KTI Biologi
KTI Biologi
KTI Biologi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman sayuran?
2. Apa saja manfaat dari tanaman sayuran bagi kehidupan?
3. Apa saja kandungan yang terdapat di dalam tanaman sayuran?
4. Dimana dapat kita temukan tanaman sayuran?
5. Siapa saja yang membutuhkan tanaman sayuran?
6. Bagaimana cara meningkatkan kualitas tanaman sayuran?
7. Mengapa kita perlu mengkonsumsi tanaman sayuran?
C. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah disesuaikan berdasarkan program studi yang
kami dalami, terutama dalam bidang IPA.
1. Sejuta manfaat tanaman sayuran bagi kehidupan (yang dibahas
sesuai dengan tanaman yang ada di BALITSA, yaitu bawang merah,
bawang putih, bayam, jamur merang, kangkung, kentang, wortel,
tomat, terong, mentimun).
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
identifikasi
masalah,
diambil
beberapa
perumusan
masalah:
1. Apa saja manfaat dari tanaman sayuran bagi kehidupan?
2. Apa saja kandungan yang terdapat di dalam tanaman sayuran?
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas tanaman sayuran?
E. TUJUAN PENELITIAN
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian yang diadakan di Balitsa ini memiliki banyak kegunaan:
1. Mengetahui manfaat tanaman sayuran bagi tubuh
2. Mengetahui macam-macam jenis tanaman sayuran
3. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam tanaman sayuran
4. Mengetahui bentuk,warna,ciri tanaman sayuran yang dilihat secara
langsung
5. Mengetahui budi daya tanaman sayuran
G.SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
Tanaman Sayuran
Dalam pertanian, tanaman adalah semua subjek usaha tani yang
bukan hewan dan dibudidayakan pada suatu ruang atau media yang
sesuai untuk usaha itu. Pengertian ini dibedakan dari penggunaan
secara
awam
bahwa
tanaman
sama
dengan
tumbuhan.
Pada
nori) yang
sengaja
dibudidayakan untuk
dimanfaatkan
nilai
jenis
sayuran
bahkan
telah
diklaim
mengandung
zat
gizi yang diperlukan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Zatzat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Zat gizi utama dalam buah dan sayur adalah vitamin dan
mineral, sementara zat-zat gizi lain umumnya terdapat dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak.
Zat gizi dalam sayuran diperlukan tubuh untuk melakukan
berbagai aktivitas metabolisme secara normal. Pada prinsipnya zat
gizi
berfungsi
untuk
menghasilkan
energi
dalam
melakukan
berbagai aktivitas fisik, memelihara dan mengganti jaringanjaringan tubuh yang rusak, serta melakukan pengaturan terhadap
kegiatan berbagai fungsi metabolisme dalam tubuh.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Zat
ini
berfungsi
sebagai
sumber
energi
untuk
aktivitas
otak,
senyawa
kimia
yang
dalam
struktur
molekulnya
lemak tidak jenuh juga berfungsi sebagai proteksi dan terapi untuk
penyakit jantung, kanker dan lain-lain.
3. Protein
Protein berfungsi sebagai bahan dasar pembentukan sel-sel
dan jaringan tubuh. Selain itu berperan pula dalam proses
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh yang
mengalami kerusakan. Contoh sayuran yang mengandung protein
adalah sayuran yang berasal dari biji-bijian seperti kacang panjang,
buncis, kecambah dan lain-lain.
4. Vitamin
Kebutuhan
tubuh
terhadap
vitamin
berjumlah
sedikit.
ini
berperan
dalam
proses
metabolisme
protein
berwarna
hijau
gelap
seperti
bayam,
katuk,
dan
vitamin
kolagen,meningkatkan
berkaitan
absorpsi
dan
dengan
pembentukan
metabolisme
zat
besi,
Bawang Merah
Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran yang paling
banyak diusahakan, mulai daerah dataran rendah (< 1 m dpal) sampai
daerah dataran tinggi (> 1000 m dpal). Hasil bawang merah di Indonesia
antara daerah yang satu dengan yang lainnya sangat bervariasi, yang
antara lain disebabkan oleh perbedaan varietas yang diusahakan.
Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan bawang beureum dan
dalam bahasa Jawa disebut brambang, sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut shallot. Bawang merah merupakan salah satu jenis
sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan
sehari-hari dan juga biasa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan
untuk industri makanan yang saat ini berkembang dengan pesat.
Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah
awalnya tanaman ini memiliki hubungan erat dengan bawang bombay
(Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk tanaman hasil
seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam populasi
bawang bombay (Permadi 1995). Penyebaran alami tanaman bawang
merah berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan,
Afganistan dan Iran (Jones dan Mann 1963). Tanaman tersebut menyebar
di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator
sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang
merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10 Lintang
Utara dan 10 Lintang Selatan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani
mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sistem budidayanya
merupakan perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat
subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi pasar. Produksi
bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih
tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik
agroekosistem tempat bawang merah diusahakan. Perkembangan
bawang merah di Indonesia (Tabel 1) menunjukkan bahwa luas areal
panen, produksi maupun tingkat produktivitasnya secara nasional
umumnya meningkat secara perlahan. Gejolak peningkatan produksi
bawang merah pada dasarnya hanya terjadi di daerah sentra produksi
yang telah maju seperti di daerah Brebes Jawa Tengah dengan rataan
produktivitas telah mencapai 9,2 ton/ha dibandingkan dengan rataan
nasional 7,67 t/ha bawang merah (BPS 1994).
Perbedaan antara bawang merah dengan bawang bombay yang paling
menonjol adalah terletak pada sifat vegetatif umbi yang terbentuk
dari pertumbuhan tunas samping umbi induknya. Umbi bawang merah
biasanya mengandung banyak calon tunas dan bila umbi tersebut
ditanam calon tunas akan tumbuh menjadi tunas daun yang kemudian
membentuk umbi dan akhirnya terbentuklah kelompok umbi-umbi
yang bagian dasarnya tetap melekat pada bagian dasar umbi asalnya.
Bawang merah biasanya memiliki jumlah umbi per rumpun
bervariasi antara 4 sampai 8 umbi dan bentuk umbinya dapat
bervariasi mulai dari bentuk agak bulat sampai berbentuk lebih
gepeng (Sunaryono dan Sudomo 1989; Rukman 1994). Umbi tersebut
terbentuk di dalam tanah dengan posisi yang rapat serta dikelilingi
suatu seludang. Pertumbuhan umbi-umbi dalam setiap rumpunnya
adalah mandiri dengan bagian dasarnya yang berhubungan.
Jamur Merang
Jamur merang Volvariella volvacea merupakan salah satu komoditas
sayuran yang prospektif dan potensial untuk dikomersialkan oleh para
petani dan pengusaha agribisnis Indonesia. Hal ini karena jamur merang
merupakan sayuran bernilai gizi, sumber bahan obat-obatan untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit penting, dan bernilai ekonomi
tinggi dengan harga jual yang relatif stabil setiap waktu dibandingkan
dengan
jenis
sayuran
lainnya
(kubis,
cabai,
dll.),
mudah
faktor
cuaca
mendukung
untuk
pertumbuhan
dan
dan
perkembangannya
jamur
memperoleh
senyawa
mati (limbah pertanian). Bahan makanan akan diurai oleh enzim yang
diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur merang dikontrol antara
lain oleh nilai optimal berbagai faktor lingkungan abiotik, yaitu
menghendaki suhu udara 25-37oC, RH tinggi (> 80%) yang erat
hubungannya dengan kebutuhan air dalam bentuk air atau uap air,
aerasi udara (CO2-O2) yang cukup serta kualitas nilai gizi sumber bahan
organik sebagai substrat untuk menumbuhkan miselium/ hifa bibit dan
memproduksi tubuh buah (Quimo 1981). Oleh karena itu pemilihan
bahan baku limbah yang sesuai untuk menyusun formula media bibit
dan substrat (media tumbuh) untuk dapat menghasilkan produksi jamur
merang yang maksimal perlu mendapat perhatian yang serius, yaitu
melalui perbaikan teknologi budidaya dan penerapan inovasi teknologi,
transfer teknologi, penyuluhan, dan diskusi langsung antara instansi
terkait dan petani.
Faktor-faktor
abiotik
yang
berpengaruh
negatif
terhadap
intensitas
redup/intensitas
tinggi
rendah),
(cukup
dan
(c)
dengan
pencahayaan
hama-penyakit
yang
yang
menekan
harus
dalam
lingkungannya higienis.
kondisi
steril/suci
hama-penyakit
dan
Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran
yang banyak mendatangkan keuntungan karena mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Umbi bawang putih banyak digunakan sebagai
bumbu masak. Selain dikonsumsi sebagai bumbu masak, bawang putih
dapat digunakan sebagai bahan obat dan kosmetik (Santoso 1988).
Sentra bawang putih di Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau
Jawa.
Berdasarkan
survey
eksplorasi,
sekitar
72
persen
daerah
perekonomia
nasional
dan
semakin
meningkatnya
Bayam
Bayam adalah salah satu komoditi sayuran yang sudah cukup
dikenal berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan pemenuhan akan kebutuhan pangan yang
bergizi, bayam merupakan salah satu komoditi sayuran yang dapat
diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral yang relatif
mudah dan murah. Tanaman bayam, khususnya bayam biji merupakan
sumber vitamin dan mineral yang sangat handal. Namun demikian,
tanaman bayam yang mempunyai prospek sebagai tanaman sumber
vitamin dan mineral yang andal, di Indonesia belum diusahakan dalam
skala luas.
Bayam (Amaranthus spp. L.) adalah tanaman yang memiliki proses
fotositesis tipe C4, sehingga memiliki proses fisiologi yang efisien
khususnya dalam mengikat gas asam arang (CO2) dari udara untuk
diolah menjadi senyawa metabolit primer maupun sekunder. Tanaman C 4
tersebut masih mampu mengikat CO2 dalam keadaan sebagian lubang
mulut daun tertutup akibat suhu udara tinggi, kelembaban rendah
maupun cekaman lingkungan lainnya. Tertutupnya lubang stomata
ditambah dengan kemampuan fisiologis menyesuaikan tekanan otomatis
cairan
dalam
sel
mempertahankan
menyebabkan
kecepatan
laju
tanaman
proses
bayam
fotositesis
tetap
pada
mampu
kondisi
sayur
juga
kaya
akan mineral
lain
seperti
seng (zink),
dalam
membantu
proses
pencernaan
oleh
lambung,
Kangkung
Kangkung merupakan jenis sayuran yang sangat populer bagi
rakyat Indonesia dan bangsa-bangsa yang hidup di daerah tropis. Di
beberapa negara temperata seringkali sebagian penduduknya terdiri
dari orang-orang yang berasal dari negara tropis yang juga biasa
mengenal kangkung.
Di sisi lain, para pakar gulma internasional menyatakan bahwa
kangkung yang dikenal dengan nama populer Water Spinach seringkali
dimasukkan
ke
dalam
golongan
gulma
air
dan
biasanya
hidup
Bahkan
dari
sumber
daya
hayati
alam
Indonesia
kangkung
Karena kangkung dikenal dan disukai oleh berbagai bangsa maka nama
umum tanaman ini bermacam-macam, antara lain sebagai berikut
(Tindal 1983; Phillips dan Rix 1993).
Kangkong Swam cabbage
Water convolvulus Water spinach
Chinese water spinach Patate aquatique
Espinaca aquatica (Spanyol) Karamta
Liseron dEau (Perancis) Nilkamli (India, Bangladesh)
Mribawa Ziwa (Kenya, Tanzania)
Daerah asal :
Tanaman kangkung berasal dari bagian benua Asia yang beriklim
tropis, asal mula dari India dan Cina. Banyak ditanam di daerah Asia
Tenggara terutama Malaysia, Burma, Indonesia, atau Cina Selatan, juga
ditanam di Australia dan Afrika
Deskripsi botanis :
Terdiri dari 2 macam kangkung yang memiliki data botanis berikut.
- Ipomoea aquatica var. reptans Poir yang biasa disebut dengan
kangkung darat, atau bentuk darat. Daunnya kecil-kecil runcing dan
rupanya cantik menarik dibandingkan dengan kangkung air, dan
warnanya hijau keputih-putihan (Tidal 1983 dan Heyne 1987). Pada
umumnya
jenis
kangkung
darat
yang
dikenal
adalah
Sutera,
akan
hayati
adanya
pada
indeks
komunitas
biodiversitas
tanaman
atau
hortikultura
aneka
ragamnya
potensi
hewan
pemangsa
atau
atau
(Dibiyantoro
pestisida
untuk
1994a).
Sebagai
tujuan
misal
pengendalian
hama
ditemukannya
jenis
terpadu
jamur
Kangkung
30-44
2,7-3,6
1,1-1,9
60-180
42
5,4
2865
0,10
0,10
1,5
100
Kentang
Kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
menunjang diversifikasi pangan. Salah satu produk olahan dari kentang
adalah kripik, yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam
pembuatan kripik kentang, baik yang berskala industri rumah tangga
maupun yang berskala industri besar, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti pemilihan umbi kentang, cara blansing atau cara
pemberian kapur, agar diperoleh kripik yang baik.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi
untuk
dikembangkan
sebagai
sumber
karbohidrat
dalam
rangka
untuk
olahan
kentang
memerlukan
varietas
serta
satu
cara
mengawetkan
umbi
kentang
yang
umum
jagung,
beras,
terigu
dan
kentang.
Selanjutnya
bahwa
komposisi utama dari umbi kentang adalah air 80%, pati dan protein 2%.
Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang
maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari kebutuhan akan
vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai kalori yang
sama nilainya dengan sebuah umbi kentang yang berukuran sedang ini
adalah 100 kalori, sama nilainya dengan sebuah apel atau pisang ukuran
sedang atau jeruk ukuran besar. Umbi kentang yang banyak dikonsumsi
saat ini adalah verietas Granola dan Atalantik seperti pada Gambar 1
dan 2.
Wortel
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang
biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu.
Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau
Eropa, Asia, dan Afrika utara dan mungkin Amerika utara dan
selatan.
Bagian yang dikonsumsi:
alpha dan betha. Makin tua warna umbi, makin tinggi nilai gizinya.
Budidaya:
dan
Tomat
Terong
Terong (Solanum melongena, di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai
terong) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran.
Asalnya adalah India dan Sri Lanka. Terong berkerabat dekat dengan
kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat. Terong ialah terna yang
sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm
(16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar.
Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci)
lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga
setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci)
dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna
bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki
lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan
diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi
untuk jenis yang ditanam.
Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri memiliki banyak biji
yang kecil dan lembut. Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit
karena mengandung nikotin, sejenis alkaloid yang banyak dikandung
tembakau.
Mentimun
Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labulabuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan
buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum
masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung
jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh
dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya
sehingga
berfungsi
Bunga-bunga
selanjutnya
adalah
bunga
banci
apabila
dalam
budidaya
biasanya
jumlah
buah
dibatasi
untuk
larik-larik
putih
berwarna
hijau
ketika
muda
dengan
C. KERANGKA BERPIKIR
Balitsa
Balai Penelitian Tanaman Sayuran atau lebih dikenal dengan
sebutan Balitsa, merupakan salah satu lembaga pemerintah dan unit
pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang
berada
dibawah
bertanggung
jawab
langsung
kepada
serta
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian Hortikultura. Lembaga tersebut terletak dikaki Gunung
Tangkuban
Perahu,
Lembang,
permukaan
Bandung.
Dengan
ketinggian
1250
diatas
laut
banyak
penelitian
untuk
meningkatkan
kualitas
dan
kwantitas
ini.
membawahi
langsung
Instalasi-instalasi
Kebun
Percobaan
Sayuran.
mandat
Dan
terakhir
sesuai
pada
Keputusan
tahun
Menteri
2002
mendapat
Pertanian
No.74
penelitian
genetika,
pemuliaan,
perbenihan
dan
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Manfaat tanaman sayuran sangat banyak, terutama bagi
kehidupan manusia karena tanaman sayuran mengandung banyak zat
gizi yang sangat diperlukan bagi tubuh manusia, seperti karbohidrat,
mineral,lemak,protein,vitamin.
BAB III
Metodologi Penelitian
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 November 2010 sampai dengan
5 November 2010.
Pada tanggal 4 November 2010 pukul 11.30-12.30, kami melakukan
observasi dan wawancara di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA).
B. METODE PENELITIAN
C. POPULASI DAN SAMPEL
G. HIPOTESIS STATISTIK
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 12.November.2010 kepada 40
siswa siswi SMA RICCI 1 kelas XI secara acak. Data yang diperoleh
menunjukan adanya karakteristik responden sebagai berikut:
B. DESKRIPSI DATA
Konsumsi bayam.
penuaan dini.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN