ACARA III Karbohidrat
ACARA III Karbohidrat
ACARA III Karbohidrat
KIMIA ORGANIK
KELOMPOK 15
Anggota :
Lusiana Pusparani
(H0914055)
Melinda Elvira W
(H0914059)
Rafika Anisa
(H0914073)
Suaidah
(H0914086)
Yosephine Dian H
(H0914093)
Yuni Nur
(H0914096)
Enjar Prastiti
(H0914004)
ACARA III
KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Tujuan pada praktikum Acara III Karbohidrat ini adalah :
1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum melalui uji
molisch.
2. Mengetahui adanya gula reduksi dan kecepatan reduksi suatu bahan
melalui uji benedict dan uji barfoed.
3. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa dengan uji selliwanoff.
4. Mengetahui adanya kandungan polisakarida dalam suatu bahan dengan
uji iod.
B. Tinjauan Pustaka
Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis oleh
tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk monosakarida
yang mempunyai rumus umum C6H12O6 yang disebut sebagai dekstrosa atau
gula anggur. Glukosa adalah suatu gula monosakarida yang merupakan salah
satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi
hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,
terutama pada industri pangan (Edahwati, 2010).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di
alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari
pohon, dan bersaman dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil
akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan
manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat
yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa C 6H12O6,
namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot
kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Fruktosa dapat diolah
dari pati dan digunakan secara komersial sebagai pemanis. Sukrosa atau
sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir
yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan
tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Laktosa (gula susu)
hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit
galaktosa. Laktosa adalah gula yang paling tidak manis (seperenam manis
glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lainnya (Almatsier, 1982).
Laktosa merupakan gula utama dalam ASI dan susu sapi (4 sampai 8 %
laktosa). Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa dalam
jumlah mol yang equivalen. Karbon anomerik pada unit galaktosa
mempunyai konfigurasi pada C-1 dan bertautan dengan gugus hidroksil
pada C-4 di unit glukosa. Sukrosa merupakan gula pasir yan diperoleh secara
komersial dari batang tebu dan bit gula, yang kadarnya 14 sampai 20 % dari
cairan tumbuhan tersebut. Hidrolisis sukrosa memberikan D-glukosa dan
ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang equivalen. Sukrosa berbeda dari
disakarida lain karena karbon anomerik kedua unitnya terlibat dalam ikatan
glikosidik. Selain itu, karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi,
sukrosa tidak dapat mereduksi reagen Tollens, Fehling, atau Benedict. Oleh
karena itu sukrosa disebut sebagai gula non-pereduksi. Alkohol atau fenol
yang terdapat di alam sering dijumpai di dalam sel bergabung sebagai
glikosida dengan beberapa gula, umumnya dengan glukosa. Dengan cara ini,
segmen gula dalam glikosida yang banyak mengandung gugus hidroksil itu
akan melarutkan senyawa alkohol atau fenol (kalau tidak, alkohol dan fenol
itu tidak akan larut dalam protoplasma sel). Contohnya ialah salisin yang
rasanya pahit, yang terdapat dalam kulit pohon willow ( Hart, 1983).
Sakarosa atau yang lebih dikenal dengan sukrosa merupakan gula biasa
yang dijadikan sebagai sumber energi. Gula ini dapat diperoleh dari tanaman,
tebu dan bit, yang menyusun sebanyak 14-20% dari cairannya. Hirolisis
sukrosa menghasilkan D-glukosa dan D-fruktosa dalam jumlah yang sama.
Sukrosa berbeda dengan disakarida yang telah diuraikan sebelumnya karena
kedua karbon anomerik dari dua unitnya terlibat dalam pembentukan ikatan
glikosida (Hart, 1990). Sukrosa dengan asam encer yang dididihkan atau
dengan enzim disebut gila inversi. Gula inversi ini memutar bidang polarisasi
ke kiri, hal ini disebabkan karena daya putar kiri fruktosalebih besar daripada
glukosa, fruktosa dan galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa dan
laktosa. Monosakarida ini merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri
dari 1 gugus cincin. Sedangkan contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati
(starch), glikogen (simpanan energi di dalam tubuh), selulosa, dan serat
(fiber). Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh
hamper lebih 20.000 unit molekul monosakarida terutama glukosa (Irawan,
2007).
Penentuan gula reduksi selama ini dilakukan dengan metode
pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan
refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa
sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schorl, Selliwanoff, Nelson-Somogyi
dan lain-lain). Hasil analisanya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak
dapat menentukan gula pereduksi secara individual (Ratnayani, et al, 2008).
Karbohidrat merupakan kelas penting dari molekul yang digunakan
untuk makanan oleh semua hewan. Enzim mencerna gula kompleks ini dan
mengubahnya menjadi molekul yang lebih sederhana, bertindak dalam
konsentrasi busana tergantung tanpa mengubah diri mereka sendiri. Salah
satu enzim yang umum adalah amilase, yang memecah pati menjadi glukosa
(Cochran, 2008).
Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa sejenis ini
dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)n atau karbon. Glukosa misalnya
mempunyai rumus molekul C6H12O6. Karbohidrat didefinisikan sebagai
polihidroksialdehida, polihidroksiketon atau senyawa yang menghasilkan
senyawaan yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian, kimia karbohidrat
adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus hidroksil dan gugus
karbonil. Karbohidrat pada umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Hart, 1983).
Uji karbohidrat reagen molish telah ditambahkan ke 2 ml dari kedua
ekstrak. Sebuah jumlah sedikit terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan ke
dalamnya dan dibiarkan membentuk lapisan. Campuran dikocok, dan
didiamkan selama beberapa menit, yang kemudian diencerkan dengan
endapan merah kuprooksida. Pada kondisi asam gula reduksi yang termasuk
dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat, sehingga
tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang
diperlama. Terakhir adalah uji iod, pada uji ini karbohidrat golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iod dan memberi warna
spesifik tergantung pada jenis karbohidratnya. Sebagai contoh, amilosa
dengan iodin akan menghasilkan warna biru, amilopektin dengan iodin akan
berwarna merah violet, glikogen dan dextri dengan iodin akan berwarna
merah coklat (Sudarmadji, 1996).
C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Penangas air
d. Pipet volume
e. Test plate
f. Rak tabung
g. Propipet
h. Penjepit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
2. Bahan
Air (aquadest)
Larutan glukosa 0,01 M
Larutan glukosa 0,02 M
Larutan glukosa 0,04 M
Larutan fruktosa 0,01 M
Larutan laktosa 0,01 M
Larutan sakarosa 0,01 M
Larutan amilum 0.02 M
Larutan amilum 1 %
Larutan dextrin 1 %
Larutan CMC 1 %
Larutan glikogen 1 %
Larutan alpha naptol 5%
Larutan H2SO4 pekat 3 ml
Larutan benedict
Larutan barfoed 5 ml
Larutan HCl pekat
Larutan resorsinol 0,5 %
Larutan iod (0,05 N dalam 3 % KI)
3. Cara Kerja
a. Uji molisch
Penyiapan 3 tabung reaksi
Pengisian masing-masing
Pencampuran
Penuangan 3ml asam sulfat pekat
Pengamatan
b. Uji benedict
Penyiapan 3 tabung reaksi
Pengisian masing-masing tabung
3ml benedict
Penambahan masing-masing
pencampuran
pengamatan
c. Uji barfoed
pendinginan
pengamatan
d. Uji selliwanoff
Penyiapan 2tabung reaksi
Pengisian
penambahan
pencampuran
Pemanasan 30menit
Penambahan
Pencatatan
e. Uji Iod
Penetesan
Penambahan
Pencatatan
Sampel
Keterangan
1 ml 0.02 M
Glukosa
1 ml 0.02 M
Amilum
1 ml
Aquades
(2008), dalam uji molisch akan timbul dua lapisan cairan di dalam tabung
reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna
merah ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam
sampel. Pada praktikum ini sudah sesuai teori karena seharusnya memang
dalam percobaan menggunakan sampel aquadest tidak terbentuk lapisan cincin
karena aquadest bukan merupakan senyawa karbohidrat yang mempunyai
ikatan glikosidik (ikatan antar molekul satuan dasar yang satu terhadap yang
lainnya) jadi warna akhirnya tidak terbentuk cincin.
Sampel
Glukosa
0.01 M
Glukosa
0.02 M
Glukosa
0.04 M
Kecepatan
reaksi
+
+
++
++
+++
+++
Keterangan
warna menjadi merah bata. Prinsip uji benedict adalah adanya gugus aldehid
atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi Benedict
menjadi kuprioksida yang berwarna (merah bata). Reaksi dari uji bennedict
adalah gula reduksi yang memiliki kemampuan mereduksi ion Cu ++ yang
mengendap jadi CuO, endapan yang diperoleh berupa endapan merah bata.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui adanya gula pereduksi pada glukosa
pada berbagai variasi konsentrasi larutan glukosa yang ditandai dengan
perubahan warna dan timbulnya endapan. Menurut Poedjiadi (2009), endapan
yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata.Warna endapan
ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Glukosa
merupakan gula pereduksi sebab gula mampu mereduksi pengoksidasi, di mana
ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehid.
Pada praktikum ini, pengamatan sampel glukosa 0,01 M untuk
percobaan pada shift 1 hasilnya adalah terdapat sedikit endapan dan berwarna
oranye biru. Sedangkan pada shift 2 sama-sama sedikit endapan tetapi
berwarna biru kehijauan. Untuk pengamatan sampel glukosa 0,02 M untuk
percobaan pada shift 1 hasilnya adalah terdapat sedikit endapan dan berwarna
oranye biru. Sedangkan pada shift 2 cukup banyak endapan dan berwarna biru
kecoklatan. Untuk pengamatan sampel glukosa 0,04 M untuk percobaan pada
shift 1 hasilnya adalah terdapat banyak endapan dan berwarna merah oranye.
Sedangkan pada shift 2 sama-sama banyak endapan tetapi berwarna merah
bata. Kesimpulannya berdasarkan ketiga sampel didapat semakin besar
konsentrasinya maka semakin banyak juga endapannya dan warna akhirnya
akan semakin berwarna merah bata. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
telah dikemukakan oleh Poedjiadi (2009), bahwa seharusnya pada saat setelah
glukosa ditetesi dengan larutan benedict akan terbentuk endapan merah bata.
Tetapi pada percobaan hasil yang didapat malah terdapat warna seperti biru
kehijauan dan biru kecoklatan. Hal ini disebabkan olehkurangnya ketelitian
praktikan
dalam
percobaan.
Fungsi pemanasan
disini
adalah
untuk
Sampel
Glukosa
0,01 M
Fruktosa
0,01 M
Laktosa
0,01 M
Sakarosa
0,01 M
Kecepatan
Reaksi
++
++
+++
++
+
+++
+
+
Keterangan
Ada endapan merah bata
Ada endapan merah bata
Ada endapan merah bata
Ada endapan merah bata
Ada endapan merah bata
Ada endapan merah bata
Tidak ada endapan merah bata
Tidak ada endapan merah bata
pekat, lapisan tengah berwarna merah bata, dan lapisan bawah berwarna
kuning coklat sehingga kecepatan reduksinya cepat.
Endapan merah yang menunjukkan adanya gugus reduksi hanya
terdapat pada sakarida jenis monosakarida (glukosa dan fruktosa). Hal ini
disebabkan larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas,
yang mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan
menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang
nantinya terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan
laktosa dan sukrosa merupakan golongan oligosakarida sehingga tidak
direduksi oleh larutan barfoed dan tidak timbul adanya endapan merah bata,
sedangkan pada laktosa muncul sedikit endapan merah bata karena adanya
kesalahan teknis yaitu kurang bersihnya pipet yang digunakan untuk
mengambil laktosa, kemungkinan pipet tersebut masih menyisakan glukosa,
seharusnya pada laktosa tidak muncul endapan setelah dipanaskan. Kecepatan
mereduksi dari yang paling cepat ke paling lambat adalah glukosa, fruktosa,
laktosa, dan sukrosa.
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Uji Selliwanoff
Keterangan
Kelompok
5
6
11
12
Sampel
Glukosa
0,01 M
Fruktosa
0,01 M
Sebelum
Dipanaskan
Bening
Bening
Bening
Coklat
Bening
Bening
Bening
Oranye muda
Sesudah Dipanaskan
Bening
Merah muda
Coklat
Merah
Bening
Bening semburat kunig
Oranye muda
Oranye tua
Uji selliwanof adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa
dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa dikarenakan perbedaan gugus fungsi.
Jika gula mempunyai gugus keton maka disebut ketosa, dan apabila
mempunyai gugus aldehida maka disebut aldosa. Prinsip uji selliwanoff dalam
praktikum yang telah dilakukan adalah fruktosa dengan asam kuat akan
mengalami
dehidrasi
membentuk
empat
hidroksi
metylfurfural.
Bila
warna mengalami
perubahan menjadi merah muda namun pada shift 2 menjadi semburat kuning
serta tidak terbentuknya gelembung. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
sampel fruktosa 0.01 M warna yang dihasilkan juga bening atau tidak berwarna
dan setelah ditambahkan HCl pekat menjadi warna coklat dan pada shift 2
menjadi warna oranye muda setelah dipanaskan kemudian ditambahkan larutan
resolsinol juga warna warnanya menjadi merah dan pada shift 2 menjadi
berwarna oranye tua. Menurut Theodor (1887), ketosa yang terhidrasi
kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua.
Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.
Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif.
Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari
fruktosa dan glukosa. Hasil dari percobaan ini belum sepenuhnya sesuai
dengan teori dikarenakan mungkin pada saat pemakaian pipet, pipet yang
digunakan untuk mengambil sampel fruktosa belum benar-benar bersih
sehingga masih mengandung glukosa. Seharusnya setelah penambahan larutan
Keterangan
Tanpa Pemanasan
Setelah Pemanasan
Biru kehitaman
Biru lebih tua
Amilum 1 %
Biru tua keunguan
Biru tua
Merah kecoklatan
Merah coklat gelap
Dekstrin 1 %
Merah kecoklatan
Merah kecoklatan
Kuning
Kuning cerah
CMC 1 %
Kuning
Kuning
Orange
Orange gelap
Glikogen 1 %
Coklat muda / orange
Coklat
Sampel
percobaan kelompok 8 dan 11 warna awal adalah merah kecoklatan dan setelah
dipanaskan warnanya tetap merah kecoklatan. Warna larutan CMC 1% pada
kelompok 3 warna awal tanpa pemanasan kuning dan setelah dipanaskan,
warnanya berubah menjadi kuning cerah, hasilnya hampir sama pada
percobaan kelompok 10 warna awal adalah kuning dan setelah dipanaskan
warnanya tetap kuning. Sedangkan warna glikogen 1% pada kelompok 4
warna awal tanpa pemanasan orange dan setelah dipanaskan, warnanya
berubah menjadi orange gelap, sedangkan pada percobaan kelompok 9 warna
awal adalah coklat muda atau orange dan setelah dipanaskan warnanya menjadi
coklat. Menurut Winarno (2008), pati yang berikatan dengan iodin (I 2) akan
menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya
pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral,
sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati
dipanaskan, spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas, sehingga
warna biru hilang. Perubahan warna tersebut terjadi karena iod diabsorbsi oleh
polisakarida. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja
sehingga bila mengalami hidrolisa akan menghasilkan rantai monosakarida
maupun oligosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi. Pada
hasil percobaan, dapat diketahui bahwa senyawa yang mengandung
polisakarida adalah amilum dan glikogen.
E. Kesimpulan
Dari praktikum Acara III Karbohidrat yang telah dilakukan didapatkan
beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Uji Molish bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum ditunjukkan
dengan adanya cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak jika
dibandingkan dengan amilum, karena glukosa merupakan monosakarida,
sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi
monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural.
2. Uji Benedict bereaksi positif dengan glukosa ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna; sampel glukosa 0,01 M berwarna biru; glukosa 0,02 M
berwarna biru tua dan glukosa 0,04 berwarna merah bata. Kecepatan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN