KTI Biologi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman sayuran?
2. Apa saja manfaat dari tanaman sayuran bagi kehidupan?
3. Apa saja kandungan yang terdapat di dalam tanaman sayuran?
4. Dimana dapat kita temukan tanaman sayuran?
5. Siapa saja yang membutuhkan tanaman sayuran?
6. Bagaimana cara meningkatkan kualitas tanaman sayuran?
7. Mengapa kita perlu mengkonsumsi tanaman sayuran?

C. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah disesuaikan berdasarkan program studi yang
kami dalami, terutama dalam bidang IPA.
1. Sejuta manfaat tanaman sayuran bagi kehidupan (yang dibahas
sesuai dengan tanaman yang ada di BALITSA, yaitu bawang merah,
bawang putih, bayam, jamur merang, kangkung, kentang, wortel,
tomat, terong, mentimun).

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan

identifikasi

masalah,

diambil

beberapa

perumusan

masalah:
1. Apa saja manfaat dari tanaman sayuran bagi kehidupan?
2. Apa saja kandungan yang terdapat di dalam tanaman sayuran?
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas tanaman sayuran?
E. TUJUAN PENELITIAN

F. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian yang diadakan di Balitsa ini memiliki banyak kegunaan:
1. Mengetahui manfaat tanaman sayuran bagi tubuh
2. Mengetahui macam-macam jenis tanaman sayuran
3. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam tanaman sayuran
4. Mengetahui bentuk,warna,ciri tanaman sayuran yang dilihat secara
langsung
5. Mengetahui budi daya tanaman sayuran
G.SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
Tanaman Sayuran
Dalam pertanian, tanaman adalah semua subjek usaha tani yang
bukan hewan dan dibudidayakan pada suatu ruang atau media yang
sesuai untuk usaha itu. Pengertian ini dibedakan dari penggunaan
secara

awam

bahwa

tanaman

sama

dengan

tumbuhan.

Pada

kenyataannya, hampir semua tanaman adalah tumbuhan, tetapi ke


dalam pengertian tanaman tercakup pula beberapa fungi (jamur pangan,
seperti jamur kancing dan jamur merang) dan alga (penghasil agar-agar
dan

nori) yang

sengaja

dibudidayakan untuk

dimanfaatkan

nilai

ekonominya. Tanaman "sengaja" ditanam, sedangkan tumbuhan adalah


sesuatu yang muncul atau tumbuh dari permukaan bumi.

Tanaman Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan


asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan
dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal.
Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran
atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa
dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih
dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak
jarang), atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah
disebut sebagai lalapan. Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat
bermacam-macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun
sebagai makanan sampingan. Kandungan nutrisi antara sayuran yang
satu dan sayuran yang lain pun berbeda-beda, meski umumnya sayuran
mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah vitamin,
provitamin, mineral, fiber dan karbohidrat yang bermacam-macam.
Beberapa

jenis

sayuran

bahkan

telah

diklaim

mengandung

zat

antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun zat anti racun.


Warna hijau yang ada pada daun sayuran berasal dari adanya
pigmen klorofil (zat hijau daun). Klorofil ini dipengaruhi oleh pH
(keasaman) dan berubah warna menjadi hijau olive dalam kondisi asam,
dan berubah menjadi hijau cerah dalam kondisi basa. Sejumlah asam
tadi dikeluarkan dari batang sayuran dalam proses memasak, khususnya
bila dimasak tanpa penutup. Warna merah/biru pada beberapa buah dan
sayuran (contoh: kubis merah dan buah blackberry) adalah karen zat
anthocyanin, yang mana zat ini sensitif terhadap perubahan pH. Ketika
pH dalam keadaan netral, pigmen berwarna ungu, ketika terdapat asam,
menjadi merah, dalam kondisi basa, menjadi biru. Pigmen ini sangat
larut dalam air.
Setiap bahan makanan pasti memiliki kandungan zat gizi yang
banyak dan beragam, dalam hal ini sayuran mengandung berbagai zat

gizi yang diperlukan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Zatzat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Zat gizi utama dalam buah dan sayur adalah vitamin dan
mineral, sementara zat-zat gizi lain umumnya terdapat dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak.
Zat gizi dalam sayuran diperlukan tubuh untuk melakukan
berbagai aktivitas metabolisme secara normal. Pada prinsipnya zat
gizi

berfungsi

untuk

menghasilkan

energi

dalam

melakukan

berbagai aktivitas fisik, memelihara dan mengganti jaringanjaringan tubuh yang rusak, serta melakukan pengaturan terhadap
kegiatan berbagai fungsi metabolisme dalam tubuh.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Zat
ini

berfungsi

sebagai

sumber

energi

untuk

aktivitas

otak,

pembentukan sel darah merah dan sistem saraf, serta membantu


metabolisme protein dan lemak. Karbohidrat yang terdapat pada
sayuran umumnya berupa pati dan selulosa yang merupakan
kelompok karbohidrat kompleks diantaranya terdapat banyak pada
singkong, ubi jalar, labu kuning, kentang dan lain-lain.
2. Lemak
Lemak juga merupakan sumber energi bagi tubuh. Lemak
adalah

senyawa

kimia

yang

dalam

struktur

molekulnya

mengandung gugus asam lemak. Terdapat dua jenis asam lemak


yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh
terdapat pada bahan pangan hewani. Kandungan lemak pada
sayuran umumnya sedikit, misalnya terdapat pada buncis, kacang
panjang dan lain-lain. Lemak yang terkandung pada bahan pangan
nabati biasanya berupa asam lemak tidak jenuh, yang berfungsi
sebagai komponen dari sel-sel saraf, membran selular, dan
senyawa yang menyerupai hormon (prostaglandin). Selain itu,

lemak tidak jenuh juga berfungsi sebagai proteksi dan terapi untuk
penyakit jantung, kanker dan lain-lain.
3. Protein
Protein berfungsi sebagai bahan dasar pembentukan sel-sel
dan jaringan tubuh. Selain itu berperan pula dalam proses
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh yang
mengalami kerusakan. Contoh sayuran yang mengandung protein
adalah sayuran yang berasal dari biji-bijian seperti kacang panjang,
buncis, kecambah dan lain-lain.
4. Vitamin
Kebutuhan

tubuh

terhadap

vitamin

berjumlah

sedikit.

Walaupun demikian peranannya sangat besar untuk mengatur


berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Berbagai vitamin
yang dibutuhkan tubuh adalah :
a. Vitamin A
Vitamin

ini

berperan

dalam

proses

metabolisme

protein

mempertajam penglihatan dan membentuk sel baru. berupa


sayuran

berwarna

hijau

gelap

seperti

bayam,

katuk,

dan

buah/sayuran yang berwarna kuning/oranye seperti wortel, kentang,


mangga, pepaya, tomat dan labu kuning.
b. Vitamin B
Berguna untuk melangsungkan proses metabolisme berbagai
zat gizi. Sumbernya adalah kulit ari biji-bijian dan kacang kacangan
(kecipir, roay, petai, kecambah dll)
c. Vitamin C
Fungsi

vitamin

kolagen,meningkatkan

berkaitan

absorpsi

dan

dengan

pembentukan

metabolisme

zat

besi,

meningkatkan absorpsi kalsium, meningkatkan daya tahan tubuh


terhadap infeksi dan berperan dalam proses pencegahan kanker
dan sebagai antioksidan yang sangat penting. Sumber vitamin C

adalah buah-buahan segar dan sayuran yang masih muda dan


segar.
d. Vitamin E
Memegang peranan penting dalam proses reprodukis serta
sebagai anti oksidan. Sumber vitamin E adalah sayuran hijau, bijibijian dan kacang-kacangan.
e. Vitamin K
Berparan dalam proses pembekuan darah. Vitamin K terdapat
pada sayuran berdaun hijau, brokoli, letuce, kubis, bayam, teh hijau,
asparagus, oats, gandum dan kacang polong.
5. Mineral
Dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Berbagai jenis
mineral yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup
dan kese3hatan antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), tembaga (Cu),
Yodium (I), Natrium (Na), dan sebagainya yang mempunyai tugas
untuk membentuk tulang, membantu proses pembekuan darah,
membentukan jaringan, mengatur keseimbangan asam basa, dan
lain sebagainya.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Bawang Merah
Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran yang paling
banyak diusahakan, mulai daerah dataran rendah (< 1 m dpal) sampai
daerah dataran tinggi (> 1000 m dpal). Hasil bawang merah di Indonesia
antara daerah yang satu dengan yang lainnya sangat bervariasi, yang
antara lain disebabkan oleh perbedaan varietas yang diusahakan.
Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan bawang beureum dan
dalam bahasa Jawa disebut brambang, sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut shallot. Bawang merah merupakan salah satu jenis
sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan

sehari-hari dan juga biasa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan
untuk industri makanan yang saat ini berkembang dengan pesat.
Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah
awalnya tanaman ini memiliki hubungan erat dengan bawang bombay
(Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk tanaman hasil
seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam populasi
bawang bombay (Permadi 1995). Penyebaran alami tanaman bawang
merah berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan,
Afganistan dan Iran (Jones dan Mann 1963). Tanaman tersebut menyebar
di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator
sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang
merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10 Lintang
Utara dan 10 Lintang Selatan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani
mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sistem budidayanya
merupakan perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat
subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi pasar. Produksi
bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih
tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik
agroekosistem tempat bawang merah diusahakan. Perkembangan
bawang merah di Indonesia (Tabel 1) menunjukkan bahwa luas areal
panen, produksi maupun tingkat produktivitasnya secara nasional
umumnya meningkat secara perlahan. Gejolak peningkatan produksi
bawang merah pada dasarnya hanya terjadi di daerah sentra produksi
yang telah maju seperti di daerah Brebes Jawa Tengah dengan rataan
produktivitas telah mencapai 9,2 ton/ha dibandingkan dengan rataan
nasional 7,67 t/ha bawang merah (BPS 1994).
Perbedaan antara bawang merah dengan bawang bombay yang paling
menonjol adalah terletak pada sifat vegetatif umbi yang terbentuk
dari pertumbuhan tunas samping umbi induknya. Umbi bawang merah
biasanya mengandung banyak calon tunas dan bila umbi tersebut

ditanam calon tunas akan tumbuh menjadi tunas daun yang kemudian
membentuk umbi dan akhirnya terbentuklah kelompok umbi-umbi
yang bagian dasarnya tetap melekat pada bagian dasar umbi asalnya.
Bawang merah biasanya memiliki jumlah umbi per rumpun
bervariasi antara 4 sampai 8 umbi dan bentuk umbinya dapat
bervariasi mulai dari bentuk agak bulat sampai berbentuk lebih
gepeng (Sunaryono dan Sudomo 1989; Rukman 1994). Umbi tersebut
terbentuk di dalam tanah dengan posisi yang rapat serta dikelilingi
suatu seludang. Pertumbuhan umbi-umbi dalam setiap rumpunnya
adalah mandiri dengan bagian dasarnya yang berhubungan.

Jamur Merang
Jamur merang Volvariella volvacea merupakan salah satu komoditas
sayuran yang prospektif dan potensial untuk dikomersialkan oleh para
petani dan pengusaha agribisnis Indonesia. Hal ini karena jamur merang
merupakan sayuran bernilai gizi, sumber bahan obat-obatan untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit penting, dan bernilai ekonomi
tinggi dengan harga jual yang relatif stabil setiap waktu dibandingkan
dengan

jenis

sayuran

lainnya

(kubis,

cabai,

dll.),

mudah

membudidayakannya, bahan baku berupa limbah tanaman tersedia


berlimpah,

faktor

cuaca

mendukung

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangannya, memerlukan lahan pekarangan yang kecil/sempit,


modal awal yang relatif kecil, skala budidaya industri rumah tangga,
pemasaran (luar dan dalam negeri) masih terbuka lebar, dan merupakan
kegiatan pertanian berwawasan lingkungan.
Dalam melaksanakan budidaya jamur merang, sebagian besar
petani hampir tidak mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) yang

baku. Akibatnya rata-rata hasil jamur merang segar masing sangat


rendah, yaitu 150-200 kg per 1 ton substrat atau Efisiensi Biologisnya
(EB)15-20%. Petani di luar negeri (Vietnam, China, Thailand, dll.) yang
telah dapat menghasilkan lebih dari 300 kg per 1 ton substrat atau EB
lebih dari 30%.
Kendala yang dihadapi oleh petani antara lain adalah: aplikasi bibit
yang belum unggul, tidak menguasai teknologi pembuatan bibit (bibit
kultur murni, bibit induk, bibit sebar), dan sumber bibit sebar dibeli dari
satu perusahaan yang sama. Selain itu teknologi penanganan setelah
panen jamur merang juga tidak difahami. Hal ini mungkin akibat dari
wawasan petani yang kurang luas, informasi yang akurat tidak sampai
ke petani.
Jamur merang, Volvariella volvacea merupakan sayuran bernilai gizi
tinggi. Selain sebagai bahan makanan, jamur merang digunakan pula
sebagai obat penyakit hepatitis kronis, mati rasa separuh badan,
gangguan pencernaan (Muhlisah dan Hening 2000), pencegah penyakit
anemia, kanker, dan hipertensi (Pasaribu et al. 2002) serta berkhasiat
meningkatkan nafsu makan. Komposisi kimia jamur merang adalah
sebagai berikut: lemak 0,3%, protein 1,8%, abu 1,3%, kalsium 30 mgg -1,
fosfat (P) 37 mgg-1, zat besi (Fe) 0,9 mgg -1, vit B (tiamin) 0,03 mgg -1, vit
B12 (riboflavin) 0,01 mgg-1, niasin 1,7 mgg-1, vit C 1,7 mgg-1, kalori 24
mgg-1, dan kadar air 93,3% (Quimio 1981).
Secara biologis, jamur merang adalah fungi yang berbentuk
seperti payung, tubuh buah berdaging, tidak berkhlorofil. Oleh arena itu
jamur merang tidak dapat melakukan fotosintesis dan tidak dapat secara
langsung memanfaatkan energi matahari untuk memproduksi energi
guna kelangsungan hidupnya (pertumbuhan dan perkembangannya).
Jamur edible (termasuk jamur merang) bersifat saprofit, yaitu untuk
pertumbuhan

dan

perkembangannya

jamur

memperoleh

senyawa

organik dalam bentuk siap digunakan berupa selulosa, glukosa, lignin,


protein, dan senyawa pati yang berasal dari bahan organik yang telah

mati (limbah pertanian). Bahan makanan akan diurai oleh enzim yang
diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur merang dikontrol antara
lain oleh nilai optimal berbagai faktor lingkungan abiotik, yaitu
menghendaki suhu udara 25-37oC, RH tinggi (> 80%) yang erat
hubungannya dengan kebutuhan air dalam bentuk air atau uap air,
aerasi udara (CO2-O2) yang cukup serta kualitas nilai gizi sumber bahan
organik sebagai substrat untuk menumbuhkan miselium/ hifa bibit dan
memproduksi tubuh buah (Quimo 1981). Oleh karena itu pemilihan
bahan baku limbah yang sesuai untuk menyusun formula media bibit
dan substrat (media tumbuh) untuk dapat menghasilkan produksi jamur
merang yang maksimal perlu mendapat perhatian yang serius, yaitu
melalui perbaikan teknologi budidaya dan penerapan inovasi teknologi,
transfer teknologi, penyuluhan, dan diskusi langsung antara instansi
terkait dan petani.
Faktor-faktor

abiotik

yang

berpengaruh

negatif

terhadap

pertumbuhan jamur merang antara lain adalah: (a) senyawa beracun


(Hg, Pb, Cu, Ag, Zn, Li) yang menghambat kerja enzim pada hifa, (b)
radiasi gelombang pendek (sinar UV, IR, Gamma) yang merusak sel
jamur serta terjadi perubahan genetik/ mutasi yang pada akhirnya
pertumbuhan serta perkembangan jamur merang terhambat dan mati.
Dengan demikian jamur edible tidak memerlukan cahaya matahari
dengan

intensitas

redup/intensitas

tinggi

rendah),

(cukup
dan

(c)

dengan

pencahayaan

hama-penyakit

yang

yang

menekan

pertumbuhan dan hasil jamur, sehingga pada proses produksinya semua


pengerjaan

harus

dalam

lingkungannya higienis.

kondisi

steril/suci

hama-penyakit

dan

Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran
yang banyak mendatangkan keuntungan karena mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Umbi bawang putih banyak digunakan sebagai
bumbu masak. Selain dikonsumsi sebagai bumbu masak, bawang putih
dapat digunakan sebagai bahan obat dan kosmetik (Santoso 1988).
Sentra bawang putih di Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau
Jawa.

Berdasarkan

survey

eksplorasi,

sekitar

72

persen

daerah

penanaman bawang putih terdapat di Jawa (Buurma 1991). Penanaman


bawang putih di Jawa kebanyakan (66 persen) dilakukan di dataran
tinggi (> 700 meter dpl). Varietas bawang putih utama yang diusahakan
di dataran tinggi adalah Lumbu Hijau, Tawangmangu, Lumbu Kuning,
Gombloh dan Tes.
Kebutuhan (konsumsi) bawang putih dari tahun ke tahun terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, semakin
membaiknya

perekonomia

nasional

dan

semakin

meningkatnya

pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi komoditas tersebut.


Namun, peningkatan ini belum mampu diimbangi dengan peningkatan
produksi. Hal ini disebabkan oleh luas tanam dan produktivitas hasil
yang rendah (6,43 ton/ha pada tahun 1995) (Renstra Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura 1997).

Bayam
Bayam adalah salah satu komoditi sayuran yang sudah cukup
dikenal berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan pemenuhan akan kebutuhan pangan yang
bergizi, bayam merupakan salah satu komoditi sayuran yang dapat
diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral yang relatif
mudah dan murah. Tanaman bayam, khususnya bayam biji merupakan
sumber vitamin dan mineral yang sangat handal. Namun demikian,
tanaman bayam yang mempunyai prospek sebagai tanaman sumber
vitamin dan mineral yang andal, di Indonesia belum diusahakan dalam
skala luas.
Bayam (Amaranthus spp. L.) adalah tanaman yang memiliki proses
fotositesis tipe C4, sehingga memiliki proses fisiologi yang efisien
khususnya dalam mengikat gas asam arang (CO2) dari udara untuk
diolah menjadi senyawa metabolit primer maupun sekunder. Tanaman C 4
tersebut masih mampu mengikat CO2 dalam keadaan sebagian lubang
mulut daun tertutup akibat suhu udara tinggi, kelembaban rendah
maupun cekaman lingkungan lainnya. Tertutupnya lubang stomata
ditambah dengan kemampuan fisiologis menyesuaikan tekanan otomatis
cairan

dalam

sel

mempertahankan

menyebabkan
kecepatan

laju

tanaman
proses

bayam

fotositesis

tetap
pada

mampu
kondisi

lingkungan mencekam seperti suhu udara tinggi, kelembaban udara


rendah ataupun salinitas tanah dan air yang tinggi (F 1-Sharkawi dkk.,
1968). Ahli fisiologi tanaman asal Australia John Downton meneliti dan
menemukan bahwa biji bayam A. edulis mengandung protein yang
berkadar tinggi, khususnya kandungan asam amino lysine, yang
biasanya dalam protein nabati lainnya kekurangan. Kadar protein biji
bayam tercatat sekitar 16%, sedangkan pada gandum antara 12-14%,
pada beras antara 7-19% dan pada jagung antara 9-10% (Dowton 1972).
Kadar asam amino lysine protein nabati dalam bayam setara dengan

lysine yang terkandung dalam susu. Hasil analisis 25 galur A. cundatus


yang ditumbuhkan dalam lokasi dan praktek kultur teknik yang sama di
Guatemala tetap membuktikan nilai nutrisi tinggi bayam, sebagai
berikut : Hasil biji (5,1-11,5 g/30 m), bobot biji (0,496-0,933 mg/butir),
lemak (6,4-11,4%), protein (11,1-13,9%), methionine (168 29 mg/g N),
theronine (276 44 mg/g N), Cystine (74 12 mg/g N), leucine (381
18 mg/g N), lysine (370 41 mg/g N) (Imeri dkk. 1987) dalam Bressani
dkk. 1992).
Seperti halnya dengan bayam biji, nilai nutrisi bayam sayur juga
amat tinggi. Schmidt (1971 dalam Grubben 1976) membuktikan bahwa
bayam sayur ternyata memiliki kandungan protein, kalsium dan besi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran mewah dari Eropa
yaitu kubis dan selada. Selanjutnya, sebagai ilustrasi untuk bayam sayur
dibandingkan dengan sayuran sederhananya lainnya diberikan oleh
Cooke (1974 dalam Grubben 1976). Peristiwanya terjadi di tempat
penampungan tawanan perang tahun 1943 di Malaysia. Kekurangan gizi
sangat umum terjadi pada para tawanan karena makanan bagi mereka
tidak memnuhi syarat kesehatan. Upaya untuk menambah nilai nutrisi
ransum mereka dilakukan dengan menanam sayuran sederhana antara
lain bayam sayur, Basella dan kangkung, pada kebun sempit di antara
gubub-gubug tempat tahanan bermukim. Cara bertanamnya sangat
sederhana, tanaman dipupuk dengan sisa-sisa dan air kencing. Tetapi
setelah beberapa kali tanam, akhirnya mereka mengalami bahwa bayam
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan sayuran Basella dan
kangkung. Selain itu, bayam ternyata lebih tanggap terhadap cekaman
lingkungan, juga lebih produktif dan mampu mengatasi malnutrisi
apabila dikonsumsi sekitar 300 g per hari per manusia.
Keunggulan nilai nutrisi bayam sayuran terutama pada kandungan
vitamin A (beta-karoten), vitamin C; riboflavin dan asam amino thiamine
dan niacin. Kandungan mineral terpenting yang terkandung dalam
bayam sayur adalah kalsium dan zat besi, yang terakhir ini sangat

penting untuk mengatasi anemia (kekurangan darah). Selain itu bayam


sayur juga kaya akan mineral lain seperti (kekurangan darah). Selain itu
bayam

sayur

juga

kaya

akan mineral

lain

seperti

seng (zink),

magnesium, fosfor dan kalium. Kandungan pritein dalam bayam ssayur


ternyata lebih unggul dibandingkan dengan kangkung, khususnya pada
komposisi protein yang mudah dicerna (Lexander dkk. 1970). Kandungan
hidrat arang bayam sayur cukup tinggi, dalam bentuk serat selulosa
yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna tersebut sangat penting
peranannya

dalam

membantu

proses

pencernaan

oleh

lambung,

sehingga dapat mencegah segala bentuk gangguan lambung khususnya


kanker lambung dan usus.

Kangkung
Kangkung merupakan jenis sayuran yang sangat populer bagi
rakyat Indonesia dan bangsa-bangsa yang hidup di daerah tropis. Di
beberapa negara temperata seringkali sebagian penduduknya terdiri
dari orang-orang yang berasal dari negara tropis yang juga biasa
mengenal kangkung.
Di sisi lain, para pakar gulma internasional menyatakan bahwa
kangkung yang dikenal dengan nama populer Water Spinach seringkali
dimasukkan

ke

dalam

golongan

gulma

air

dan

biasanya

hidup

berdampingan dengan Echinochloa crassipes Sahim dan Azola pinnata R.


Br.

Bahkan

dari

sumber

daya

hayati

alam

Indonesia

kangkung

mengandung senyawa tertentu yang potensial untuk manfaat dalam


dunia farmasi; hingga dalam dunia kedokteran kangkung disebut dengan
tanaman obat (Tseng dan Iwakami et al 1992). Secara meluas kangkung
dikenal sebagai obat penenang atau darah tinggi dan obat bagi orang
yang sukar tidur. Bahkan menurut Soenarjono dan Rismunandar (1990)
kangkung bagian akarnya berkhasiat bagi obat wasir.

Karena kangkung dikenal dan disukai oleh berbagai bangsa maka nama
umum tanaman ini bermacam-macam, antara lain sebagai berikut
(Tindal 1983; Phillips dan Rix 1993).
Kangkong Swam cabbage
Water convolvulus Water spinach
Chinese water spinach Patate aquatique
Espinaca aquatica (Spanyol) Karamta
Liseron dEau (Perancis) Nilkamli (India, Bangladesh)
Mribawa Ziwa (Kenya, Tanzania)
Daerah asal :
Tanaman kangkung berasal dari bagian benua Asia yang beriklim
tropis, asal mula dari India dan Cina. Banyak ditanam di daerah Asia
Tenggara terutama Malaysia, Burma, Indonesia, atau Cina Selatan, juga
ditanam di Australia dan Afrika
Deskripsi botanis :
Terdiri dari 2 macam kangkung yang memiliki data botanis berikut.
- Ipomoea aquatica var. reptans Poir yang biasa disebut dengan
kangkung darat, atau bentuk darat. Daunnya kecil-kecil runcing dan
rupanya cantik menarik dibandingkan dengan kangkung air, dan
warnanya hijau keputih-putihan (Tidal 1983 dan Heyne 1987). Pada
umumnya

jenis

kangkung

darat

yang

dikenal

adalah

Sutera,

Sukabumi, Bangkok dll. Jenis kangkung ini terutama jenis Bangkok


lebih disukai konsumen dengan harga yang relatif lebih mahal
daripada kangkung air.
- Ipomoea aquatica var. aquatica Forsk. Yang biasa disebut
denga kangkung air atau bentuk air atau kangkung akuatik.
- Kedua bentuk kangkung ini mempunyai bunga yang putih, pink
atau merah ungu yang dibentuk pada bagian aksil daun. - Bentuk
bunganya mirip dengan Ipomoea batatas (ubi jalar) berbentuk
lonceng, mahkota bunga (corolla)-nya berdiameter hingga 5 cm
(Abidin et al. 1990).

Daun kangkung air mempunyai batang daun yang panjang dengan


daun yang tumbuh pada setiap buku yang panjangnya 7-14 cm. Daun
dibentuk di atas petiol atau tangkai yang panjang, dan bagian
batangnya berongga (Kusumo dan Soenarjono 1992). Jenis kangkung
dari P. Lombok batang antar ruas mencapai 20 cm, dengan daun yang
lebih spesifik agak keriting bentuknya kecil dan runcing. Sedangkan
kangkung air pada umumnya daunnya lebih besar dan ujungnya tidak
begitu runcing seperti kangkung Lombok (Plecing) (Hilman et al. 1995).
Bentuk kangkung air adalah prostat atau mengapung, akar dibentuk
pada tiap buku dan biasanya masuk/penetrasi ke dalam lumpur atau
tanah yang basr. Biji yand dihasilkan adalah kecil dengan berat biji
sebanyak 1000 setara dengan 40 gr (Tindal 1983).
Kandungan Nutrisi Kangkung
Mengapa kangkung disukai dan manusia merasa perlu untuk
memakan kangkung sebagai konsumsi harian?. Jawabanya adalah
bahwa : Selain harganya yang terjangkau oleh rakyat banyak, juga yang
jelas komposisi nutrisi kangkung sangat baik, ini dapat dilihat pada Tabel
1 berikut. Sebagai bandingannya adalah sayuran bayam, hingga
konsumen dapat secara langsung melakukan pilihan sesuai dengan
preferensi dan sasaran gizi yang dikehendaki.
Kenaikan kebutuhan akan kangkung ditunjang oleh keberhasilan
program PKK yang menekankan bahwa kangkung merupakan sumber
gizi yang patut dibanggakan. Dalam 100 gram bagian kangkung yang
bisa dimakan kangkung mengandung 6300 si vitamin A; 32 mg vitamin
C; 2,5 mg zat besi; 3 gram protein; 75 mg kalsium, dan 50 mg fosfor
(Westphal 1993; Hartiningsih 1982 dan Djuariah 1995).
Keanekaragaman hayati pada komunitas kangkung
Pengetahuan
keanekaragaman

akan
hayati

adanya
pada

indeks

komunitas

biodiversitas
tanaman

atau

hortikultura

umumnya, dalam hal ini komunitas kangkung, akan memperkaya


khasanah

aneka

ragamnya

potensi

hewan

pemangsa

atau

mikroorganisme pengendali pada komunitas tersebut. Justru pada saat


sekarang ini sudah tiba saatnya akan perlunya kajian mengenai potensi
hewan atau mokroorganisme berguna ini untuk nantinya jauh ke masa
depan mampu berperan sebagai pengganti atau pengurangan bahan
kimia

atau

(Dibiyantoro

pestisida

untuk

1994a).

Sebagai

tujuan
misal

pengendalian

hama

ditemukannya

jenis

terpadu
jamur

Trichoderma spp. yang potensinya sangat besar untuk mengendalikan


jenis hama-hama yang termasuk ke dalam genus Spodoptera dan
beberapa penyakit bahkan mungkin bila diteliti lebih jauh berguna bagi
pengendalian penyakit.

Tabel 1. Kandungan nutrisi

Kangkung

pada daun kangkung


dibandingkan nutrisi yang
dikandung bayam Nutrisi
Kalori
Protein
Serat
Kalcium
Phospor
Besi
B. caroten
Thiamin
Riboflavin
Niacin
Ascorbic acid

30-44
2,7-3,6
1,1-1,9
60-180
42
5,4
2865
0,10
0,10
1,5
100

Kentang
Kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
menunjang diversifikasi pangan. Salah satu produk olahan dari kentang
adalah kripik, yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam
pembuatan kripik kentang, baik yang berskala industri rumah tangga
maupun yang berskala industri besar, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti pemilihan umbi kentang, cara blansing atau cara
pemberian kapur, agar diperoleh kripik yang baik.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi
untuk

dikembangkan

sebagai

sumber

karbohidrat

dalam

rangka

menunjang program diversifikasi pangan, meningkatkan pendapatan


petani, komoditas ekspor non migas dan bahan baku industri olahan.
Kentang termasuk salah satu komoditi sayuran yang melakukan proses
kehidupan setelah dipanen yaitu adanya proses respirasi (pernafasan)
dan transpirasi, hal ini disebabkan karena kandungan air yang tinggi
sehingga pada suatu saat akan mengalami kemunduran mutu akibat
proses metabolisme dan tidak dapat disimpan lama dalam bentuk segar.
Namun usaha pengembangan komoditas kentang ini masih dihadapkan
pada beberapa masalah antara lain pada bidang pascapanen yaitu
produk-produk

untuk

olahan

kentang

memerlukan

varietas

serta

budidaya yang khusus sehingga menghasilkan umbi kentang yang


memenuhi persyaratan khusus.
Di Indonesia umbi kentang umumnya diperdagangkan sebagai kentang
segar atau sebagai olahan dan dikonsumsi sebagai pengganti nasi,
disayur, dibuat perkedel, sambal goreng kering, keripik kuning dan
keripik putih (Sinaga 1977). Berbagai macam hasil olahan umbi kentang

secara berurutan dapat disebutkan bahwa keripik kentang, keripik


kering, kentang beku, kentang olahan dalam kaleng merupakan produk
olahan yang banyak diperdagangkan dipasaran (Siswoputranto 1985).
Sebagai hasil pertanian umbi kentang seringkali mengalami kerusakan
baik pada saat penanaman, pemanenan, maupun selama penyimpanan
yang dapat menurunkan mutu umbi secara keseluruhan.
Salah

satu

cara

mengawetkan

umbi

kentang

yang

umum

dilakukan oleh masyarakat yaitu mengolah menjadi keripik kentang.


Siswosaputro (1985) melaporkan bahwa komoditas kentang termasuk
pula kedalam lima besar dari makanan pokok dunia yang terdiri atas
gandum,

jagung,

beras,

terigu

dan

kentang.

Selanjutnya

bahwa

komposisi utama dari umbi kentang adalah air 80%, pati dan protein 2%.
Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang
maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari kebutuhan akan
vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai kalori yang
sama nilainya dengan sebuah umbi kentang yang berukuran sedang ini
adalah 100 kalori, sama nilainya dengan sebuah apel atau pisang ukuran
sedang atau jeruk ukuran besar. Umbi kentang yang banyak dikonsumsi
saat ini adalah verietas Granola dan Atalantik seperti pada Gambar 1
dan 2.

Wortel
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang
biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu.
Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau

akarnya. Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan)


yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan
tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi
sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih.
Asal:

Eropa, Asia, dan Afrika utara dan mungkin Amerika utara dan

selatan.
Bagian yang dikonsumsi:

Umbi. Warna kuning umbi disebkan oleh kandungan karoten

alpha dan betha. Makin tua warna umbi, makin tinggi nilai gizinya.
Budidaya:

Penanaman dilakukan dengan sebar langsung

Penjarangan diperlukan untuk meningkatkan ukuran umbi

menghasilkan bentuk umbi yang lebih baik

dan

Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum)


adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan
tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. Terdapat buah tomat
dengan kisaran warna dari hijau ketika masak, kuning, jingga, merah,
ungu (hitam), serta belang-belang.
Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal kelompok tomat:

granola yang bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar dan


mencakup yang biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena
dapat dimakan langsung),

gondol yang biasa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval


(biasanya yang ditanam di Indonesia adalah kultivar 'Gondol Hijau'
dan 'Gondol Putih', dan keturunan dari kultivar impor 'Roma') dan
termasuk pula tomat buah,

sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai


untuk diolah dalam masakan

ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai


pada tangkai buah yang panjang.

Terong
Terong (Solanum melongena, di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai
terong) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran.
Asalnya adalah India dan Sri Lanka. Terong berkerabat dekat dengan
kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat. Terong ialah terna yang
sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm
(16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar.
Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci)
lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga
setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci)
dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna
bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki
lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan
diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi
untuk jenis yang ditanam.
Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri memiliki banyak biji
yang kecil dan lembut. Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit
karena mengandung nikotin, sejenis alkaloid yang banyak dikandung
tembakau.

Mentimun

Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labulabuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan
buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum
masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung
jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh
dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya
sehingga

berfungsi

menyejukkan. Potongan buah mentimun juga

digunakan untuk membantu melembabkan wajah.


Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah
merambat dan merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan
berbuah tanaman mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious)
dengan tipe bunga jantan dan bunga hermafrodit (banci). Bunga
pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia 4-5 minggu, adalah bunga
jantan.

Bunga-bunga

selanjutnya

adalah

bunga

banci

apabila

pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah,


namun

dalam

budidaya

biasanya

jumlah

buah

dibatasi

untuk

larik-larik

putih

menghasilkan ukuran buah yang baik.


Buah

berwarna

hijau

ketika

muda

dengan

kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi


hijau pucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo.
Daging buahnya perkembangan dari bagian mesokarp, berwarna kuning
pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masak
dan biji belum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering
dan biji dipanen, warnanya hitam.

C. KERANGKA BERPIKIR
Balitsa
Balai Penelitian Tanaman Sayuran atau lebih dikenal dengan
sebutan Balitsa, merupakan salah satu lembaga pemerintah dan unit
pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang
berada

dibawah

bertanggung

jawab

langsung

kepada

serta
Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan
Pertanian Hortikultura. Lembaga tersebut terletak dikaki Gunung
Tangkuban
Perahu,

Lembang,

permukaan

Bandung.

Dengan

ketinggian

1250

diatas
laut

(Dpl). Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan tersebut


merupakan tanah andosol yang dipengaruhi oleh tipe iklim B dengan
suhu
rata-rata harian berkisar antara 19-24 C serta curah hujan 2.207,5
mm/tahun.
Lembaga ini didirikan pada tahun 1939 oleh Pemerintah Belanda
dengan
tujuan untuk mendukung dibidang Pertanian dan Perkebunan. Nama
lembaga ini adalah Prust Trein sebagai Kebun Percobaan Tanaman
Serta Pemberantasan Hama Penyakit (Institut Voor Plants Richten)
yang berpusat di Bogor. Sejak awal, lembaga ini sudah melakukan

banyak

penelitian

untuk

meningkatkan

kualitas

dan

kwantitas

berbagai jenis tanaman. Namanya pada saat itu adalah Balai


Penelitian Tehnik Pertanian ( Culture Institute) yang kemudian pada
tahun 1942-1945 berubah menjadi Culture Technish Institute ( Burten
Norg Bogor) atau Kebun Percobaan Margahayu yang menjadi Prust
Trein Margahayu.
Pada sekitar tahun 1945-1950 pemerintah sedang berada dalam
keadaan vakum sehingga menyebabkan kevakuman juga terhadap
lembaga

ini.

Kemudian pada tahun 1950-1960 lembaga ini berganti nama kembali


menjadi
Kebun Percobaan Margahayu yang berpusat di pasar Minggu Jakarta
Selatan
dan mulai melakukan kegiatannya kembali. Pada sekitar tahun 19671980 lembaga ini dijadikan sebagai salah satu cabang Lembaga
Penelitian Hortikultura sehingga pada tanggal 20 Maret 1981 namanya
kembali berubah menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Pangan
( BPTP).
Pada tanggal 31 Juli 1982 Menteri Pertanian RI yaitu, Prof. Ir.
Sudarsono Hadisaputra meresmikan BPTP menjadi Balai Penelitian
Hortikultura (BPHL) di Lembang Bandung. BPHL pada saat itu terdiri
dari satu Sub bagian Tata Usaha, satu Sub bagian Penelitian
Hortikultura Segunung dan Kelompok Peneliti ( Kelti) disamping itu
juga

membawahi

langsung

Instalasi-instalasi

Kebun

Percobaan

Lembang, Cikole, Pangragajian dan Margahayu Kabupaten Bandung


dan kabupaten Subang, Laboratorium dan Bengkel Peralatan.
Berdasarkan keputusan Menteri No. 769 Kep/OT.210/XII/ 90 pada
tanggal 13 Desember 1994 Balai Penelitian Hortikultura Lembang
berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran ( Balitsa) yang

mengalami perubahan tugas lebih khusus ditujukan untuk meneliti


Tanaman
perubahan

Sayuran.
mandat

Dan

terakhir

sesuai

pada

Keputusan

tahun
Menteri

2002

mendapat

Pertanian

No.74

Kep/OT.240/I/2002, tentang organisasi dan Tata Kerja Balitsa yang


terdiri dari Sub bagian Tata Usaha, Seleksi Pelayanan Teknis, Seksi
Jasa Penelitian, Satu Kebun percobaan Subang.

Balitsa merupakan salah satu lembaga pemerintah yang mempunyai


fungsi dalam bidang penelitian adalah:
1. Pelaksanaan penelitian

morfologi, fisiologi, ekologi. Entomologi

dan fitopatologi tanaman sayuran.


2. Pelaksanaan

penelitian

genetika,

pemuliaan,

perbenihan

dan

pemanfaatan plasma nutfah tanaman sayuran.


3. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi system dan usaha
bisnis tanaman sayuran.
4. Secara garis besar tujuan program penelitian adalah menciptakan
teknologi tepat guna untuk mendukung pengembangan system
dan usaha bisnis sayuran

D. HIPOTESIS PENELITIAN
Manfaat tanaman sayuran sangat banyak, terutama bagi
kehidupan manusia karena tanaman sayuran mengandung banyak zat
gizi yang sangat diperlukan bagi tubuh manusia, seperti karbohidrat,
mineral,lemak,protein,vitamin.

BAB III

Metodologi Penelitian
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 November 2010 sampai dengan
5 November 2010.
Pada tanggal 4 November 2010 pukul 11.30-12.30, kami melakukan
observasi dan wawancara di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA).
B. METODE PENELITIAN
C. POPULASI DAN SAMPEL

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)


Populasi : Kawasan BALITSA
Sampel : Berbagai macam sayuran, seperti kangkung, bayam, jamur
merang, bawang putih, bawang merah, kentang, cabai.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


E. INSTRUMEN PENELITIAN
F. TEKNIK ANALISIS DATA
1. BALITSA

Variabel bebas : jenis tanaman sayuran


Variabel terikat : manfaat bagi manusia
Hipotesis : tanaman sayur mengandung banyak vitamin dan nutrisi
yang diperlukan bagi tubuh manusia, seperti vitamin A, B, C, D, E,
maupun K. Sayuran juga merupakan sumber mineral, sumber protein,
sumber karbohidrat, dan lemak.

Variabel bebas : pemakaian pupuk pada tanaman

Variabel terikat : tanaman-tanaman yang diberi pupuk


Variabel kontrol : pertumbuhan tanaman
Hipotesis : pemakaian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan
kualitas dari hasil tanaman tersebut. Pupuk yang diberikan juga
berbeda jenisnya, semakin bagus kualitas pupuk, semakin bagus pula
kualitas tanaman tersebut.

Variabel bebas : hama pada tanaman


Variabel terikat : tanaman yang terserang hama
Variabel kontrol : banyaknya hasil panen dan kerugian yang
diakibatkan oleh hama
Hipotesis : hama pada tanaman dapat menyebabkan kehilangan hasil
panen bahkan hingga 100%. Namun selain merugikan, hama juga
memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan kualitas panen pada
tanaman tertentu.

G. HIPOTESIS STATISTIK

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 12.November.2010 kepada 40
siswa siswi SMA RICCI 1 kelas XI secara acak. Data yang diperoleh
menunjukan adanya karakteristik responden sebagai berikut:

Jenis kelamin: Siswa: 20


Siswi: 20
Umur : 15-17 thn
Pekerjaan : Pelajar

B. DESKRIPSI DATA

Konsumsi bayam.

penuaan dini.

C.PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS


Pengujian persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui apakah dekskripsi
data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Analisis varian
mempersyaratkan data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal
dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. Analisis varian terdiri dari uji
normalitas dan homogenitas data.
Uji Normalitas

D. PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN


E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai