Laporan Denny Suhendra
Laporan Denny Suhendra
Laporan Denny Suhendra
Oleh :
DENNY SUHENDRA
NIM. 111.050.002
HALAMAN PENGESAHAN
GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI - MINERALISASI
DAERAH DESA TEMBORO, KECAMATAN KARANG TENGAH
KABUPATEN WONOGIRI,
PROPINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Denny Suhendra
111.050.002
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Geologi
Yogyakarta, 16 Agustus 2011
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Suprapto, MT
Mengetahui,
Ketua Jurusan
KATA PENGANTAR
2
Puji & syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas berkat rahmat dan
karuniaNya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul
Geologi dan Studi Alterasi-Mineralisasi Daerah Desa Temboro, Kecamatan Karang
Tengah, Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, dengan baik.
Dalam penyusunan laporan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir Sugeng Raharjo selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi Universitas
Pembangunan NasionalVeteranYogyakarta, Fakultas Teknologi Mineral,
Jurusan Teknik Geologi.
2. Ir. Suprapto, M.T. dan Ir. H. Achmad Rodhi, M.T. selaku pembimbing I dan
pembimbing II, yang memberikan bimbingan dan memberikan kritik saran
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis berharap laporan ini akan bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis sendiri, Amin.
Wassalam
Denny Suhendra
HALAMAN PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
SARI ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR FOTO ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
I.1 Latar belakang .............................................................................................. 1
I. 2 Maksud dan tujuan ....................................................................................... 1
I. 3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
I.4 Lokasi penelitian .......................................................................................... 2
I.5 Hasil penelitian............................................................................................. 4
I.6 Manfaat penelitian ........................................................................................ 4
BAB II METODELOGI PENELITIAN .................................................................. 5
II.1 Metodologi penelitian ................................................................................. 5
II.1.1
VI.2.1.2
VI.2.1.3
VI.2.1.4
VI.3 Hubungan mineralisasi dengan sruktur dan litologi pada daerah penelitian . 82
.......................................................................................... 89
LAMPIRAN
.......................................................................................... 90
....................................................................................4.1
10
DAFTAR FOTO
11
12
DAFTAR TABEL
13
DAFTAR GAMBAR
14
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Karakteristik dari suatu endapan mineral akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
pembentukannya. Kondisi tersebut sangat erat kaitannya dengan ketersediaan larutan
hidrotermal, karakteristik larutan, tempat terjadinya mineralisasi, dan sumber dari
larutan hidrotermal tersebut. Tiap-tiap karakteristik tersebut dapat dikenali dari mineralmineral alterasi yang terekam dalam batuan akibat terpengaruh oleh larutan hidrotermal.
Mineral-mineral ini yang kemudian dapat menjelaskan kondisi yang paling tepat untuk
mendapatkan mineral bijih dalam tipe endapan tertentu.
Beberapa kasus di dunia menunjukkan bahwa proses ubahan hidrotermal hanya
berlaku pada suatu daerah tertentu dan belum tentu berlaku untuk daerah lain. Untuk
mengetahui keberadaanya maka dilakukan pemetaan geologi di Desa Temboro,
Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Wonogiri yaitu melalui tahapan interpretasi
geomorfologi, observasi singkapan, pengukuran struktur geologi, pengamatan ubahan
hidrotermal. Dari data yang diperoleh dapat diketahui penyebaran zona aletrasidan
kemudian dapat ditentukan faktor-faktor yang telah mempengaruhi zona aletrasi dan
mineral-mineral yang terdapat di daerah tersebut.
I.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penlelitian ini adalah agar penulis dapat menerapkan ilmu yang
telah didapatkan selama duduk di bangku kuliah yang akan diaplikasikan dalam dunia
kerja, sehingga nantinya diharapkan adanya integrasi antara ilmu-ilmu geologi yang
didapat di perkuliahan dengan kondisi geologi daerah tersebut. Selain itu pelaksanaan
penelitian ini bermaksud untuk memenuhi salah satu syarat wajib yang dilaksanakan
dalam memperoleh tingkat pendidikan Sarjana Strata 1 pada Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.
15
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi secara
umum dan mempelajari tentang mineralisasi yang meliputi potensi dan penyebarannya.
Studi ini didasarkan pada analisa petrologi, petrografi/sayatan tipis, mineragrafi/sayatan
poles, xrd, geokimia/AAS, struktur geologi serta kehadiran dari mineral ubahan untuk
mengetahui proses mineralisasi.
stratigrafi, struktur
dan
800022,8 LS - 705740,00 LS, sedangkan dalam koordinat UTM 506000 mE 511000 mE, 9112000 mS 9116000 mS UTM zona 57 (. Perjalanan dapat ditempuh
dari kota Jogjakarta dengan menggunakan kendaran sepeda motor maupun mobil
selama 3 jam dari Kota Jogja dengan jarak tempuh 135 km (Koordinat Daerah
Penelitian lihat Gambar 1.1), dengan luas area daerah telitian 5 x 5 Km2.
16
Gambar .1 Indek Peta Lokasi Penelitian RIB Jawa Tengah dan Peta Insert : Peta
Indeks(Map source)
Agustus 2009
Septembe
Oktober
r 2009
2009
Studi Pustaka
(dilakukan sebelum
keberangkatan)
Pengumpulan Data
Analisis Data
Interpretasi dan
Diskusi
Presentasi and
Evaluasi
17
Lintasan
2.
Peta Geologi
3.
Peta Geomorfologi
4.
5.
Peta Alterasi .
6.
7.
Diketahui mineral biji apa saja yang terkandung di batuan yang teralterasi
berdasarkan hasil analisa AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometry).
I.6. Manfaat
Bagi Keilmuan
Berdasarkan hasil pemetaan geologi lapangan dan kajian data eksplorasi atau
data pada daerah telitian maka diharapkan didapatkan data berupa :
a.
b.
18
BAB II
METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA
II.1.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari skripsi ini dilakukan
text book, jurnal, maupun laporan penelitian yang ada kaitanya dengan skripsi ini,
serta mencari beberapa permasalahan yang akan mendasari dalam latar belakang
dari kasus yang sedang diteliti, kemudian melakukan kegiatan survey lapangan
dalam
menentukan lokasi
pengambilan
sample
pengamatan berdasarkan
pemetaan
permukaan,
Studi pustaka
lokasi
penelitian
didapatkan
pada
tahap
ini
juga
dilakukan perijinan dan penyiapan peta dasar guna memperlancar proses pelaksanaan
tahapan kerja berikutnya.
19
- Melakukan
evaluasi
terhadap
kegiatan
yang
telah
dilakukan
dan
pengamatan serta
pengambilan data lapangan yang didukung oleh analisis laboratorium, yang meliputi:
jenis
batuan,
penyebaran
batuan,
pengambilan
interpretasi dalam kaitannya sebagai host rock maupun wall rock pada
proses alterasi di daerah telitian.
-
Melakukan
preparasi
semua
sample
yang
akan
dilakukan
untuk
Analisa struktur Geologi untuk mengetahui struktur geologi apa saja yang
20
dengan
terhadap
mengamati
kedudukan
singkapan di
bidangnya
lapangan
dengan
dan
menggunakan
kompas geologi.
Sesar. Pengambilan data sesar dilakukan dengan cara pengamatan
singkapan dilapangan. Setelah itu dilakukan pengukuran dari kedudukan
bidang sesar (strike dan dip), dan gores-garis yang terdapat pada bidang
sesar tersebut (plunge, bearing, dan rake) dengan menggunakan kompas
geologi.
-
Membuat Peta Lay out hasil dari pengambilan data lapangan berupa
Peta Lintasan, Peta Geomorfologi, Peta Geologi, Peta Alterasi.
dan
alterasi
dengan
berbagai
permasalahanya
hasilnya
dikelompokkan
menurut
klasifikasi
kemiringan
lereng
21
Tujuan dari hasil analisa morfologi yang didapat adalah untuk pembuatan
peta geomorfologi daerah penelitian.
b. Analisa Struktur Geologi
Analisa struktur geologi ini dilakukan untuk mengetahui struktur geologi
yang terdapat pada daerah penelitian. Analisis secara stereografis dilakukan dengan
cara memasukkan data struktur geologi yang didapat sesuai dengan arah pergerakan
dan kedudukannya ke dalam stereonet (wulf net), kemudian dimasukkan ke dalam
klasifikasi Rickard (1972) (Gambar.2.1).
kemenerusan
struktur
22
petrografi
ini
23
menunjang
penelitian
lapangan
diatas
beberapa
alat
dan
j.
Alat tulis.
24
PROPOSAL
Studi Literatur
Pustaka
Pustaka Terdahulu
PERSIAPAN LAPANGAN
Pengamatan Morfologi
OBSERVASI
Pengamatan Singkapan
PENGAMBILAN DATA
Pengamatan Litologi
Pengamatan struktur
PEMPROSESAN DAN
ANALISA DATA
kelurusan
Analisa Geologi
: Topografi, kelurusan
Struktur, Analisa data Kimia,
: Pembuatan dan
Pengamatan
penyebaran unsure kimia
Analisa Megaskopis
HASIL ANALISA
Peta Lintasan
Pata Geologi
Peta Geomorfologi
Peta Altrasi
LAPORAN PENELITIAN
25
BAB III
DASAR TEORI
III.1
Larutan Hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (500 sampai
>5000C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi,
dibawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen
utama yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan
himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, cendrung menyesuaikan
kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi
yang baru, yang dikenal dengan alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan hidrotermal
terbentuk karena sirkulasi fluida yang
III.2
26
III.3
Alterasi Hidrotermal
Alterasi hidrotermal merupakan proses ikutan yang selalu menyertai proses
27
oleh unsur lain yang berasal dari larutan sehingga menjadi lebih stabil. Proses ini
berlangsung dengan cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan total, artinya
tidak semua unsur penyusun mineral yang digantikan melainkan hanya unsur-unsur
tertentu saja.
Menurut (Borwne, 1978 dalam Corbett dan Leach, 1997), faktor yang
mempengaruhi proses alterasi hidrotermal adalah sebagai berikut :
-
Suhu
Konsentrasi larutan
Permeabilitas
Peningkatan suhu membentuk mineral yang terhidrasi lebih stabil, suhu juga
berpengaruh terhadap tingkat kristalinitas mineral, pada suhu yang lebih tinggi akan
membentuk suatu mineral menjadi lebih kristalin, kondisi suhu dengan tekanan dapat
dideterminasi berdasarkan tipe alterasi yang terbentuk. Mineralogi alterasi banyak
dipengaruhi oleh komposisi kimia fluida, menurut dan komposisi kimia fluida penting
untuk mendeterminasi sistem potensial pembentuk bijih.
Pada alterasi hidrotermal dapat dibagi menjadi 6 zona alterasi, yaitu :
III.3.I Alterasi Potasik
Menurut Corbett & Leach (1996), mineral utama dalam alterasi ini berupa
potash feldspar sekunder & biotit sekunder, serta aktinolit + klinopiroksen.
III.3.2 Alterasi Silisik
Menurut Corbett & Leach (1996), zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran
mineral dari kelompok silika yang stabil pada pH < 2. Kuarsa akan terbentuk
pada suhu tinggi sedangkan pada suhu rendah (< 1000 C) akan terbentuk opal
silika, kristobalit, tridimit, pada suhu menengah (1000-2000 C) akan terbentuk
kalsedon.
III.3.3 Alterasi Filik
Dicirikan oleh seritisasi hampir seluruh mineral silikat, kecuali kuarsa.
Plagioklas feldspar tergantikan oleh serisit dan kuarsa halus. K-Feldspar
28
29
30
Endapan Epitermal
31
teroksidasinya SO2 dan H2S menjadi H2SO4 menyebabkan larutan bersifat sangat
asam. Pada kondisi ini, sulfur (S) cenderung berada dalam senyawa H2SO4 yang
+
memiliki valensi 6 yang merupakan valensi tertinggi dari sulfur sehingga disebut sebagai
sistem epitermal bersulfida tinggi (Hedenquist, 1987 dalam Corbett dan Leach, 1997).
Sedangkan sistem epitermal bersulfida rendah (Low Sulfidation) merupakan sistem
yang
terbentuk akibat mineral-mineral diendapkan pada kondisi larutan tereduksi akibat reaksi
dengan batuan samping dan air meteorik, sehingga pH larutan mendekati netral.
Pada kondisi tersebut, sulfur (S) dominan berada dalam senyawa H2S yang memiliki
bilangan oksida 2 yang merupakan bilangan oksida terendah dari sulfur sehingga
dinamakan sistem epitermal bersulfida rendah. (Hedenquist, 1987 dalam Corbett dan
Leach, 1997).
Tabel 3. Karakteristik endapan High sulfidation (acid-sulphate) dan Low sulfidation
(adularia-serisite)
(Heald, 1987 di dalam JV Lawles, PJ White, I Bogie, LA Paterson, AJ Cartwright,
1998)
HIGH SULFIDATION
LOW SULFIDATION
(ACID-SULPAHTE)
(ADULARIA-SERISIT)
(bersulfidasi tinggi)
(bersulfida rendah)
Ukuran:
Panjang/lebar
Hubungan
waktu
Mineralogi
Data yang
dihasilkan
Alterasi
Tatanan
struktur
32
Sumber
sulfide sulfur
(serisitik)
3000-20000C (data terbatas)
1-24 wt%Nacl eq
Dominan meteorik, kemungkinan
komponen magmatik yang
signifikan
Tempat yang dalam,
kemungkinan dekat magmatik
Sumber yang
membawa
Temperatur
Salinitas
Sumber fluida
2000-3000C
0-13 wt%Nacl eq
Dominan meteorik
33
III.5
cukup penting. Pembentukan endapan masif sulfida sering berasosiasi dengan sebagian
besar jenis batuan pada kerak bagian atas. Pada Umumnya endapan ini ditemukan
berasosiasi dengan endapan vulkanik bawah laut. Endapan yang berasosiasi dengan
vulkanik bawah laut ini sering dikenal dengan endapan sulfida vulkanogenik yang
terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas serta perak sebagai by
product. Pembentukanya relatif sama endapan bijih seluruh dunia, akan tetapi endapan
ini dapat dikenal sebagai endapan tipe kuroko. Istilah kuroko dalam bahasa jepang
berarti bijih hitam. Endapan bijih ini juga sering disebut dengan endapan polimetalik
(Zn-Pb-Cu) dan (Au-Ag).
Bijih masif sulfida yang cukup penting yaitu endapan timah hitam biasanya
berasal dari mineral galena (PbS), mempunyai bentuk kristal kubik dan kadangkadang oktahedron, sering berasosiasi dengan mineral sfalerite, fluorite, pirit dan
magnetite. Pb terdapat pada mineral galena (PbS), umumnya adalah sulfida,
ditemukan di vein yang berasosiasi dengan sfalerite, pyrite, marcasite, chalcopyrite,
cerrussite, anglesite, dolomite, calcite, quartz, barite, dan fourite.
III.5.1 Tatanan tektonik
Magmatisme yang membentuk dari endapan sulfida masiv. Pada umumnya
berhubungan dengan lingkungan tektonik pada busur kepulauan, pemekaran pada
belakang busur atau back arc, pemekaran kerak samudra, maupun palung depan busur
atau Fore arc. Endapan tipe kuruko berasosiasi dengan stadia akhir dari pembentukan
busur kepulauan (Sawkins,1976) atau vulkanisme pada awal pembentukan belakang
busur (Hutchinson, 1980 dalam Edwards, 1986). Sera rejim tektonik yang berkembang
adalah rejim tensional.
III.5.2 Bentuk dan Ukuran
Tubuh bijih kuroko pada umumnya masif dengan tekstur berlapis, lentikuler
atau kadang tidak beraturan, terdiri dari beberapa bagian bijih. Ukuran tubuh bijih
sangat bervariasi mulai dari panjang 800 m, lebar 300 m dengan ketebalan 100 m.
34
Ukuran butir halus dengan bentuk stuktur colloform, nodule dan berlapis konsentris
(Guilbert,1986).
Ciri ciri endapan tipe kuroko (Sangser,1972 dalam Guilbert 1986)
Terdiri dari 2 tipe tubuh bijih, yaitu sulfida masif dan pipa. Bijih masif pada
umumnya berlapis dan sejajar dengan batuan vulkanik klastik disekitarnya,
sedangkan bijih berbentuk pipa akan memotong bidang perlapisan
Memperlihatkan
zonasi
komposisi,
dengan
pengkayaan
(Pb-Zn)
dan
Bijih
hitam
(kuroko)
terdiri
sfalerite-galena-barite
dan
sedikit
Bijih Gipsum (sekkoko) yang terdiri dari mineral gipsum anhidrit (piritkalkopirit-splerite-galena-kuarsa-lempung) zona ini berbentuk vein
Bijih pirit (ryukoko) terdiri dari pirite dan sedikit kalkopirite kursa zona yang
berbentuk pipa atau vein yang memanjang dari bawah keatas.
Bijih barite terdiri dari hampir seluruh barite yang mempunyai bijih berlapis
tipis
35
Lapisan ferriginous chert terdiri dari kriptokristalin kuarsa dan hematite yang
menutupi bijih silfida yang dibawahnya bijih ini berlapis tipis.
Tubuh bijih tipe kuroko, terdapat empat zona alterasi yang dikenal pada tubuh bijih
kuroko (Matsukuma dan Horikhosi,1970 dalam Guilbert,1986)
Silisifikasi yang disertai dengan sedikit serisit dan klorite. Zona ini terdapat
dibawah tubuh bijih
Pembentukan kubah dan aliran lava yang berkomposisi dasitik dan riolitik
menyebabkan piroklastik dasitik mengalami resedimentasi membentuk arus
turbidite menumpang pada batuan sedimen laut berukuran halus yang telah
terbentuk sebelumnya.
Intusi dome tersebut pada saat mendekati dasar laut kemudian membentuk
erupsi eksplosif menghasilkan lapisan anglomerat dan breksi.
Setelah ledakan tersebut, diikuti naiknya larutan yang membawa sulfur dan
logam dasar, menorobos lava dan piroklastik. Pada saat mencapai batuan breksi
dan tufa jenuh air garam didekat dasar air laut, larutan tersebut be reaksi secara
cepat membentuk endapan sufida masiv bersamaan dengan silika, gypsum,
barite yang semua me-replace batuan piroklastik didekat dasar laut.
36
Pegendapan bijih tipe kuroko diyakini terbentuk pada dasar lautan air yang cukup dalam
(Solomon dan Walshe 1979 dalam Mitchell 1981). Hal ini didukung oleh sato (1977),
yang menyebutkan bahwa endapan tipe kuroko dikosaka terbentuk pada kedalaman air
sekitar 800 m dengan temperatur 3000C, serta salinitas kurang dari 10%.
Sumber logam endapan tipe kuroko, secara genetik berhubungan dengan generasi dari
magma toletik yang dikontrol oleh subduksi (Horikoshi 1976 dalam Mitchell 1981).
Yang mengandung bijih berasal dari stadia akhir fraksional magma atau hasil leaching
batuan beku yang lebih tua yang dilalui air klorida (Lambert dan Sato dalam Mitchell
1981).
III.5.5 Tipe-Tipe Deposit Galena (Timah Hitam)
Tabel 4.
37
yang
menyelubungi
zona
endapan
antara
lain:
zeolit,
39
dibagian tengah didominasi pirit, yang dikelilingi rangkaian zonasi yang di dominasi
oleh mineral molbdneit, kalkopirit, dan terakhir adalah mineral pirit.
III.6.4 Model Alterasi
-
Pola alterasi pada umumnya pada tubuh intrusi dan juga pada batuan
sekitarnya.
Proses Mineralisasi dan alterasi pad sistem ini sangat di pengaruhi oleh
larutan magmatik maupun oleh air meteorit.
Mineral biji yang umum pada model ini adalah pirit, kalkopirit, bornit
molybdebit dan sedikit Au.
Model ini berasosiasi dengan batuan-batuan diorit porfiri dan senit porfiri. Pola
alterasi pada model ini tidak selengkap pada model monzonit-kuarsa, tetapi
pada umumnya hanya didapatkan tipe alterasi potasik pada bagian dalam dan
pada tipe porpilitik pada bagian luarnya.
Mineral-mineral yang bijih yang hadir antara lain pirit, magnetit, kalkopirit,
bornit, sedikit molybdenit, dan Au merupakan biji yang penting.
40
41
BAB IV
GEOLOGI REGIONAL
IV.1. Fisiografi
Secara administratif daerah Wonogiri terletak di selatan Kabupaten Karang
Anyar dan sebelah barat berbatasan dengan D.I. Yogyakarta, sebelah timur daerah
Wonogiri tepat berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur. Sebagian besar wilayah daerah
Wonogiri termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan, bagian utara dibatasi oleh G.
Lawu termasuk kedalam gunung api Kuarter, sedangkan bagian selatan termasuk
kedalam jalur gunungapi Pegunungan Selatan. Utara S. Tirtomoyo terdapat perbukitan
dengan arah timur laut baratdaya, sebelah selatan dari S. Tirtomoyo terdapat
perbukitan tinggi, selain terlipat juga tersesarkan, sebagian besar morfologi terdapat
tonjolan yang dibentuk oleh batuan terobosan.
42
Qa
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur sebagai endapan sungai.
IV.2.2. Endapan kipas Aluvial
Qaf
Terdiri dari kerakal, lanau yang bersisipan dengan pasir, yang terongok di bawah gawir
yang curam dan tersesarkan.
43
Qha
Komponen andesit,basal dan sedikit batu apung beragam ukuran yang bercampur
dengan pasir gunung api.Tersebar terutama mengisi di wilayah dataran di kaki gunung
api atau membentuk perbukitan rendah. Di karang tengah endapan ini mengandung
kepingan gigi dan tulang vetebrata jenis Bovidae. Mata air ditemuakan di satuan ini.
andesit
yang
Qvcl
terlelerkan dari
kawah
Condrodimuko
ke
arah
barat
Qvl
Terdiri dari tuff dan breksi gunung berapi.bersisipan lava yang bersusunan andesit.Tuff
berbutir kasar hingga sangat kasar mengandung kepingan andesit, batuapung, feldsfar
serta sedikit piroksin dan amfibol.sebagian felsdfarnya terubah lempung dan klorit,
tebal lapisan lebih dari 2 meter, Breksi gunung api berwarna ke kelabu hitam terdiri dari
komponen andesit berukuran 5 20 cm, terpilah buruk, butiran menyudut, masa dasar
berupa batupasir gunung api kasar yang bersifat tuffan.Tebalnya lebih dari 5 meter,
Lava berwrna hitam kelabu bersusunan andesit, terdiri dari plagioklas, feldsfar, sedikit
mineral mafik dan kaca gunung api sebagian sisipan tebal rata-ratanya 1 m.
IV.2.7. Lava Jobolarangan
Lava
andesit
yang
Qvjl
mengandung
andesine,kuarsa,
feldsfar
dan
sedikit
44
bersusunan
Qvsl
andesit berwarna
kelabu
tua,
porfiritik:
terdiri
dari
plagioklas,kuarsa dan feldsfar di dalam mikrolit plagioklas dan kaca gunungapi. Lava
berstruktur alir ini berasal dari kompleks G.Sidoramping. G.puncakdalang, G.kukusan
dan G.Nampiyungan,arah aliran umumnya ke barat.Lekuk seperti kawah di puncak
G.silamuk diduga bekas letusan yang terbuka ke barat.
IV.2.9. Breksi Jobolarangan
Qvjb
Breksi gunungapi yang bersisipan lava: kedua bersusunan andesit.Sebaranya
Andesite, kuarsa, feldsfar dan sedikit batuapung. Merupakan hasil dari letusan kerucut
parasiter G.Tambal yang tebalnya kurang lebih dari 5 meter.
IV.2.11.
Lava
Lava Butak
andesit
Qvbl
berwarna hitam
kelabu
dan
bersifat
porfiritik
terdiri
Tuff Butak
Qbt
Tuff bersusunan andesit,berwarna coklat merah, lapuk sebagai hasil lentusan kerucut
Tuff Jobolarangan
Qvjt
Tuff lavili dan Breksi batuapung, masing-masing mempunyai tebal rata-rata 5 dan 4
45
IV.2.13.
Qvw
Formasi Wonosari
Tmw
Tmsl
46
napal
tuffan,
setempat
bersisipan
dengan
konglomerat
anekahbahan.
47
Aajosari di daerah Pacitan dan Tulung Agung, yang sebagian terpualamkan akibat
terobosan andest Hormblnde ( Samudra, S. Gafoer dan Tjokrosapoetro, 1992). Satuan
diberi nama sesuai dengan lokasi tipenya di Desa Sampung, pada lembar ini ( lembar
ponorogo )
miosen tengah, tebal seluruh satuan sekitar 200 meter, menindih selaras Formasi
Sampung dan diterobos oleh andesit.Penerobosan tersebut mengakibatkan sebagian
batupasirnya mengersik. Bongkahan bereksi dan batugamping di dalam batupasir
menunjukan
pelengseran
bawahlaut.
Sebaranya
meliputi
daerah
G.Cendono,
Tmm
48
Tms
Runtunan turbidit dikuasai oleh breksi batuapung dan perulangan batupasir kerikilan,
batupasir dan batulempung. Breksi batuapung sebagian terkloritkan sehingga berwarna
kehijauan, terutama disusun oleh batuapung besusunan dasit dan sedikit andesit dan
basalt dan batupasir.Tebal lapisan antara 1-5 m. Batupasir kerikilan dan batupasir
disusun oleh komponen andesit,basalt, batupasir dan sedikit batuapung: berstruktur
perlapisan bersusun perarian sejajar.Tebal lapisan rata-rata
75 cm. Batulempung
berwarna coklat hingga kelabu, tebal rata-rata hingga 30 cm, setempat berstruktur
kovolut.Fosil tidak dijumpai,tetapi satuan sejenis yang tersingkap di daerah surakarta
mengandung foraminifera yang kumpulanya menunjukan umur N5-N9. Atau Miosen
awal.Satuan ini terbentuk di lingkungan laut dalam pada kipas tengah bersaluran dari
suatu sistem kipas bawah laut. Bagian bawah satuan menjemari
dengan Formasi
Tom
Perulangan batupasir dan batulempung setebal beberapa cm. Merupakan runtunan
turbidit yang berlapis baik dan tersingkap setebal 600 m.Sebagian batupasirnya bersifat
tufan dan berwarna merah hati.Batulempungnya setempat mengandung Globogerina
49
Terutama breksi gunungapi dan lava bersusunanandesit dan basalt, besisipan batupasir.
Masa dasar breksi yang bersifat tufan umumnya terkloritkan dan sebagian besar lavanya
terkekarkan.Batupasirnya berwarna kelabu hijau,berukuran kasar hingga sangat kasar.
Lavanya berstruktur bantal menguasai bagian atas satuan dapat dikorelasi dengan lava
di daerah Pacitan.Satuan ini menjemari dengan Formasi Watupatok, diduga berumur
Oligosen Miosen dan terbentuk di lingkungan laut.Tebal satuan tidak kurang dari 200
meter.Nama satuan didasarka oleh lokasi
tipenya di S.Panggang,barat
lau
Tomw
Terutama tersusun lava basalt bestruktur bantal, besisipab batupasir, batulempung dan
rijang. Lavnya dipotong oleh retas-retas basal berarah utara-selatan dan berkedudukan
tegak. Analisa sumbi panjang
50
dengan Formasi Dayakan dan bagian atasnya dengan Formasi Semilir.Umur satuan
berumur Oligosen-Miosen dan terbentuk di lingkungan laut.Tebalnya lebih dari 500
m.Keselatan pelamparanya dapat dirunut hingga daerah Pacitan .Satuan berlokasi tipe
di Watupatok, dan dapat di korelasikan dengan bagian atas Formasi Mandalika, lembar
Pacitan.
51
52
53
Daerah Telitian
Keterangan:
54
BAB V
GEOLOGI DAERAH TELITIAN
V.1.
Secara umum geomorfologi daerah telitian kurang lebih 90 % dari luasan total di area
penelitian, di bentuk oleh perbukitan perbukitan bergelombang sedang- kuat, yang
disusun oleh litologi (batupasir, breksi polimik, breksi batuapung), dan endapan aluvial
kurang lebih 10 % dari luasan total area penelitian, yang disusun oleh material lepas
seperti (lumpur, bongkah batuan beku, kerikil, dan lempung), dengan topografi
bergelombang lemah. Beberapa tonjolan morfologi di daerah telitian di bentuk oleh
batuan terobosan seperti batuan beku andesit. Secara morfogenesis perbukitan struktur
(lipatan,sesar) dan sifat litologi .
Dataran
56
Memiliki luasan 12 % dari luasan total keseluruhan peta. Memiliki kemiringan lereng 37% (Van Zuidam dan Van Zuidam Cancelado, 1979) dengan cerminan kemiringan
lereng hampir datar , tersusun oleh lithologi breksi polimik, batupasir. Morfogenesanya
merupakan Perbukitan Homoklin dengan relief topografi bergelombang/berbukit
dengan
lereng sedang,
yang
terbentuk dari
longsoran
arus turbidit
yang
diakibatkan
oleh adanya
aktivitas
tektonik,
dimana daerah
tersebut di
pengaruhi
oleh struktur aktif, dengan arah kedudukan lapisan batuan searah yaitu timurlautbaratdaya
Perbukitan homoklin dengan topografi
kemiringan lereng landai
57
58
Tabel. 7
Kolom
stratigrafi
daerah
telitian
59
60
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
61
Floor
Roof
(a
)
Roof
Roof
Floor
Floor
62
Foto . 7 Kontak antara batuan beku breksi vulkaniklastik (roof) dengan batuan
bekubasalt (floor) (a) Foto singkapan Lava Basalt (b) Foto litologi lava basalt
dalam Satuan batuan Breksi Panggang pada LP 8, selatan dari desa Hargosari,
arah kamera N 1900E.
Deskripsi fragmen batuan beku volkanik Basalt (teralterasi), dalam satuan batuan
(b
Breksi Panggang
,dengan komposisi mineral fenokris terdiri atas olivin,
)
piroksen,mineral opak.
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
V.3.1.1.1. Penyebaran
Penyebaran satuan breksi Panggang berada pada daerah tenggara di selatan desa
Arjosari keseluruhan peta. Topografi bergelombang kuat di karenakan adanya intrusiintrusi yang menerobos satuan breksi Panggang dan juga bukit-bukit terkikis dan terjal
di karenakan banyaknya kontrol struktur yang mengakibatkan daerah tersebut longsor
dan tererosi. Satuan breksi Panggang menempati 20% dari keseluruhan peta.
V.3.1.1.2. Lingkungan Pengendapan
63
Satuan breksi panggang terbentuk pada lingkungan pengendapan laut dalam dengan
sistem pengendapan turbidit. Hal ini dikarenakan fragmen dan matrik pada breksi pada
satuan breksi panggang berupa batuan vulkanik seperti andesit, basalt, dan lavili dengan
semen silika.
V.3.1.1.3. Umur dan hubungan Stratigrafi
Berdasarkan hasil analisa mikrofosil pada Lp 37 dengan menggunakan mikroskop
polarisasi untuk menentukan umur, ternyata fosil tidak ditemukan/Barren, maka
penentuan umur satuan batuan ini mengacu kepada (Sampurno dan Samudra, 1997),
satuan ini diperkirakan berumur
dibawah satuan breksi Semilir memiliki hubungan tidak selaras nonconformity. Karena
berdasarkan data dilapangan satuan breksi Panggang terdapat lava basalt kontak
langsung dengan breksi Semilir. Litologi lava basalt merupakan termasuk kedalam
satuan breksi Panggang.
V.3.1.2. Satuan Batuan Breksi Semilir
Satuan breksi Semilir di dominasi oleh breksi vulkaniklastik dengan sisipan tuff. Breksi
vulkaniklastik yang dengan ciri-ciri litologi dilapangan dengan sifat fisik warna: hitam
(lapuk), Ub: krakal-brangkal ( 5- 30 cm), Dpm: tepilah buruk, Dpb: menyudut, Kemas:
terbuka, Struktur: perlapisan, F: Andesit, Basalt, M: tuff,lapili, S: silika. Nama batuan:
Breksi Polimik. Satuan Breksi Semilir menempati 40 % dari total daerah keseluruhan,
pada satuan breksi Semilir di potong sesar mendatar kanan turun ( Rikchard, 1972
dalam Ragan,1985), sesar tersebut mengakibatkan Alterasi argilik setempat, tapi
keseluruhan satuan breksi
64
Spectofotometry)
(a
)
(b
)
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
65
dasar,vesikuler, komposisi mineral terdiri dari plagioklas, mineral opak, klorit dan
mineral gelas hasil ubahan dari mineral plagioklas.
Nama batu: Andesite teralterasi ( Williams, 1954 ).
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
66
V.3.1.2.1. Penyebaran
Penyebaran satuan breksi Semilir berada pada arah timur laut sampai barat daya di desa
Deplih dan desa Hargosari dari keseluruhan peta. Topografi bergelombang kuat di
karenakan adanya intrusi-intrusi yang menerobos satuan breksi Semilir dan juga bukitbukit terkikis dan terjal di karenakan banyaknya kontrol struktur yang mengakibatkan
daerah tersebut longsor dan tererosi. Satuan breksi Semilir menenpati 35% dari daerah
penelitian.
V.3.1.2.2. Lingkungan Pengendapan
Satuan breksi Semilir terbentuk pada lingkungan pengendapan laut dalam dengan fasies
turbidit, hal ini didasarkan pada kriteria pengendapan yang berada di sayap cekungan
dengan kemiringan lereng curam, di karenakan dilapangan satuan breksi semilir
mempunyai struktur perlapisan
V.3.1.2.3. Umur dan hubungan Stratigrafi
Berdasarkan hasil analisa mikrofosil dengan menggunakan mikroskop polarisasi
ternyata fosil tidak ditemukan/Barren, pada Lp 16 dan Lp 5, Penentuan umur mengacu
kepada (Sampurno dan Samudra, 1997), satuan ini di perkirakam berumur Miosen Awal
(N5-N9). Satuan breksi Semilir memiliki hubungan selaras dengan satuan breksi
Nglanggran.
67
Satuan breksi Nglanggran ini berada pada lingkungan pengendapan neritik tepi bathial
atas, sebagian satuan breksi Nglanggran mengalami proses alterasi propilitik.
(a
)
(b
)
Foto.13 ( a) Singkapan Breksi Polimik, (b) Kenampakan Litologi Breksi polimik daerah
utara telitian, arah kamera N 1850E dalam Satuan batuan Breksi Nglanggran pada LP 23
.
Deskripsi petrografi (fragmen) batuan Breksi polimik dalam satuan batuan Breksi
Nglanggran, komposisi terdapat plagioklas, feldsfar, mineral opak, mikrolit plagioklas
dan mineral gelas merata.
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
68
(a
(b
)
)
Foto. 15 ( a) Singkapan Batupasir , (b) Kenampakan Litologi Batupasir daerah utara
telitian, arah kamera N 3050E dalam Satuan batuan Breksi Semilir pada LP 13 .
Deskripsi, sifat fisik warna krem, ub: pasir sedang-pasir kasar, dpm: membundar, dpb:
terpilah baik, km: tertutup, struktur: pelapisan, komp: F; kuarsa, hornblende
M: kalsit, pecahan fosil(skeletal), s: karbonat, batuan sedimen klastik, nama: batupasir
A B C D E F G H I J K
kasar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
69
V.3.1.3.2. Penyebaran
Penyebaran satuan breksi Nglanggran berada pada arah timur laut sampai barat daya di
desa Deplih dan desa Temboro dari keseluruhan peta. Topografi bergelombang kuat di
karenakan adanya intrusi-intrusi yang menerobos satuan breksi Nglanggran dan juga
bukit-bukit terkikis dan terjal di karenakan banyaknya kontrol struktur yang
mengakibatkan daerah tersebut longsor dan tererosi. Menempati 35% dari daerah
telitian
V.3.1.3.3. Umur dan hubungan Stratigrafi
Berdasarkan hasil analisa mikrofosil dengan menggunakan mikroskop polarisasi
ternyata fosil tidak ditemukan/Barren, pada Lp 23 penentuan umur berdasarkan peta
Geologi lembar Ponorogo, satuan ini diperkirakan berumur akhir Miosen Awal (
Sampurno dan H. Samudra, 1997). Satuan breksi Nlanggran tidak ditemukan fosil ,
70
berdasarkan data dilapangan Satuan breksi Nlanggran terendapkan di atas Satuan breksi
Semilir secara selaras, umur breksi Nglanggran lebih muda dengan Satuan breksi
Semilir. Pada Lp 13 terdapat keberadaan batugamping yang merupakan formasi asing
pada satuan breksi Nglanggran,
menggunakan mikroskop polarisasi
(a
(a)
(b)
)
Foto.19 ( a) Singkapan Intrusi Andesit, (b) Kenampakan batuan andesit daerah utara
telitian, arah kamera N 1950E Satuan batuan Breksi Semilir pada LP 20 .
71
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
72
tematik penelitian yaitu pada bagian utara daerah penelitian dan terletak paling atas
pada stratigrafi dari daerah telitian
V.3.1.5.1. Penyebaran
Peyebaran dari satuan Aluvial berada pada bagian utara topografi yang ada di daerah
Taman Wetan, luas darah telitiana sekitar 9 % dari keseluruhan peta.
Dataran Aluvial
73
hanya dapat dilakukan pada beberapa lokasi pengamatan. Struktur kekar didaerah
telitian merupakan struktur yang diakibatkan oleh sesar-sesar dan kekar yang terisi urat
silika. Dalam penentuan arah tegasan dari arah umum bidang kekar yang dijumpai,
penulis menggunakan metoda. Statistik, dalam hal ini pengeplotan dilakukan ke dalam
diagram kipas.
Pengukuran kekar-kekar dilakukan disepanjang lintasan pengamatan dan lintasan
terukur semi detail yang di jumpai kekar-kekar, yaitu LP 8, Lp 20, Lp88, LP 89, Lp90,
Lp45, Lp16 (Analisa terlampir), berdasarkan hasil analisa tiap LP
rata-rata arah
berbelok kerah barat laut dan banyaknya di jumpai arah breksiasi dan kekar-kekar gerus
74
dan kekar tarik, arah pergerakan sesar sama dengan arah intrusi batuan yang menerobos
breksi vulkanik, batuan intrusinya yaitu batuan intermediet vulkanik Andesit.
Berdasarkan hasil analisa sesar oleh penulis di dapatkan sesar pada Lp 20 yaitu sesar
mendatar kanan naik / Reverse right slip faulth berdasar kan penamaan ( Rickard, 1972
dalam Ragan, 1985). .(Lampiran Analisa Struktur 2-3)
Indikasi selanjutnya yakni kehadiran batugamping yang merupakan formasi asing yang
terdapat pada formasi ngalnggran, dimana batugamping tersebut terdapat pada zona
sesar. Batugamping tersebut berdasarkan cirri-cirinya termasuk kedalam Formasi
Womosari. Deskripsi batugamping: Batu gamping berfosil
A B C D
E F G H
J K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
75
: Te ( Miosen Awal)
(a
(b
)
)
Foto.22 ( a) Jalur breksiasi pada batuan beku basalt, (b) Zona breksiasi, arah kamera
N1900E LP 8 .
76
klasifikasi genentik breksi laharik dan lava basalt diperkirakan lingkungan pengendapan
pada saat terbentuknya adalah lingkungan pengendapan vulkanik dengan fasies
proximal-medial. Kemudian pada kala fase Awal Miosen Awal ( N5-N9) terjadi fasies
turbidit gunung api pada Satuan breksi Semilir, sedimentasi di lingkungan laut dalam
berlangsung dengan kegiatan vulkanisme gunung api, lereng cekungan yang curam
mengakibatkan terjadinya arus longsoran di laut dalam atau arus turbidit. Pada Formasi
Semilir menghasilkan breksi polimik ,breksi batuapung. Berdasarkan genetik breksi
polimik dan breksi batuapung diperkirakan lingkungan pengendapan pada saat
terbentuknya adalah lingkungan pengendapan vulkanik dengan fasies medial. Pada
satuan breksi Nglanggran Setempat di pingiran cekungan di lingkungan agak dangkal
berkembanglah batu gamping terumbu itu ditemukan pada Lp 13, dan pada
batugamping tersebut terdapat fosil foraminifera besar yaitu (Spiroclypeus) kisaran
umur Te (Miosen Awal), keadaan tektonik yang tidak stabil atau tidak menentu
menyebabkan lereng di cekungan yang dakal tempat terumbu-terumbu karang yang
berkembang runtuh dan terendapkan kembali di tempat yang lebih dalam bersaman
klastika gampingan yang lebih halus. Kemudian pada kala Akhir Miosen Awal fase
77
eksplosif masih terjadi karena ditemukan adanya breksi polimik bercampur bercampur
dengan terumbu karang yang klastika, diperkirakan terbentuknya di lingkunggan darat.
Bersamaan juga terjadi kegiatan vulkanisme berlangsung dibuktikannya adanya intrusi
andesit dan adanya urat-urat silika yang nampak ke permukaan sehingga yang
menyebabkan batuan disekitar yang diterobos oleh urat mengalami alterasi mineralisasi,
diperkirakan umur Intrusi Andesit berumur akhir Miosen Awal awal Miosen Tengah,
menurut (Samudra dan Sampurno, 1997). Setelah keempat satuan telah mengalami
pengendapan dan tidak adanya kegiatan vulkanisme, endapan-endapan aluvial seperti
soil, kerikil, pasir , menutupi sebagian satuan batuan yang lebih tua.
78
BAB VI
ALTERASI DAN MINERALISASI
VI.1. Alterasi Sungai Khayangan
Alterasi hidrotermal pada suatu daerah tertentu mempunyai karakteristik tersendiri.
Proses alterasi hidrotermal merupakan proses ikutan yang selalu menyertai proses
pengendapan deposit-deposit mineral. Pada prinsipnya proses ini merupakan proses
pergantian unsur-unsur tertentu, dari mineral yang ada pada batuan dinding yang
digantikan oleh unsur lain yang berasal dari larutan, sehingga menjadi lebih stabil.
Proses ini berlangsung dengan cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan
total, artinya tidak semua unsur penyusun mineral yang digantikan, melainkan hanya
unsur-unsur tertentu saja.
79
Foto. 24 Foto alterasi propilitik dengan warna abu-abu cerah, pada intrusi (sill)
andesit,lokasi pada Desa Taman Wetan LP 20
Foto.25 Foto alterasi propilitik warna hitam cerah pada fragmen breksi laharik,
lokasi pada Desa Hargosari LP 37
Deskripsi petrografi (fragmen) batuan Breksi polimik dalam satuan batuan Breksi
Panggang, dengan komposisi mineral kuarsa, karbonat, klorit yang hadir dominan dan
mineral plagioklas yang terubah hadir sebagi fenokris pada masa dasar berupa gelas.
80
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
X - Nikol
J K
II - Nikol
81
himpunan
mineral-mineral
ubahan
yang
mencirikan
tipe
alterasi
Klorit
2 Na + 12 H+
Pembentukan tipe alterasi propilitik atau kloritisasi terjadi pada kisaran temperatur 200o
300oC dengan salinitas beragam dan kondisi pH mendekati netral (5 7) yang
umumnya terjadi pada batuan dengan permeabilitas kecil (Creassy, 1966). Tipe ini juga
dipengaruhi komposisi fluida hidrothermal yang kaya unsur Ca, H2O, dan CO2 serta
sedikit H+ (Pirajno, 1992).
82
Foto.27 Foto alterasi Argilik dengan warna putih abu-abu pada breksi batuapung,
lokasi pada Desa Hargosari LP 15, arah kamera N 3300E
83
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
J K
X - Nikol
Feldfar ( 4B,4H),Mineral opak (8H,3K), ash tersebar 75 %tidak berwarna pada LP 16.
.(Lampiran Analisa Petrografi 1-12)
Berdasarkan sayatan tipis maka mineral-mineral yang hadir pada sampel batuan daerah
telitian memiliki komposisi mineral seperti lithic (20% ), mineral lempung ubahan dari
mineral feldsfar (3%), mineral opaq (2%), ash (75%) dan terlihat pada foto (27),
mineral feldsfar telah mengalami ubahan menjadi lempung terlihat pada nikol II relief
sangat rendah dan tidak ada belahan. Dari keterdapatan mineral mineral tersebut maka
diindikasikan bahwa daerah telitian ini memiliki tipe alterasi yaitu tipe alterasi Argilik.
Foto.29 Foto singkapan alterasi argilik warna putih kecoklatan cerah pada
batupasir, lokasi Arah kamera N 2100 E, pada Desa Hargosari LP 06
84
A B C D E F G H
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
J K
X- Nikol
II - Nikol
Foto. 30 Foto sayatan tipis alterasi Argilik dengan kenampakan mineral lempung (7E7H) yang hadir sebagai fenokris , lokasi pada Desa Hargosari LP 6.(Lampiran Analisa
Petrografi 1-9)
Berdasarkan sayatan tipis petrografi sampel batuan pada Lp 6 daerah telitian memiliki
komposisi mineral seperti lithic (50%), mineral lempung (25%) ubahan dari mineral
feldsfar, Mineral opaq (20%), mineral karbonat (5%) Dari keterdapatan mineral
mineral tersebut maka diindikasikan bahwa daerah telitian ini memiliki tipe alterasi
yaitu tipe alterasi Argilik.
85
Berdasarkan dari tabel hasil anlisa XRD sample LP 6 dapat diketahui adanya mineralmineral penciri dari alterasi argilik di daerah telitian, mineral-mineral tersebut ialah:
1. Quarst
2. Ilite
3. Monmorilonit
4. Clinochore
5. Orthoclase
86
87
A B C D E F G H
1
J K
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
Foto.31
mineral kuarsa hampir
X - NikolKenampakan petrografi batuan Komposisi
II - Nikol
dominan hadir tersebar merata , klorit (4D,5D,1B), mineral opak ( 7A,8J)
lokasi Desa Hargosari Lp 89.(Lampiran Analisa Petrografi 1-7)
88
Tabel hasil analisa XRD sample LP 45 dapat diketahui adanya mineral-mineral penciri
alterasi Argilik di daerah telitian, mineral-mineral tersebut ialah:
1. Quarzt
3. Ilite
2. Pyrite
89
Dari gambar 14 dan dari hasil analisa petrografi pada LP 45, diketahui bahwa alterasi
argilk yang berada di daerah telitian terbentuk pada suhu relativ 2600-3000 C. Hadirnya
mineral kuarsa, pirit, ilit. Alterasi ini umumnya tidak mengandung mineral alkali
feldsfar dan lempung, fluida asam hingga netral dengan salinitas yang beragam, pada
zona yang permeabel dan pada batas dengan urat.
berasosiasi dengan endapan biji sulfida. Berdasarkan data dilapangan dan data AAS
kandungan mineral-mineral sulfida banyak terbentuk. seperti unsur Pb,Zn,Ag,Cu,Mo.
90
mineral bijih berupa pirit, galena, pada urat kuarsa, hal ini juga dikontrol oleh rekahan
berupa ruang atau tempat terakumulasinya mineral sehingga cendrung alterasi
silisifikasi penyebaranya mengikuti arah dari sesar (lihat peta alterasi), selain itu zona
alterasi ini dikontrol oleh fluida hidrotermal yang jenuh akan silika.
25 cm
Foto.32 (a) Alterasi silisifikasi pada wall rock breksi batu apung, (b) Masif
silika,lokasi pada Desa Hargosari LP 12, arah kamera N 3350 E
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
X - Nikol
J K
P - Nikol
91
keterdapatan mineral mineral tersebut maka diindikasikan bahwa daerah telitian ini
memiliki tipe alterasi yaitu tipe alterasi Silisifikasi
Foto.34 Foto (a) Masif kuarsa, (b) Mineral sulfida pada dinding batuan ,lokasi pada
Desa Hargosari LP 45.
92
Dari gambar 13 dan dari hasil analisa petrografi Lp 15, diketahui bahwa alterasi argilik
yang berada di daerah telitian terbentuk pada suhu relative 1000- >3000 C. Hadirnya
mineral kuarsa yang sangat dominan. Alterasi merupakan penambahan proporsi dari
silica (kuarsa) pada batuan dinding.Penambahan silica melalui migrasi pada celah
batuan oleh penurunan kimia satu atau lebih unsur batuan. Jadi tipe alterasi ini biasanya
berasosiasi dengan endapan biji sulfida dan merupakan pergerakan dari unsur Na, Ca, Si
didalam atau luar dari batuan induk (host rock).
VI.2. Mineralisasi daerah telitian
Berdasarkan "Reaction Rim" di sekeliling mineral yang telah terbentuk dengan proses
magmatik awal, larutan sisa magma akan dapat membentuk mineral-mineral, sehingga
mengalamai konsentrasi akibat proses differensiasi. Larutan sisa magma yang belum
membeku, dapat diinjeksikan ke tempat lain yang tekananya lebih rendah, sehingga
akan membentuk mineral yang terkonsentrasi (residual liquid injection). Apabila
temperatur terus menurun dan pada temperatur kurang lebih 1000C akan mulai
membentuk mineral, baik mineral logam maupun non logam melalui proses
mineralisasi dari beberapa lingkungan, baik lingkungan sedimen, metamorf,
magmatisme.
Mineralisasi daerah telitian termasuk dalam lingkungan magmatisme yang merupakan
endapan hidrotermal, akan tetapi daerah penelitian merupakan tipe endapan epitermal
sulfidasi tinggi yang dicirikan oleh tipe alterasi yang mengikuti pola struktur sesar pada
daerah telitian. Tipe deposit mineral bijih dicirikan hadirnya mineral bijih kalkopirit,
galena, sfalerit yang sebagian besar (60%) merupakan sulfida, dengan komoditi logam
utama berupa timah hitam dan Zeng (Pb-Zn), endapan berassosiasi urat-urat kuarsa,
kontrol bijih pada bagian didominasi batuan-batuan vulkanik/sedimen,
VI.2.1 Mineralisasi Sulfida
Tipe mineralisasi ini berada pada daerah timur serta utara dari batas penelitian yang
dilakukan, mineraliasi ini hadir dengan pola setempat-setempat, berasosiasi dengan
batuan sedimen vulkanik, dimana tubuh batuan sedimen vulkanik tergantikan dengan
kelompok mineral-mineral sulfida secara masif dan berlapis, mineral sulfida tersebut
diantaranya pirit, galena, sfalerit, bornit, dan molybdenit.
93
(Pbs)
Sifat fisik warna hitam ungu, perawakan membata, kekerasan > 2.5 gores hitam, belahan
jelas, pecahan even, tenacity brittle, kilap logam, derajat transparant opaque mineral .
Foto. 34
94
(Fes2)
95
(CuFes2)
96
Mineral bornit
97
andesit sedangkan batuan yang sebagai wallrock adalah sedimen vulkanik, dapat
dibuktikan asosiasi mineral biji sulffida berada pada batuan sedimen vulkanik yang
terbentuk secara desimanated, serta memunculkan mineral bijih berupa galena, sfalerit,
kalkopirit yang sebagian besar (60%) mineral sulfida. Kedua peran antara stuktur dan
litologi sangat mempengaruhi dari proses terbentuknya mineraliasi cebakan biji sulfida,
karena struktur sebagai ruang tempat terisi fluida, dan litologi sebagai reaksi untuk
membentuk mineral bijih.
Gm
Gm
P
Pirit/Pyrite (FeS2) warna krem pucat, isotropik, kristalin kubik, relief tinggi,
diketemukan telah terkorosi dan porous.
berbutir
98
Gm
Kp
Bo
P
Sf
Pirit/Pyrite (FeS2) warna krem pucat, isotropik, kristalin kubik, relief tinggi,
diketemukan bersama bornit pada urat kuarsa.
99
berbutir
Tabel. 15 Temperatur mineral kisaran suhu 2600C- > 3000 C pada Lp 90 menurut
(Modifikasi Kingston Morrison, 1997)
Bo
P
Sf
P
kp
Deskripsi Mineral:
Mineral-mineral logam yang diketemukan :
-
Pirit/Pyrite (FeS2) warna krem pucat, relief tinggi, isotropik, kristalin kubik,
berbutir halus - kasar, tersebar relatif merata, mengisi ruang antar fragmen
batuan maupun kuarsa, sebagian berikatan dengan galena, sphalerit dan
kalkopirit, dominan sebagai mineral logam.
Galena (PbS) warna putih metalik, isotropik, kristalin kubik, tersebar tidak
merata, sebagian berikatan dengan sphalerit dan ada pula sebagai inklusi dii
dalam pirit. Pada sebagian galena terdapat urat-urat sfalerit, pirit, kuarsa dan
sedikit kalkopirit.
Tabel. 16 Temperatur mineral kisaran suhu 2600C- > 3000 C pada Lp 45 menurut
(Modifikasi Kingston Morrison, 1997)
101
Kode
Contoh/No.Lab
Cu
(%)
Zn
(%)
Mo
(ppm)
Au
(gr/ton)
Ag
(gr/ton)
01
Lp 88/6347
44.0
0.34
4.24
74
0.42
140
02
Lp 90/6348
o.35
6.55
2.66
64
0.40
34
03
Lp 45/6349
3.10
0.75
15.06
40
0.09
AAS
AAS
AAS
AAS
Fire
Assay
Fire
Assay
METODE
102
Zn
Berdasarkan dari himpunan mineral yang tercantum dalam grafik analisa AAS
( Atomic arbsortion Spectofotometry) diperkirakan terdapat tiga tipe endapan
hidrotermal yaitu:
- Tipe endapan epitermal high sulfidation dengan ciri himpunan
mineral bijih Au, Cu, Ag
- Tipe endapan Masif Sulfida dengan cirri himpunan mineral bijih Pb,
Zn, Cu,
- Tipe endapan porpiri dengan cirri himpuna mineral bijih Cu, Mo, Au
103
BAB VII
KESIMPULAN
1. Secara umum gemorfologi daerah telitian kurang lebih 90% dari luasan total
area penelitian dibentuk oleh perbukitan-perbukitan bergelombang sedang- kuat.
Geomorfologi daerah telitian dibagi dua pembagian satuan asal, satuan bentuk
asal struktural dan fluvial. Satuan betuk asal struktural dibagi menjadi tiga
satuan bentuk lahan yaitu: perbukitan homoklin dengan kemiringan lereng
landai, perbukitan homoklin dengan kemiringan lereng curam dan perbukitan
homoklin dengan kemiringan lereng sangat curam. Kemudian satuan bentuk
asal fluvial dengan bentuk lahan dataran aluvial.
2.
Stratigrafi daerah telitian sebagian besar disusun oleh litologi yang terbentuk
dari aktivitas
material gunung api, terbagi menjadi lima satuan yaitu: Satuan breksi Panggang,
Satuan breksi Semilir, intrusi andesit, Satuan breksi Nglanggran, Satuan
Endapan Aluvial.
3.
Struktur geologi pada daerah telitian dikontrol dengan adanya struktur yang
berkembang di daerah telitian, ada dua struktur yang mempengaruhi daerah
telitian yaitu sesar mendatar Arjosari di Lp 8 Reserve Right Slip Fault/ Sesar
mendatar kanan naik dengan arah N 0030E/820 dan sesar mendatar dlepih di LP
20 Normal Left Slip Fault/ Sesar mendatar kiri turun dengan arah N 0600E/780.
4.
104
5.
tempat
terakumulasinya
mineral-mneral
sulfide,
pada
batuan
6.
7.
105
DAFTAR PUSTAKA
106
Sheaan P.A, Roberts. R.G. 1988 Ore Deposit Models Reprint Series 3, GAC
Departemen Of Earth Science Canada
Sutanto. 2008. Petrografi Batuan Beku, Wimaya Press UPNVeteran Yogyakarta
Thomson. A.J.B, 1996 Atlas Alteration, GAC Departemen Of Earth Science Canada
Van Zuidam, R.A. & Van Zuidam Cancelado, F.I.,(1979), ITC Textbook of Photo
Interpretation; Chapter 6 (Terrain Analisis and Clasification Using Aerial
Photoraps;A gemorfological Approach), Vol.VII, International Institue for
Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Netherland.
Williams, H., Turner.F.J and Gilbert, CM 1954. Petrography. An Introduction to the
study of rock in thin section: University of California, Berkeley, W.H.
Freeman and Company, San Fransisco.
107
LAMPIRAN
108
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
: Batupasir gampingan
Lokasi
: LP 13 ( Sungai khayangan)
Satuan batuan
: Breksi Nglanggran
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis :
Sayatan berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, kemas
terbuka, terdiri dari , feldspar, fragmen batuan dan mineral opak, yang tertanam dalam
matriks kristalin karbonat .
109
Deskripsi mineralogi
Fragmen(3D, 7E,1H ) (75%): berwarna abu abu kecoklatan sampai coklat, berbutir haluskasar, membundar - membundar tanggung, terdiri dari fragmen
batuan beku bersifat andesitis dan basaltis, dan fragmen batuan
sediment, terdiri dari batu pasir, batu lempung dan batu gamping.
Plagioklas (7F, 3F)
Mineral opak ( 7D, 8E ) (3%) : Berwarna hitam,tidak tembus cahaya, bentuk kristal tidak
beraturan-membundar tanggung,sebagi hasil oksidasi disekitar
kristal.
Karbonat (6G, 8H )
Nama batuan
110
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
: Batugamping
Lokasi
: LP 13 ( Sungai khayangan)
Satuan batuan
: Breksi Nglanggran
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
J K
0
Paralel Nikol
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
Sayatan berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, klastik, komposisi butiran
terdiri dari fragmen koral dan mineral opak yang tertanam dalam matrik lumpur
karbonat dan mikrosparit kalsit.
111
Deskripsi mineralogi
Fosil (5B-5E)
(80%) tidak berwarna sampai abu-abu kecoklatan, membundarmemanjang, terdiri dari koral, sebagian besar cangkang telah
terisi oleh mineral karbonat dan kalsit.
Berdasarkan hasil analisa didapatkan nama fosil sphyroclypeus
Mikirit
Sparit
112
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 28 ( Sungai khayangan)
Satuan batuan
: Breksi Nglanggran
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
J K
0
Paralel Nikol
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis :
Sayatan berwarna abu-abu terang-kehitaman, tekstur porfiritik, masa dasar afanitik,
hipokristalin, hypidiomorf, komposisi mineral terdiri dari plagioklas, feldsfar, mikrolit
plagioklas dan mineral opak,
113
Deskripsi Mineralogi :
Plagioklas (6D)
Gelas
Feldsfar (8J,2I)
Mikrolit plagioklas
114
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 37 ( Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi Panggang
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis :
Sayatan lava bantal batuan beku volkanik (teralterasi), berwarna abu-abu kecoklatankehijauan, tekstur porfiritik, masa dasar afanitik, hipokristalin, hipidiomorf, vesikuler
yang terisi oleh mineral karbonat dan klorit, fenokris terdiri atas felsfar,dan mineral
opak yang tertanam dalam dalam masa dasar gelas dan mikrokristalin.
115
Deskripsi Mineralogi :
Feldsfar (9G)
Kuarsa (2I)
(5%) tidak berwarna, interferensi kuning terang, ukuran halussangat halus, menyudut tanggung, tidak ada belahan, tidak
mempunyai kembar, relief sedang, hadir sebagai sekunder yang
mengisi lubang amigdaloidal.
Klorit (1K-2K)
Karbonat (9E,7C)
Masa dasar
116
Batuan megaskopis
: Lava Basalt
Lokasi
: LP 8 ( Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi Panggang
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
J K
0
Paralel Nikol
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis :
Sayatan fragmen batuan beku volkanik (teralterasi), berwarna abu-abu kecoklatankekuningan, tekstur porfiritik, masa dasar afanitik, hipokristalin, hipidiomorf, ,fenokris
terdiri atas olivine, piroksen,mineral opak, yang tertanam dalam masadasar.
117
Deskripsi Mineralogi :
Piroksen (9I,3I) :
Olivine (3G) :
Mineral opak (4D) : (5%) Hitam kekuningan terang, interferensi coklat kehitaman,
opaq, isotrop, terdapat menginklusi pada mineral piroksen.
Gelas
118
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 89 (Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi semilir
Perbesaran
: 10 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
119
Deskripsi mineralogi
Ash/debu
Kuarsa (6D-6H)
Mineral opak (7A,8J) (35%) : hadir sebagai mineral sekunder hasil dari mineralisasi
dengan sebagian telah mengalami oksidasi, sebagian hadir
sebagai inklusi di dalam kuarsa dan membentuk vein halus,
berukuran 0.1-0.125mm, terdapat membentuk urat-uarat halus
bersama kuarsa monokristalin.
120
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 18 ( Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi semilir
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
J K
A B C D E F G H
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis :
Sayatan fragmen batuan beku volkanik (teralterasi), berwarna abu-abu kehitaman,
tekstur porfiritik, hipokristalin, hipidiomorf, komposisi mineral terdiri dari plagioklas,
mineral opak, klorit dan mineral gelas hasil ubahan dari mineral plagioklas.
121
Deskripsi Mineralogi :
Plagioklas(8C-D) (55%) : Tidak berwarna, euhedral subhedral, halus sedang, kembar
albit, albit-kalsbad, jenis plagioklas andesine (An32) hadir sebagi
fenokris.
Gelas
Klorit (3H,5D) (5%) :Coklat pucat coklat tua, euhedral subhedral, halus sedang,
belahan 1 arah , pleokroisme kuat , sebagian terubah menjadi karbonat
dan inklusi mineral opak.
Opak (8D, 5H)
122
Batuan megaskopis
: Batupasir
Lokasi
: LP 6 ( Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi semilir
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
Sayatan batupasir (teralterasi) tekstur klastik, didominasi oleh lithic/ pecahan batu,
dan tersusun oleh mineral feldsfar yang telah terubah menjadi (lempung), mineral
opak, karbonat, mineral lempung menyebar pada sayatan.
123
Deskripsi mineralogi:
Feldsfar
Lithic (8C-8D)
(50%) putih abu-abu berupa pecahan batuan sedimen dan batuan beku,
butir (0,1-0,5mm) relief rendah, bentuk butir menyudut tanggung.
karbonat (2J-2K) (5%):hadir sebagai mikrolit , yang tersebar merata pada sayatan.
Mineral opak (5C) (20%) : hadir sebagai mineral sekunder hasil dari mineralisasi dengan
sebagian
124
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
: Urat Kuarsa
Lokasi
: LP 12 ( Desa Hargosari)
Satuan batuan
: Breksi semilir
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
J K
0
Paralel Nikol
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
Sayatan berwarna putih abu-abu (urat silika), tektur: sisir/comb struktur, komposisi
mineral yang tersusun oleh dominasi oleh mineral kuarsa, mineral opak.
125
Deskripsi mineralogi:
Kuarsa
Opak (5A-5K)
126
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 20 ( Desa Dlepih)
Satuan batuan
: Intrusi Andesit
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
Sayatan fragmen
127
Deskripsi mineralogi:
Plagioklas (9D, 3D) (25%):hadir sebagai fenokris telah terubah sehingga kembaran
tidak nampak lagi.
Feldsfar (6I,6J)
Klorit (3D,4C)
Gelas
128
Batuan megaskopis
Lokasi
: LP 15 ( Desa Temboro)
Satuan batuan
: Breksi semilir
Perbesaran
: 40 x
FOTO SAYATAN TIPIS
A B C D E F G H
A B C D E F G H
J K
5
6
5
6
0
Paralel Nikol
J K
1 mm
Cross Nikol
Mikroskopis
Sayatan breksi batuapung (teralterasi) berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur: klastik,
dengan butiran (0,05-1,5mm) terdiri dari mineral lithic,ash dan feldsfar terubah.
129
Deskripsi mineralogi
Lithic
Ash
Feldsfar (4B-4H)
(2%) :hitam kedap cahaya relief tinggi, ukuran mineral (0,050,15 mm), bentuk menyudut, terdapat setempat-setempat
130
N . oE
N . oE
N . oE
45
47
48
50
51
53
54
56
59
55
60
58
57
55
60
62
65
Notasi
IIII
III
IIII II
III
Jumlah
Prosentase ( % )
4
2
7
3
23,5
17,6
41,1
17,6
131
132
N . oE
N . oE
N . oE
004
003
005
003
004
003
005
006
007
010
010
011
013
018
020
022
025
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
05
6 10
11-15
16-20
20-25
26-30
31-35
35-40
41-45
46-50
51-55
56-60
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
101-105
106-110
111-115
116-120
121-125
126-130
131-135
136-140
141-145
146-150
151-155
156-160
161-165
166-170
171-175
176-180
IIII IIII II
IIII
II
III
II
11
4
2
3
2
50
18,1
9
13,6
9
= 22
= 22
133
134
82
76
72
82
82
80
78
84
74
86
84
76
82
78
76
39
40
40
37
39
42
39
38
37
40
35
32
46
45
40
84
80
80
82
82
74
76
78
70
86
84
80
82
78
86
135
136
LP 20:Sesar Dlepih
Nama Sesar: Reverse Right Slip Faulth/geser kanan naik (Rickard, 1972)
137
Gash Fracture
( N . . .oE /o )
83
82
82
75
85
84
83
80
79
78
83
86
84
82
84
040
045
042
043
039
040
042
044
039
043
042
040
036
030
048
78
75
75
80
80
88
78
78
78
88
80
70
86
82
81
138
139
140
N . oE
N . oE
N . oE
73
70
75
70
61
71
71
72
76
73
61
74
75
62
70
70
73
74
72
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
III
IIII
IIIIIIIIIII
I
3
4
11
1
15.78
21.05
57.89
5.26
141
142
N . oE
N . oE
N . oE
45
43
45
34
45
40
36
40
32
45
37
41
46
36
45
42
43
41
44
43
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
II
IIIII
IIIIIIIIIIII
I
2
5
12
1
10
25
60
5
143
144
N . oE
N . oE
N . oE
35
32
35
30
42
41
35
29
40
41
33
32
34
33
31
31
39
37
26
34
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
III
IIIIIIIIIII
IIIIII
3
11
6
15
55
30
145
146
N . oE
N . oE
N . oE
30
29
28
25
40
33
32
35
36
38
27
26
29
31
33
23
21
28
29
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
III
IIIIIIII
IIIII
III
3
8
5
3
15.78
42.10
26.31
15.78
147
148
N . oE
N . oE
N . oE
60
59
58
57
52
54
53
47
48
57
56
57
52
52
58
47
49
55
41
Notasi
Jumlah
Prosentase ( % )
I
IIII
IIIIII
IIIIIIII
1
4
6
8
5.26
21.05
31.57
42.10
149
150
Breksi Nglanggran
Denny Suhendra
BreksiNglanggran
151
Breksi Semilir
Denny Suhendra
Breksi Semilir
152
Denny Suhendra
Breksi Panggang
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164