Dimensi Aksiologi Pendidikan Islam
Dimensi Aksiologi Pendidikan Islam
Dimensi Aksiologi Pendidikan Islam
Pendidikanmerupakan
proses
memanusiakan
potensi
atau
kemampuan
sebagaimana
mestinya. 2
sumber-sumber
pendidikan
islam,
dan
aksiologi
yang
penting
pendidikan,
dalam
karena
pengembangan
aksiologi
berperan
ilmu
pengetahuan
sebagai
tolak
dan
ukur
keberhasilan suatu ilmu atau pendidikan dengan melihat manfaatmanfaat atau nilai-nilai (values) yang terkandung dalam suatu ilmu
atau dalam pelaksanaan pendidikan.
Manusia sebagai makhluk yang berakal yang diciptakan alllah
swt memiliki kecenderungan untuk memilih atau menilai antara yang
baik dan buruk (etika), indah dan jelek (estetika) dalam kehidupan
sehari-hari. Karena itulah dalam kehidupan manusia, nilai sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya suatu norma, aturan, etika,
budaya, dan sebagainya.
Demikian pentingnya nilai dalam kehidupan manusia tidak
membuat nilai-nilai yang telah disetujui oleh mayoritas manusia
diterima sepenuhnya oleh masyarakat itu sendiri, hal ini dikarenakan
adanya hubungan antara nilai-nilai dengan interpersonal manusia.
Tidak jarang ditemukan manusia yang melanggar nilai-nilai yang
telah disepakati bersama dikarenakan adanya ketidak sesuaian
antara interpersonal manusia (kesadaran, keinginan, kepribadian,
dan gairah) dengan nilai-nilai yang telah berlaku.
Dilihat dari subyeknya manusia memiliki dua macam nilai, yaitu
nilai dalam angan (Conceived Values) dan nilai praktis sebagai
keharusan
(Operative
Values).4
Manusia
yang
melaksanakan
yang
hanya
melaksanakan
Conceived
Values,
mereka
banyak
membahas
tentang
hakikat
nilai
yang
didalamnya meliputi baik dan buru, benar dan salah, tujuan dan
fungsinya dalam pendidikan islam. Pendidikan islam diorientasikan
pada upaya menciptakan generasi muda yang berkarakter, kreatif,
dan
memiliki
bidangnya
kualitas
sesuai
dan
dengan
kapabilitas
nilai-nilai
yang
yang
mumpuni
dalam
diharapkan
dalam
yang
diperoleh.6
Dalam
teorinya
ini,
Jujun
S.
bahwa
aksiologi
adalah
studi
tentang
hakikat
baik
dalam
ekonomi,
sosial,
budaya,
politik,
dan
sebagainya.
Kaitannya dengan pendidikan, aksiologi banyak memberikan
kontribusi karena aksiologi merupakan bagian dari ilmu filsafat yang
membahas tentang nilai (value) dari suatu ilmu, hal ini senada
6 Jujun S. Sumiasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2003), 83.
7 Lies, Bambang, Dan Meidawati, Filsafat Ilmu, 76.
8 Yulia Siska, Manusia dan Sejarah: Sebuah Tinjauan Filosofis (Penerbit
Garudhawaca, 2015), 19.
sudut
pandang
sosiologis.
Dalam
definisi
ini
kupperman
pandangan
manusia
terhadap
suatu
peristiwa,
suatu
perbuatan, atau suatu benda, apakah sesuatu itu baik atau buruk,
benar atau salah, dan indah atau tidak indah. Sehingga dengan
adanya nilai, manusia dapat menentukan sikapnya terhadap suatu
hal tersebut apakah sikap negatif atau sikap positif.
Nilai bersifat ideal, abstrak, dan tidak dapat disentuh oleh
panca indera, sedangkan yang dapat ditangkap oleh manusia
hanyalah barang atau tingkahlaku yang mengandung nilai tersebut.
Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan dan konkrit. 13 Akan
tetapi nilai memiliki hubungan yang sangat erat dengan fakta karena
nilai lahir dari sebuah konsekuensi penyikapan atau penilain terhadap
suatu hal yang faktual. Artinya ketika seseorang melihat suatu
peristiwa, merasakan suatu suasana, mempersepsikan suatu benda,
12 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam ( Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 50.
13 Siswanto, Filsafat dan Pemikiran, 87-88.
Sumber
nilai
yang
berlaku
dalam
kehidupan
sosial
manusia
manusia
selaku
makhluk
sosial
dan
tidak
mengangkat
derajad
kemanusiaannya
sesuai
dengan
14 Ibid, 89.
15 Ibid.
16 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), 159.
kepada
orang
lain,
yang
diselenggaran
keluarga,
pada
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
identitas
pendidikan islam seperti nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan
nilai agama.21 Tampaknya apabila kita cermati nilai-nilai tersebut
sudah pasti pendidikan islam menyimpan kekuatan yang luar biasa
untuk
menciptakan
seluruh
aspek
kehidupan
yang
ideal
dan
yang
mengandung
nilai
yang
meningkatkan
20 Ibid, 91.
21 Zuhairini, Filsafat, 160.
22 Muzayyin Arifin, Filsafat, 109.
namun
juga
menuntut
manusia
agar
dapat
di
Keseimbangan
dan
keserasian
antara
dua
sosial,
kultural,
ekonomi
maupun
ideologi
dalam
pendidikan
islam,
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
dalam
merumuskan
tujuan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. ar-Rum: 30).
Maksud dari fitrah Allah diatas adalah manusia diciptakan
Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. 25 kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah karena pengaruh
lingkungan.
3. Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman.
Tuntutan yang dimaksud oleh siswanto adalah berupa
pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam
kehidupan masyarakat dan nilai-nilai baru yang lahir karena
adanya percepatan perkembangan dunia modern
4. Berorientasi pada kehidupan ideal islami.26
Dalam aspek ini siswanto senada dengan muzayyin arifin
yang
mengatakan
bahwa
sistempendidikan
islam
haruslah
dengan
adanya
patokan-patokan
penting
dalam
sebagaimana
dikutip
oleh
ahmad
tafsir
kebebasan
kemanusiaan
yang
berkereasi
ada
pada
dengan
dalam
tetap
diri
menjaga
manusia
nilai
untuk
harus
berkesinambungan
ditujukan
dari
kearah
pertumbuhan
kepribadian manusia
yang
yang menyeluruh
Oleh
keranya
maka
pendidikan
haruslah
memberikan
aspek
spiritual,
intelektual,
imajinasi,
jasmaniah,
ilmiah,
ini
mengamalkan
bersasaran
nilai-nilai
pada
pemberian
kedalam
kehidupan
ini
bersasaran
pada
pemberian
tuntunan
morivasi
yang
bersumber
dari
agama
bagian
dari
kondisi
tersebut
sebaiknya
dijadikan
targen
sebagai
pendidikan
dikutip
islam
oleh
harus
siswantu
membentuk
mengatakan
proses
bahwa
pengarahan
etika
pengembangan
dan
estetika
pendidikan
sebagai
islam.
Yaitu
patokan
dengan
penting
dalam
menggunakan
yaitu nilai-nilai yang lahir dari interaksi sosial budaya manusia yang
disepakati oleh sekelompok manusia, dan nilai ini bersifat relatif
karena antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya memiliki
nilai-nilainya masing-masing.
Tujuan pendidikan islam sebagaimana hasil kongres pendidikan
islam sedunia tahun 1980 sebagai dikutip oleh muzammil arifin
menetapkan bahwa pendidikan harus ditujukan kearah pertumbuhan
yang berkesinambungan dari kepribadian manusia yang menyeluruh
melalui latihan spiritual, kecerdasan dan rasio, perasaan, dan panca
indra.
Oleh
keranya
maka
pendidikan
haruslah
memberikan
aspek
spiritual,
intelektual,
imajinasi,
jasmaniah,
ilmiah,
islam
merupakan
suatu
proses
mengoptimalkan
Jalaluddin,
Filsafat
Pendidikan
Islam:
Telaah
Sejarah
dan