Lap 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL

Disusun oleh:
Mirsa Risky Virdaussya
14030204014
Pendidikan Biologi A 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN
2016

A. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dari percobaan ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap persentase sel
yang terplasmolisis?
2. Berapa nilai konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel mengalami plasmolisis?
3. Berapa nilai tekanan osmosis cairan sel dengan menggunakan metode
plasmolisis?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap persentase sel
yang terplasmolisis.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
3. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan menggunakan metode
plasmolisis.
C. Hipotesis
Hipotesis dari rumusan masalah di atas yaitu :
1. Makin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka makin tinggi pula
persentase sel yang terplasmolisis. Begitu pula sebaliknya, makin rendah
konsentrasi larutan sukrosa maka makin rendah pula persentase sel yang
terplasmolisis.
2. Konsentrasi larutan

sukrosa

yang

menyebabkan

50%

dari

sel

terplasmolisis berkisar diantara 0,2 M sampai 0,22 M


3. Tekanan osmosis cairan sel Rhoe discolor dapat ditentukan melalui rumus:

TOsel =

22,4 . M .T
273

D. Kajian Pustaka
Tubuh tumbuhan terdiri dari satuan yang dikenal secara morfologis yaitu
sel, yang dianggap sebagai satuan fungsi organik terkecil dalam tumbuhan.
Molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak, sehingga
terjadi perpindahan terus-menerus molekul air, dari satu bagian ke bagian

yang lain. Proses pengangkutan air dan zat terlarut dapat terjadi mengikuti
gradien konsentrasi maupun berlawanan.
Proses pengangkutan air yang melawan arah gradien konsentrasi disebut
pengangkutan secara aktif. Sedangkan proses pengangkutan air yang searah
dengan gradien konsentrasi disebut pengangkutan secara pasif.
Contoh dari pengangkutan secara pasif adalah difusi dan osmosis.
Osmosis
karena

merupakan

suatu

proses

difusi

melewati

suatu

selaput

adanya

beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah

selaput. Dengan

demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya

keseimbangan antara kepekatan cairan (Harso, 2010).


Rahayu, dkk (2016) menyatakan bahwa terjadinya proses osmosis sangat
ditentukan oleh adanya perbedaan potensial air (PA). Selain itu, potensial
osmosis dan potensial tekanan (pada tumbuhan timbul dalam bentuk tekanan
turgor) juga berperan penting dalam proses osmosis. Hubungan antara
potensial air (PA), potensial osmosis (PO), dan potensial tekanan (PT) dapat
dinyatakan sebagai; PA = PO + PT.
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis
(solute) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis (Meyer and Anderson, 1952)
Metode plasmolisis adalah salah satu metode untuk mengetahui nilai
potensial osmosis cairan sel. Cara kerja metode ini adalah dengan
menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel mengalami
plasmolisis 50 %. Konsentrasi tersebut dianggap sama dengan konsentrasi
cairan sel. Jika telah diketahui konsentrasi larutan larutan sukrosa yang
isotonik terhadap cairan sel, maka nilai tekanan osmosis dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :
TOsel =

22,4 . M .T
273

Dengan : TO = tekanan osmosis; M = konsentrasi sel yang menyebabkan sel


terplasmolisis; T = temperatur mutlak (273 + to C) (Rahayu dkk, 2016).

E. Variabel Penelitian
Variabel manipulasi : konsentrasi larutan sukrosa.
Variabel kontrol : letak sel Rhoe discolor, jumlah larutan sukrosa, waktu

perendaman.
Variabel respon : jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis.

F. Definisi Operasional Variabel


Variabel manipulasi : terdapat delapan konsentrasi larutan sukrosa yang
berbeda, yaitu 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M

dan 0,14 M.
Variabel kontrol : letak sel Rhoe discolor yang disayat adalah sel epidermis
bawah, jumlah larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam adalah 5

ml, lama waktu perendaman 30 menit.


Variabel respon : jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis
dihitung pada satu lapang pandang.

G. Alat dan Bahan


1. Daun Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel
yang berwarna.
2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ;
0,20 M ; 0,18 M ; 0,16 M ; 0,14 M.
3. Mikroskop.
4. Kaca arloji / gelas plastik 8 buah
5. Plastik bening
6. Karet
7. Silet
8. Gelas beaker 100 ml.
9. Pipet
H. Rancangan Praktikum
1. Dibuat larutan sukrosa dengan konsetrasi terbesar yaitu 0,28 M, dengan
cara menimbang sebanyak 95,76 gram kristal sukrosa dan melarutkannya
dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk
membuat konsentrasi larutan yang lebih rendah, dapat digunakan rumus
sebagai berikut:

V1 M1 = V2 M2
Dengan: V1 = volume awal; M1 = konsentrasi awal;
V2 = volume akhir; M2 = konsentrasi akhir;
2. Disiapkan 8 buah kaca arloji atau gelas plastik, masing-masing diisi
dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan diberi label pada
masing-masing kaca arloji berdasarkan konsentrasi larutan.
3. Diambil daun Rhoe discolor, kemudian disayatan lapisan epidermis yang
berwarna dengan silet tajam, dan diusahakan hanya menyayat satu lapis sel
saja.
4. Sayatan-sayatan epidermis tersebut direndam pada kaca arloji yang sudah
berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi
dengan jumlah sayatan yang sama, kemudian dicatat waktu mulai
perendamannya.
5. Diamati perubahan yang terjadi setelah direndam selama 30 menit dengan
mikroskop.
6. Dihitung jumlah seluruh sel yang terplasmolisis pada satu lapang pandang,
jumlah sel yang terplasmolisis dan persentase jumlah sel terplasmolisis
terhadap jumlah sel seluruhnya.

I. Langkah Kerja

iapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M

gelas plastik
Disiapkan Disiapkan
daun Rhoe8discolor
dan disayat tipis

Dimasukkan masing-masing larutan sukrosa ke dalam gelas plastik sebanyak 5 ml


Sayatan daun Rhoe discolor direndam di dalam gelas plastik yang berisi larutan sukrosa selama30

Diambil sayatan daun Rhoe discolor yang telah direndam dan diaamati dengan mikroskop

Dihitung jumlah sel keseluruhan dan jumlah sel yang terplasmolisis

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Terhadap Persentase Sel yang
Mengalami Plasmolisis Pada Daun Rhoe discolor
No.

Konsentrasi
Sukrosa (M)

Sel Awal

Sel
Terplasmolisis

% Sel Terplasmolisis

1.

0,28

158

150

94,4

2.

0,26

53

39

73,5

3.

0,24

17

47

4.

0,22

36

19

52,7

5.

0,20

130

38

29,2

6.

0,18

76

10,5

7.

0,16

26

7,7

8.

0,14

126

3,9

94.4
100
90
73.5
80
70
52.7
60
47
50
29.2
40
30
203.97.710.5
10
0

Persentase sel terplasmolisis (%)

Konsentrasi larutan sukrosa (M)

Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Pres entase Sel Rhoe discolor Terplasmolisis

Persentase Sel Terplas molisis (% )

Kons entrasi Sukrosa (M)

Grafik 1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Persentase Sel


Rhoe discolor Terplasmolisis
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan data hasil percobaan dapat diketahui bahwa tinggi
rendahnya konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap persentase sel
Rhoe discolor yang terplasmolis. Setelah sayatan daun Rhoe discolor
direndam dalam larutan sukrosa selama 30 menit, pada konsentrasi larutan
sukrosa 0,28 persentase sel yang terplasmolisis sebesar 94,9%, pada
konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M persentase sel yang terplasmolisis sebesar
73,5%. Sedangkan pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, persentase sel
yang terplasmolisis adalah 47%. pada konsentrasi 0,22 M persentase sel yang
terplasmolisis lebih tinggi daripada persentasi sel terplasmolis pada
konsentrasi 0,24 M yaitu 52,7%. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M
menunjukkan persentase sel yang terplasmolisis 29,2%. Serta pada
konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, presentase sel yang terplasmolisis sebesar

10,5 %, pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, presentase sel yang


terplasmolisis sebesar 7,7 % Persentase sel terplasmolisis terendah yaitu 3,9%
ditunjukkan oleh perendaman sel dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi
0,14 M.
Berdasarkan data presentase sel tersebut, kemudian disajikan dalam
bentuk grafik. Dari grafik dapat ditentukan konsentrasi larutan sukrosa yang
menyebabkan sel terplasmolisis sebesar 50%, yaitu pada konsentrasi 0,218
M. Setelah konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan sel terplasmolisis
sebesar 50% diketahui, maka dapat dihitung nila tekanan osmosis (TO) cairan
sel Rhoe discolor.
Diskusi :
Jelaskan mengapa terjadi proses plasmolisis?
Jawab : Peristiwa plasmolisis terjadi karena konsentrasi air dalam sel
lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi air dalam larutan
sukrosa (larutan hipertonik), karena konsentrasi air dalam sel tinggi maka
potensial air (PA) tinggi, besarnya potensial air sebanding dengan
besarnya potensial osmosis, sehingga potensial osmosis juga ikut tinggi.
Karena potensial osmosis tinggi maka air yang akan keluar dari sel akan
semakin banyak. Keluarnya air yang berlangsung terus-menerus inilah
yang menyebabkan membran sel terlepas dari dinding sel.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa kenaikan
konsentrasi larutan sukrosa secara umum menyebabkan bertambahnya
persentase sel yang terplasmolisis. Hal itu dapat dilihat pada hasil percobaan
ini yaitu persentase sel yang terplasmolis pada konsentrasi larutan sukrosa
0,14 M: 0,16 M: 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,26 M; dan 0,28 M berturut-turut.
Penambahan konsentrasi larutan sukrosa mengakibatkan konsentrasi larutan
di luar sel semakin tinggi (potensial air rendah) daripada konsentrasi cairan di
dalam sel (potensial air tinggi) sehingga terjadi gerakan molekul air ke arah
yang lebih pekat yaitu ke luar sel (potensial air rendah). Semakin pekat

larutan di luar sel maka air yang berpindah ke luar sel juga semakin banyak
sehingga lebih jumlah sel yang terplasmolisis semakin banyak.
Namun pada hasil praktikum yang telah kami lakukan didapat ketidak
stabilan hasil percobaan. Karena pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi
0,24 M menyebabkan lebih sedikit sel yang terplasmolisis dibandingkan
dengan larutan yang berkonsentrasi 0,22 M. Penyimpangan tersebut terjadi
karena beberapa faktor kesalahan saat dilakukannya percobaan, misalnya
sayatan yang kurang tipis dan waktu perendeman yang kurang sesuai dengan
ketentuan.
Agar pelarut tidak masuk ke dalam larutan yang lebih pekat, dibutuhkan
tenaga yang disebut tekanan osmotis (TO) yang dapat diartikan PA = PO.
Kondisi potensial air sama dengan potensial osmosis dapat terjadi bila
konsentrasi di luar sel sama dengan konsentrasi di dalam sel. Dalam
percobaan

ini

diketahui

bahwa

konsentrasi

larutan

sukrosa

yang

menyebabkan 50% dari jumlah sel mengalami plasmolisis yaitu pada


konsentrasi 0,281 M. Sehingga nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan
sebagai berikut;
Diketahui :
M = 0,281 M
T = 25oC + 273 = 298 K
Ditanya :
TOsel = ?
Penyelesaian :

( 22,4 ) ( M ) (T )
TOsel =
(273)
( 22,4 ) ( 0,281 ) (298)
TOsel =
(273)
TOsel =
TOsel

1455,1936
273

= 5,33 atm

Jadi, nilai tekanan osmosis sel daun Rhoe discolor berdasarkan


percobaan ini adalah 5,33 atm.

M. Kesimpulan
1. Makin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka makin tinggi pula
persentase sel yang terplasmolisis. Begitu pula sebaliknya, makin rendah
konsentrasi larutan sukrosa maka makin rendah pula persentase sel yang
terplasmolisis.
2. Konsentrasi larutan

sukrosa

yang

menyebabkan

50%

dari

sel

terplasmolisis adalah 0,281 M


3. Tekanan osmosis cairan sel Rhoe discolor adalah 5,33 atm.
N. Daftar Pustaka
Cambell, Neil A dkk. 1998. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Harso, Wahyu 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Palu :
Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako.
Meyer, Bernard S dan Anderson, Donald B. 1952. Plant Phisiology. New
York : D. Van Nostrand Company.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2016. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN.
Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA UNESA.

LAMPIRAN
Sayatan Rhoe Discolor

Keterangan

Sel Terplasmolisis = 5
Sel Seluruhnya = 126
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.14 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 2
Sel Seluruhnya = 26
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.16 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 8
Sel Seluruhnya = 76
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.18 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 38
Sel Seluruhnya = 130
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.20 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 19
Sel Seluruhnya = 36
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.22 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 8
Sel Seluruhnya = 17
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.24 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 39
Sel Seluruhnya = 53
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.26 M
Perbesaran 40 x 10

Sel Terplasmolisis = 150


Sel Seluruhnya = 158
Di rendam dalam larutan sukrosa 0.28 M
Perbesaran 10 x 10

Anda mungkin juga menyukai