I
///////
///////
-
: 3000 gram
BB sekarang
: 28 kg
PB Lahir
: lupa
TB sekarang
: 133 cm
Booster II
///////
///////
-
Gigi keluar
: lupa
Berdiri
: 10 bulan
Tersenyum
: lupa
Berjalan
: 10 bulan
Miring
: lupa
Tengkurap
: lupa
Masuk TK
: 5 tahun
Duduk
: lupa
Masuk SD
: 7 tahun
Merangkak
: lupa
Sekarang kelas
: 5 SD
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis, E4V5M6
Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
:30x/menit
Suhu
:38,3oC
Status Gizi
Berat Badan
: 28 kg
Panjang Badan
: 133 cm
BB/PB
: Gizi kurang
Status generalisata
Kepala
Bentuk : Normocephali
Mata
Mulut
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
costae, nyeri ketuk hepar (-). splenomegali Schuffner 4, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
DIAGNOSA SEMENTARA
LMA dengan Selulitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
3. Pemeriksaan Echocardiography
Kesimpulan : Diastolic dysfunction
4. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
10
06/05/2015
8,7
198.000
38.000
26,4
09/05/2015
9,1
242.800
58.000
23,6
13/05/2015
7,5
242.990
46.000
23
Value
11-16,5 g/dl
4.500-14.500/L
150000-450000/L
37,0-54,0 %
GDS
160
Na
132
K
1,7
Cl
97
SGOT
18
SGPT
13
Bil Total
0,2
Bil Direk
0,1
Bil Indirek
0,1
Protein Total 7,0
Albumin
4,0
Globulin
3,0
Kolesterol
264
Asam urat
3,0
Ureum
21,0
Creatinin
0,6
5. Pemeriksaan Urin Lengkap (06/05/2015)
06/05/2015
Berat Jenis
1.029
Ketone
Nitrit
Leuko
+
Hb/Darah
+
Warna
Kuning
Kejernihan
Agak keruh
pH
5,5
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilinogen
Sel Epitel
+
Lekosit
2-8
Eritrosit
10-20
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
Lain-lain
6. Pemeriksan Feses (06/05/2015)
Warna
Konsistensi
Darah
Lendir
Eritrosit
Lekosit
11
Coklat
Lembek
0-2
1-2
Value
1,003-1,303
Jernih
4,8-7,8
3,2
Sedikit
<10/lpb
0-1/lpb
-
50-150 mg/dl
135-155
3,6-5,5
95-108
<31
<32
0-1,0
0-0,26
0-0,75
6,6-8,7
3,2-4,5
2,3-3,5
150-220
2-6
10-40
0,5-1,6
Amuba
Krista
Telur cacing
Sisa Amylum
Sisa Lemak
7. Bone Marrow Puncture
12
Follow Up
5 Mei 2015
S Demam (+), mual (+),
muntah (-), napsu
makan , nyeri
tangan kiri, BAB dan
BAK normal
O KU: tampak sakit
T 38,60C
N 104x/menit kuat
angkat
RR 25x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NT(-), hepatomegali 2
jari BAC,
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(-), CRT < 2
A Suspek ALL +
Selulitis
P - IVFD NaCl 0,9% +
20 meq Nabic 3435 tpm
(hiperhidrasi)
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Paracetamol tab 3 x
300 mg PO
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
- Pro: DL, HDT, Ur,
Cr, LDH, SGOT,
SGPT, Na, K, Cl,
UL, FL, foto
13
6 Mei 2015
Demam (+), mual (+),
muntah (+), napsu
makan , nyeri perut,
nyeri tangan kiri, BAB
dan BAK normal
KU: tampak sakit
T 37,70C
N 108x/menit kuat
angkat
RR 28x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NTE(+),hepatomegali
2 jari BAC,
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
kiri, CRT < 2
Suspek ALL + Selulitis
7 Mei 2015
Demam (+), mual (-),
muntah (-), napsu
makan , nyeri perut
, nyeri tangan kiri,
BAB dan BAK normal
KU: tampak sakit
T 38,50C
N 112x/menit kuat
angkat
RR 28x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NTE(+),hepatomegali
2 jari BAC,
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
kiri, CRT < 2
Suspek ALL + Selulitis
- IVFD D5 NS + 20
meq Nabic 34-35
tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
- Rencana echo
8 Mei 2015
Demam (+), mual (-),
muntah (-), napsu
makan , nyeri perut
, nyeri tangan kiri,
BAB dan BAK
normal
14
9 Mei 2015
Demam (+), mual (-),
muntah (-), napsu
makan , nyeri perut
, nyeri tangan kiri,
nyeri dada jika demam
(+), napas terasa berat
(+), BAB dan BAK
normal
KU: tampak sakit
T 38,50C
N 100x/menit kuat
angkat
RR 38x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NTE(+),hepatomegali
2 jari BAC,
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
D dan S, CRT < 2
11 Mei 2015
Demam (-), batuk (+),
mual (-), muntah (-),
napsu makan , nyeri
perut (-), nyeri dada
jika demam (+), napas
terasa berat (-), BAB
dan BAK normal
KU: tampak sakit
T 37,10C
N 116x/menit kuat
angkat
RR 34x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NTE(+),hepatomegali
2 jari BAC,
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
D dan S, CRT < 2
- IVFD D5 NS +
20 meq Nabic 3435 tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
- Post transfusi TC 5
unit
- Cek
DL
post
transfusi
- Echo hari ini
- O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS + 20
meq Nabic 34-35
tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
-Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
-
- O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS + 20
meq Nabic 34-35
tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
-
12 Mei 2015
S Demam (-), batuk (+),
napsu makan , nyeri
perut (-), , nyeri
tangan kiri, nyeri
dada jika demam (-),
BAB dan BAK
normal
O KU: tampak sakit
T 37,00C
N 116x/menit kuat
angkat
RR 28x/menit
Anemis (-/-), ikterik
(-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB (+)
S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Flat, soefl, BU(+)N,
NTE(+),
13 Mei 2015
Demam (+), batuk (+),
napsu makan , nyeri
perut (-), nyeri tangan
kiri (+), nyeri dada jika
demam (-), BAB dan
BAK normal
15 Mei 2015
Demam (+), batuk (+),
napsu makan , nyeri
perut (-), nyeri tangan
kiri & kanan (+), nyeri
dada jika demam (-),
BAB dan BAK normal
15
hepatomegali 2 jari
BAC, splenomegali
scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
D dan S, CRT < 2
A Suspek ALL +
Selulitis
P - O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS +
20 meq Nabic 3435 tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
- Pro
BMP
dan
analisa LCS
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
D dan S, CRT < 2
splenomegali scf 4
Akral hangat, edema
(+) lengan atas tangan
D dan S, CRT < 2
LMA + Selulitis
LMA + Selulitis
- O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS + 20
meq Nabic 34-35
tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
- O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS + 20
meq Nabic 34-35
tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x
850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x
80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x
280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300
mg
- Ranitidin 2 x 25 mg
IV
-Kloramfenikol salf 3
x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9%
selang seling dengan
air hangat
Penatalaksanaan:
- O2 1-2 lpm
- IVFD D5 NS + 20 meq Nabic 34-35 tpm
- Inj. Cefotaxime 3 x 850 mg IV
- Inj. Gentamisin 1 x 80 mg IV
-Paracetamol drip 3 x 280 mg IV
-Alupurinol 3 x 300 mg
- Ranitidin 2 x 25 mg IV
-Kloramfenikol salf 3 x 1 ue
-Kompres NaCl 0,9% selang seling dengan air hangat
-Transfusi TC 4 kali
-Rencana Kemoterapi
16
Diagnosis Kerja
LMA dengan Selulitis
Prognosis
Dubia ad malam
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT
2.1.1 Definisi
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur
dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi tidak normal. Oleh karena proses
tersebut, fungsi-fungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia dalam klinik. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid.
2.1.2 Epidemiologi
Leukemia akut pada masa anak-anak merupakan 30-40% dari keganasan.
Insidens rata-rata 4 4,5 kasus/tahun/100.000 anak di bawah 15 tahun. Di negara
berkembang 30% ALL, 17% LMA, lebih tinggi pada anak kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Di Asia kejadian leukemia pada anak lebih tinggi pada
anak lebih tinggi pada anak kulit putih. Di Jepang mencapai 4/100.000 anak, dan
diperkirakan tiap tahun terjadi 1000 kasus baru. Sedangkan di Jakarta pada tahun
1994 insidennya mencapai 2.76/100.000 anak usia 1-4 tahun. Pada tahun 1996
didapatkan 5-6 pasien leukemia baru tiap bulan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
sementara itu di RSU Dr. Soetomo sepanjang tahun 2002 dijumpai 70 kasus
leukemia baru.
leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak,
dan terdiri dari 2 tipe yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA) 82% dan leukemia
mieloblastik akut (LMA) 18%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh
leukemia pada anak. Di RSUD Dr. Sardjito LLA 79%, LMA 8% dan 4% leukemia
kronik.
18
Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1,15 untuk LLA dan mendekati 1
untuk LMA. Puncak kejadian pada umur 2-5 tahun, spesifik untuk anak kulit putih
dengan ALL, hal ini disebabkan banyaknya kasus pre B-LLA pada rentang usia
ini. Kejadian ini tidak tampak pada kulit hitam. Kemungkinan puncak tersebut
merupakan faktor-faktor lingkungan di negara industri belum diketahui.
2.1.3 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui, namun anak-anak dengan
cacat genetik (Trisomi 21, sindrom Bloom's, anemia Fanconis's dan ataksia
telangiektasia) mempunyai lebih tinggi untuk menderita leukemia dan kembar
monozigot. Trisomi kromosom 21 juga dijumpai penyakit herediter Sindrom
Down. Pasien Sindrom Down dengan trisomi kromosom 21 mempunyai risiko 10
hingga 18 kali lebih tinggi untuk menderita leukemia, khususnya LMA tipe M7.
Studi faktor lingkungan difokuskan pada paparan in utero dan pasca natal.
Moskow melakukan studi kasus kelola pada 204 pasien dengan paparan
paternal/maternal terhadap pestisida dan produk minyak bumi. Terdapat
peningkatan risiko leukemia pada keturunannya. Penggunaan marijuana maternal
juga menunjukkan hubungan yang signifikan.
Radiasi dosis tinggi merupakan leukemogenik, seperti dilaporkan di
Hiroshima dan Nagasaki sesudah ledakan bom atom. Meskipun demikian paparan
radiasi dosis tinggi in utero secara signifikan tidak mengarah pada peningkatan
insidens leukemia, demikian juga halnya dengan radiasi dosis rendah. Namun hal
ini masih merupakan perdebatan.
Kontroversi tentang paparan bidang elektromagnetik masih tetap ada.
Beberapa studi tidak menemukan peningkatan, tapi studi terbaru menunjukkan
peningkatan 2x diantara anak-anak yang tinggal di jalur listrik tegangan tinggi,
namun tidak signifikan karena jumlah anak yang terpapar sedikit.
Hipotesis yang menarik saat ini mengenai etiologi leukemia pada anakanak adalah peranan infeksi virus dan atau bakteri seperti disebutkan Greaves. Ia
mempercayai ada 2 langkah mutasi pada sistem imun. Pertama selama kehamilan
atau awal masa bayi dan kedua selama tahun pertama kehidupan sebagai
konsekuensi dari respon terhadap infeksi pada umumnya.
19
20
sel
induk
yang
telah
dijuruskan
untuk
granulositopoisis
atau
monositopoisis.
Telah pula dapat dibedakan masing-masing sel leukemia yang termasuk
golongan LMA yang berasal dari sel induk granulosit-monosit yang relatif tua
(mature) dari sel induk yang lebih muda fenotipnya. Sebagian besar keragaman
dan heterogenitas LMA berasal dari kenyataan bahwa transformasi leukemia dapat
terjadi di sejumlah langkah yang berbeda di sepanjang jalur diferensiasi. Skema
klasifikasi modern untuk LMA mengakui bahwa karakteristik dan perilaku dari sel
leukemia mungkin tergantung pada tahap di mana diferensiasi dihentikan.
Perbedaan ini mudah dikenal oleh para ahli dan berdasarkan hal ini dibuatlah
klasifikasi jenis leukemia yang termasuk golongan LMA dan yang sekarang
21
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda
(blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast
di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan
pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone
marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia ( anemia,
leukopeni, trombositopeni).
Kegagalan hematopoesis normal merupakan akibat yang besar pada
patofisiologi leukemia akut, walaupun demikian patogenesisnya masih belum
diketahui. Bahwa tidak selamanya pansitopenia yang terjadi disebabkan desakan
populasi sel leukemia, terlihat pada keadaan yang sama (pansitopenia) tetapi
dengan gambaran sumsum tulang yang justru hiposeluler.
Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus
yang lebih berat akan sesak nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan
tanda-tanda perdarahan, sedangkan adanya leukopenia akan menyebabkan pasien
rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunis dari flora normal bakteri yang
ada di dalam tubuh manusia. Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya
kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ
lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak
organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.
22
23
menegakkan
diagnosis
leukemia.
Namun
untuk
24
jelas.
Kondisi
ini
sering
mengarah
pada
sindrom
1994).
hiperseluler,
Biasanya
sumsum
kadang-kadang
tulang
hipoplastik
menunjukkan
yang
kemudian
pemeriksaan
darah
menunjukkan
adanya
anemia,
tulang
dan
pungsi
lumbal
adalah
langkah
yang
25
leukemia
meliputi
kuratif
dan
suportif.
dan
pemberian
pengobatan
komplikasi
antara
lain
berupa
Secara
umum
regimen
kemoterapi
meliputi
26
remisi lengkap (klinis dan hematologis) maka dimulai tahap konsolidasi. Pada
tahap ini diberikan doxorubicin 40 mg/mm2 hari 1-2 dan Ara C 1-5. Regimen ini
diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu.
Pasien dinyatakan remisi komplit apabila tidak ada keluhan
dan bebas gejala klinis leukemia, pada aspirasi sumsum tulang
didapatkan jumlas sel blast <5% dari sel berinti, hemoglobin
>12g/dl tanpa transfusi, jumlah leukosit > 3000/ul dengan hitung
jenis
leukosit
normal,
jumlah
granulosit
>2000/ul,
jumlah
yang
terjadi
(dalam
18
bulan
sesudah
diagnosis)
sumsum
tulang
mungkin
membarikan
27
28
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi dini :
Infesi serius
Alopecia
Emesis
Malnutrisi
Kematian
Komplikasi lanjut :
Kelainan Pertumbuhan
Malignansi sekunder
Kematian
29
M3
(promielositik
leukemia)
bereaksi
pada
asam
2.2 SELULITIS
2.2.1 Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Selulitis umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain. Gambaran klinisnya
umumnya pada semua bentuk ditandai dengan kemerahan yang batasnya tidak
jelas, nyeri tekan, pembengkakan, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
30
(peau d'orange). Penyebaran dan perluasan kemerahan ini dapat timbul secara
cepat di sekitar luka/ulkus yang ada disertai demam, lesu. Pada keadaan akut,
kadang-kadang timbul bula (Djuanda, 2009).
2.2.2 Etiologi
Selulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang
paling sering adalah Streptococcus B hemolyticus. Staphylococcus juga bisa
menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas di daerah yang lebih sempit.
Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang
utuh merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan
berkembangnya bakteri di dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan
tumbuh di dalam tubuh, menyebabkan infeksi dan peradangan. Jaringan kulit yang
terinfeksi menjadi merah, panas dan nyeri. Selulitis paling sering menyerang
wajah dan tungkai bagian bawah (Siregar, 2005).
Faktor resiko terjadinya selulitis adalah:
Luka di kulit
31
bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi
cairan (bula), yang bisa pecah. Karena infeksi menyebar ke daerah yang lebih
luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak.
Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar
getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan. Penderita bisa
mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit kepala, dan
tekanan darah rendah. Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam
sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala
ini sama sekali tidak ada. Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari
selulitis. Meskipun jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran
infeksi d bawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren
streptokokus dan fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah
(bakteremia) ke bagian tubuh lainnya. Jika selulitis kembali menyerang sisi yang
sama, maka pembuluh getah bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan
menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat menetap (Siregar 2005).
32
ditegakkan. Bagian tubuh yang terkena diistirahatkan, tidak boleh digerakkan dan
untuk
mengurangi
pembengkakan,
kaki
biasanya
dielevasikan/digantung
tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak cor. Kompres dingin dan basah bisa
mengurangi rasa tidak nyaman. Untuk selulitis yang disebabkan oleh streptokokus
biasanya diberikan penisilin per-oral. Pada kasus yang berat, penisilin bisa
diberikan secara intravena dan bisa ditambahkan klindamisin. Jika penderita alergi
terhadap penisilin bisa diganti dengan eritromisin untuk kasus yang ringan atau
klindamisisn untuk kasus yang berat. Selulitis yang disebabkan oleh stafilokokus
bisa diobati dengan dikloksasilin. Untuk kasus yang berat bisa diberikan oksasilin
atau nafsilin. Gejala-gejala selulitis biasanya menghilang beberapa hari setelah
pemberian antibiotik. Kepada penderita selulitis berulang bisa diberikan suntikan
penisilin setiap bulan atau
Jika dengan pengobatan oral tanda dan gejala selulitis tidak juga
menghilang, meluas, atau menjdi demam tinggi, maka perlu perawatan rumah
sakit secara intensif dan mengonsumsi antibiotik melalui pembuluh darah. Obatobat yang digunakan antara lain:
Levoflocaxin dosis tinggi (750 mg sekali / hari), pada kulit dengan ciri
khusus yang rumit dan infeksi struktur kulit.
33
34
35
BAB 3
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Pasien An. NH usia 11
tahun 4 bulan datang diantarnya keluarganya ke IGD RSUD AWS Samarinda atas
rujukan dari rumah sakit Berau pada Mei 2015 setelah sebelumnya selama 8 hari
dirawat di rumah sakit Berau dengan keluhan utama demam. Diagnosis masuk
dan diagnosis kerja pasien ini adalah Suspek leukemia. Diagnosis diruangan
adalah LMA dengan Selulitis. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
TEORI
ANAMNESIS
KASUS
LMA
LMA
seperti
adanya
rasa
datang
dengan
keluhan
bawah
atau
Selulitis
Selulitis
umumnya
terjadi
akibat
seperti
mengelupas
36
kulit
(peau
jeruk
yang
d'orange).
Selulitis
Setelah ambil darah dan ganti infus
beberapa kali karena infus macet atau
bengkak
merasakan
pada
nyeri,
tangan
bengkak,
pasien
dan
resiko
terjadinya
selulitis
adalah:
Luka di kulit
Riwayat
penyakit
pembuluh
Tindakan
terhadap
penyakit
LMA
LMA
Pada pasien LMA terjadi leukositosis, Pada pemeriksaan (sesuai follow up)
gejala leukositosis sangat bervariasi. pasien sempat mengeluhkan nyeri
Gejala yang sering dijumpai adalah dada dan sesak nafas.
gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri Pada pemeriksaan (sesuai follow up)
dada.
didapatkan
Selulitis
37
hepatomegali
&
pembengkakan
yang
utama adalah eritema yang berwarna terlokalisir (edema) pada lengan atas
merah, berupa infiltrat yang difus di tangan kiri, kemerahan, dan nyeri bila
subkutan dengan tanda-tanda radang digerakkan atau disentuh.
akut.
kadang
ditemukan
LMA
menunjukkan
leukositopenia,
7.0 sampai 8.5 g/dl, Pada pasien ini jumlah leukosit selalu
jumlah
trombosit
umumnya >100.000/L,
yakni
198.000/L,
jumlah
angka
leukosit
netropenia.
Sel-sel
blast
signifikan
di
dalam
darah
jumlah
yang
tepi
akan
38
presentasi
sitokimia
80%
menjukkan
Selulitis
Peningkatan
Selulitis
Pemeriksaan
darah
menunjukkan
jumlah
leukosit
(leukositosis)
LMA
menegakkan
leukemia.
Namun
memastikan
harus
pemeriksaan
penunjang
serebrospinal
dan pemeriksaan
pemeriksaan serebrospinal.
39
pada
cairan
sitokimia, Selulitis
yaitu
imunologi,
sitogenetika,
dan
biologi molekuler.
Bengkak,
kemerahan,
dan
jarum
di
bagian
(edema)
pada
LMA
O2 1-2 lpm
IVFD D5 NS + 20 meq
PENATALAKSANAAN
kuratif
dan
suportif.
Penanganan
suportif
leukemia
pengobatan
antara
dan
komplikasi
lain
pemberian
berupa
transfusi
IV
Inj. Gentamisin 1 x 80 mg IV
Alupurinol 3 x 300 mg
Ranitidin 2 x 25 mg IV
meningkatkan
Kloramfenikol salf 3 x 1 ue
darah/trombosit, pemberian
antibiotik, pemberian obat
untuk
pendekatan
psikososial.
Perbaiki
aspek
keadaan
Kemoterapi
40
red
cell)
atau
darah
lengkap.
kuratif/spesifik
bertujuan
untuk
menyembuhkan
leukemianya
berupa
kemoterapi
yang
meliputi
susunan
saraf
adriamycin
adalah
dan
hematologis.
Pengobatan
sistemik
ialah
antibiotik,
topikal
diberikan
kompres
terbuka
dengan
41
diberikan
setelah
selulitis
yang
penisilin
Jika
penderita
eritromisin
Pilihan
lain:
berspektrum
Antibiotik
luas
lainnya
mengurangi
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. dkk. 2009. Selulitis, ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kedua.
FKUI. Jakarta.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. Philadelphia: Elsevier. 2007
Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut dalam Buku Ajar HematologiOnkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2005
Siregar RS. 2005. Atlas berwarna saripati kulit. EGC. Jakarta.
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti
Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed. IV. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2006.
Weinblatt ME. Pediatric Acute Myelotic Leukemia Treatment & Management.
Medscape Drug & Diseases. 2014
44