Referat Lesi Eritroskuamosa
Referat Lesi Eritroskuamosa
Referat Lesi Eritroskuamosa
PENDAHULUAN
Dermatosis eritroskuamosa merupakan penyakit kulit yang ditandai terutama
oleh adanya eritema dan skuama. Eritema merupakan kelainan pada kulit berupa
kemerahan yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler yang bersifat
reversibel. Skuama merupakan lapisan dari stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Maka, kelainan kulit yang terutama terdapat pada dermatosis eritroskuamosa adalah
berupa kemerahan dan sisik/terkelupasnya kulit.
Dermatosis eritroskuamosa terdiri dari beberapa penyakit kulit yang
digolongkan di dalamnya, antara lain: psoriasis, parapsoriasis, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosea, dan eritroderma.
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang
kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan deferensiasi sel epidermis.
Faktor faktor yang berpengaruh yaitu faktor genetik dan imunologik. Sedangkan
gambaran klinis didapatkan adanya eritema dan skuama, yang disebabkan oleh hiper
keratinosit. Yang khas pada pemeriksaan psoriasis yaitu pemeriksaan tetesan lilin dan
pemeriksaan ausfitz.
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
pada umumnya tanpa keluhan. Terdapat tiga bentuk parapsoriasis yaitu ; Parapsoriasis
gutata, parapsoriasis variegata, parapsoriasis en plaque. Pengobatan yang dilakukan
untuk parapsoriasis sama dengan psoriasis.
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai dengan
sebuah lesi inisial berbentu eritema dan skuama halus. Terutama terdapat pada umur
15 40 tahun. Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan
epidemiologis diduga infeksi sebagai penyebab. Lesi pertama adalah herald patch,
pitiriasis rosea dapat diterapi secara simptomatik dan prognosisnya baik, karena dapat
sembuh dengan sendirinya.
Eritroderma dianggap sinonim dengan Dermatitis Eksfoliativa, meskipun
sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kedua istilah tersebut
(keduanya boleh digunakan) dipakai untuk menggambarkan keadaan dimana sebagian
besar kulit berwarna merah, meradang dan berskuama. Eritroderma adalah kelainan
kulit yang ditandai dengan adanya eritem universalis (90-100%), biasanya disertai
skuama.
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di
daerah kaya kelenjar sebasea , scalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan
dengan malasesia terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan,
perubahan cuaca, ataupun trauma dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan,
misalnya ketombe sampai dengan bentuk eritroderma. Dermatitis seboroik berkisar
antara 3 5 % pada populasi umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias. Cara
menggoresnya bisa dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum
atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara
mengerjakannya adalah dengan cara skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan
ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan harus dilakukan dengan
pelan-pelan karena jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang berupa bintikbintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis
misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan kelainan kulit yang sama dengan
psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3
minggu.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira
50% yang agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang berupa
lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh, tebal,
bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis
subungual) dan onikolisis. Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku,
penyakit ini dapat pula menimbulkan kelainan pada sendi. Umumnya bersifat
poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal dan terbanyak
terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar kemudian terjadi ankilosis dan lesi
kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan.2
5. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara
psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak
berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga
terdapat pada tempat seboroik
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap
sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat
2 bentuk psoriasis pustulosa yaitu:
a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif,
mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan
kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas
kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
Eritroderma
Kalsipotriol / Kalsipotrien
Kalsipotriol adalah analog vitamin D yang mampu mengobati psoriasis ringan
sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini adalah antiproliferasi keratinosit,
menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan deferensiasi juga menghambat
produksi sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Kalsipotriol
merupakan pilihan pertama atau kedua pengobatan topical walaupun tidak seefektif
kortikosteroid super poten, namun obat ini tidak memiliki efek samping yang
mengancam seperti kortikosteroid. Dermatitis kontak iritan merupakan efek samping
terbanyak yang dijumpai, pemakaian 100g seminggu dapat meningkatkan kadar
kalsium darah.
Vitamin D lebih efektif dibandingkan dengan emolien ataupun tar untuk
meredakan gejala psoriasis, namun setara dengan kortikosteroid poten. Kortikosteroid
poten lebih efektif sedikit dibandingkan dengan vitamin D untuk pengobatan psoriasis
pada kulit kepala. Obat topical paling efektif adalah kortikosteroid superpoten yang
mempunyai efek samping yang harus mempunyai perhatian ketat. Vitamin D dan
kortikosteroid poten mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid.
Retinoid Topikal
Acetylenic retinoid adalah asam vitamin A dan sintetik analog dengan reseptor
dan . Retinoid meregulasi transkripsi gen dengan berikatan RAR-RXR
heterodimer, berikatan langsung elemen respon asam retinoat pada sisi promoter gen
aktivasi. Tazaroten menormalkan proliferasi dan diferensiasi kerinosit serta
menurunkan jumlah sel radang. Tarzarotene 0,1% lebih efektif dibandingkan dengan
0,05%, pada pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif dibandingkan vehikulum
dalam meredakan skuama dan infiltrat psoriasis.
Ter dan Antralin
Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misalnya kayu, batubara,
dan fosil ikan (antara lain iktiol). Tar dapat dikombinasikan dengan ultraviolet yang
meningkatkan khasiatnya. Ter merupakan senyawa yang aman untuk pemakaian
psoriasis ringan sampai sedang, namun pemakaiannya menyebabkan mengakibatkan
kulit lengket,mengotori pakaian, berbau, kontak iritan, terasa terbakar dan dapat
menjadi fotosensitivitas.
Fototerapi
Fototerapi yang dikenal ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB).
Fototerapi memiliki kemampuan menginduksi apoptosis, imunosupresan, mengubah
profil sitokin dan mekanisme lainnya. Sekarang tersedia lampu UVB (TL-01) yang
dapat memancarkan sistem monokromatik dan disebut spektrum sempit
(narrowbrand) dalam berbagai uji coba penyinaran 3 5 kali semingu dengan dosis
eritemogenik memiliki hasil yang efektif. Bila dibandingkan dengan UVB spectrum
luas, UVB spectrum kecil nampaknya lebih efektif. Psoriasis sedang sampai berat
dapat diobati dengan UVB, kombinasi dengan ter dapat menghilangkan efektivitas
terapi. Efeksamping cepat berupa sub burn, eritema, vesikulasi dan kulit kering. Efek
jangka panjang berupa penuaan kulit dan keganasan kulit yang masih sulit dibuktikan.
Sistemik
Untuk menentukan pengobatan sistemik sebaiknya mengikuti algoritma yang
membutuhkan penanganan semacam ini biasanya dipakai pada psoriasis berat
termasuk psoriasis plakat luas, eritroderma atau psoriasis pustulosa generalisata atau
psoriasis artritis.
Metotreksat
10
Merupakan pengobatan yang sudah lama dikenal dan masih sangat efektif
untuk psoriasis maupun psoriasis artritis. Mekanisme kerjanya melalui kompetisi
antagonis dari enzim hidrofolat reduktasi. Metotreksat memiliki struktu rmirip asam
folat yang merupakan substrat dasar enzim tersebut.
Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin, oleh
karena itu bersifat imunosupresif. Penggunaannya terbukti sangat berkhasiat untuk
psoriasis tipe plakat berat rekalsitran, dan juga merupakan indikasi untuk penanganan
jangka panjang pada psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metabolit obat ini disekresi di ginjal, karena bersifat teratogenik. Oleh
karena itu, metotreksat tidak boleh diberkan pada ibu hamil. Dosis pemakaian untuk
dewasa dimulai dengan dosis rendah 7,5 15 mg setiap minggu, dengan pemantauan
ketat pemeriksaan fisik dan penunjang
Asitretin
Merupakan derivate vitamin A yang sangat teratogenik, efek terhadap
peningkatan trigliserida dan mengganggu fungsi hati. Dosis yang dipakai berkisar 0.5
1 mg per kilogram berat badan perhari.
Siklosporin
Merupakan penghambat enzim kalsineurin sehingga tidak terbentuk gen
interleukin-2 dan inflamasi lainnya. Dosis rendah; 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai
terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari. Hipertensi dan toksik ginjal
adalah efek samping yang harus diperhatikandan beberapa peneliti juga
mengkhawatirkan keganasan. Obat ubu memiliki interaksi dengan beberapa macam
obat, dapat berkompetisi menghambat sitokrom P-450.
Agen Biologik
Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang berberan dalam
tahapan pathogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe obat yang beredar di pasaran, yaitu
recombinant human cytokine, fusi protein dan monoclonal antibody.
Perkembangannya sangat pesat dan yang dikenal adalah alefacept, efalizumab,
infliximab, dan ustekinumab. Pemakaian terbatas pada kasus yang berat atau yang
tidak berhasil dengan pengobatan sistemik klasik. Efek samping yang harus
diperhatikan adalah infeksi karena agen ini bersifat imunosupresif, reaksi infus dan
pembentukan antibody serta pemakaian jangka panjang masih harus di evaluasi.
2.2 PARAPSORIASIS
2.2.1. Definisi
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
pada umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit ditandai dengan adanya eritema dan
skuama, pada umumnya tanpa keluhan dan berkembang secara perlahan-lahan dan
kronik. Tahun 1902, Brock pertama kali menggambarkan 3 tanda utama yaitu
Pitiriasis lichenoides (akut dan kronik), Parapsoriasis plak yang kecil dan
Parapsoriasis plak yang luas (parapsoriasis dan plak).1
2.2.2
Epidemiologi
Diagnosis parapsoriasis jarang dibuat dikarenakan kriteria diagnosis masih
controversial. Di Eropa lebih banyak dibuat diagnosis parapsoriasis daripada di
Amerika Serikat.
2.2.3
Klasifikasi
Pada umumnya parapsoriasis dibagi menjadi 3 bagian yaitu :1
Parapsoriasis gutata
11
Parapsoriasis variegata
Parapsoriasis en plaque
2.2.4 Gambaran klinis
Parapsoriasis Gutata
Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada pria dan relative paling sering
ditemukan. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, ertema dan skuama dapat
hemoragik, kadang-kadang berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Penyakit ini
sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada badan, lengan
atas dan paha, tidak tedapat pada kulit kepala, muka dan tangan.1
Bentuk ini biasanya kronik, tetapi dapat akut dan disebut parapsoriasis gutata akut
( penyakit Mucha-Habermann). Gambaran klinisnya mirip varisela, kecuali ruam
yang telah disebutkan dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan krusta. Jika
sembuh meninggalkan sikatriks seperti variola, karena itu dinamakan pula psoriasis
varioliformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis akuta atau pitiriasis
likenoides et varioliformis.1
ParapsoriasisVariegata
Kelainan ini terdapat pada badan, bahu dan tungkai, bentuknya seperti kulit zebra;
terdiri atas skuama dan eritema yang brgaris-garis.
Parapsoriasis en Plaque
Insidens penyakit ini pada orang kulit berwarna rendah. Umumnya mulai pada usia
pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami remisi, lebih sering pada pria
daripada wanita. Tempat predileksi pada badan dan ektremitas. Kelainan kulit berupa
bercak eritematosa, permukaan datar, bukat atau lonjong dengan diameter 2,5 cm
dengan sedikit skuama yang berwarna merah jambu, coklat atau agak kuning. Bentuk
ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.3
Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding adalah ptiriasis rosea dan psoriasis. Psoriasis
berbeda dengan parapsoriasis, karena pada psoriasis skuamanya tebal,kasar, berlapis12
lapis, dan terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz. Selain itu gambaran
histopatologiknya berbeda.1
Ruam pada pitiriasis rosea juga terdiri atas eritema dan skuama, tetapi perjalanannya
tidak menahun seperti pada parapsoriasis. Perbedaan lain adalah pada pitiriasis rosea
susunan ruam sejajar dengan lipatan kulit dan kosta. Pitiriasis rosea ditandai dengan
suatu lesi yang berukuran 2-10 cm. Biasanya pitiriasis rosea berawal sebagai suatu
bercak tunggal dengan ukuran yang lebih besar, yang disebut herald patch atau mother
patch. Beberapa hari kemudian akan muncul bercak lainnya yang lebih kecil. Bercak
sekunder ini paling banyak ditemukan di batang tubuh, terutama di sepanjang tulang
belakang dan penyebabnya tidak diketahui.1
2.2.7
Penatalaksanaan
Penyinaran dengan lampu ultraviolet merupakan terapi yang paling sering
mendatangkan banyak manfaat dan dapat membersihkan sementara ataupun menetap,
atau bahkan hanya meninggalkan scar yang minimal. Penyakit ini juga dapat
membaik dengan pemberian kortikosteroid topikal seperti yang digunakan pada
pengobatan psoriasis. Meskipun demikian hasilnya bersifat sementara dan sering
kambuh. Obat yang digunakan diantaranya : kalsiferol, preparat ter, obat antimalaria,
derivat sulfon, obat sitostatik, dan vitamin E.1
Adapun pengobatan parapsoriasis gutata akut dengan eritromisin (40 mg/kg
berat badan) dengan hasil baik juga dengan tetrasiklin. Keduanya mempunyai efek
menghambat kemotaksis neutrofil.
2.2.8
Prognosis
Parapsoriasis secara khusus memiliki perjalanan penyakit yang kronik dan
lama, kecuali parapsoriasis en plaque yang berpotensi untuk menjadi mikosis
fungoides, yang berpotensi lebih fatal.
3. PITIRIASIS ROSEA
2.3.1. Definisi
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai dengan
sebuah lesi inisial berbentu eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi
lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan tungkai atas yang tersusun sesuai dengan
lipatan kulit dan biasanya sembuh dalam waktu 3 8 minggu.
2.3.2. Epidemiologi
Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15 40 tahun,
jarang pada usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65 tahun. Ratio perempuan dan
laki laki adalah 1,5 : 1.
2.3.3. Etiologi
Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan
epidemiologis diduga infeksi sebagai penyebab. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga
pitiriasis rosea merupakan eksantema virus menentukan eksantema
Erupsi menyerupai pitiriasis rosea dapat terjadi setelah pemberian obat,
misalnya bismuth, arsenic, barbiturate, metoksipromazin, kaptopril, klonidin,
interferon, ketofilen, ergotamine, metronidazole, inhibitor tirosin kinase dan telah
dilaporkan timbul setelah pemberian agen biologik, misalnya adalimumab.
13
Terdapat
eritema
skuama
di
tepi
berbentuk anular.
gatal berat
skuama kasar
sediaan KOH positif
Sifilis Sekunder
Dermatitis Numularis
seberat
14
Psoriasis Glutata
Pityriasis
Chronica
Dermatitis Seboroik
2.3.1
Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritem
universalis (90-100%), biasanya disertai skuama. Bila ertiemanya antara 50-90%
dinamakan pre-eritroderma. Pada definisi tersebut mutlak harus ada ialah eritema,
sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena aleri obat
sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium
penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jela
karena bercampur dengan hiperpigmentasi.1
2.3.2
Patofisiologi
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit
yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh
darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliativa
memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.1,6
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kulit sel-sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan selsel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak
sebagai sisik/plak jaringan epidermis.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non-imunologik dan
imunologik(alergi). Tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada
mekanisme imunoligik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang
sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah
awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten). Obat/metaboliknya
yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan,
serum/protein dari membrane sel untuk membentuk antigen obat dengan berat
molekul yang tinggi daoat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.1,6
2.3.3 Manifestasi klinik
Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut
dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh, sedangkan skuama baru
muncul saat penyembuhan.
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering adalah psoriasis dan
dermatitis seboroik pada bayi (Penyakit Leiner). 1,6
Eritroderma karena psoriasisDitemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat
predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak
meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan
pitting nail.
Penyakit Leiner (eritroderma deskuamativum)Usia pasien antara 4-20 minggu
keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh
tubuh disertai skuama kasar.
Eritroderma akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya
penyakit pada alat dalam, infeksi dalam dan infeksi fokal.
16
Prognosis
17
ditemukan skuama kuning berminyak, eksematoa ringan, kadang kala disertai rasa
gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tanda awal manifestasi dermatitis
seboroik. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi
plak eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian plak di sepanjang
batas rambut frontal dan disebut sebagai korona seboroika.
Pada fase kronis dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga dijumpai pada
daerah retroaurikular. Bila terjadi di liang telinga, lesi berupa otitis eksterna atau di
kelopak mata sebagai blefaritis. Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai
pitiriasiform atau anular. Pada keadaan parah dermatitis seboroik dapat berkembang
menjadi eritroderma. Obat-obatan yang memicu dermatitis seboroik antara lain :
buspiron, klorpromazin, simetidine, etionamid, fluorourasil, gold, griseofulvin,
haloperidol, interferon alfa, litium, metoksalen, metildopa, fenotiazine, psoralen.
2.4.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan skuama
kuning berminyak di area predileksi. Pada kasus yang sulit perlu pemeriksaan
histopatologi.
2.4.6. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Dermatitis atopic dewasa
3. Dermatitis kontak iritan
4. Dermatofitosis
5. Rosasea
2.4.7. Tatalaksana
1. Sampo yang mengandung obat anti malassezia, misalnya : selenium
sulfide, zinc pirithione, ketokonazol, berbagai sampo yang mengandung
ter dan solusio terbinafine 1%
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi sebum pada kulit
dapat dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak.
3. Skuama diperlunak dengan krim asal salisilat atau sulfur
4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang
5. Metronidazole topikal
6. Terapi sinar UVB atau pemberian itrakonazole
7. Prednisolone 30mg/hari
2.3.8. Prognosis
Pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini
agak sukar disembuhkan.
19
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis eritroskuamosa ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan
adanya eritema dan skuama, yaitu psoriasis, para psoriasis, pitiriasis rosea,
eritroderma, dermatitis seboroik, lupus eritemstous dan dermatofitosis.
Penyebab dermatitis eritroskuamosa dapat berasal dari dalam (endogen)
genetik maupun imunologik, yang dadpat menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi eritema dan skuama, kadang disertai dengan keluhan gatal.
Dermatosis eritroskuamosa terdiri dari beberapa penyakit kulit yang
digolongkan di dalamnya, antara lain: psoriasis, parapsoriasis, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosea, dan eritroderma.
Pada umumnya terapi dermatitis yang adekuat harus dibantu dengan
menghindari faktor pencetus dan etiologi penyakit tersebut sehingga gejala
kekambuhan juga dapat menurun.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Psoriasis. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/health/What-isPsoriasis.aspx. April 2012.
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Menaidi Sri LSW. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2015.
3. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor
S.C., Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw
Hill;2009.h.139-146.
4. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatricks
color atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc
Graw Hill;2009.h.53-71.
5. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit.
Jakarta:Hipokrates. 2000. h.116 - 9.
6. Psoriasis.
Diunduh
dari:
Yayasan
Psoriasis
Indonesia
dalam
http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php. 2005.
7. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,Goldenstein
A.,
Melfiawaty.,
Pendit
B.U.,
Editors.
Dermatologi
Praktis.Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.
21