Jumlah Prduksi Labu
Jumlah Prduksi Labu
Jumlah Prduksi Labu
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
AGNI KUSUMAWATI
NIM. C2B009073
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: Agni Kusumawati
: C2B009073
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / IESP
Dosen Pembimbing
ii
: Agni Kusumawati
: C2B009073
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / IESP
Judul Skripsi
17 Agustus 2013
Tim Penguji
( .... )
iii
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul RANTAI NILAI (VALUE
CHAIN) AGRIBISNIS LABU DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG adalah hasil karya saya dan tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di daftar
pustaka.
Saya mengakui bahwa karya Skripsi ini dapat dihasilkan berkat bimbingan dan
dukungan penuh dari Dosen Pembimbing saya yaitu
Prof.Dr.Purbayu Budi Santosa., MS
Apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan pernyataan,
saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Agni Kusumawati
iv
-Mother Theresa-
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) AGRIBISNIS LABU DI KECAMATAN
GETASAN,
KABUPATEN
SEMARANG.
Penulis
menyadari
bahwa
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu penulis dengan segala
kerendahan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, khususnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas penyertaan, pelajaran, kesabaran dan kasih
sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Drs. H.Muhammad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D, selaku Dekan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Prof.Dr.Purbayu Budi Santosa., MS selaku dosen pembimbing.
Terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing
penulis dan memberikan penulis inspirasi selama proses penelitian.
4. Prof.Dra. Hj.Indah Susilowati.,
M.Sc.,
viii
Agni Kusumawati
ix
DAFTAR ISI
BAB I1PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar belakang................................................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................ 19
1.3. Tujuan penelitian ......................................................................................... 21
1.4. Sistematika penulisan .................................................................................. 21
BAB II23TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 23
2.1.
2.3.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
Metode Analisis......................................................................................... 53
4.2.
4.3.
4.4.
Fungsi dan Pelaku Peta Rantai Nilai (Value Chain) Agribisnis Labu ...... 60
x
xi
4.5.
4.6.
Simpulan.................................................................................................... 67
5.2.
Saran .......................................................................................................... 67
5.3.
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.11PDRB Atas Dasar Harga Berlaku1Menurut Lapangan Usaha
Indonesia1Tahun 2009-2011................................................................................... 1
Tabel 1.22Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja2Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia2Tahun 2009-2011 ................................. 2
Tabel 1.33PDRB Atas Dasar Harga Berlaku3Menurut Lapangan Usaha3Provinsi
Jawa Tengah3Tahun 2009-2011 ............................................................................. 3
Tabel 1.44Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja ................ 4Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Jawa Tengah4Tahun 2009-2011.............. 4
Tabel 1.56PDRB Atas Dasar Harga Berlaku6Menurut Lapangan
Usaha6Kabupaten Semarang6Tahun 2009-2011 .................................................... 6
Tabel 1.67Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja7Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Semarang7Bulan
Agustus Tahun 2009-2011 ...................................................................................... 7
Tabel 1.712Komposisi Zat Gizi Labu Kuning12Per 100 gram bahan .................. 12
Tabel 1.814Jumlah Produksi dan Luas Panen Labu Di Indonesia14Tahun 20072011 ....................................................................................................................... 14
Tabel 1.915Jumlah Produksi Labu Menurut Provinsi di Indonesia15Tahun 2007201115(dalam Ton) ............................................................................................... 15
Tabel 1.1016Jumlah Produksi Labu16Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah16Tahun 2007-2009 (dalam Ton) ............................................................. 16
Tabel 1.1117Jumlah Produksi, Rata-Rata Harga, Konsumsi dan Luas
Lahan17Labu Di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang17Tahun 2006-2011
............................................................................................................................... 17
Tabel 1.12 Lapangan Usaha yang Paling Banyak Menyerap Tenaga Kerja
Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Getasan Tahun 201118
Tabel 2.143Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................ 43
Tabel 3.151Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk51Per Desa
di Kecamatan Getasan51Tahun 2011 ................................................................... 51
Tabel 3.2 Jumlah Responden Penelitian51
Tabel 3.3 Variabel dan Definisi Operasional 55
Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Presentase Keluarga Pertanian Kecamatan
Getasan Tahun 2010...55
xii
xiii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.111Tanaman Labu Kuning ................................................................... 11
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Produksi...24
Gambar 2.227Rantai Nilai .................................................................................... 27
Gambar 2.3 Keterikatan Antarsubsistem dalam Sistem Agribisnis...35
Gambar 2.442Kerangka Pemikiran42Rantai Nilai Agribisnis Labu..................... 42
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian....47
Gambar 4.159Rantai Nilai Agribisnis Labu.......................................................... 59
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan letak geografis yang
strategis. Selain itu, kandungan sumber daya energi dan hayatinya sangat
beragam. Dari segi perekonomian, Indonesia merupakan pasar yang potensial
karena jumlah penduduknya terbesar nomor 3 di dunia.
Untuk melihat struktur perekonomian suatu negara salah satunya dengan
melihat PDRB negara tersebut. Berikut merupakan PDRB Indonesia seperti
tertera dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Indonesia
Tahun 2009-2011(Juta Rupiah)
N
o.
1
2
3
4
5
6
Lapangan Usaha
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real
Estat dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
2009
Grow
th
2010
Gro
wth
2011
Gro
wth
857.196
15
3,9
985.448
15
2,9
1.093.466
14
2,9
592.060
10
4,4
718.136
11
3,5
886.243
11
1,3
1.477.541
26
2,2
1.595.779
24
4,7
1.803.486
24
6,2
46.680
0,8
14,2
49.119
0.7
5,3
55.700
0,7
4,8
555.192
9,9
7,0
660.890
10
6,9
756.537
10
6,7
744.513
13
1,2
882.487
13
8,6
1.022.106
13
9,1
353.739
15,8
423.165
13,4
491.240
10,6
405.162
5,2
466.563
5,6
534.975
7,2
6,8
574.116
10
6,4
654.680
10
783.330
10
6,7
6.436.270
100
7.427.086
100
Total
5.606.203
Sumber: Statistik Indonesia (2012)
100
Lapangan Usaha
Pertnian, Peternkan,
Kehutan dan Periknan
2009
4.161.1840
%
39,67
2010
41.494.941
%
38,34
2011
39.328.915
%
35,86
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
1.155.233
1,1
1.254.501
1,15
1.465.376
1,33
12.839.800
12,24
13.824.251
12,77
14.542.081
0,21
223.054
0,21
234.070
0,21
239.636
0,21
5.486.817
5,23
5.592.897
5,16
6.339.811
5,78
21.947.823
20,92
22.492.176
20,78
23.396.537
21,33
6.117.985
5,83
5.619.022
5,19
5.078.822
4,63
1.486.596
1,41
1.739.486
1,6
2.633.362
2,4
14.001.515
13,35
15.956.423
14,74
16.645.859
15,17
100
108.207.767
100
109.670.399
100
3
4
5
6
7
8
9
10.4870.663
Total
Sumber: Statistik Indonesia (2012), diolah
menempati urutan pertama sektor yang paling menyerap tenaga kerja. Presentase
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapi 1/3 secara nasional.
Terjadi suatu ketidakseimbangan antara jumlah penyerapan tenaga kerja dan
distribusi sektor pertanian ke PDRB karena jumlah penyerapan tenaga kerja yang
tinggi di sektor pertanian tidak berdampak pada peningkatan distribusi ke PDRB.
Permasalahan tersebut juga tidak hanya terjadi secara nasional tapi level
daerah pun juga mengalami masalah yang sama. Provinsi Jawa Tengah misalnya
sebagai provinsi dengan jumlah lahan pertanian yang banyak mengalami
permasalahan yang sama. Berikut PDRB menurut lapangan usaha Provinsi Jawa
Tengah seperti tertera dalam Tabel 1.3
Tabel 1.3
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009-2011(Juta Rupiah)
N
o.
1
2
3
4
Lapangan
Usaha
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih
2009
Gro
wth
2010
Gro
wth
2011
Gro
wth
79.342.553,9
19,9
8,8
86.667.552,35
19,4
9,2
95.094.911
19
9,7
3.852.796,77
0,9
9,6
4.302.563
0,9
11,6
4.726.486
0,9
9,8
130.352.154,4
32,7
4,2
146.155.156,8
32,8
12,1
166.108.727
33
13,6
4.114.517,6
9,7
4.645.499,8
12,9
4.984.337
7,2
6,1
10,9
5,9
9,6
Konstruksi
24.448.721,4
6,1
15,4
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
78.262.543,48
19,6
9,2
86.998.316,3
19,5
11,1
98.268.229
19,7
12,9
Pengangkutan
dan Komunikasi
23.836.789,16
5,9
13,2
26.298.747,1
5,9
10,3
29.172.039
5,8
10,9
Keuangan, Real
Estat dan Jasa
Perusahaan
14.447.437,07
3,6
14,5
15.889.731,1
3,5
10
17.684.047
3,5
11,2
Jasa-jasa
39.246.429,8
9,8
10,6
46.599.865,3
10,4
18,7
52.828.325
10,6
13,3
397.903.943,7
100
444.682.014,6
100
498.614.636
100
Total
27.124.582,6
29.747.532
3
4
5
6
9
Total
Lapangan
Usaha
Prtanan,
Peternkan,Kh
utnan dan
Periknan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas
dan Air
Bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Keuangan,
Real Estat
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
2009
2010
2011
5.864.827
37
5.616.529
35,5
5.376.452
33,7
122.572
21,8
117.048
21,4
79.440
21,3
2.656.673
16,7
2.815.292
17,8
3.046.724
19,1
25.425
11,6
19.577
12,4
29.152
12,9
1.028.429
6,4
1.046.741
6,6
1.097.380
6,8
3.462.071
4,3
3.388.450
4,2
3.402.091
3,5
683.675
0,9
664.080
0,8
563.144
0,6
154.739
0,9
179.804
1,1
264.681
1,6
1.836.971
11,6
1.961.926
12,4
2.057.071
12,9
15.835.382
100
15.809.447
100
15.916.135
100
Tabel 1.5
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang
Tahun 2009-2011 (Juta Rupiah)
2009
2010
Gro
wth
14,8
Gr
owt
h
5,1
1.657.509
14,9
2,2
1.826.999
14,8
4,2
12.280
0,1
4,3
142.34
0,1
5,6
15.615
0,1
0,5
4.364.043
43,3
3,8
4.741.112
42,8
4,8
5.275.114
42,7
5,5
130.745
1,3
6,3
146.109
1,3
172.226
1,4
8,9
390.251
3,8
2,9
440.178
3,9
7,5
497.404
9,3
2.070.958
20,5
3,9
2.285.795
20,6
5,8
2.537.697
20,5
5,3
267.112
2,6
3,7
288.304
2,6
3,5
341.116
2,7
7,1
421.871
4,1
7,3
465.987
4,2
6,3
519.388
4,2
4,5
919.578
9,1
6,3
1.032.382
9,3
5,3
1.149.888
9,3
7,9
10.069.046
100
11.071.610
100
1.233.5447
100
N
o.
Lapangan
Usaha
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan
dan
Perikanan
1.492.208
Pertambanga
n dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas
dan Air
Bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Pengangkuta
n dan
Komunikasi
Keuangan,
Real Estat
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
3
4
5
6
9
Total
2011
Gro
wth
penting dan memiliki pengaruh pada perekonomian secara makro. Hal ini
berkaitan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja seperti tertera dalam Tabel 1.6
berikut:
Tabel 1.6
Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Semarang
Bulan Agustus Tahun 2009-2011
No.
1
2
3
2009
36,43
21,68
18,04
2010
34,20
25,48
17,97
2011
38,09
21,20
16,84
Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya
memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk
berkembangnya sektor pertanian. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan
pada posisi marginal. Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan
keinginan para petani. Kebijakan impor komoditi pertanian mencerminkan
pertentangan kepentingan antara petani dan pemerintah. Kondisi ini membuat
nasib petani tidak beranjak membaik. Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh
sektor industri, dengan semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian dan semakin
luasnya lahan kritis. Pembangunan pemukiman yang meluas sampai ke daerah
pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi menghasilkan bahan
pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Permasalahan tersebut merupakan
salah satu hal yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
rendah walaupun tingkat tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Semarang
tinggi.
Jika dilihat secara makro, permasalahan di sektor pertanian terjadi karena
banyak faktor dan saling berhubungan satu sama lain. Komoditas pertanian sendiri
memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditas lain. Karakteristik
komoditas pertanian menurut Mubyarto (1995) sebagai berikut:
1. Musiman
Setiap macam produk pertanian tidak mungkin tersedia setiap musim
atau setiap saat atau sepanjang tahun. Implikasinya adalah produk
pertanian memerlukan suatu perlakuan seperti manajemen stock dengan
baik dan disilangkan atau dikawinkan.
10
11
Cucurbita pipo L1. Labu kuning termasuk jenis tanaman menjalar sehingga untuk
budidayanya butuh penyangga, seperti teralis atau para-para setinggi 2-3 meter.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian
1.500 m dpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat
dengan temperatur 18-27 derajat. Batangnya merambat mencapai 5 10 meter,
cukup kuat, berbulu agak tajam, dan bercabang banyak. Labu Kuning berkembang
biak secara generatif, dan bisa juga secara vegetatif. Jarak tanamnya 1-1,5 m antar
baris, dan 60-120 cm antar tanaman dengan baris. Penanaman dapat dilakukan di
tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur
maupun
tumpangsari.
Untuk
menjaga
kesuburan,
dosis
pupuk
yang
( http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com,
2010)
12
(http://dodonjerry.blogspot.com, 2008)
Jumlah
29
1,1
0,3
6,6
45
64
1,4
180
0,08
52
91,2
77
13
14
mengalami disfungsi ereksi atau impoten serta meningkatkan gairah pada pria
normal.Walaupun pemanfaatan labu masih sangat terbatas baik jumlah maupun
jenisnya, akan tetapi labu dengan kandungan gizi nya yang tinggi dan rasanya
yang enak sangat potensial dijadikan alternatif pangan oleh masyarakat. Jumlah
produksi Labu di Indonesia tiap tahun juga mengalami peningkatan seperti tertera
pada Tabel 1.8
Tabel 1.8
Jumlah Produksi dan Luas Panen Labu Di Indonesia
Tahun 2007-2011
Jumlah Produksi
Ton
%
254.056
2007
14,3
394.386
2008
22,3
321.023
2009
18,1
369.846
2010
20,9
428.197
2011
24,2
1.767.508
Total
100
Sumber: Deptan.go.id (2012), diolah
Tahun
Luas Panen
Hektar
%
11.019
19,9
12.431
22,4
11.523
20,8
10.693
19,3
9.669
17,4
100
15
mengalami
peningkatan,
artinya
tanaman
labu
masih
potensial
untuk
2008
235.555
25.388
2.165
19.529
10.726
293.363
2009
150.471
43.350
18.781
21.000
11.572
245.174
2010
130.035
85.545
16.676
26.004
18.283
276.543
2011
155.310
121.630
22.375
38.374
14.611
352.300
16
Tabel 1.10
Jumlah Produksi Labu
Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2009 (dalam Ton)
Kabupaten
2007
Wonosobo
2.855
Semarang
4.620
Boyolali
3.176
Magelang
2.671
Karanganyar
782
Total
14.104
Sumber: Deptan.go.id (2012)
2008
9.003
6.401
3.627
2.928
920
22.879
2009
23.304
5.037
6.047
4.110
421
38.919
17
peningkatan dalam jumlah maupun harganya, seperti tertera dalam Tabel 1.11
berikut,
Tabel 1.11
Jumlah Produksi, Rata-Rata Harga, Konsumsi dan Luas Lahan
Labu Di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
Tahun 2006-2012
Tahun
Jumlah
Produksi
(Ton)
2006
400
2007
500
2008
600
2009
750
2010
750
2011
800
2012
900
Total
4700
Sumber: Slamet (2012)
Harga
(Rp/kg)
Konsumsi
(Ton)
Luas Lahan
(Ha)
450
500
500
600
700
700
750
10
15
15
25
25
25
25
140
29
35
40
50
50
60
65
18
dilakukan sistem tumpang sari. Dimana, tanaman lain yang menjadi pokok
pertanian seperti cabai dan tembakau disela-sela lahan ditanami labu.
Pekerjaan penduduk Kecamatan Getasan mayoritas adalah petani.
Pertanian merupakan sektor paling dominan di Kecamatan Getasan dibandingkan
sektor Industri, Perdagangan dan Jasa. Hal tersebut karena kondisi alam yang
sangat mendukung untuk melakukan pertanian. Berikut merupakan lapangan
usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja menurut desa / kelurahan di
Kecamatan Getasan tahun 2011 seperti tertera dalam Tabel 1.12.
Tabel 1.12
Lapangan Usaha Yang Paling Banyak Menyerap Tenaga Kerja (persen)
Menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Getasan
Tahun 2011
No Desa/Kelrahan
Jmlh
Pddk
Rasio
Pkrja
Tehdp
Penddk
Tani
1 Kopeng
2 Batur
3 Tajuk
4 Jetak
5 Samirono
6 Sumogawe
7 Polobogo
8 Manggihan
9 Getasan
10 Wates
11 Tolokan
12 Ngrawan
13 Nogosaren
Jumlah
6.637
6.949
3.644
3.892
2.271
8.258
4.079
1.576
2.840
2.914
2.636
1.436
1.455
48.587
64,5
70,4
69,7
61,8
63,4
57,3
50
62,7
57,5
59,7
66,9
65,8
57,6
62,2
72,2
85,8
87,4
60,8
64,3
49,3
53,7
67
47,8
63
80,1
61,9
72
67,7
Idsti
1,3
1,7
3,2
10,3
6,9
8
14,3
4,9
5,5
4,1
3,3
3,7
3,9
5,2
Pdg
Jsa
6,4 6,9
3,5 4,7
3,9 3,9
10,8 10,8
8,7 8,7
10,9 10,9
6,3 6,3
6,3 6,3
15,6 15,6
9,6 9,6
4,3 4,3
10,5
10
7,4 7,4
9,6 7,9
Lain
12,9
4,2
1,4
9,3
8,2
12,6
16,4
11,5
15,2
9,3
5,2
12,3
6,8
9,4
19
20
dioptimalkan lagi karena jumlah lahan dan produksi labu tiap tahun mengalami
peningkatan (Slamet, 2012). Penanaman labu tidak hanya dipandang dari segi
ekonomis saja oleh masyarakat setempat tapi juga merupakan budaya turun
temurun.
Tanaman labu belum mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat karena
selain konsumsi labu yang masih rendah juga karena harga jual labu oleh petani
masih sangat rendah. Sehingga, petani kurang termotivasi untuk fokus terhadap
pertanian labu. Harga jual labu oleh petani dikisaran Rp 500,00- Rp 1.000,00 per
kg saat hari biasa dan Rp 2.000,00 per kg saat bulan ramadhan. Sedangkan harga
jual oleh pedagang saat hari biasa Rp 3.000,00 per kg dan Rp 5.000,00 per kg saat
bulan ramadhan. Kurangnya motivasi para petani untuk menanam labu
disebabkan oleh adanya nilai jual labu yang lebih bagus ditingkat pedagang
sehingga para petani menganggap labu sebagai tanaman sampingan. Terjadinya
suatu kesenjangan antara petani dan pedagang menimbulkan suatu permasalahan
dimana tracking value chain yang berhenti dan kenapa terjadi gap yang tinggi
antara petani dan pedagang?
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Rantai Nilai Agribisnis Labu di Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana Strategi untuk mengeksiskan posisi Agribisnis Labu di
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang?
21
2.
22
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Produksi
Teori produksi adalah teori yang mempelajari bagaimana menggunakan
kombinasi input / faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output yang
optimum. Sebagaimana teori konsumsi, dalam teori produksi akan dibahas
mengenai perilaku produsen dalam menggunakan input yang tersedia untuk
mencapai tujuannya.
Fungsi produksi dibagi menjadi 2 yaitu fungsi produksi jangka pendek
(short run) dan fungsi produksi jangka panjang (long run). Fungsi produksi
jangka pendek yaitu suatu periode waktu dimana beberapa input / faktor produksi
jumlahnya tidak dapat ditambah. Fungsi produksi jangka panjang yaitu suatu
periode waktu dimana semua input dapat dirubah jumlahnya. Berikut merupakan
persamaan fungsi produksi:
Q = f (K,L)
(2.1)
Keterangan:
Q
= Jumlah output
24
Gambar 2.1
Kurva Fungsi Produksi
= Total Product
MP
= Slope Fungsi
Produksi
AP
= slope garis
25
w=
(2.2)
Pada daerah II, efisiensi input variabel mencapai puncaknya, merupakan daerah
rasional.
MP < AP w < 1 (produksi inelastis)
(2.3)
Pada daerah III, tambahan input menurunkan produksi, merupakan daerah tidak
rasional.
MP < 0 w < 0
(2.4)
Kurva TP pada mulanya naik dengan lambat kemudian naik dengan cepat,
ditandai dengan kenaikan MP dan AP. Kenaikan TP mulai melambat setelah MP
mencapai titik maksimum. Hal ini menunjukkan berlakunya hukum The Law of
Diminshing Return.
2.1.2. Rantai Nilai
Rantai nilai merupakan suatu cara pandang dimana bisnis dilihat sebagai
rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi
pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang
membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk, dan aktivitas yang
dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan (Pearce dan Robinson, 2008)
Analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA) berupaya memahami
bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa
kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai
tersebut. VCA mengambil sudut pandang proses, analisis ini membagi bisnis
menjadi kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam bisnis tersebut; diawali
26
dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir dengan produk atau jasa
perusahaan dan layanan purnajual bagi pelanggan. VCA berupaya melihat biaya
lintas rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh bisnis tersebut untuk menentukan
dimana terdapat keunggulan biaya rendah atau kelemahan biaya. VCA melihat
pada atribut-atribut dari setiap aktivitas yang berbeda untuk menentukan dengan
cara bagaimana setiap aktivitas yang terjadi antara pembelian input dan layanan
purna jual dapat membedakan produk dan jasa perusahaan.
Para pendukung VCA berpendapat bahwa analisis ini memungkinkan
manajer untuk dapat mengidentifikasikan secara lebih baik keunggulan kompetitif
perusahaan dengan melihat perusahaan sebagai suatu proses rantai aktivitas yang
betul-betul terjadi dalam bisnis dan bukan hanya pembagian organisasi atau
protocol akuntansi historis.
Kerangka rantai nilai membagi aktivitas dalam perusahaan menjadi dua
kategori umum yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer
atau fungsi lini yaitu aktivitas yang terlibat dalam penciptaan fisik produk,
pemasaran dan transfer ke pembeli, serta layanan purna jual. Aktivitas pendukung
atau fungsi staf membantu perusahaan secara keseluruhan dengan menyediakan
infrastruktur atau input yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer dilakukan
secara berkelanjutan. Rantai nilai mencakup margin laba karena markup diatas
biaya perusahaan untuk menyediakan aktivitas bernilai tambah umumnya
merupakan bagian dari harga yang dibayar oleh pembeli.
Berikut merupakan gambar dari Rantai Nilai tertera dalam Gambar 2.2
27
Gambar 2.2
Rantai Nilai
28
Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar
harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat pengolah /
produsen. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan
manajemen, dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)
(2.5)
dimana,
K = Kapasitas produksi (kg)
B = Bahan baku yang digunakan (kg)
T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)
U = Upah tenaga kerja (Rp)
H = Harga output (Rp/kg)
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain
Nilai Tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu
komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam
suatu proses produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai
tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang
diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai
tambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi
(Sudiyono, 2004).
29
2.1.4. Biaya
Fungsi biaya adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara biaya dan
jumlah produksi. Berdasarkan periode waktunya, terdapat biaya jangka pendek
(short run) dan jangka panjang (long run).
Faktor-faktor yang menentukan besarnya biaya produksi:
1. Kondisi fisik proses produksi
2. Harga faktor produksi
3. Efisiensi kerja pengusaha dalam memimpin produksi
Beberapa pengertian biaya produksi:
1. Biaya produksi sosial / biaya alternatif (opportunity cost)
Yaitu memperlihatkan besarnya alokasi biaya untuk barang Y yang harus
dikorbankan sebagai akibat tambahan 1 unit barang X yang akan
diproduksi
2. Biaya produksi private
Yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan berdasarkan pencatatan
akuntansi
3. Biaya produksi eksplisit
Yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan guna membeli / membayar
Faktor-faktor produksi diluar yang dimiliki oleh pengusaha
4. Biaya produksi implisit
Yaitu biaya yang seharusnya dikeluarkan pengusaha guna membayar
faktor-faktor produksi termasuk yang dimiliki pengusaha itu sendiri.
30
(2.6)
4. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost atau AFC), biaya tetap total
dibagi dengan jumlah output. Karena FC total tetap, maka peningkatan
output akan menurunkan biaya tetap rata-rata per unit output.
AFC =
(2.7)
31
(2.8)
Biaya Marjinal (Marginal Cost atau MC) merupakan tambahan biaya total
karena tambahan 1 unit output atau perubahan biaya perkesatuan produksi. Dalam
biaya marjinal berlaku hukum The Law of Diminishing Return (Tambahan Hasil
yang Makin Menurun)
2.1.4.2. Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, produsen dimungkinkan untuk mengubah jumlah
semua input yang digunakan, sehingga semua input termasuk input variabel.
Biaya jangka pendek (Shortrun cost) menggambarkan keadaan dengan FC
tertentu, misalnya STC (Shortrun Total Cost). LTC (Longrun Total Cost)
menggambarkan fungsi biaya jangka panjang mencakup semua kemungkinan
besarnya FC. LTC menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output dalam
jangka panjang.
Skala ekonomi perusahaan (economic of scale), diperlihatkan oleh
semakin rendahnya biaya rata-rata dan kurva LAC yang menurun. Faktor-faktor
yang mempengaruhi:
32
33
M=
ij
(2.9)
Dimana
M=
Margin pemasaran
Cij=
Pj=
m=
n=
2.1.6. Agribisnis
Istilah agribisnis terkenal ketika terjadi krisis moneter dan ekonomi di
Indonesia pada tahun 1997. Pada saat itu sektor pertanian, satu-satunya sektor
yang tumbuh positif dibandingkan sektor yang lain. Davis dan Golberg (1957)
merupakan ekonom pertama yang memperkenalkan istilah agribisnis. Mereka
berpendapat agribisnis terdiri dari empat bagian (sub-sistem), yaitu sub-sistem
input pertanian, produksi, pengolahan produk pertanian termasuk pemasarannya
serta sub sektor penunjang lainnya. Karena memakai pendekatan sistem, maka
pengembangan
keseluruhan
sub-sistemnya
saling
berhubungan,
bersifat
34
tersebut
adalah
peningkatan
produktivitas.
Untuk
keperluan
35
berkualitas dan berdedikasi tinggi tak kalah penting. Kemudian, pada sub-sistem
pengolahan produk pertanian, perlu ada wujud nyata operasi industri pedesaan
yang saling menguntungkan antara pihak petani dan pengusaha agroindustri.
Pendirian perusahaan jangan sampai menyebabkan petani kehilangan lahan,
sebaliknya harus menyertakan petani dalam kepemilikan saham.
Berikut merupakan keterikatan antar subsistem dalam sistem Agribisnis
seperti tertera dalam Gambar 2.3
Gambar 2.3
Keterikatan Antarsubsistem dalam Sistem Agribisnis
PEMASARAN
Perbankan
Penyimpanan
Asuransi
Penelitan
Pengolahan
(Agroindustri)
Angkutan
Dan lain-lain
Pelayanan
Produksi Komoditas
Pertanian
Penyuuhan
Pengauran
Kebijakan
Pengadaan dan
Penyaluran Sarana
Produsksi Alat-alat
dan Mesin Pertanian
36
yang fresh menjadi produk-produk olahan yang memiliki value added produk
yang lebih tinggi. Produk olahan yang sudah jadi dan sudah dikemas selanjutnya
di distribusikan ke pasar yang ada. Proses sistem Agribisnis dari subsistem hulu
ke hilir di tunjang juga oleh subsistem penunjang seperti perbankan,
penyimpanan, asuransi dan angkutan.
Komoditas agribisnis atau yang berbasis sumberdaya alam lain umumnya
memiliki karakteristik tertentu yang menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku
agribisnis dan perumus kebijakan. Karakteristik yang bersifat alamiah memang
cukup sulit untuk dipecahkan secara tiba-tiba tanpa upaya intervensi manusia dan
pengembangan teknologi, yang bisa saja amat mahal dan sukar terjangkau.
Namun, karakteristik yang terbentuk karena kegagalan pasar seharusnya dapat
dipecahkan dengan intervensi kebijakan dan perbaikan aransemen kelembagaan
yang menjunjung tinggi mekanisme pasar dan aturan main, norma dan sistem nilai
yang lebih adil dan beradab. Beberapa karakteristik penting komoditas pertanian
dan basis sumberdaya alam lain diuraikan sebagai berikut:
1. Musiman
Komoditas agribisnis dihasilkan melalui proses biologis yang sangat
tergantung pada iklim dan alam. Karakteristik tersebut menyebabkan
volume produksi berfluktuasi antarmusim, terutama antara musim panen
dan musim tanam (paceklik). Pada musim panen, suplai produk
melimpah, sehingga apabila permintaan konstan, maka harga akan turun.
Sedangkan pada musim tanam atau paceklik, suplai produk pertanian
amat terbatas, sehingga pada tingkat permintaan yang konstan, harga
37
38
pelaku ekonomi tidak memiliki akses dan tidak mampu menggapai biayabiaya dalam subsistem transportasi dan penyimpanan tersebut, maka
aktivitas pemasaran menjadi tidak efisien dan tidak membawa manfaat
bagi pengembangan agribisnis selanjutnya.
4. Amat beragam
Volume dan mutu komoditas agribisnis (di subsistem produksi) amat
beragam antarwaktu dan antardaerah atau antarsentra produksi. Faktor
genetik dan faktor lingkungan mungkin amat menonjol dalam
keberagaman tersebut. Akan tetapi, faktor penguasaan tekhnologi juga
turut menentukan tingkat keberagaman volume dan mutu produk
pertanian di beberapa tempat dan waktu tertentu. Karakteristik ini sangat
menentukan besarnya biaya transaksi yang meliputi biaya informasi,
biaya negosiasi dan pengamanan kontrak. Semakin besar variabilitas
dalam volume dan mutu produk, maka akan semakin rumitlah proses
transaksi ekonomi yang menyertainya. Akibatnya, biaya transaksi yang
ditimbulkan juga menjadi semakin mahal dan sukar terjangkau para
pelaku ekonomi. harga komoditas agribisnis di tingkat petani juga
menjadi beragam, sehingga tingkat keuntungan dan kesejahteraan petani
produsen pasti beragam.
5. Tranmisi harga rendah
Komoditas agribisnis memiliki elastisitas transmisi harga yang rendah
dan kadang searah. Kenaikan harga komoditas agribisnis di tingkat
konsumen tidak serta merta dapat meningkatkan harga di tingkat petani
39
40
41
42
Landasan Teori:
1. Produksi
2. Rantai Nilai
3. Nilai Tambah
4. Biaya
5. Margin
Pemasaran
6. Agribisnis
AGRIBISNIS LABU
Penellitian terdahulu:
Xingjian Zhou, 2013
Oni Timothy
Olukunle, 2013
Apichat Sopadang,
2012
John
Jeckoniah,Ntengua
Mdoe, Carolyne
Nombo, 2013
Full Bright
Consultancy, 2008
mengeksisikan
Agribisnis Labu
STRATEGI PENINGKATAN
AGRIBISNIS LABU
In-depth Interview
43
2.
JUDUL DAN
PENGARANG
Apichat Sopadang,
2012 (Application of
Value Chain
Management to
Longan Industry)
TUJUAN
PENELITIAN
Untuk mengetahui
situasi yang terjadi
pada Longan (buah
tropis asal Thailand)
dimana harga yang ada
tidak sebanding dengan
biaya produksi yang
ada sehingga untuk
melihat permasalahan
yang terjadi digunakan
pendekatan supply
chain dan value chain
Menganalisis kapasitas
dari rantai nilai ketela
untuk menciptakan
lowongan kerja dan
menaikkan pendapatan
masyarakat.
VARIABEL PENELITIAN
METODE ANALISIS
HASIL
PENELITIAN
Eksportir mendapatkan
keuntungan yang
sangat besar sementara
petani mendapatkan
keuntungan yang kecil
terutama dalam bagian
outbond logistic.
Permasalahan utama
dalam supply chain
adalah penawaran yang
berlebihan dari longan.
Dalam rantai nilai
ketela, meningkatkan
pendapatan dan jumlah
lapangan kerja dapat
dibangkitkan lewat
pembangunan
44
in the Nigerian
Agricultural Sector)
3.
4.
John
Jeckoniah,Ntengua
Mdoe, Carolyne
Nombo, 2013
(Mapping of Gender
Roles and Relations
Along Onion Value
Chain in Northern
Tanzania)
5.
Full Bright
Consultancy, 2008
(Final Report Product
Chain Study Onion)
Produksi,Konsumsi,Distribusi
Mengetahui Rantai
Nilai Produk Bawang
merah dan memberikan
solusi lewat analisis
produksi, proses
pengolahan dan
industrisasi produk
ketela
Adanya posisi
strategis, jaringan yang
optimal, nilai tambah
jasa dan evaluasi
tampilan saling
berhubungan dan
berdampak pada
pengiriman produk
perusahaan
Merekomendasikan
kepada pemerintah dan
non pemerintah untuk
menggunakan rantai
nilai untuk peran jenis
kelamin dan relasi
dalam perkembangan
aktifitas rantai nilai
untuk memfasilitasi
kesetaraan akses oleh
produsen laki-laki dan
perempuan yang
langka.
Pemerintah Nepal
ingin meningkatkan
produktivitas dan nilai
dari pertanian bawang
45
Commercial
Agriculture
Development Project
Nepal
SWOT
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Lokasi dan Objek Penelitan
Provinsi Jawa Tengah dipilih sebagai daerah tempat penelitian karena
merepresentatifkan Indonesia. Kabupaten Semarang dipilih karena merupakan
daerah dengan potensi pertanian yang bagus. Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian karena Getasan merupakan sentral
penghasil labu pertama di Kabupaten Semarang. Dengan luas area 65, 8 ha dan
ketinggian
1450
mdpl
merupakan
kondisi
alam
yang
pas
untuk
47
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
Kab. Semarang
Kec.Getasan
48
Objek dari penelitian ini adalah para petani labu yang ada di Kecamatan
Getasan karena produksi labu di Kecamatan Getasan merupakan produksi labu
terbesar di Kabupaten Semarang selain itu para pedagang baik kecil maupun besar
dan para key person.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data
Sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dilapangan
melalui teknik wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan
melalui studi pustaka dan dari lembaga atau instansi yang terkait.
Sumber data primer diperoleh dari wawancara para petani labu di Desa
Getasan, tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang kecil
serta sejumlah key person dari unsur AGBC (Academy, Government, Buisness,
Community).
Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi
terkait seperti BPS Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, Kecamatan Getasan dan Balai Penelitian
Pertanian Kecamatan Getasan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku,
jurnal serta publikasi terkait.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara, studi pustaka dan observasi.
49
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung
(berkomunikasi
langsung)
dengan
responden.
Dalam
50
3. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengobservasi orang
atau peristiwa dalam lingkungan kerja dan mencatat informasi (Sekaran,
2006). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung
mendokumentasikan objek penelitian dengan foto.
3.4. Penentuan Sampel
Penentuan sampel untuk penelitian ini diambil secara purposive sampling
yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Peneliti menganggap
bahwa Petani Labu di Kecamatan Getasan memiliki informasi yang diperlukan
bagi penelitian ini. Terdapat dua jenis sampel di purposive sampling yaitu
judgement dan quota sampling. Jenis teknik yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu quota sampling. Teknik sampel qutoa yaitu sampel yang distratifikasikan
secara proporsional namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan
saja.
Besaran sampel yang diambil yaitu 60 orang. Hal tersebut dikarenakan
informasi responden yang umumnya homogen dan tidak banyak berbeda satu
dengan yang lain. Dari 12 Desa di Kecamatan Getasan, sampel penelitian yang
diambil hanya 3 Desa yaitu Desa Batur, Desa Tajuk dan Desa Sumogawe. Tiga
desa tersebut jumlah Petani Labu paling banyak diantara Desa yang lain. Selain
itu luas lahan pertanian paling banyak diketiga desa tersebut. Berikut Tabel 3.1
mengenai luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tiap Desa di
Kecamatan Getasan.
51
Tabel 3.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Per Desa di Kecamatan Getasan
Tahun 2011
Luas
Jumlah Petani
Jumlah
Desa
Wilayah
Penduduk
km2)
3186
Tajuk
12.36
3644
5963
Batur
10.88
6949
4076
Sumogawe
8.01
8258
4797
Kopeng
8
6637
2194
Polobogo
4.87
4079
2111
Tolokan
3.48
2636
1461
Samirono
3.34
2271
2369
Jetak
2.94
3892
1836
Wates
2.78
2914
1049
Nogosaren
2.77
1455
1359
Getasan
2.6
2840
1056
Manggihan
1.96
1576
889
Ngrawan
2.77
1455
Sumber: Kecamatan Getasan Dalam Angka Tahun 2012
Kepadatan
penduduk per
km2
295
639
1032
829
838
758
680
1324
1049
526
1091
804
526
52
53
Tabel 3.3
Variabel dan Definisi Operasional
No.
Variabel
1
Biji
Labu
(Wineh)
2
Pupuk kandang
Satuan
Rp/kg
Tenaga Kerja
Rp /kg
Biaya
Transportasi
Rp/kol
Harga Labu
Rp/kg
Rp/kg
Definisi Operasional
Biji Labu atau wineh yang siap
ditanam menjadi tanaman labu
Pupuk kandang yang dibutuhkan
untuk penanaman labu. Satuan
pengukuran 1 kg.Para petani
biasanya menggunakan ukuran per
kol atau per 1 bak terbuka. Dimana
1 kol bisa memuat sekitar 100 kg
pupuk kandang
Tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menanam labu.
Biaya yang dikeluarkan untuk
proses pengangkutan produk dari
petani,tengkulak,pedagang,pengecer
dan konsumen.
Harga labu yang dijual oleh petani
maupun pedagang.
54
rantai
nilai
didokumentasikan,
para
manajer
perlu