852-Article Text-1700-2-10-20220309
852-Article Text-1700-2-10-20220309
852-Article Text-1700-2-10-20220309
DOI: https://doi.org/10.38035/jihhp.v2i1
Received: 1 Desember 2021, Revised: 19 Desember 2021, Publish: 30 Januari 2022
Abstrak: Penulis dalam tulisan ini, mengkaji tentang pendidikan Islam dengan berbagai unsur
dan elemen yang membentuknya, diantaranya tentang sistem berpikir kebenaran, tentang
konsep pengetahuan serta nilai moralitas Pendidikan Islam yang sangat berkaitan erat dengan
tujuan pendidikan Islam. Sistem berpikir tentang kebenaran dan pengetahuan adalah sisi teoritis
dalam pendidikan Islam, sementara nilai moralitas Pendidikan Islam adalah sisi praktis
pendidikan Islam. Karena Pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan
sengaja perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai Islam, yang memuat didalamnya
tentang sistem berpikir tentang kebenaran dan pengetahuan, ia menjadi pondasi dasar yang
dapat dijadikan basis ontologis sebagai dasar pandangan yang mengikat semua aktivitas sebuah
sistem pendidikan Islam. Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian kepustakaan atau library research. Dan hasil dari kajian ini menunjukan bahwa
Sistem berpikir kebenaran kepercayaan relatifitas berpengaruh terhadap pendidikan islam,
dimana untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam tentunya sistem kebenaran yang
dibangun harus berdasar pada kebenaran islami, yang bersumber dari al-Qur’an dan al- hadits.
Sehingga dapat mencapai harapan dan tujuan pendidikan Islam yang bernilai tinggi yaitu
hadirnya akhlakul karimah pada diri tiap-tiap peserta didik. Konsep pengetahuan terhadap
pendidikan Islam, Artinya berpikir untuk mencapai pengetahuan dalam pendidikan Islam
merupakan interpretasi dan implementasi dari berfikir, merenung dan ta’aqqul yang
berlandaskan pengetahuan agama. Selanjutnya, sistem nilai dan moralitas berpengaruh terhadap
pendidikan islam. Sistem nilai dan moralitas ini sebagai dimensi aksiologi dalam pendidikan
Islam, setelah dimensi pengetahuan dan ontology(keberadaan sesuatu yang bersifat konkret).
Kesisteman ini harus saling berkaitan antara satu komponen dengan komponen lainya.
Tujuanya ialah untuk menemukan suatu model pendidikan atau pembelajaran yang efektif, dan
baik , yang saling berhubungan antara apa yang dipahami sebagai pengetahuan, diyakini
sebagai kebenaran dan di praktikan dalam kehidupan peserta didik sebagai sistem nilai dan
moralitas. Sehingga dapat membantu para peserta didik untuk mencapai pribadi yang baik dan
berahlak mulia.
Kata Kunci: Sistem berpikir kebenaran, Pengetahuan, nilai moralitas dan Pendidikan
Islam.
PENDAHULUAN
Allah melimpahkan anugrah yang paling besar manfaatnya bagi manusia adalah
diberikannya akal pikiran, karena dengan akal pikirannya, manusia bisa memperoleh informasi-
informasi yang ditangkap oleh panca inderanya, kemudian diproses, dipilih, dianalisa dan
disimpulkan menjadi sebuah teori atau konsep yang selanjutnya diuji coba dan disusun secara
sistematis menjadi sistem kebenaran dan ilmu pengetahuan yang muara intinya menyimpulkan
menjadi satu nilai moralitas tertentu yang diyakini.
Agama Islam sangat menghargai manusia karena akal pikirannya, kewajiban-kewajiban
dalam Islam yang terangkum dalam rukun Islam hanya dibebankan kepada ‘aqil (orang yang
berakal) atau orang-orang yang memiliki akal pikiran. Akal pikiran adalah satu-satunya
kekuatan yang hanya dimiliki oleh manusia, karena akal pikirannyalah, manusia diangkat
menjadi pemimpinnya dimuka bumi. Akal pikiran juga menjadi pembeda antara manusia dari
ciptaan Allah lain di dunia ini. Akal merupakan tonggak kehidupan manusia dan dasar
pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan kebahagiaan
kehidupan manusia.
Dengan akal pikirannya manusia, bisa berpikir tentang dirinya dan juga lingkungan
sekitarnya. Menggunakan pikirannya, manusia juga bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk sebagai tuntunan kehidupan manusia. Akal pikiran merupakan suatu karunia
Tuhan yang luhur yang diberikan kepada manusia, baik secara personal maupun sosial. Dengan
nalarnya, manusia berusaha mengatasi setiap kesusahan yang dihadapinya dalam kehidupan.
Pendidikan berarti tingkah laku seseorang atau kelompok orang dan suatu proses
pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara-cara mendidik (Susanto, 2010). Secara khusus, penggunaan istilah
pendidikan Islam dalam makalah ini berarti proses pentransferan nilai-nilai Islami yang
dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah laku moralitas
Pendidikan Islam serta kognitif peserta didik, untuk menyempurnakan ujud manusiawinya
sebagai makhluk sosial dengan tetap pada nilai-nilai yang digariskan dalam syariat Islam. Pola
pendidikan Islam ini akan sangat dipengaruhi oleh sistem berpikir tentang esensi kebenaran,
pengetahuandan pengertian nilai dan moralitas yang menjadi tujuan utama yang hendak dicapai
dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut Thales sebagai filsuf pertama Yunani yang memiliki peran penting karena
mempersoalkan bobot kebenaran dari mitologis, dan mencari prinsip mendasar di luar uraian
mitologis yaitu studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Perjalanan
mencari sumber kebenaran terus berlanjut dalam berbagai perspektif diiringi kehadiran para
filsuf dalam wawasan berpikir filsafat. Sampai kemudian perbincangan sumber kebenaran
dalam suatu periode mengalami stagnasi, hal ini dikarenakan hadirnya kaum sophis datang
yang meruntuhkan teori kebenaran dengan dengan statemen mematikan sebagaimana ungkapan
Protagoras, yang mengajarkan bahwa manusia masing-masing dapat menentukan sesuka
hatinya mengenai yang benar dan yang tidak benar. Manusia adalah parameter segala sesuatu
(Man is the measure of all thing) (Syaikh Nadim Al-Jisr, 2005). Pokok ajarannya ialah:
‛kebenaran yang sesungguhnya itu tidak terjadi‛. Oleh karena kebenaran yang sesungguhnya
tidak akan tercapai, kebenaran menjadi sesuatu yang relatif menurut pendapat seseorang
terkadan bisa beanar dan salah dan bisa baik dan bisa buruk . Setiap guru sekelompok filsuf
yang hidup dan berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates mengajar seseorang untuk
ragu-ragu (skeptis) terhadap pikiran-pikiran orang lain. Tetapi sebaliknya pula mereka justru
mengajarkan setiap orang untuk mempertahankan pendapat nya. Apa yang disalahkan
sekarang, besok boleh dibenarkan . Apa yang dipertahankan kemarin, sekarang boleh
dibatalkan. Kebenaran itu hanya sementara. Oleh karena ‛kebenaran yang sesungguhnya tidak
tercapai‛, maka tiap-tiap pendapat boleh dibenarkan, untuk sementara itu benar. Dengan
demikian tidak ada ukuran yang tetap tentang benar dan tidak ada kebenaran, tentang baik dan
buruk. Sebagai kelanjutan pendapat ini, hilanglah perbedaan antara benar dan salah, antara baik
dan jahat (Muh Hatta, 1986). sistem berpikir tentang kebenaran akan menjadi pondasi dasar
yang dapat dijadikan basis ontologis sebagai dasar pandangan yang mengikat semua aktivitas
sebuah sistem pendidikan.
Sebagai teori pengetahuan, atau yang disebut juga epistemologi, merupakan salah satu
cabang filsafat yang mengkaji tentang sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
Dalam epistemologi, setidaknya ada 3 intrumen (alat) yang dapat dipakai manusia untuk
menggapai pengetahuan, yaitu: 1). Panca-indra untuk menangkap realitas empiris, 2) akal
pikiran untuk mengabstraksikan informasi yang ditangkap indra, dan 3) hati “irfan” untuk
menangkap pancaran pengetahuan dari sumbernya (Tuhan), yang bersifat abstrak-supra-
rasional. (Tafsir, 2012) Ketiganya sangat penting, karena tanpa ketiga instrumen tersebut
mustahil manusia dapat memperoleh pengetahuan yang benar. Oleh karenanya, bangunan
pendidikan Islam butuh basis epistemologi yang kokoh sebagai penopangnya. Sehingga
pendidikan Islam dapat dijelaskan dan diterima secara rasional serta dapat dikembangkan
dengan epistemologi sebagai pemandu jalannya (Mulhan, 2013). Tanpa basis Sebagai teori
pengetahuan yang kokoh, pendidikan Islam akan terkungkung dalam pusaran arus globalisme
yang sangat pragmatis.
Dalam hidupnya setiap manusia pasti mengalami perubahan atau perkembangan, baik
perubahan yang bersifat konkrit atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun perubahan
yang bersifat abstrak atau perubahan yang berhubungan dengan aspek psikologis. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam manusia , yang meliputi
landasan ontoligis dan epistemologis atau yang berasal dari luar yang meliputi landasan
aksiologis. Faktor-faktor itulah yang akan menentukan apakah proses perubahan manusia
mengarah pada hal-hal yang bersifat baik atau sebaliknya mengarah pada perubahan yang
bersifat buruk. Disinilah pentingnya pendidikan Islam yang sesuai.
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yaitu terkait dengan sistem
berpikir tentang kebenaran, esensi pengetahuan serta pentingnya nilai dan moralitas dalam
pendidikan Islam, maka dirumuskan masalah yang akan di bahas pada artikel literaturereview
ini agar lebih fokus pada kajian pustaka dan hasil serta pembahasan nanti, yaitu:
1. Apakah sistem berpikir kebenaran berpengaruh kepada pendidikan Islam?
2. Apakah konsep pengetahuan memiliki hubungan terhadap pendidikan Islam?
3. Apakah nilai dan moralitas memiliki hubungan dan berpengaruh terhadap pendidikan Islam?
KAJIAN PUSTAKA
Sistem berpikir Kebenaran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Purwadarminta , menerangkan bahwa:
kebenaran itu adalah 1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya. Misalnya kebenaran berita ini masih saya ragukan, kita harus
berani membela kebenaran dan keadilan. 2). Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-
betul hal demikian halnya, dan sebagainya). Misalnya kebenaran-kebenran yang diajarkan
agama. 3). Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu.(Idzam, 2012)
Menurut Abbas Hamami, kata “kebenaran” bisa digunakan sebagai suatu kata benda
yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah
proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu
pernyataan atau statement. Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan
manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003).
Jadi, kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek.
Pengetahuan (Knowledge)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justified true belief).(Gazalba, 1992) Sedangkan secaraterminologi
akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba,
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan padai. Pengetahua itu adalahsemua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.(Bagus, 1996).
Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka didalam
kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanudin salam
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat: (Salam, 1997)
pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana
ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu
merah, benda itu panas karena dirasakan panas dan sebagainya.
pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan obyektif. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman
dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,dilanjutkan dengan suatu pemikiran
secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang
sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam.
pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat parautusan-
Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan ini mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan Tuhan, yang sering disebut juga dengan hubungan vertical dan cara
berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
Kajian tentang pengetahuan (knowledge) ini sudah banyak di teliti oleh peneliti
sebelumnya di antaranya adalah: (Desfiandi, Fionita, et al., 2017), (Prayetno & Ali, 2020),
(Mukhtar et al.,2016), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), and (Toto Handiman & Ali, 2019)
nabi ini, telah mendapatkan pengakuan doktrinel, seperti termuat dalam Al-Qur’an surat al-
Qalam, ayat:4:”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
Kajian tentang nilai moralitas Pendidikan Islam atau character ini sudah banyak di teliti
oleh peneliti sebelumnya di antaranya adalah: (Aziz, 2013), (Kholisoh & Ali, 2020)
Pendidikan Islam
Pendidikan islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan
pada ajaran islam, meliputi dari visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta
didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana,
pengelolaan, lingkungan, dan aspek/komponen pendidikan lainya yang di dasarkan padaajaran
islam (Nata, 2010).
Dalam pandangan Islam, pendidikan mempunyai peranan sangat penting sebagai sarana
untuk menjadikan manusia seutuhnya, yang tertanam dalam jiwanya nilai-nilai Islam, bukan
hanya sebatas pengetahuan, yang pada akhirnya akan menjadikannya manusia yang sekuler.
Dengan kata lain, Islam menginginkan bahwa pendidikan merupakan tujuan untukmenciptakan
manusia yang baik, sebagaimana hadits Nabi Muhammmad SAW; “sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. Akhlaq yang mulia adalah moralitas, yang
merupakan manifestasi dari manusia yang sempurna. Mengutip pendapat dari Syed Muhammad
Naquib al-Attas dalam bukunya Islam and scularism, yang perlu ditentukan dalam pendidikan
adalah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai suatu yang bersifat spiritual, dan dengan
demikian yang ditekankan itu bukanlah nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam
konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi Negara, masyarakat dan dunia
(Al-Attas, 1993) Artinya, pendidikan yang sempurna seharusnya merefleksikan sistem yang
ada pada manusia. Karena menurut al-Attas,di dalam diri manusia ini ada sistem yang teratur
dan rapi. Ia bagaikan miniatur alam semesta yang sudah tersistem.
Pendidikan Islam sudah banyak di teliti oleh peneliti sebelumnya di antaranya adalah
(Sari & Ali, 2019), (Ali & Sardjijo, 2017), (SiVARAM et al., 2019), (Chauhan et al., 2019),
(Sulaeman et al., 2019), (No et al., 2017), (Darwisyah et al., 2021)
METODE PENELITIAN
Metode penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan metode kualitatif dan studi literature
atau Library Research. Mengkaji Buku-buku literature sesuai dengan teori yang di bahas
khusunya di lingkup Pendidikan Islam (Suharsimi, 2013). Disamping itu menganalisis artikel-
artikel ilmiah yang bereputasi dan juga artikel ilmiah dari jurnal yang belum bereputasi. Semua
artikel ilmiah yang di citasi bersumber dari Mendeley dan Scholar Google.
Dalam penelitian kualitatif, kajian pustaka harus digunakan secara konsisten dengan
asumsi-asumsi metodologis. Artinya harus digunakan secara induktif sehingga tidak
mengarahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Salah satu alasan utama untuk
melakukan penelitian kualitatif yaitu bahwa penelitian tersebut bersifat eksploratif,(Ali &
Limakrisna, 2013).
Selanjutnya dibahas secara mendalam pada bagian yang berjudul” Pustaka Terkait”
(Related Literature) atau Kajian pustaka( “Review of Literature”), sebagai dasar perumusan
hipotesis dan selanjutnya akan menjadi dasar untuk melakukan perbandingan dengan hasil atau
temuan-temuan yang terungkap dalam penelitian, (Ali & Limakrisna, 2013).
untuk menemukan kebenaran dan menjabarkan kebenaran itu dalam kehidupan demi untuk
tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam Islam, perbuatan baik dan buruk
mengambil tempat yang penting sekali. Bagi para ulama masalah ini merupakan masalah besar
dan diperbincangkan dengan hangat, sebab dari sinilah kebenaran itu muncul dan bermula.
(Tabrani ZA, 2018) kebenaran yang dihasilkan dari perenungan al-Qur’an danalhadits, akan
berpengaruh besar dan menghasilkan pendidikan islam yang benar pula.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk
kelangsungan hidup, namun lebih dari itu manusia mengembangkan kebudayaan dan memberi
makna kepada kehidupan. Manusia “memanusiakan diri dalam hidupnya”. Inilah yang
menyebabkan manusia berupaya mengembangkan pengetahuannya dan berusaha mencari
esensi dari kebenaran pengetahuan yang didapatkannya tersebut. Ini jugalah yang mendorong
manusia menjadi makhluk yang bersifat khas hidup di muka bumi ini (Dainori, 2018). Disinilah
pentingnya pendikan Islam dalam menguak dan mencari pengetahuan serta kebenaran, agar
tidak melenceng dari garis-garis yang telah ditetapkan dalam syariat agama Islam.
Hubungan kebenaran dengan pendidikan Islam ini sudah banyak di teliti oleh peneliti
sebelumnya di antaranya adalah: (Islam et al., 2011), (Diamastuti, 2015), (Filosofis &
Kebenaran, 2010)
perbuatan).(Aziz, 2013)
Hubungan Nilai dan Moralits dengan pendidikan Islam ini sudah banyak di teliti oleh
peneliti sebelumnya di antaranya adalah:(Aziz, 2013), (Rizal, 2014), (Rizal, 2016)
Conceptual Framework
Berdasarkan rumusan masalah penulisan artikel ini dan kajian studi literature review
baik dari buku dan artikel yang relevan, maka di perolah kerangka artikel ini seperti di bawah
ini.
Sistem Berpikir
Kebenaran
(X1)
PENDIDIKAN
Konsep Pengetahuan
ISLAM (Y)
(X2)
(Y
Sistem Nilai moralitas
Figure 1: Conceptual Framework
(X3)
Berdasarkan Kajian teori dan review hasil dari artikel yang relevan serta gambar dari
conceptual framework, maka: Sistem berpikir kebenaran, pengetahuan serta nilai dan moralitas
berpengaruh terhadap Pendidikan Islam.
Artikel ini membahas faktor yang mempengaruhi Sistem Pendidikan Islam, yaitu Sistem
Berfikir Kebenaran, Pengetahuan, Nilai moralitas Pendidikan Islam. Selain dari 3 faktor
ini yang mempengaruhi Sistem Pendidikan Islam masih banyak faktor lain lagi berdasar riset
sebelmnya di antaranya adalah: 1) Sistem Informasi: (Sari & Ali, 2019), (Shobirin & Hapzi Ali,
2019), (Ashshidiqy & Ali, 2019), (Djojo & Ali, 2012), (Desfiandi, Desfiandi, et al., 2017); 2)
Perencanaan: (Ashshidiqy & Ali, 2019), (Ali et al., 2016), (Ali et al., 2016), (No et al., 2017);
3) Organisasi:(Sari & Ali, 2019), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), (Limakrisna et al., 2016),
(Desfiandi, Fionita, et al., 2017), (Harini et al., 2020), (Riyanto et al., 2017), (Sulaeman et al.,
2019), (Ali, 1926), (Masydzulhak et al., 2016), (Widodo et al., 2017), (Silitonga et al., 2017),
(Rivai et al., 2017), (Prayetno & Ali, 2017); 4) Pelaksanaan: (Rachman & Ali, 2016), (Ansori
& Ali, 2017), (Rachman & Ali, 2016), (Sulaeman et al., 2019), (No et al., 2017), (Agussalim
et al., 2020); 5) Kepemimpinan:(Limakrisna et al.,2016), (Bastari et al., 2020), (Anwar et
al., 2020), (Ali et al., 2016), (Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi Silitonga, 2017), (Chauhan
et al., 2019), (Elmi et al., 2016).
Saran
Bersdasarkan Kesimpulan di atas, maka saran pada artikel ini adalah bahwa masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi Pendidikan Islam selain Sistem berpikir kebenaran,
Konsep pengetahuan, dan sistem nilai moralitas Pendidikan Islam pada semua tipe dan level
organisasi atau lembaga pendidikan, oleh karena itu masih di perlukan kajian yang lebih lanjut
untuk mencari faktor-faktor lain apa saja yang dapat memepengaruhi Pendidikan Islam selain
varibel yang diteliti pada arikel ini. Faktor lain tersebut seperti Faktor kepercayaan, relativitas
dan Faktor lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Agussalim, M., Ndraha, H. E. M., & Ali, H. (2020). The implementation quality of corporate
governance with corporate values: Earning quality, investment opportunity set, and
ownership concentration analysis. Talent Development and Excellence.
Ali, H. (1926). Evolution of Tank Cascade Studies of Sri Lanka. Saudi Journal of Humanities
and Social Sciences. https://doi.org/10.21276/sjhss
Ali, H., Mukhtar, & Sofwan. (2016). Work ethos and effectiveness of management
transformative leadership boarding school in the Jambi Province. International Journal
of Applied Business and Economic Research.
Ali, H., & Sardjijo. (2017). Integrating Character Building into Mathematics and Science
Courses in Elementary School. International Journal of Environmental and Science
Education. https://doi.org/10.1007/s10648-016-9383-1
Ansori, A., & Ali, H. (2017). Analisis Pengaruh Kompetensi Dan Promosi Terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Bungo. Jurnal IlmiahUniversitas
Batanghari Jambi. https://doi.org/10.33087/jiubj.v15i1.198
Anwar, K., Muspawi, M., Sakdiyah, S. I., & Ali, H. (2020). The effect of principal’sleadership
style on teachers’ discipline. Talent Development and Excellence.
Ashshidiqy, N., & Ali, H. (2019). PENYELARASAN TEKNOLOGI INFORMASIDENGAN
STRATEGI BISNIS. Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi.
https://doi.org/10.31933/jemsi.v1i1.46
Aziz, A. (2013). Implikasi Nilai dalam Proses Pendidikan Islam. Ta’allum: JurnalPendidikan
Islam, 1(1). https://doi.org/10.21274/taalum.2013.1.1.111-121
Bastari, A., -, H., & Ali, H. (2020). DETERMINANT SERVICE PERFORMANCE
THROUGH MOTIVATION ANALYSIS AND TRANSFORMATIONAL
LEADERSHIP. International Journal of Psychosocial Rehabilitation.
https://doi.org/10.37200/ijpr/v24i4/pr201108
Brata, Husani, Hapzi, B. H. S. A. (2017). Saudi Journal of Business and Management Studies
Competitive Intelligence and Knowledge Management: An Analysis of the Literature.
Saudi Journal of Business and Management Studies. https://doi.org/10.21276/sjbms Chauhan,
R., Ali, H., & Munawar, N. A. (2019). BUILDING PERFORMANCE SERVICE
THROUGH TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP ANALYSIS, WORK STRESS AND
WORK MOTIVATION (EMPIRICAL CASE STUDY IN STATIONERY
DISTRIBUTOR COMPANIES). Dinasti International Journal of EducationManagement And
Prayetno, S., & Ali, H. (2017). Analysis of advocates organizational commitment and advocates
work motivation to advocates performance and its impact on performance advocates
office. International Journal of Economic Research.
Prayetno, S., & Ali, H. (2020). Entrepreneurial supply chain management competence:
Predictors of work motivation advocate. International Journal of Supply Chain
Management.
Rachman, S. M. A., & Ali, H. (2016). Divorce without in-between: An empirical study on the
failure of mediation in the religious court of sengeti jambi province. Man in India.
Rivai, A., Suharto, & Ali, H. (2017). Organizational performance analysis: Loyalty predictors
are mediated by work motivation at urban village in Bekasi City. International Journal
of Economic Research.
Riyanto, S., Pratomo, A., & Ali, H. (2017). EFFECT OF COMPENSATION AND JOB
INSECURITY ON EMPLOYEE ENGAGEMENT (STUDY ON EMPLOYEE OF
BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION SECRETARIAT).
International Journal of Advanced Research. https://doi.org/10.21474/ijar01/4139Rizal, A. S.
(2014). Filsafat Pendidikan Islam Sebagai Landasan Membangun Sistem Pendidikan
Islami. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim, 12(1), 1–18.
Rizal, A. S. (2016). Ilmu sebagai substansi esensial dalam epistemologi pendidikan islam.
Jurnal Pedidikan Agama Islam - Ta’lim UPI, 14(1), 1–17.
Sari, V. N., & Ali, H. (2019). PERUMUSAN STRATEGI BAGI UNIVERSITAS PUTRA
INDONESIA YPTK PADANG UNTUK MERAIH KEUNGGULAN BERSAING.
Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi. https://doi.org/10.31933/jemsi.v1i1.42
Shobirin, M., & Hapzi Ali. (2019). STRATEGI PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PENUMPANG DI
BANDAR UDARA
INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA CENGKARENG. Jurnal Ekonomi
Manajemen Sistem Informasi. https://doi.org/10.31933/jemsi.v1i2.66
Silitonga, P. E. S., Widodo, D. S., & Ali, H. (2017). Analysis of the effect of organizational
commitment on organizational performance in mediation of job satisfaction (Study on
Bekasi City Government). International Journal of Economic Research.
Siregar, S. (2016). Pengertian Kebenaran. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 81–90.
SiVARAM, M., Hudaya, A., & Ali, H. (2019). Building a Purchase and Purchase
Decision:
Analysis of Brand Awareness and Brand Loyalty. Dinasti International Journal ofEducation
Management And Social Science, 1(2), 235–248. https://doi.org/10.31933/DIJEMSS
Sulaeman, A. S., Waluyo, B., & Ali, H. (2019). Making dual procurement and supply chain
operations: Cases in the indonesian higher education. International Journal of Supply
Chain Management.
Sumadi, E. (2018). Melacak Formula Epistemologi Dalam AL- QUR ’ AN Dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam. Insania, 23(1), 157–173.
Toto Handiman, U., & Ali, H. (2019). The Influence of Brand Knowledge and Brand
Relationship On Purchase Decision Through Brand Attachment. In International
Journal of Business Marketing and Management (IJBMM).
Widodo, D. S., Silitonga, P. E. S., & Ali, H. (2017). Analysis of organizational performance:
Predictors of transformational leadership style, services leadership style and
organizational learning: Studies in Jakarta government. International Journal of
Economic Research.
ZA, T. (2018). Relasi Agama Sebagai Sistem Kepercayaan dalam Dimensi Filsafat dan Ilmu
Pengetahuan. AR Raniry: International Journal of Islamic Studies, 5(1), 161–176.
Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor, Dasar-dasar Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,2008).
Al-Attas, Syed Muhhammad Naquib, Islam and Sucalirism, (Kuala Lumpur: Institute of
Islamic Thoughtcivilization (ISTAC), 1993)
Al-Jisr, Syaik Nadim, Qishshah al- Iman bain al-Falsafah wa al-‘ilm wa alQuran,terj.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat
Press, 2002)
Arikunto, Suharsimi,. (2013). Metodologi penelitian. (Jakarta: Bumi aksara) bagus, Loren,
Kamus filsafat (jakarta:gramedia, 1996)
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012)
Fautanu, Idzam, Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Referensi, 2012) Gazalba, Sidi,
Sistematika Filasafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Hatta, Mohammad, Alam Pikir Yunani, Tintamas, Jakarta, 1986
Mochtar, M. Mengembara Mencari Tuhan, Pustaka Hidayah, Bandung, 2005
Mulhan, Abdul Munir Jejak Filsafat Islam Dalam Filsafat Pendidikan Islam (Analisis
Struktural Dan Fungsional Filsafat Islam Dalam Buku Filsafat Pendidikan Islam
Terbitan Dalam Negeri Dan Terjemahan).” UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Mulhan, Abdul Munir. 2013. “Filsafat Tarbiyah Berbasis Kecerdasan Makrifat.” dalamJurnal
Pendidikan Islam FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2, no. 2 tahun 2013
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. https://doi.org/10.31219/osf.io/cnga2 Salam,
Burhanudin, Logika Material, (jakarta: Rineka Cipta, 1997
Sonny, Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Epistemologis,
Kanisius, Yogyakarta 2001
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2000, cet. ke 13).
Suriasumantri, Jujun, Tentang hakikat ilmu . Jakarta: Gramedia 1985
Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Penerbit Amzah, Jakarta, 2010,
Tafsir, Ahmad 2007. Ilmu Pendidikan Dalam Perspekif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
Pengetahuan. Cetakan VI. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberti, 2003), cet-3.