Keterkaitan BK Dengan Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik tidak
hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu
diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun
karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat
yang selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi
dengan berbagai perubahan tersebut. Peran guru tentu tidaklah cukup untuk
mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu
diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut,
dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban
untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan
bantuan seorang konselor sekolah.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dibentuk untuk memenuhi
perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma
kehidupan yang ada di sekolah maupun masyarakat. Bimbingan dan
Konseling dianggap memiliki peran penting dalam pencapaian peserta didik
dalam pendidikannya, hanya saja sebagian masyarakat masih belum
memahami makna penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah
sehingga menimbulkan pertanyaan besar, perlukah bimbingan dan konseling
dilakukan?
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang
utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai
kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat
selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling
menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran,
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara

khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan


kemampuannya secara penuh.
B

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang di dapat dalam penulisan makalah ini,
yaitu:
1. Apa makna bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimanakah program bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Bagaimanakah pelaksaaan bimbingan dan konseling di skeolah?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dibentuknya praktikum ini, yaitu:
1. Mengetahui makna bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui program bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MAKNA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam
bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kajiterapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta
didik.
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta
didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Adapun misi pelayanan bimbingan konseling antara lain ; Misi
pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui
pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa
depan. Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan
kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/ madrasah, keluarga
dan masyarakat. Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan
masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan yang sangat dekat antara
bimbingan konseling dengan pendidikan, lebih khususnya antara bimbingan
dengan pendidikan. Demikan juga halnya kedudukan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan, terlihat pada tiga kegiatan pendidikan dimana
ketiganya juga merupakan bagian dari konseling, yaitu:

Bidang Intruksional dan Kurikulum : Bidang ini mempunyai tanggung


jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan

bekal ilmu pengetahuan , ketrampilan dan sikap kepada peserta didik.


Bidang Administrasi dan Kepemimpinan : Bidang ini merupakan
bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan

kepemimpinan , yaitu masalah yang berhubungan dengan cara


melakukan kegiatan secara efektif dan efisien.
Bidang Pembinaan Pribadi : Bidang ini mempunyai tanggung jawab

untuk memberikan pelayanan agar peserta didik memproleh


kesejahtraan lahiriah da batiniah dalam prosespendidikan yang sedang
ditempuhnya.
2.1.1 Konselor Pendidikan
Konselor

pendidikan

adalah

konselor

yang

bertugas

dan

bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling


kepada peserta didik di satuan pendidikan di sekolah. Konselor
pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam
Tenaga Kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional maupun Undang-undang tentang Guru dan Dosen.
Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan
Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan
menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan
Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan
guru lain, kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing. Kemudian
setelah dibentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor,
yaitu Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), maka profesi
ini sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari
asosiasi tersebut.
2.1.2

Alasan Diadakannya Bimbingan Konseling


Kehidupan demokrasi : Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa
tidak hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru
hanya membantu siswa untuk dapat mengambil keputusannya

sendiri.
Perbedaan individual : Pembelajaran yang umumnya dilakukan
secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam
kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin
akan mengalami kesulitan.

Perkembangan norma hidup : Masyarakat berubah secara dinamis.


Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya.
Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan

tersebut.
Masa perkembangan : Seorang individu mengalami perkembangan
dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan
lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk
menghadapi

perubahan-perubahan

tersebut

sesuai

dengan

kemampuannya.
Perkembangan industri : Seiring dengan perkembangan teknologi
yang cepat, industri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki
karier yang baik, siswa harus bisa mengantisipasi keadaan tersebut.

2.2

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun
berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh
melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan
mencakup: (1) empat bidang, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3)
format kegiatan, sasaran pelayanan (4) , dan (5) volume/beban tugas
konselor.
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing
satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan
kesinambungan

program

antarkelas

dan

antarjenjang

kelas,

dan

menyinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan


kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
mengefektifkan

dan

mengefisienkan

penggunaan

fasilitas

sekolah/

madrasah.
2.2.1

Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5


(lima) jenis program, yaitu:
Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk
masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan


Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang

merupakan jabaran program tahunan.


Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang

merupakan jabaran program semesteran.


Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang

merupakan jabaran program bulanan.


Program Harian, yaitu program pelayanan

Bimbingan

dan

Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu


minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan
dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan
pendukung (SATKUNG).
2.2.2

Bidang Pelayanan Bimbingan Konseling


Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu

peserta

didik

dalam

memahami,

menilai,

dan

mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta


kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan

dirinya secara realistik.


Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif
dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan

sosial yang lebih luas.


Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara

mandiri.
Pengembangan karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih
dan mengambil keputusan karier.

2.2.3
Fungsi Bimbingan Konseling di Sekolah
Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri
dan lingkungannya.
Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu
mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat
menghambat perkembangan dirinya.
Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi
masalah yang dialaminya.
Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta
didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan
kondisi positif yang dimilikinya.
Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh
pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat
perhatian.
2.2.4

Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah


Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memahami

lingkungan

baru,

terutama

lingkungan

sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk


menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar

peran peserta didik di lingkungan yang baru.


Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial,

belajar, karier/jabatan, dan pendidikan lanjutan.


Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,

program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.


Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta
didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau
kebiasaan

yang berguna dalam kehidupan di sekolah,

keluarga, dan masyarakat.


Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta
didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta


didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan
sosial, kegiatan belajar, karier/jabatan, dan pengambilan
keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika

kelompok.
Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta
didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi

melalui dinamika kelompok.


Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan
atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan
cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi

dan atau masalah peserta didik.


Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar
mereka.

2.2.5

Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling di Sekolah


Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang
diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai

instrumen, baik tes maupun non-tes.


Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan
dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat

rahasia.
Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta
didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang
dapat

memberikan

data,

kemudahan

dan

komitmen

bagi

terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan

tertutup.
Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui
pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.

Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan


pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan

pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karier/jabatan.


Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan
masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan
kewenangannya.

2.2.6

Bentuk Format Kegiatan Bimbingan Konseling di Sekolah


Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani

peserta didik secara perorangan.


Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani

sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.


Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani

sejumlah peserta didik dalam satu kelas.


Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani
seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar

kelas atau lapangan.


Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada
pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.

2.3 PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI


SEKOLAH
Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
0433/p/1993 dan No. 25/1993, penghargaan jam kerja konselor ditetapkan 36
jam per minggu dengan beban tugas meliputi penyusunan program (dihargai
12 jam), pelaksanaan layanan (18 jam) dan evaluasi (6 jam). Konselor yang
membimbing 150 orang siswa dihargai 24 jam, selebihnya dihargai sebagai
bonus kelebihan jam dengan ketentuan tersendiri.

2.3.1 Perencanaan Kegiatan Bimbingan Konseling


Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling
mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam

program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan


pelayanan Bimbingan dan

Konseling

harian

yang

merupakan

penjabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan


SATKUNG yang masing-masing memuat:

sasaran layanan/kegiatan pendukung


substansi layanan/kegiatan pendukung
jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang

terlibat.
waktu dan tempat.
Rencana kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mingguan

meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing


kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. Satu kali
kegiatan layanan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. Volume keseluruhan
kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam satu minggu
minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/
madrasah.
2.3.2 Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Konseling
Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya,
konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri
yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program pelayanan
Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN
dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis
kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh
konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di
dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk:

Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk


menyelenggarakan

layanan

informasi,

penempatan

dan

penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta

layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.


Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas

per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.


Kegiatan non tatap muka dengan peserta

didik

untuk

menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus,


himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan
alih tangan kasus.
Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam
pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk kegiatan tatap muka
maupun

non

tatap

menyelenggarakan

muka

layanan

dengan
orientasi,

peserta
konseling

didik,

untuk

perorangan,

bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta


kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali
kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan Konseling di luar
kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam
pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan
dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum
50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling,
diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap
kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan
pelaksanaan program (LAPELPROG).
2.3.3 Penilaian Kegiatan Bimbingan Konseling
Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenis yaitu:
a. Penilaian hasil
Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling
dilakukan melalui :
Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap
jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan
Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang

dilayani.
Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam
waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah
satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan

dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak

layanan/kegiatan terhadap peserta didik.


Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian
dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester)
setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung
Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui
lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung
Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik.

b. Penilaian proses

Penilaian

proses

dilakukan

melalui

analisis

terhadap

keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam


SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling
dicantumkan dalam LAPELPROG Hasil kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling secara keseluruhan dalam satu
semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai tenaga pendidik, seorang konselor wajib memahami untuk apa
dilakukannya pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Pendidikan tentu
tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik, sehingga makna
bimbingan konseling dalam pendidikan dapat di artikan sebagai satuan
pendidikan dalam mencerdaskan emosi intelektual dan menemukan/menggali
potensi diri.
Melihat dari pentingnya pelayanan bimbingan konseling di sekolah,
kegiatan konseling sangat diperlukan dan harus ditingkatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan yang baik tidak bisa membiarkan satu sisi
dari proses perkembangan, kedua sisi harus berjalan bersama-sama dengan
kadar yang sama dan harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling

di

sekolah,

perencanaan dan proses yang sesuai harus dilakukan agar tujuan


perkembangan tepat sasaran. Diperlukan cara kerja yang baik bagi seorang
konselor sekolah dalam manajemen bimbingan dan konseling, kegiatan
bimbingan harus memandirikan peserta didik dengan tuntas.
B. SARAN

Sebagai mahasiswa dengan mata kuliah bimbingan konseling wajib


mengetahui makna, visi, misi, paradigma, ketentuan, fungsi, cara, proses,
manfaat, dan hal-hal yang lain mengenai pelaksanaan bimbingan konseling
dalam pendidikan formal.
Problematika yang masih menjadi tantangan konselor muda saat ini
adalah bagaimana mengubah gambaran tentang bimbingan konseling yang
dikenal dengan polisi sekolah menjadi hal yang disenangi peserta didik.
Makalah ini masih jauh dari nilai bagus dan perlu kembali di telusuri
apa-apa saja yang kurang demi melengkapi apa yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai