Spo Diklat
Spo Diklat
Spo Diklat
No. Dokumen :
SPO-PK.760000.020
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
satu pengalaman bentuk pengalamn belajar, peserta didik (mahasiswa, siswa, peserta)
untuk mendapatkan kesempatan terlatih dalam kerja di institusi/masyarakat.
Tujuan
Mengatur proses PKL agar dapat berjalan dengan baik dan benar
Kebijakan
PROSEDUR :
1. Institusi Pendidikan menyampaikan surat pemmohonan PKL ke Direksi RS. Islam Jakarta Pondok
Kopi.
2. Direktur Utama mendisposisikan surat tersebut ke Direktur terkait dan bagian SDI-DIklat, selanjutnya
bagian SDI-Diklat meminta pertimbangan unit kerja yang dituju.
3. Setelah mendapat pertimbangan dari unit kerja yang dtuju dan bagian Diklat, maka Diklat
menyampaikan disposisi ke Bagian Pelayanan Umum utuk dibuat Surat Jawaban ke institusi terkait.
4. Bagian Pelayanan Umum membuat surat jawaban yang ditandatangani oleh Direktur Utama
ditembuskan ke Unit terkait dan SDI-Diklat.
5. PKL dapat dilakukan setelah institusi mendapat Surat Persetujuan PKL dari RS. Islam Jakarta Pondok
Kopi.
Unit Terkait
Dok. Terkait
Seluruh unit
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Ditetapkan :
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Pengawasan PKL adalah adalah suatu proses untuk menjamin bahwa PKL dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang diinginkan oleh institusi terkait
Mengatur tentang poses pengawasan PKL di RS. Islam Jakarta Pondok Kopi.
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
1. Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi akan menyediakan pembimbing dan atau Instruktur Klinik
sesuai denan kebutuhan mahasiswa / siswa
2. Pembimbing lapangan dan atau Instrutur Klinis ditunjuk dengan Surat Tugas yang ditandatangani
Direktur SDM & Binroh setelah mendapat pertimbangan unit kerja terkait.
3. Pembimbing Akademik dari Institusi Pendidikan diharuskan hadir untuk melakukan kontrak program
dengan bagian Diklat dan unit kerja terkait sebelum PKL dilaksanakan.
4. Pembimbing Lapangan dan atau Instruktur Klinis melakukan pengawasan sesuai denga buku pedoman
PKL dari Institusi Pendidikan Terkait.
5. Pembimbing Lapangan dan atau Intruktur Klinis wajib menyerahkan hasil penilaian peserta PKL 3 hari
sebelum pelaksanaan PKL akan berakhir ke bagian Diklat yang akan segera diserahkan ke Pembimbing
Akademik
6. Pembimbing Lapangan dan atau Instruktur Klinis akan dievaluasi yang dikoordinir oleh bagian Diklat
disetiap menjalankan bimbingan dengan melibatkan peserta PKL.
Unit Terkait
Dok. Terkait
ORIENTASI
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.003
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 2
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Orientasi adalah upaya Pelatihan atau pengembangan bagi pegawai baru (tetap dan
PKWT), pegawai yang di mutasi di Unit yang baru, pegawai out sourcing dan mahasiswa
yang melakukan PKL di RS. Islam Jakarta Pondok Kopi
Mengatur seluruh pelaksanaan orientasi di RS. Islam Jakarta Pondok Kopi.
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
1. PEGAWAI BARU
a. Diklat membuat surat permohonan orientasi tenaga magang paling seminggu sebelum pelaksanaan
orientasi
b. SDI-Diklat melaksanakan orientasi tenaga magang dengan materi :
i.
2. Periksa sample pemeriksaan yang meliputi :
a. Data sampel.
b. Jenis dan kelengkapan sample.
c. Jumlah/kuantitas sample
d. Kualitas sampel ( Jika tidak sesuai segera beritahu perawat di ruang perawatan untuk dikirim sampel
ulang )
3. Tanda tangani buku expedisi pengiriman sampel pemeriksaan.
4. Untuk pemeriksaan rujukan, pastikan formulir pemeriksaan disertai dengan surat jaminan pemeriksaan /
tindakan dari Administrasi Pasien.
5. Lakukan Entry Data, yang meliputi ( entry data dilakukan kedua modul SMART dan LIS )
a. Nama Pasien
b. Umur Pasien
c. Jenis Kelamin
Unit Terkait
No.Dok. Terkait
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.003
No. Revisi :
00
Halaman :
2 dari 2
RSIJPK
d. Klinik yang mengirim
e. Jaminan Pasien
f. Nama Dokter yang mengirim
g. Jenis pemeriksaan yang diminta
6. Cetak barcode dan lakukan penempelan barcode pada Formulir permintaan pemeriksaan dan spesimen
7. Pastikan data pasien benar ( nomor medrek , nama,umur , ruangan dan jenis spesimen ) yang akan diberi
label barcode
8. Berikan spesimen dan formulir kepada petugas analisa
Unit Terkait
No.Dok. Terkait
Rawat Inap
Formulir permintaan pemeriksaan , surat jaminan
KURIR SPESIMEN
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.004
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Standar
Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit :
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Melayani pengambilan spesimen /sampel yang berada diruangan dengan baik.dan benar
Kebijakan
PROSEDUR :
1. Ambil specimen / sample dengan mencocokan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang telah
dibuat oleh dokter / perawat ruangan / IGD
2. Cocokkan antara formulir pemeriksaan dengan sampel dan buku expedisi ruangan , cocok
3. Tanda tangani buku ekspedisi sampel ruangan yang telah disiapkan oleh perawat ruangan , (tidak
cocok , lakukan konfirmasi ke petugas yang bertanggung jawab di unit itu )
4. Tulis nama pengambil / kurir beserta jam pengambilan
5. Bawa sampel kelaboratorium dengan menggunakan cool box.
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
PENGELOLAAN SPESIMEN
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.005
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 2
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengelolaan sampel adalah suatu proses mulai sampel diterima sampai dengan sampel
selesai di analisa
Menyelenggarakan pengelolaan spesimen/sampel pasien agar berjalan dengan baik dan
benar
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR :
PENGELOLAAN SPESIMEN
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.005
No. Revisi :
00
Halaman :
2 dari 2
RSIJPK
PROSEDUR BAGI PETUGAS PEMBAWA SPESIMEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Validasi hasil pemeriksaan adalah proses pengesahan hasil akhir analisa yang dilakukan
oleh dr. PJ/Ka.Lab/Sie/K3 Laboratorium maupun atau yang diberi wewenang untuk
melakukannya.
Agar proses validasi hasil dapat dilakukan dengan baik dan benar sehingga diperoleh
hasil yang akurat, cermat, dan cepat.
Pengaturan tentang ketentuan Validasi hasil pemeriksaan di Laboratorium
PROSEDUR :
b. Untuk shift sore & malam : Hasil analisa divalidasi oleh Pj /analis senior berdasarkan pendidikan
dan
pengalaman kerja yang diakui oleh Laboratorium.
2. Koreksi data hasil dan data pasien dengan data yang ada pada komputer ( Program Laboratory
Information System /LIS )
3. Cocok lakukan validasi ( hasil secara otomatis tercetak ) dan bila tidak cocok atau salah lakukan tindakan
perbaikan
4. Koreksi hasil dan validasi
5. Lanjutkan sesuai SPO Nomor : SPO. PK.62200.007
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
PROSEDUR :
Penyerahan Hasil
1.Rawat Inap
a. Pisahkan lembar hasil sesuai asal ruang rawat pasien.
b. Siapkan buku expedisi penyerahan hasil pasien rawat inap.
c. Tulis lembar hasil pemeriksaan pada buku expedisi yang meliputi :
* Ruang Perawatan
* Jenis Pemeriksaan
* Nama pasien
* Tanggal kirim hasil
d. Antar hasil pemeriksaan ke ruang rawat inap
e. Minta tanda-tangan dan nama jelas dari petugas penerima, serta jam penerimaan pada buku
expedisi pengiriman hasil.
f. Simpan buku expedisi pengiriman hasil diatas meja administrasi
g. Lakukan penyerahan hasil selambatnya :
*Shift Pagi ( sampel datang antara jam 05.00 13.00 ) : Pkl. 16.00 WIB.
*Shift Sore ( sampel datang antara jam 13.00 20.00 ) : Pkl. 21.00 WIB
*Shift Malam ( sampel datang antara jam 20.00 05.00 ) : Pkl 07.00 WIB ( padahari
berikutnya )
2. Rawat Jalan
a. Mintakan bukti pembayaran Laboratorium
b. Periksa dengan teliti data pasien ( Nama, Tanggal lahir, Tanggal Pemeriksaan, Jenis
Pemeriksaan dan Nomor Laboratorium / nomer barcode ,dr.pengirim , jenis kelamin)
c. Lakukan pengambilan hasil pemeriksaan di computer berdasarkan nomer barcode atau data lainnya
d. Klik data hasil pemeriksaan laboratorium berdasarkan nomer barcode atau data lainnya
e. Pastikan data print out hasil pemeriksaan laboratorium sama dengan data bukti pembayaran
f. Serahkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien
3. Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
Hasil pemeriksaan Laboratorium dikirim secara online
a. Lakukan technical validation , kemudian
b. Lakukan clinical validation ( hasil laboratorium akan terkirim secara otomatis)
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
PROSEDUR :
Penyerahan Hasil pasien pulang ( Ranap )
1.
2.
3.
4.
Unit Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
PROSEDUR :
rujukan
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
PENERIMAAN SPESIMEN
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.010
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Penerimaan spesimen adalah tata cara petugas Laboratorium menerima dan memvalidasi
bahan pemeriksaan yang tiba di Laboratorium sehingga bahan pemeriksaan layak untuk
dilakukan analisa
Menyelenggarakan proses penerimaan spesimen Laboratorium ,agar berjalan dengan
baik dan benar
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
Unit Terkait
Dok. Terkait
PERMINTAAN REAGENSIA/ALKES
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO-PK.62200.011
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
PROSEDUR :
1. Lakukan pencatatan reagensia yang diminta pada buku amprah pemesanan reagensia/alkes,bila
reagensia sudah mencapai stock minimal oleh petugas logistik laboratorium
2. Lakukan penginputan jenis reagensia / alkesyang akan dilakukan pemesanan melalui modul Farmasi ,oleh
petugas logistik laboratorium
3. Petugas logistik laboratorium melakukan print out bukti permintaan barang menggunakan kertas rangkap
2 ( dua ).
4. Lakukan verifikasi terhadap inputan data dengan buku sementara pemesanan oleh petugas logistik
laboratorium
5. Serahkan bukti permintaan barang tersebut kepada Ka. Sie Laboratoium Klinik untuk dilakukan validasi.
6. Serahkan bukti permintaan barang yang telah divalidasi ke Unit Logistik Farmasi .
7. Permintaan dilakukan seminggu 2 kali ( setiap hari selasa dan Kamis ).
8. Lakukan pengambilan pesanan logistik Farmasi
9. Pemantauan dilakukan dengan cara mencatat kesesuaian jumlah permintaan dengan yang didapat dari
logistic Farmasi ke Laboratorium
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENGAMBILAN REAGENSIA/ALKES
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.012
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Agar reagensia yang diterima dapat terkontrol dengan baik dan benar.
Kebijakan
PROSEDUR :
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Adalah proses penyimpanan reagen di tempat yang sesuai dengan suhu reagensianya
baik yang bersifat komersial (dalam bentuk kit) maupun bahan kimia dasar yang
digunakan untuk membuat reagensia.
Menyelenggarakan proses penyimpanan reagensia agar kualitas reagensia tetap terjaga
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
( FIFO ) dengan
Pemantauan suhu dilakukan setiap hari dicatat dalam formulir pemantauan suhu,
penyimpanan sesuai instuksi produsen dan expire date dengan menggunkan kode warna ( hijau :
expire date > satu bulan ; kuning <= 1 bulan dan merah : expire date )
5.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pemakaan reagensia adalah proses pemakaian reagen yang akan digunakan untuk
analisa.
Agar reagen yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan untuk menghindari terjadi
Expire date
Pengaturan tentang pemakaian reagensia di Laboratorium
PROSEDUR :
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
Kartu Stock
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.015
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan Laboratorium adalah suatu prosedur yang mengatur
tentang tata cara atau batasan pemeliharaan peralatan Laboratorium dari mulai
maintenance hingga kepengontrolan hasil yang berupa kalibrasi baik internal maupun
eksternal.
Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan Laboratorium dapat dikerjakan dengan baik dan
benar
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
1. Lakukan pemeliharaan dan kalibrasi peralatan Laboratorium secara terjadwal teratur dan terus menerus.
2. Buat jadwal pemeliharaan dan kalibrasi,meliputi jadwal harian, mingguan ( kalibrasi Internal ), dan
tahunan/pertengah tahunan ( kalibrasi eksternal ).
3. Lakukan pemeliharaan serta kalibrasi harian dan mingguan Laboratorium Klinik RSIJPK, sebagai berikut
:
a. Untuk kalibrasi alat alat Laboratorium bidang Hematologi dilakukan oleh penanggung jawab
bidang Hematologi
b. Untuk kalibrasi alat alat Laboratorium bidang kimia klinik dilakukan oleh penanggung jawab
bidang Kimia Klinik.
c. Untuk kalibrasi alat alat Laboratorium bidang Sero / Imunologi dilakukan oleh penanggung jawab
bidang Sero / Imunologi.
d. Untuk kalibrasi alat alat Laboratorium bidang Mikrobiologi dilakukan oleh penanggung jawab
bidang Mikrobiologi
4. Lakukan pemeliharaan dan kalibrasi tahunan secara lintas sektoral antara Laboratorium dengan bagian
Sarana Prasarana RSIJPK.
5. Lakukan pemeliharaan alat alat medis dan non medis di Laboratorium RSIJPK secara benar ( daftar
peralatan laboratorium yang harus dilakukan kalibrasi mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatan sehingga peralatan terhindar dari kerusakan dan siap digunakan setiap saat.
Unit Terkait
- Sarana prasarana
Dok. Terkait
Certificate Calibration
PENGARSIPAN LABORATORIUM
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.016
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR :
1. PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP :
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Suatu petunjuk tekhnis tentang cara penanganan limbah media agar bekas pemeriksaan
kultur sebelum dibuang kedalam tempat khusus limbah medis
Untuk memudahkan dalam melakukan penanganan limbah media agar secara baik dan
benar sehingga kemungkinan terjadinya penularan atau infeksi oleh bakteri dapat
dicegah / dihindari
Pengaturan penanganan limbah media agar di Laboratorium
PROSEDUR :
1. Media agar yang sudah selesai dipakai dibawa keruang khusus (ruang cuci)
2. Tuangi cairan phenol / Lysol kedalam setiap petridish (petridish besar maupun keil) hingga semua
permukaan media tertutupi.
3. Biarkan petridish yang telah dituangi cairan Lysol selama 1 x 24 Jam
4. Buang media agar kedalam tempat pembuangan sampah limbah khusus medis.
5. Gunakan hand scoon pada saat membuang media agar
6. Rendanm petridish yang telah dbuang media agarnya kedalam larutan deterjen selama 1 jam, agar kotoran
yang ada dapat dengan mudah dibersihkan dan membunuh bakteri yang mungkin masih hidup.
7. Bersihkan petridish dengan menggunakan sikat khusus dan bilas dengan air mengalir sampai bersih.
8. Tempatkan petridish yang telah bersih kedalam alat sterilisasi panas tinggi ( oven ).
9. Sterilisasi dengan panas tinggi minimal selama 2 jam, kemudian petridish dapat digunakan kembali
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Penanganan limbah pemeriksaan kultur merupakan suatu alur kegiatan / tindakan dalam
penanganan limbah pemeriksaan kultur sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
penularan / infeksi terhadap petugas laboratorium dan lingkungan sekitarnya
Tujuan
Untuk mencegah terjadinya penularan terhadap petugas dan untuk meminimalisir limbah
Kebijakan
PROSEDUR :
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 2
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Januari 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Machmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Pendistribusian bahan pemeriksaan adalah proses perjalanan sampel dari mulai sampel
atau bahan pemeriksaan diterima di bagian administrasi hingga selesai analisa.
Tujuan
Agar prosedur pendistribusian bahan pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan lancar
Kebijakan
PROSEDUR :
1. Terima sampel atau bahan pemeriksaan dibagian administrasi laboratorium oleh petugas administrasi
2. Periksa sampel atau bahan pemeriksaan tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku
( SPO
NO.PK.42000.002 )
3. Lakukan registrasi pasien.
4. Bawa sampel atau bahan pemeriksaan tersebut kedalam laboratorium oleh petugas administrasi dengan
menggunakan alat bantu ( nampan, bengkok, dll ) untuk dilakukan analisa.
5. Selalu pergunakan Alat Pengamanan Diri ( APD ) pada saat berinteraksi dengan bahan pemeriksaan,
termasuk pada saat membawa sampel kedalam laboratorium.
6. Taruh sampel pemeriksaan berdasarkan bahan pemeriksaannya, antara lain :
a. Untuk bahan pemeriksaan berupa Darah EDTA ditaruh dimeja kerja Hematologi.
b.Untuk bahan pemeriksaan berupa Urine maka sampel ditaruh dimeja kerja Urinalisa
c. Untuk bahan pemeriksaan Culture maka sampel ditaruh dimeja kerja Mikrobiologi ( khusus untuk
Gaal kultur, Darah kultur, dan Urine Kultur sebaiknya langsung dimasukkan kedalam incubator )
d.Untuk bahan pemeriksaan berupa Darah Beku ditaruh dimeja sampel ( samping centrifuge )
e. Untuk bahan pemeriksaan lainnya ditaruh dimeja sampel ( samping centrifuge ).
Unit Terkait
Dok. Terkait
SPO . PK-62000.002
No. Revisi :
00
Halaman :
2 dari 2
RSIJPK
Standar
Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
01 Januari 2015
7. Setelah sampel diterima dari petugas administrasi, maka Analis bertanggung jawab untuk proses analisa
selanjutnya, yaitu :
a. Untuk petugas Hematolgi bertanggung jawab atas kalangsungan pemeriksaan hematologi mulai dari
sampel Darah EDTA diterima hingga sisa sampel ditaruh diruang cuci.
b. Untuk petugas Urinalisa bertanggung jawab atas kalangsungan pemeriksaan urinalisa mulai dari
sampel urine diterima hingga sisa sampel ditaruh diruang cuci.
c. Untuk petugas Mikrobiologi bertanggung jawab atas kalangsungan pemeriksaan mikrobiologi mulai
dari sampel culture diterima hingga sisa sampel dan sisa media disteril dengan menggunakan
autoclave dan ditaruh diruang cuci.
d. Untuk petugas Kimia Klinik bertanggung jawab atas kalangsungan pemeriksaan kimia klinik mulai
dari sampel darah beku diterima hingga dijadikan serum untuk
pengarsipan sampel.
8. Bersihkan dan desinfeksi tempat tempat yang terkena tumpahan sampel dengan menggunakan
desinfektan.
9. Rapikan dan bersihkan juga alat alat kerja yang telah selesai digunakan.
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Standar
Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
01 Januari 2015
Prosedur :
1. Periksa dan catat di buku permintaan barang yang akan di minta
2. Lakukan entry data kebutuhan sesuai yang ada di buku permintaan
3. Validasi oleh Ka.Sie Unit /yang diberi wewenang barang yang di setujui untuk di minta
4. Lapor ke gudang Logistik bahwa telah amprah barang
5. Barang di berikan oleh petugas gudang sesuai permintaan
3. Petugas laboratorium mengambil barang ke gudang logistik
4. Lakukan menyetokan sesuai kartu stock
5. Simpan di lemari kaca
Unit Terkait
No. Dok. Terkait
-Kartu Stock
No. Dokumen
SPO-PK.62200.021.
ARSIP SAMPLE
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Arsip adalah suatu bahan / media yang disimpan sebagai bahan back up yang
dapat digunakan pada saat diperlukan
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
Arsip sample
1. Rapihkan sample darah sisa analisa
2. Masukan kedalam lemari pendingin
3. Simpan selama 7 hari
4. Lakukan pemusnahan:
A. Padat Tajam, masukan kedalam kontainer dan kirim ke bagian kesling untuk
dimusnahkan
B. Padat Tidak tajam, masukan kedalam kedalam kantong plastik kuning dan kirim
kebagian kesling untuk dimusnahkan
C. Cair , buang limbah cair kedalam IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah )
Unit Terkait
-Kesling
Dok. Terkait
PEMUSNAHAN ARSIP
No. Dokumen
SPO-PK.62200.022
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan dokumen, bahan atau media lainya
Kebijakan
Prosedur :
1.
2.
3.
4.
Buat surat usulan pemusnahan arsip ke bagian kesling dan berita acara pemusnahan
Kemas dan catat data yang akan dimusnahkan sesuai daftar retensi arsip
Antar arsip kebagian kesling
Mintakan bukti pemusnahan arsip
Unit Terkait
-Kesling
Dok. Terkait
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
A. Rutin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Mikrobiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Unit Terkait
Dok. Terkait
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
1. Pilih peralatan yang sesuai kebutuhan dengan spesifikasi pemeriksaan
( jenis pemeriksaan , jenis specimen , volume specimen dan jumlah
pemeriksaan )
2. Pilih alat sesuai fasilitas yang ada ( luas bangunan, listrik, air, suhu dan
kelembaban )
3. Pilih alat sesuai kualifikasi tenaga yang ada
4. Pilih alat dengan reagen yang tersedia dipasaran dengan mudah
5. Pilih alat yang mudah dioprasikan dan pemeliharaannya
6. Pilih pemasok alat yang langsung / distributor langsung ( bila
memungkinkan )
7. Pilih alat yang memberikan cost benefit yang terbaik
Unit Terkait
Dok. Terkait
Surat penawaran
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
1. Pilih pemasok yang memiliki reputasi baik
2. Pilih pemasok yang memberikan uji fungsi
3. Pilih pemasok yang memberikan petunjuk oprasional alat, working sheet dan trouble shooting
4. Pilih pemasok yang memberikan fasiltas pelatihan, maintenance dan kalibrasi
5. Pilih pemasok yang memberikan pelayanan purna jual
Unit Terkait
Dok. Terkait
Surat penawaran
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 025
KOREKSI CEPAT
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
1. Lakukan koreksi cepat bila didapat hasil yang meragukan
2. Ambil bahan / spesimen baru atau bahan yang ada dengan memperhatikan preanalitiknya dan
lakukan pemeriksaan ulang
Unit Terkait
UGD, Ranap
Dok. Terkait
PENETAPAN KLASIFIKASI
MIKROORGANISME LABORATORIUM
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 026
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Klasifikasi mikroorgamnisme adalah pembagian mikroorganisme berdasarkan atas
resikoyang ditimbulkan olehnya kepada individu maupun masyarakat
MenggolongkanmikroorMikroganismesesuaidenganklasifikasidankelompoknya,sehinggadapatdilakukan
Tujuan
penatalaksanaan mikroorgnaimsse secara benar
Kebijakan
Prosedur :
7.1.
individu maupun pada masyarakat, pada umumnya tidak menyebabkan penyakit pada manusia atau ternak
7.2.
menimbulkan penyakit pada manusia dan ternak, tidak menimbulkan resiko yang serius pada petugas laboratorium, masyarakat,
ternak dan lingkungan, infeksi yang terjadi dapat dicegah/diobati serta penyebarannya terbatas.
7.3.
biasanya menyebabkan penyakit serius, tetapi tidak menyebar dari satu orang ke orang lain.
7.4.
KELOMPOK EMPAT
Yaitu kelompok mikroorganisme yang mempunyai resiko tinggi baik pada individu maupun pada masyarakat, dapat
menimbulkan penyakit serius dan sangat menular secara langsung maupun tidak langsung, belum tersedia tindakan pencegahan
dan pengobatan yang efektif
Unit Terkait
Dok. Terkait
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2014
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
: Klasifikasi mikroorgamnisme adalah pembagian laboratorium klinik berdasarkan atas
klasifikasi mikroorganisme yang ditangani atau diperiksa di
laboratiorium yang bersangkutan.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
7.1.
1.
KLASIFIKASI LABORATORIUM
LABORATORIUM TINGKAT KEAMANAN BIOLOGIS SATU
Yaitu laboratorium yang menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme kelompok satu
2.
3.
4.
7.2.
Unit Terkait
Dok. Terkait
KEAMANAN LABORATORIUM
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 027
00
Halaman
1 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Tatalaksana keselamatan, keamanan, dan
kesehatan kerja laboratorium
adalahpengaturan tata ruang, pengaturan penggunaan peralatan, dan pedoman cara kerja
khusus yang mendukung terciptanyakeselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja
laboratorium klinik RS.Islam Jakarta Timur
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
7.1.
A.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
E.
Unit Terkait
Dok. Terkait
KEAMANAN LABORATORIUM
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 027
00
Halaman
2dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Tatalaksana kesel
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja laboratorium adalahpengaturan tata ruang,
pengaturan penggunaan peralatan, dan pedoman cara kerja khusus yang mendukung
terciptanyakeselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja laboratorium klinik RS.Islam
Jakarta Timur.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
Biasanya digunakan pada pembiakan jaringan/sel.
Memberi perlindungan terhadap kontaminasi bahan yang sedang dikerjakan dan petugas yang menggunakan.
Kabinet keamanan biologis kelas II terdiri atas dua tipe
Tipe A : mengalirkan ulang 70 % udara. Digunakan jika bekerja dengan mikroorganisme resiko dua dan tiga,
bahan kimia toksik, dan radionukleotida dalam jumlah sedikit.
Tipe B : mengalirkan ulang 30 % udara. Digunakan jika bekerja dengan bahan kimia toksik, mudah meledak, dan
radionukleotida dalam jumlah besar
7.2.
Unit Terkait
UGD, Ranap
Dok. Terkait
KEAMANAN LABORATORIUM
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 027
00
Halaman
3 dari 3
RSIJPK
Prosedur :
D. KABINET KEAMANAN BIOLOGIS KELAS III
Yaitu tempat kerja khusus yang mempunyai ciri-ciri :
1.
Menggunakan filter udara (HEPA filter)
2.
Udara di dalam kabinet mengalir dalam sistem yang tertutup total.
3.
Ruang kabinet tertutup rapat dan dilengkapi dengan sarung tangan.
4.
Digunakan pada pengerjaan mikroorganisme kelompok resiko tiga dan empat.
5.
Dapat difumigasi.
8.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENGGUNAAN KABINET
KEAMANAN BIOLOGIS
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 028
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Kabinet keamanan biologis adalah alat atau tempat kerja khusus yang digunakan dalam
kegiatan laboratorium klinik yang mempunyai resiko terhadap kesehatan, keamanan dan
keselamatan kerja di laboratorium klinik
Memberikan pedoman keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada cara
penggunaan kabinet keamanan biologis di laboratorium klinik
Pengaturan tentang keamanan biologis di laboratorium RSIJPK
Prosedur :
7.1.
Bagikan protokol tertulis kepada semua petugas laboratorium yang menggunakan kabinet
keamanan biologis.
7.2. Dalam protokol harus ditekankan bahwa kabinet keamanan biologis tersebut tidak dapat melindungi petugas
7.3. laboratorium dari tumpahan yang luas, pecahan atau jika bekerja dengan tekhnik laboratorium yang buruk.
7.4. Jangan gunakan kabinet keamanan yang rusak
7.5. Jangan buka panel kaca kabinet saat bekerja
7.6. Batasi jumlah bahan dan alat dalam kabinet keamanan sedikit mungkin dan letakkan di belakang daerah kerja.
7.7. Jangan gunakan pembakar bunsen dalam kabinet keamanan.
7.8. Panas yang dihasilkan akan mengganggu aliran udara dan merusak filter. Lebih baik gunakan insinerator mikro atau
sengkelitt sekali pakai.
7.9. Lakukan pekerjaan pada daerah tengah atau belakang kabinet keamanan. Bahan yang digunakan harus
terlihat melalui panel kaca.
7.10.
7.11.
Orang yang tidak sedang bekerja dilarang lalu lalang di belakang operator.
Jangan memasukkan/mengeluarkan tangan secara berulang-ulang kedalam kabinet karena kan menggangu
Putar kipas angin kabinet minimal selama lima menit setelah pekerjaan selesai.
Unit Terkait
Dok. Terkait
aliran
PENCEGAHAN TERTULAR
BAHAN INFEKSI
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 029
00
Halaman
1 dari 4
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Bahan infeksi adalah : bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti
bakteri,virus, ricketsia, parasit, jamur, atau suatu rekombinan, hibrid, atau mutan yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin yang tidak mengandung
bahan infeksi tidak termasuk kelompok ini.
Memberikan pedoman keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada
penangananbahan infeksius di laboratorium klinik
Pengaturan tentang prosedur pencegahan tertular bahan infeksi di laboratorium RSIJPK
Prosedur :
7.1. PROSEDUR CARA KERJA UMUM
1.
Lingkaran sengkelit harus penuh, dan panjang tangkai maksimum 6 cm.
2. Gunakan alat insinerasi mikro untuk membakar sengkelit, untuk menghindari percikan bahan infeksi jika membakar
di atas pembakar bunsen.
3. Jangan lakukan test katalase di atas objek glass, Gunakan tabung atau glass objek dengan penutup, atau sentuh
permukaan koloni mikroorganisme dengan tabung kapiler hematokrit berisi hidrogen peroksida.
4.
Tempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor.
5.
Dekontaminasi meja kerja dengan desinfektan yang sesuai setiap habis bekerja.
7.2. PROSEDUR PENCEGAHAN TERTELAN ATAU TERKENA KULIT SERTA MATA OLEH BAHAN INFEKSI.
Selama bekreja, partikel dan droplet akan terlepas ke udara. Untuk mecegah terjadinya infeksi, Lakukan hal-hal sebagai
berikut :
Cuci tangtan sesering mungkin dengan sabun/desinfektan.
Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
Jangan makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan makanan/minuman dalam laboratorium.
Jangan membubuhkan kosmetik dalam laboratorium
Gunakan alat pelindung mata/muka jika terkena resiko percikan bahan infeksi saat bekerja.
7.3. PROSEDUR PENCEGAHAN TERTUSUK BAHAN INFEKSI
Untuk menghindari luka infeksi jarum suntik, pipet pasteur, pecahan kaca :
1. Hati-hati selama berkarja.
2. Gunakan jarum suntikl sejarang mungkin.
3. Pilih pipet pasteur yang terbuat dari plastik.
7.4. PROSEDUR PENGGUNAAN PIPET PASTEUR DAN ALAT BANTU PIPET :
1.
Hindarkan pemipetan dengan mulut, gunakan alat bantu pipet.
2.
Masuukkan sumbat kapas ke dalam mulut pipet untuk mengurangi kontaminasi terhadap pipet.
3.
Jangan meniupkan maupun mencampur bahan terinfeksi dengan menghisap dan meniup cairan lewat pipet.
4.
Jangan mengeluarkan cairan dari pipet secera paksa.
5. Sediakan kapas yang dibasahi desinfektan pada meja kerja untuk membersihkan meja jika terkena tetesan
cairan/bahan infeksi dari pipet. Otoklaf kapas setelah digunakan.
6.
Gunakan pipet ukur, sehingga cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes terakhir.
7.
Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan 18-24 jam sebelum disterilisasi.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENCEGAHAN TERTULAR
BAHAN INFEKSI
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 029
No. Revisi
00
Halaman
2 dari 4
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Ditetapkan Oleh:
01Januari 2014
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Bahan infeksi adalah : bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti bakteri,
virus, ricketsia, parasit, jamur, atau suatu rekombinan, hibrid, atau mutan yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin yang tidak mengandung bahan
infeksi tidak termasuk kelompok ini.
Memberikan pedoman keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada penanganan
bahan infeksius di laboratorium klinik
Pengaturan tentang prosedur pencegahan tertular bahan infeksi di laboratorium
RSIJPK
Prosedur :
7.5. PROSEDUR PENGGUNAAN SENTIFUGER / ALAT PEMUSING
1.
Lakukan sentrifusi sesuai petunjuk pabrik.
2.
Periksa rotor sentrifus dan selongsong (bucket) sebelum dipakai atau secara berkala untuk melihat tanda korosi atau
keretakan.
3.
Selongsong berisi tabung harus seimbang
4.
Gunakan air untuk penyeimbang selongsong. Jangan gunakan larutan Na.Cl atau hipoklorit karena bersifat korosif.
5.
Setelah dipakai, simpan selongong dalam posisi terbalik agar cairan penyeimbang dapat mengalir keluar.
6.
Gunakan tabung yang tertutup rapat dan selongsong yang terkunci untuk melindungi petugas dari aerosol dan
sebaran paryikel mikroorganisme.
7.6. PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT HOMOGENISASI, ALAT PENGGUNCANG DAN ALAT SONIKASI.
1.
Jangan gunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam rumah tangga, karena dapat bocor dan menimbulkan aerosol.
Gunakan blender khusus laboratorium.
2.
Gunakan mangkuk dan tutup botol yang cocok dan pas, serta dalam keadaan baik dan tidak cacat.
3.
Gunakan tabung yang terbuat daripolitetrafluoretilen (PTFE) untuk menghindari pecah, jangan gunakan tabung
gelas. Hal ini untuk menghindari aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dari celah antara tutup dan tabung
alat homogenisasi, alat pengguncang (shaker), dan alat sonikasi.
4.
Sat bekerja, tutup alat dengan pembungkus plastik transparan yang kuat. Disinfeksi kantong plastik setelah
digunakan. Gunakan alat dalam kabinet keamanana biologis.
5.
Setelah digunakan, buka alat dalam kabinet keamanan biologis.
6.
Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.
7.7. PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT PENGHANCUR JARINGAN.
1. Gunakan sarung tangan dan pegang alat dalam keadaan terbungkus kain kassa tebal. Pilih alat yang terbuat dari PTFE
karena lebih aman.
2. Gunakan alat dan buka lata dalam kabinet keamanan biologis.
7.8. PROSEDUR PENGGUNAAN LEMARI PENDINGIN-LEMARI PEMBEKU.
1. Buang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah selama disimpan. Gunakan alat pelindung muka dan sarung tangan
karet tebal saat bekerja. Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan lemari pembeku harus didisinfeksi
dengan disinfektan yang tidak korosif.
2. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama bahan, tanggal disimpan dan nama orang yang
menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluwarsa harus diotoklaf.
3. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENCEGAHAN TERTULAR
BAHAN INFEKSI
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 029
00
Halaman
3 dari 4
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Bahan infeksi adalah : bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti bakteri,
virus, ricketsia, parasit, jamur, atau suatu rekombinan, hibrid, atau mutan yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin yang tidak mengandung bahan
infeksi tidak termasuk kelompok ini.
Memberikan pedoman keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada penanganan
bahan infeksius di laboratorium klinik
Pengaturan tentang prosedur pencegahan tertular bahan infeksi di laboratorium
RSIJPK
7.9.
7.10.
PROSEDUR PENYIMPANAN AMPUL YANG BERISI BAHAN INFEKSI
1. Jangan direndam dalam nitrogen cair, karena ampul,yang retak atau tidak tertutup rapat dapat meladak
saaat dikeluarkan.
2. Jika membutuhkan suhu rendah, simpan ampul dalam fase gas diatas nitrogen cair, atau simpan dalam
lemari pendingin dalam es kering.
3. Gunakan pelindung tangan dan mata saat memindahkan ampul dari lemari pembeku.
7.11.
MENGAMBIL, MELABEL, DAN MEMBAWA SPESIMEN:
1. Gunakan sarung tangan.
2. Hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan pengambilan darah.
3. Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus wadah
penyimpan jarum habis pakai.
4. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen.
5. Jarum suntik habis pakai dan sempritnya harus dibakar dalam insinerasi, atau diotolaf dalam kantong
yang terpisah.
6. Tabung spesimen dan formulir permintaan diberi label BAHAYA INFEKSI
Masukkan tabung ke dalam tabung plastik untuk dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan dibawa
secara terpisah
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENCEGAHAN TERTULAR
BAHAN INFEKSI
No. Dokumen
No. Revisi
SPO-PK.62200. 029
00
Halaman
4 dari 4
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
7.12.
1.
2.
3.
4.
5.
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Bahan infeksi adalah : bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti bakteri,
virus, ricketsia, parasit, jamur, atau suatu rekombinan, hibrid, atau mutan yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin yang tidak mengandung bahan
infeksi tidak termasuk kelompok ini.
Memberikan pedoman keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada penanganan
bahan infeksius di laboratorium klinik
Pengaturan tentang prosedur pencegahan tertular bahan infeksi di laboratorium
RSIJPK
7.13.
KACA DAN BENDA TAJAM
1.
Gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat
digunakan bila terbuat dari borosilikat.
2.
Hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil darah.
3.
Pegang gelas obyek dengan forsep.
7.14.
PERALATAN OTOMATIS
1.
Sebaiknya gunakan alat yang tertutup.
2.
Cairan yang keluar dari alat/effluent harus dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau
dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.
3.
Alirkan larutan hipoklorit atau glutaraldehid ke adalm alat setiap habis dipakai. Air dapat
digunakan sebagai disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
7.15.
JARINGAN
1.
Fiksasi jaringan dengan formalin.
2. Jika jumlah spesimen berukuran kecil seperti biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam
waktu kurang lebih 2 jam tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.
3.
Setelah melakukan potong beku (frozen section), alat (cryotome) harus
didekontaminasi.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu tempat untuk menampung bahan pemeriksaan yang berupa darah /cairan
tubuh
Tujuan
Kebijakan
7.1.
PENAMPUNGAN SPECIMEN
2.
3.
Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus
wadah penyimpan jarum habis pakai.
4.
5.
Jarum suntik habis pakai dan sempritnya harus dibakar dalam insinerasi, atau diotoklaf dalam
kantong yang terpisah.
6.
Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA INFEKSI
7.
Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas II.
2.
3.
Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung stelah dibungkus dengan kain
kassa
Pada saat sentrifugasi, gunakan tabung yang mempunyai tutup.
4.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
2 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu tempat untuk menampung bahan pemeriksaan yang berupa darah /cairan
tubuh
Tujuan
Kebijakan
C.
JARINGAN
1.
2.
Jika jumlah spesimen berukuran kecil seperti biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam
waktu kurang lebih 2 jam tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.
3.
Setelah melakukan potong beku (frozen section), alat (cryotome) harus didekontaminasi.
2.
3.
4.
5.
6.
B.
2.
3.
4.
5.
6.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENAMPUNGAN DAN PENYIMPANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 030
No. Revisi
00
Halaman
3 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu tempat untuk menampung bahan pemeriksaan yang berupa darah /cairan
tubuh
Tujuan
Kebijakan
2.
Simpan wadah specimen serum yang telah diperiksa, tutup dengan parafilm
3.
4.
5.
6.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu langkah / program untuk melindungi /keamanan dalam bekerja dari yang
ditimbulkan akibat produk laboratorium
Tujuan
Kebijakan
7.1.
a.
b.
PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
1. Petugas yang bekerja dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis
harus diperiksa foto thorax dengan sinar X setiap tahun.
2. Bagi petugas lainnya foto thorax dengan sinar x setiap 3 tahun.
c.
d.
Unit Terkait
Dok. Terkait
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KLINIK
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 031
No. Revisi
00
Halaman
2 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu langkah / program untuk melindungi keamanan dalam bekerja dari yang
ditimbulkan akibat produk laboratorium
Tujuan
Kebijakan
.
e.
PEMANTAUAN KESEHATAN
1. Kartu kesehatan harus dimilki oleh setiap petugas laboratorium
2. Khusus petugas laboratorium tingkat keamanan biologis 3 dan 4 pemeriksaan serum
petugas terhadap bahaya infeksi laboratorium harus dilakukan secara berkala.
3. Kartu kesehatan harus dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada dokter bila petugas
laboratorium sakit.
4. Jika petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyakitnya, maka petugas keamanan kerja laboratorium harus melaporkan kepada
kepala laboratorium tentang kemungkinan infeksi dari laboratorium.
Unit Terkait
Dok. Terkait
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KLINIK
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 031
No. Revisi
00
Halaman
3 dari 3
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu langkah / program untuk melindungi keamanan dalam bekerja dari yang
ditimbulkan akibat produk laboratorium
Tujuan
Kebijakan
.
b. PETUGAS KEBERSIHAN
1. Hanya ditugaskan membersihkan lantai. Dilarang menyentuh atau membersihkan meja kerja dan alat
laboratorium yang lain.
2. Hanya mengumupulkan secara terpisah sampah gelas/kaca dari sampah kertas dan sampah bahan
habis pakai seperti tabung eppendorf, tip pipet dan lain-lain. Gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan karet yang tebal saat bertugas.
3. Dilarang masuk ke dalam ruang laboratorium radioaktif.
PENGUNJUNG
Tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang laboratorium tanpa izin petugas keamanan kerja
laboratorium.
Unit Terkait
Menris
-
Dok. Terkait
PENGIRIMAN SPECIMEN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM KLINIK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
SPO-PK.62200. 032
00
1 dari 2
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPRASIONAL
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Proses pengemasan bahan/ spesimen yang akan dilkukan pemeriksaan di luar
laboratorium RSIJPK( untuk dirujuk ke laboratorium lain )
Tujuan
Kebijakan
7.1.
1.
PRODUK BIOLOGIS
Produk biologis dapat berupa :
a. Produk biologis akhir untuk manusia dan hewan, dibuat mengikuti persyaratan dan izin yang berwenang.
b. Produk biologis akhir untuk tujuan penelitian pada manusia dan hewan.
c. Produk biologis bagi percobaan hewan yang dibuat sesuai dengan izin yang berwaenagn. termasuk
produk yang belum selesai yang disiapkan sesuai dengan prosedur dari badan pemerintah tertentu.
2.
Berapa vaksin yang telah dipasarkan/beredar mungkin berbahaya untuk daerah tertentu di dunia. Pihak
yang berwajib di tempat itu dapat di tempat itu dapat meminta agar vaksin ini memenuhi syarat bahan infeksi
atau pembatasan lain yang berlaku di tempat tersebut.
3.
Bahan infeksi dan spesimen diagnostik yang diperkirakan mengandung bahan infeksi membutuhkan
kemasan 3 lapis sesuai dengan rekomendasi WHO. Peraturan dan rekomendasi ini dapat berubah secara
berkala.
4.
Pengirim kemasan hendaknya menyesuaikan diri dengan persyaratan yang paling baru.
7.2.
PERSYARATAN KEMASAN DAN DOKUMENTASI
1. Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam tiga lapis, dari dalam keluar terdiri atas :
a.
Wadah kedap air berisi spesimen.
b.
Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk menghisap semua cairan spesimen
yang bocor.
c.
Wadah untuk melindungi wadah kedua dari pengaruh luar selama dalam perjalanan.
2. Bahan infeksi dikategorikan sebagai benda berbahaya. Kemasan seperti ini harus mempunyai label sesuai
prosedur pelabelan.
3. Salinan dari formulir berisi data spesimen, surat atau informasi lain yang mengidentifikasi atau menernangkan
spesimen harus ditempel pada bagian luar wadah kedua.
4. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirim ke laboratorium penerima dan arsip pengirim. Hal ini
memungkinkan laboratorium penerima untuk mengidentifikasi spesimen dan menentukan bagaimana
menangani dan memeriksanya.
5. Jika bahan akan diserhkan di dalam nitrogen cair atau dnegan pelindung lain terhadap suhu tinggi, semua
wadah dan kemasan harus dapat menahan suhu rendah ; Kemasan pertama dan kedua harus dapat menahan
perbedaan tekanan sampai 95kPa dan perbedaan suhu antara -40 C dan + 50 C .
6. Jika bahan mudah rusak, cantumkan peringatan pada dokumen pengiring, misalnya SIMPAN DALAM
KEADAAN DINGIN ANTARA +2 C dan + 4 C .
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENGIRIMAN SPECIMEN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM KLINIK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
SPO-PK.62200. 032
00
2 dari 2
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01 Januari 2015
Dr.H. Denny P. Machmud,Sp.THT
Direktur Utama
Proses pengemasan bahan/ spesimen yang akan dilkukan pemeriksaan di luar
laboratorium RSIJPK( untuk dirujuk ke laboratorium lain )
Tujuan
Kebijakan
7.3.
PENGIRIM PAKET/KEMASAN
1. Pengiriman bahan infeksi mebutuhkan koordinasi yang baik natara si pengirim, pemberi jasa transportasi dan
laboratorium penerima, untuk menjamin bahwa bahan dikirim dengan aman dan tiba di tujuan dalam keadaan
baik.
2. Hubungi pemberi jasa transportasi dan si penerima (lewat telepon atau faksimili) untuk menjamin agar
spesimen diantar dan diperiksa segera.
3. Siapkan dokumen pengiriman.
4. Atur rute pengiriman, jika mungkin menggunakan penerbangan langsung.
5. Kirimkan pemberitahuan secara teratur tentang semua data transportasi kepada si penerima.
6. Bahan infeksi tidak boleh dikirim sebelum ada kesepakatan dianatar pengirim, pemberi jasa transportasi dan
penerima.
7. Penerima bertanggung jawab untuk
a.
Mendapatkan ijin yang diperlukan dari yang berwenang
b.
Mengirimkan ijin impor, surat yang diperlukan atau dokumen lain yang disyaratkan oleh pejabat dari
tempat asal spesimen.
c.
Segera memberitahukan si pengirim jika bahan kiriman telah diterima.
7.4.
KECELAKAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TRANSPORTASI :
CARA PENANGANAN DAN PENGAMANAN PADA KEADAAN DARURAT
1.
Jika kemasan yang berisi bahan infeksi rusak dalam pengiriman atau diduga bocor atau
cara pengemasanya salah, maka pemberi jasa transportasi harus menghubungi si pengirim dan pejabat yang
berwenang.
2. Lakukan tindakan pengamanan sementara terhadap paket dengan prosedur sebagai berikut :
a. Jika terlihat pecahan gelas atau objek tajam, kumpulkan dengan serokan debu/sikat/forsep.
b. Gunakan sarung tangan dan ambil kemasan tersebut tempatkan dalam kantong plastik yang ukurannya
memadai.
c. Buang sarung tangan yang telah dipakai ke dalam kantong plastik yang sama.
d. Tutup kantong plastik tersebut.
e. Cuci tangan dengan baik.
f. Hubungi si pengirim atau si penerima untuk mengurus paket.
g. Jika tidak dapat dihubungi, kirimkan paket ke laboratorioum terdekapt yang dapat menangani paket
tersebut.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Pengertian
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan berbahaya tersebut
Kebijakan
7.1.
1.
2.
3.
Zat padat yang mudah terbakar adalah Bahan padat yang tidak mudah meledak,
dapat menimbulkan kebakaran karena gesekan, absorpsi uap, perubahan kimia yang spontan,
dan penyimpanan panas selama proses.
Pada umunya zat padat lebih sukar terbakar dibandingkan dengan zat cair, tetapi
zat padat yang berupa serbuk halus lebih mudah terbakar daripada zat cair atau gas. Contoh :
belerang, fosfor, hibrida logam, logam alkali, dll.
b. ZAT CAIR MUDAH TERBAKAR
Zat cair mudah terbakar adalah bahan cair yang mudah menguap dan uapnya mudah terbakar
pada suhu dibawah 100 oC. Golongan ini paling banyak dijumpai di industri dan di laboratorium
dan dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol, aceton, bezena, heksan, dll.
Pelarut tersebut pada suhu kamar dapat menghasilkan upa yang jika berekasi dengan udara pada
perbandingan tertentu dapat terbakar oleh api atau loncatan listrik.
c. GAS MUDAH TERBAKAR
Yang termasuk golongan ini adalah gas yang amat mudah terbakar dan sering menimbulkan
ledakan. Contohnya adalah gas alam untuk bahan bakar, hidrogen, asetilen, etilen oksida dll.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
2 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
4.
5.
6.
7.
8.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
3 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.2.
BAHAYA YANG DITIMBULKAN BAHAN KIMIA
1. GANGGUAN KESEHATAN (H-Health hazard)
Label kemasan berwarna biru. Bahaya yang ditimbulkan terhadap gangguan kesehatan
dapat dilihat pada angka yang tertulis pada label :
KODE
4
3
2
1
0
:
:
:
:
:
Keterangan
Dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah mendapatkan pengobatan
Dapat menyebabkan luka serius walaupun telah mendapatkan pengobatan.
Dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera.
Dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati
Tidak menimbulkan bahaya
Keterangan
4
3
: Gas sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah meledak
: Dapat terbakar pada temperatur biasa.
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
4 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
KODE
Keterangan
: Segera meledak
: Dapat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada pencetus yang kuat
1
0
: Umunya stabil, bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada tekanan. bereaksi dengan air.
: Umumnya stabil, tidak bereaksi dengan air.
OX
ALK
RAD
: Oksidator
: Basa/alkali
: Radioaktif
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
5 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
6 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
Terhirup,
Tertelan.
EFEK YANG DITIMBULKAN
Dapat mengenai sistem pernapasan,
Rusaknya kulit karena efek penghancuran lemak, alergi atau sifat korosif
bahan kimia.
Darah,
Paru-paru, Ginjal, Hati, Saluran cerna,
Organ tubuh maupun jaringan tubuh,
Karsinogenik (menimbulkan kanker),
Tetragenik (menimbulkan cacat pada janin)
Akibat terhadap kondisi kesehatan yang tidak langsung seperti
berkurangnya koordinasi anggota gerak tubuh, menurunnya kewaspadaan dan gejala serupa.
Gangguan seperti ini dapat mengakibatkan kecelakaan kerja di laboratorium.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
7 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.5.
BATAS KEAMANAN KONSENTRASI BAHAN KIMIA
1. PERMISSIBLE EXPOSURE LIMIT (PEL)
Yaitu batas paparan yang diperkenankan selama 8 jam kerja berurut-turut bagi petugas yang
menggunakan bahan kimia tertentu
2. IMMEDIATELY EXPOSURE TO LIFE OR HELATH (IDLH)
Yaitu : konsentrasi maksimum bahan kimia dimana seseorang dapat menyelamatkan diri dalam
waktu 30 menit tanpa menyebabkan gangguan kesehatan yang ireversible.
3. TIME-WEIGHTED AVERAGE (TLV-TWA)
Yaitu konsentrasi bahan kimia yang umumnya digunakan oleh petugas selama 40 jam kerja/minnu
tanpa menimbulkan efek samping.
7.6.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
8 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
c.
Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif, netratlkan dengan bahan abu soda atau
natrium bikarbonat. Jika yang tumpah zat alkalis taburkan pasir di atasnya.
d.
Jika bahan kimia yang tumpah adalah zat yang mudah terbakar, segera matikan semua
api/gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan. Matikan pula peralatan listrik yang
mungkin mengeluarkan bunga api.
e.
Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
f.
Nyalakan kipas angin penghisap (exhause fan) jika aman untuk dilakukan.
7.7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
9 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.8.
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA
1. PROSEDUR PENYIMPANANAN BAHAN KIMIA
a. Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah terbatas di dalam laboratorium.
b. Stock bahan kimia harus disimpan dalam ruangan khusus berlantai beton.
c. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruangan terpisah dari ruangan lain.
d. Untuk mencegah timbulnya kebakaran dan ledakan dari uap karena bunga api dari listrik, tombol
lampu untuk ruangan penyimpanan haraus berada di luar ruangan dan lampu harus dilengkapi
dengan kap lampu.
e. Jangan menyimpan bahan kimia berdasarkan urutan abjad. Hal ini menyebabkan bahan yang
seharusnya tidak tercampur (incompatible chemicals) terletak berdekatan satu sama lain.
2. PROSEDUR MENGHINDARI BAHAYA DARI PENYIMPANAN BAHAN KIMIA :
a. DARI PENGARUH PANAS / API
Kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia.
Percikan api memungkinkan terjadinya kebakaran bahan yang mudah terbakar.
b. DARI PENGARUH KELEMBABAN
Zat hidroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang eksotermis akan
menimbulkan panas di dalam ruangan penyimpanan.
c. INTERAKSI DENGAN WADAH
Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan wadahnya dan akan menimbulkan kebocoran/kerusakan
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
10 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
Sediakan alat pelindung diri (seperti pakaian kerja, masker, sarung tangan) di tempat
penyimpanan
BAHAN KOROSIF
Contoh : Asam, anhidridda asam, dan alkali
Ruangan dingin dan berventilasi
Wadah tertutup dan berlabel
Jauhkan dari bahan beracun
Zat tersebut dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat beracun.
Jauhkan dari sumber api atau sumber panas, termasuk loncatan api
listrik dan bara rokok.
7.9.
No. Revisi
00
Halaman
11 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
12 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
dicapai.
h.
Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali.
i.
Alat pengukur kekuatan radioaktif
Nomor telepon ambulance, pemadam kebakaran dan polisi di setiap ruang laboratorium
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
13 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.10.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK PENCEGAHAN
KEBAKARAN
1.
Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik pada semua ruangan. Alat dan
lokasi alat pemadam kebakaran dibuat label MERAH supaya mudah terlihat.
a. Ada pintu keluar darurat yang
b. Bebas halangan
c. Dapat dibuka dengan mudah
d. Mengarah ke jalan
e. Ditandai dengan jelas dan diberi penerangan
f. Diberi petunjuk arah yang tidak terhalang oleh apapun jika tidak langsung terlihat.
2.
Gang dan koridor harus memungkinkan orang lewat dengan leluasa.
3.
Dipasang label DILARANG MEROKOK pada tempat yang berbahaya
4.
Dilakukan pelatihan pemadam kebakaran secara teratur oleh petugas laboratorium dengan
bimbingan dari petugas pemadam kebakaran.
7.11.
HAL-HAL YANG
BAHAYA LISTRIK
PERLU
DIPERHATIKAN
UNTUK
PENCEGAHAN
1.
2.
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
14 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.12.
HAL-HAL YANG
PERLU
DIPERHATIKAN
UNTUK
SANITASI
LINGKUNGAN
1. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis
2. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik.
3. Tata ruang laboratorium harsu baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang serangga atau
binatang mengerat.
4. Sediakan tempat cuci tangan yang dibersihkan secara teratur
5. Sediakan ruangn khusus untuk makan dan minum bagi petugas laboratorium
6. Sediakan ruang ganti pakaian dengan lemari/rak yang terpisah utnuk pakaian pelindung dan pakaian
sehari-hari.
7.13.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK PAKAIAN PELINDUNG
1. Pakaian pelindung harsu disediakan dan digunakan bila diperlukan.
2. Gunakan pelindung mata jika bekerja dengan alat yang dapat menimbulkan bahaya pecahan,
Unit Terkait
Dok. Terkait
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen
SPO-PK.62200. 033
No. Revisi
00
Halaman
15 dari 15
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Adalah suatu tindakan / penananganan terhadap bahaya bahan kimia
berbahaya
Tujuan
Agar tidak terjadi bahaya yang diakibatkan oleh bahan kimia berbahaya
Kebijakan
7.15.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK PENYIMPANAN GAS
BERTEKANAN DAN GAS DALAM BENTUIK CAIR
1.
Semua wadah gas diberi label yang jelas.
2.
Tabung gas bertekanan disimpan dengan baik dan diperiksa secara berkala.
3.
Tabung gas bertekanan dilengkapi dengan katup pengaman dan katup pelepas tekanan.
7.16.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PENYIMPANAN ZAT
RADIOAKTIF
1. Monitor radioaktif harus digunakan oleh petuga slaboratorium yang bekerja dengan bahan radioaktif.
Paparan radioaktif harus dalam ambang batas keamanan dan kadar paparan radioaktif diperiksa secara
periodik.
2. Semua petugas di ruang radiokatif harus memahami kemanan upaya pencegahan dan alat untuk
memperkecil resiko paparan.
3. Limbah radioaktif disimpan dan dikumpulkan dalam lemari dengan perlindungan khsusus sampai
melewati waktu paruh atau sampai kekeutana radioaktif hilang.
4. Wadah penyimpanan bahan radioaktif diberi label, tanggal macam radioaktif dan kekuatan radiasinya.
5. Setiap ruangan tempat bekerja dengan radioaktif harus diberi label radioaktif dan selalu dalam kedaan
terkunci.
6. Sediakan peralatan untuk membersihkan tumpahan bahan radioaktif
7. Petugas laboratorium dilatih untuk menangani tumpahan bahan radioaktif.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi
00
Halaman
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit
STANDAR
OPRASIONAL
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan Oleh:
01April 2014
Dr.H. Denny P. Mahmud,Sp.THT
Direktur Utama
Suatu proses menghubungi dokter ahli patologi klinik mengenai pemeriksaan
laboratorium yang yang tidak dapat di atasi oleh analis
Tujuan
Kebijakan
Pengaturan tentang proses mengubungi dokter ahli patologi klinik di Laboratorium RSIJPK
Prosedur :
A.Yang dilaporkan :
1. Laporkan bila ada hasil laboratorium yang ekstrim di luar batas normal
2. Laporkan bila ada ketidak sesuaian hasil laboratorium dengan data klinis
3. Laporkan bila ada kasus emergency
4. Laporkan 24 jam ke dokter penanggungjawab laboratorium.
B. Kelengkapan data :
1. Lengkapi identitas pasien lengkap
2.
3.
4.
5.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Untuk memantau kualitas hasil / mutu pemeriksaan yang di keluarkan oleh lab. Rujukan
Kebijakan
PROSEDUR :
Unit Terkait
Dok. Terkait
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Permintaan alkes ke laboratorium adalah suatu proses permintaan alkes yang digunakan
sebagai tempat spesimen / bahan pemeriksaan laboratorium ke unit Laboratorium
RSIJPK
Agar alkes alkes sebagai tempat spesimen / bahan pemeriksaan dapat terkendali
dengan baik
Pengaturan tentang permintaan alkes ruangan ke laboratorium di Laboratorium RSIJPK
PROSEDUR :
1. Buat permintaan bahan Alkes laboratorium ke unit logistik laboratorium dengan membawa buku
permintaan Alkes setiap hari selasa minggu ke dua dan selasa minggu ke empat, khusus IGD setiap hari
senin & kamis
3. Serahkan buku permintaan Alkes laboratorium oleh petugas ruangan ke petugas logistik laboratorium
4. Lakukan verifikasi kebutuhan Alkes Laboratorium oleh petugas logistik laboratorium
5. Lakukan validasi oleh petugas logistik laboratorium dibuku permintaan Alkes ruangan
( bila sudah sesuai dengan ketentuan / kebutuhan yang telah dibuat oleh laboratorium )
6. Lakukan penyerahan Alkes laboratorium oleh petugas logistik laboratorium ke petugas ruangan
7. Mintakan bukti tanda terima dibuku penyerahan AlkesLaboratorium
Unit Terkait
Dok. Terkait
PEMBUANGAN LIMBAH
No. Dokumen :
SPO-PK.62200.038
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Adalah suatu tindakan pembuangan bekas/ sisa hasil olahan laboratorium yang sudah
tidak digunakan lagi
Agar bekas / sisa olahan laboratorium dibuang sesuai ketentuan yang berlaku sehingga
tidak mengganggu keselamatan
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
A. Limbah padat
1. Buang air limbah cair kedalam washtapel yang ada di unit ruang cuci
2. Biarkan air limbah mengalir kedalam saluran IPAL
3. Bilas washtapel dengan air kran mengalir sampai baunya hilang.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Kebijakan
Pengertian
PROSEDUR :
1.
2.
3.
4.
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
00
Halaman :
1 dari 1
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
PROSEDUR :
1.
2.
3.
5.
Unit Terkait
-Logistik Farmasi
Dok. Terkait
No. Revisi :
01
Halaman :
01
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Rincian Proses
1. Persiapan alat :
a. Siapkan Tissu penyerap
b. Cairan Antiseptik
c. Plastik sampah warna kuning
d. APD : Masker , sarung tangan karet, kaca mata, apron/baju pelindung,spatu boot
2. Prosedur kerja :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
membaca basmalah
Petugas akan membersihkan menggunakan APD lengkap
Tutup tumpahan dengan menggunakan tissue penyerap
Semprot dengan desinfektan tissue yang sudah menutupi tumpahan
Ambil tissue dengan alat penjepit
Masukan tissu yang sudah terkontaminasi ke limbah infeksius / plastik kuning
Buang secara hati hati ke tempat limbah infeksius
Lepaskan APD jika sudah selesai menangani tumpahan
Cuci tangan setelah selesai melakukan pembuangan tumpahan
Membaca hamdallah
Unit Terkait
Seluruh unit
Dok. Terkait
No. Revisi :
01
Halaman :
01
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
01April 2014
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Kebijakan
Prosedur kerja :
1. Terima surat disposisi dari Direksi / diklat , acc untuk dilaksanakan magang/PKL
2. Terima siswa / mahasiswa yang akan melakukan magang / PKL di laboratorium
RSIJPK dari unit DIKLAT RSIJPK
3. Lakukan perkenalan, penjelasan dan pengaturan jadwal kegiatan magang / PKL di
laboratorium RSIJPK
4. Berikan tugas setiap siswa/ mahasiswa yang akan melakukan magang /PKL, untuk
melakukan kegiatan dan pencatatan setiap apa yang didapat di buku laporan
5. Kumpulkan laporan setiap hari dan lakukan pengkoreksian pada setiap hasil
pencatatan/ tugasnya.
6. Lakukan diskusi dari hasil laporan tersebut , diskusi dilakukan pada saat
mengumpulkan laporan.
7. Lakukan penilaian setiap hasil diskusi, dengan format penilaian mangacu ke format
penilaian institusi dari pendidikan itu sendiri.
Unit Terkait
-Diklat
Dok. Terkait
No. Revisi :
01
Halaman :
01
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
01 Agustus 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Pengertian
Alat yang digunakan untuk melindungi diri kita dari bahaya bahan bahan yang
berasal dari cairan tubuh, alkes dan bahan kimia
Tujuan
Kebijakan
Prosedur kerja :
1. Gunakan alat pelindung diri ( APD ) sebelum memulai pekerjaan ( Lab Jas,
Handscoon,Masker ,Apron Kaca mata Google dan sepatu bot ) sesuai bidangnya
masing masing.
2. Gunakan lab Jas , Handscoon dan masker bagi tenaga ATLM ( Teknis Laboratorium )
3. Gunakan Apron dan kaca mata Google ,sarung tangan keluargadan spatu boot bagi
petugas kebersihan
4. Buka lab jas setelah selesai bekerja dan simpan ditempat khusus dan bila sudah kotor
kirim ke bagian linen untuk diloundry
5. Buang handscoon , masker dan apron ke tempat sampah medis
Unit Terkait
- Unit K3
Dok. Terkait
No. Revisi :
01
Halaman :
01
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
Tujuan
01 Agustus 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Kebijakan
Prosedur kerja :
Unit Terkait
Dok. Terkait
No. Revisi :
01
Halaman :
01
RSIJPK
Tanggal Terbit :
Standar
Prosedur
Operasional
Pengertian
01 Agustus 2015
Ditetapkan :
Dr.H. Denny P. Mahmud, SpTHT
Direktur Utama
Tujuan
Kebijakan
Prosedur kerja :
Unit Terkait
Dok. Terkait
- Manual book