PBL Inst - Hazard Analysi Critical Control Point
PBL Inst - Hazard Analysi Critical Control Point
PBL Inst - Hazard Analysi Critical Control Point
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan sistem
yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata
bagi keamanan pangan(6-hacc). Pada tahun 1970, konsep HACCP
dikembangkan dengan penekanan pada pengendalian dan pencegahan aspek
kritis produksi pangan untuk mengendalikan foodborne disease. HACCP
dapat diterapkan pada industri pangan, katering atau jasa boga, restoran,
makanan hotel, makanan jajanan dan pengelolaan makanan pasien di rumah
sakit (7. HACCP).
Pengelolaan makanan rumah sakit berbeda dengan penyiapan
makanan untuk keluarga. Rumah sakit memproduksi makanan dalam jumlah
besar sebagai konsumsi pasien, sehingga resiko terjadinya kontaminasi silang
jauh lebih besar karena makanan dalam jumlah besar dimasak dan disajikan
secara bersamaan. Bahan makanan yang digunakan juga biasanya telah
dipersiapkan berjam-jam sebelumnya atau bahkan lebih dari sehari
sebelumnya untuk mempermudah pengolahan. Jika selama rentang waktu
persiapan sampai penyajian, makanan tersebut tidak dikelola dengan baik
maka titik-titik bahaya dapat terbentuk (7 haccp).
Penerapan HACCP di sebuah rumah sakit sangat diperlukan
mengingat pasien merupakan kelompok yang lebih rentan bahaya
kontaminasi makanan. Salah satu menu yang disediakan oleh instalasi gizi
RSUP dr. Kariadi adalah menu diet khusus siklus I untuk sore hari yaitu
bandeng bumbu rujak panggang. Bahan baku yang digunakan antara lain
adalah fillet bandeng dan bumbu halus. Bahan-bahan tersebut sangat mudah
terkena bahaya jika tidak dikelola dengan baik mulai pada saat penerimaan
bahan, persiapan bumbu, hingga waktu penyajian. Selain itu perilaku
pengolah dan kondisi dapur serta peralatan di instalasi gizi juga dapat menjadi
sumber bahaya yang menyebabkan makanan menjadi tidak aman.
c.
kegiatan HACCP
Meningkatkan pengertian dan kesadaran praktek HACCP sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan keamanan pangan baik pada
tim
HACCP
juga
dimaksudkan
untuk
perlakuan
mikrosidal/statis,
pengemasan,
kondisi
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terjadi pada
tiap tahap produksi lalu mengadakan analisis bahaya untuk
mengidentifikasi program HACCP dimana bahaya terdapat secara
alami yang harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas toleransi
sehingga produk pangan tersebut dinyatakan aman. Analisis bahaya
dilakukan dengan mencakup hal-hal berikut:
- kemungkinan timbul bahaya yang merugikan bagi kesehatan
- evaluasi secara kulaitatif dan kuantitatif akan keberadaan bahaya
- perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme tertentu
- produksi toksi pangan yang berkelanjutan, unsur fisika-kimia, dan
- kondisi yang memacu keadaan di atas
Tim
HACCP
juga
harus
mempertimbangan
setiap
tindakan
bertanggung
jawab
melakukan
peninjauan
kembali
dalam
Hazard mikrobiologi.
Hazard C: proses yang dilakukan tidak diikuti dengan langkah
pengendalian yang efektif untuk merusak mikroorganisme yang
berbahaya.
Hazard D: produk terkontaminasi ulang setelah pengolahan dan
sebelum pengepakan.
Hazard E: terdapat bahaya yang potensial pada penanganan saat
distribusi atau penanganan oleh konsumen sehingga menebabkan
hazard (B,C,D,E,F).
Kategori IV: jika
produk
makanan
mengandung
empat
: Animalia
Phylum
Sub phylum
Sub class
Ordo
Family
Kelas
Genus
Species
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Malacopterygii
: Chanidae
: Chanos
: Chanos chanos Forsk
Ikan segar
jernih
- Kulit
2) Sisik
3) Mata
masih
kuat
membungkus
tubuh,
tidak mudah sobek,
terutama pada bagian
perut.
- Warna-warna
khusus
yang masih ada terlihat
jelas
- Sisik menempel kuat
pada tubuh sehingga
sulit lepas
- Mata tampak terang,
Ikan busuk
Kulit berwarna suram,
pucat dan berlendir
banyak
Kulit mulai terlihat
mengendur di beberapa
tempat tertentu
Kulit mudah sobek dan
warna-warna
khusus
sudah hilang
Sisik mudah
dari tubuh
Tampak
terlepas
suram,
4) Insang
5) Daging
5) Bila
ditaruh
dalam air
b.
- Ikan
segar
tenggelam
akan
Insang
berwarna
cokelat
suram
atau
abu-abu dan lamella
insang berdempetan
Lendir insang keruh
dan
berbau
asam,
menusuk hidung
Daging
lunak,
menandakan rigormortis
telah selesai
Daging dan bagian
tubuh
lain
mulai
berbau busuk
Bila ditekan dengan jari
ampak bekas lekukan
Daging mudah lepas
dari tulang
Daging lembek dan isi
perut sering keluar
Daging
berwarna
kuning
kemerahmerahan
terutama
disekitar
tulang
punggung
Ikan yang sudah sangat
membusuk
akan
mengapung
di
permukaan air
membahayakan
kesehatan.
Mutu
bandeng
yang
baik
akan
selanjutnya
dilakukan
pembuangan
isi
perut.
10
psycrophillic
tumbuh pada
(Fardiaz).
Proses Penurunan Mutu Ikan Bandeng
11
12
hidup pada suhu antara 0-30C, dengan suhu optimal bila suhu
diturunkan dengan cepat dibawah 0C, maka proses pembusukan
dapat terhambat (Moelyanto). Cara paling sederhana, mudah,
murah dan sering digunakan untuk membuat ikan bersuhu
rendah adalah menurunkan suhu dengan menggunakan es.
Penggunaan es dengan ikan idealnya adalah 1 : 1 (Wibowo dan
2.
Yunizal).
Bumbu Rujak
Bumbu rujak adalah bumbu yang terdiri bawang putih, bawang merah,
c.
2.
dihidangkan.
Bahan makanan tambahan
Bahan makanan tambahan adalah bahan kimia yang digunakan dalam
mengolah makanan seperti bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan
13
14
dapur
Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
sungkup asap
Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200
lux
2) Peralatan masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan
dalam proses pengolahan makanan
- Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada
-
makanan
Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada
makanan
Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/ basa atau
15
e. Penjamah makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya
oleh dokter yang berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan dapur.
4) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari
kamar kecil.
f. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, yaitu :
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang
tertutup dan bersih
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor.
g. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60C
dan 4C untuk makanan dingin.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakain bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
jawab
kesehatan
lingkungan
rumah
sakit.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat
Pengamatan dilakukan di Instalasi Gizi RSUP dr. Kariadi Semarang
B. Waktu
Pengamatan dilakukan pada Hari Kamis, 11 Oktober 2012
C. Jenis data
1. Data Primer
Data primer meliputi hasil pengamatan HACCP dari penerimaan bahan,
penyimpanan, persiapan bumbu, pengolahan, pemorsian, hingga distribusi
2. Data sekunder
17
BAB IV
HASIL PENERAPAN HACCP
A. Analisa masalah
Penerapan HACCP di Instalasi gizi RSUP dr.Kariadi dilakukan untuk
memperkecil risiko bahaya kontaminasi pada makanan yang diproduksi,
dalam pelaksanaannya terdapat faktor pendukung dan penghambat antara
lain:
- Faktor pendukung
a. Sarana Prasarana
1. Tata Ruang
Ruangan di Instalasi gizi RSUP dr.Kariadi terdiri dari dapur
utama, ruang penerimaan bahan makanan basah, dan ruang
penerimaan bahan makanan kering. Letak dapur utama dan ruang
bahan penerimaan makanan segar menjadi satu, sedang ruang
penerimaan bahan makanan kering terpisah di ruang tersendiri.
Dapur utama merupakan tempat untuk melakukan proses periapan
18
ruang
penerimaan
yang
terpisah
dari
ruang
bumbu
rujak
panggang
dalam
penyimpanannya
19
Nama Bahan
Bandeng
Spesifikasi Bahan
Satuan
Bawang merah
Kg
Bawang putih
Kg
Tomat
Kg
Kemiri
Kg
Laos
Kg
20
Daun Salam
Kg
Gula Jawa
Kg
Santan
Minyak Goreng
Faktor penghambat
o Tenaga persiapan dan pengolahan
Pada pengamatan yang dilakukan selama proses produksi bandeng
bumbu
rujak
panggang
didapati
bahwa
tenaga
pemasak
yang
21
22
b. Komposisi
halus, bawang merah halus, tomat halus, kemiri halus, santan, gula
jawa, laos, daun salam, minyak goreng)
c.
Pemorsian
makanan
e. Konsumen
Semarang
f. Alur produksi
23
Bandeng
Ditimbang
Dihaluskan
Ditempatkan di loyang
Masuk Chiller
Bumbu dimasak
Dikeluarkan
Diporsi ke plato
24
Ya
Penetapan CCP
proses
yangpada
tidak
dapat aman?
Penetapan CCP pada proses pemasakan dilakukan dengan bantuan
Bukan CCP
Ya
Bukan CCP
Tidak
CCP
26
Bahan
Makanan/proses
Bandeng
Bawang putih
Bawang merah
Kemiri
Tomat
Santan
Laos
Daun salam
Gula Jawa
Pemotongan
CCP
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
T
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
-
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP
CCP II
bandeng
Penghalusan
Bukan
bumbu
Distribusi
CCP
Bukan
bumbu
Penumisan
Pemasakan
T
T
CCP
CCP I
CCP I
bandeng
Penyajian
Pendistribusian
Y
Y
Y
Y
CCP
CCP
27
Bandeng
Tomat, bawang
merah, bawang
putih, kemiri
Penimbangan dan
pemotongan (CCP II)
Penyimpanan (CCP)
Diporsikan (bukan CCP)
Dikeluarkan
Pengolahan bumbu (CCP I)
Pengovenan
Pemorsian (CCP)
Distribusi (CCP)
28
c.
CCP Worksheet
Tempat
Nama Produk
Bahan
Bahaya
Bandeng B: Bakteri
K:
formalin
atau
boraks
Parameter
Batas
Cara
Hasil
Tindakan
Verifikasi Dokumentasi
Segar,
Kritis
100%
Pencegahan
Pemeriksaan
Pengamatan
Bandeng
Kesesuaian
Koreksi
Bandeng
tanpa duri,
bandeng
bandeng saat
segar, datang
barang datang
dikembalikan ulang
mengenai
tanpa
yang
datang
hanya
dengan
ke rekanan
jumlah
kepala,
datang
dibandingkan
ditimbang
spesifikasi
bila tidak
bandeng yang
tanpa ekor
sesuai
dengan
tidak dicek
yang ada
sesuai
datang
spesifikasi spesifikasi
F: benda
Monitoring
satu-satu.
dengan
asing
yang ada
Dicuci saat
(batu,
persiapan, lalu
Bandeng tidak
sisik ikan)
disimpan
dicuci
dalam chiller
langsung
bila tidak
masuk ke
diolah oleh
langsung
persiapan lauk.
tim
diolah
Observasi
Pencucian
spesifikasi
bandeng
yang ada
Bandeng
sebelum
masuk bagian
persiapan lauk
dicuci
sebelum
pengolahan
29
Pencatatan
Santan
B: bakeri,
Santan
100%
Penerimaan
Santan datang
jamur
murni,
santan
dan
tanpa
yang
campuran
K:
pewarna
F:
bercampur
air, sabut
Santan yang
Observasi
Pencatatan
tidak sesuai
ulang
pada
pemeriksaan
terplastik,
yang datang
sebaikya
penerimaan
datang
santan yang
warna baik,
dengan
dibuag
bahan
air, tanpa
sesuai
datang sesuai
tidak pecah
spesifikasi
setelah
makanan
pengawet,
spesifikasi spesifikasi
yang ada
dilaporkanke
tidak
Kesesuaian
yang ada
rekanaan
tengik
untuk
kelapa,
meminta
batu
3
Minyak
K:
Bimoli,
100%
Minyak yang
Minyak yang
Kesesuaian
santan baru
Minyak yang
goreng
Oksidasi
Filma,
minyak
datang sesuai
digunakan
minyak yang
datang dan
kemasan
yang
dengan
adalah minyak
datang dengan
tidak sesuai
dan barang
18 Liter,
datang
spesifikasi
baru (bukan
spesifikasi
spesifikasi
keluar di
kemasan
sesuai
yang ada
minyak
yang ada
dikembalikan
gudang
tidak
spesifikasi
dan meminta
penyimpanan
pengganti
bahan
F:
Kotoran,
benda
asing
rusak,
tidak
kadaluarsa
Minyak yang
jelantah/bekas)
Kemanan
akan
minyak saat
didistribusikan
akan
tidak
didistribusi
Observasi
Pencatatan
ulang
barang datang
makanan
kering
30
kadaluarsa
Minyak
disimpan
dengan system
FIFO (first in
dilihat tanggal
Pencatatan
kadaluarsanya,
tanggal
dipastikan
kadaluarsa
tidak
minyak yang
kadaluarsa,
datang
dan
first out),
menrupakan
tatanan
minyak yang
minyak diatur
sudah datang
dari yang
lebih dulu
paling tua
sesuai system
umur
FIFO
datangnya
untuk
4
B: Ulat,
Sesuai
10% dari
memudahkan
Bahan yang
Bahan
Bahan untuk
Bahan
Observasi
Pencatatan
(Bawang kapang,
dengan
bumbu
datang
makanan yang
bumbu yang
makanan
ulang
pada bagian
merah,
telur
spesifikasi
yang
disesuaikan
digunakan
datang
yang tidak
penerimaan
bawang
cacing
tiap bahan
datang
ulang dengan
untuk bumbu
diperiksa
sesuai
dan gudang
makanan
tidak
spesifikasi
datang dan
perplastik dan
dengan
penyimpanan
Bumbu
putih,
K: Residu
31
kemiri,
tomat,
laos,
daun
salam)
pestisida
sesuai
yang ada
spesifikasi
Barang yang
100%
datang disortir
bumbu
F:
Kotoran,
tanah,
yang akan
kulit,
digunakan
busuk
ditimbang
disortir mana
spesifikasi
serta diperiksa
yang layak
hendaknya
kesesuaiannya
mana yang
dikembalikan
dengan
tidak
kepada
spesifikasi
rekanan dan
yang ada
meminta
tidak
ganti
busuk /
5
Daun
K:
Segar,
rusak
1 daun
Pisang
Pestisida
bersih
pisang
yang datang
keterbatasan
yang datang
yang tidak
dari tiap
diperiksa
pengamatan
dbuka dan
sesuai
pisang yang
ikat daun
sesuai dengan
kami tidak
dicek
spesifikasi
datng saat
pisang
spesifikasi
melihat saat
spesifikasinya
sebaiknya
penerimaan
F: Debu,
sobek,
gigitan
serangga
Daun pisang
Atas
Daun pisang
Daun pisang
Observasi
Pencatatan
ulang
jumlah daun
yang
penerimaan
dating
Daun pisang
tidak
ditempatkan
sesuai
ditempat yang
spesifikasi bersih
daun pisang.
Daun pisang
yang ada
disimpan di
gudang
dibuang
Alas tempat
setelah
penyimpanan
dilaporkan
daun pisang
ke rekanan
bersih dan
dan meminta
disimpan di
ganti
32
taransit atau
ruang tertutup
cooling cell
Daun pisang
dipindah
ketempat
yang bersih
dan tertutup
seperti di
tempatkan di
box khusus
No
1
Proses
Pemotongan
bandeng
Bahaya
B: bakteri
Parameter
Batas
Cara
Hasil
Berat
Kritis
1 potong
Pencegahan
Bandeng
Pengamatan
Bandeng yang
bandeng
bandeng
Monitoring
Tindakan
Verifikasi
Dokumentasi
Bandeng
Koreksi
Bandeng yang
Observasi
Pencatatan
mengalami
belum dicuci
ulang
jumlah bandeng
33
F: rusak,
kotoran,
tidak rusak
ekor
karat dari
bandeng
alat potong
yang
dipotong
terlalu
kecil,
daging
bandeng
rusak
dipotong
Alat potong
dagingnya tidak
proses
namun sudah
yang telah
pencucian
Hasil
dipotong dan
dipotong
yang digunakan
harus tajam,
setelah
potongan
bersih, dan
ditimbang tidak
ditimbang 40
bebas karat
Petugas
diketahui
Petugas
gr dan daging
menggunakan
pemotong
sarung tangan
bandeng tidak
saat memotong
mengenakan
daging
sarung tangan
tidak rusak
Pemotong
saat memotong
daging
dan bandeng
mengenakan
tidak dicucui
sarung tangan
bandeng
dalam
keadaan baik
sebelum
yang
pemotongnya
tidak
menggunakan
sarung tangan,
dicuci setelah
proses
pemotongan
Bandeng yang
rusak
dagingnya atau
beratnya
kurang dari
dipotong
40gr tidak
boleh masuk
ke proses
pengolahan
Penghalusan B: bakteri
Bumbu
100%
Bumbu dicuci
Bahan
Observasi
34
bumbu
bersih dan
halus
sebelum
dihaluskan
Menggunakan
alat penghalus
sesuai standard
digunakan
cuci setelah
yang
untuk
dibersihkan
menghaluskan
digunakan
Penggunaan
secara rutin
Pekerja
bumbu
menggunakan
sarung tangan
dan masker saat
melakukan
proses
penghalusan
sudah
sesuai
dan
selalu
dicuci
setelah dipakai
menghaluskan
satu
jenis
ulang
sarung tangan,
tutup kepala,
dan masker
saat proses
penghalusan
bumbu.
bumbu
Pekerja
menggunakan
masker
dan
penutup kepala.
Pekerja
tidak
menggunakan
35
sarung
tangan
Penyimpana
n bandeng
B: bakteri
Bandeng
10% dari
Bandeng
sendok.
Bandeng yang
segar, tidak
bandeng
disimpan pada
telah dipotong
tempat
dikeluarkan
busuk, tidak
yang
suhu rendah
disimpan di
penyimpanan
sebelum masa
berubah
disimpan
dengan es pada
chiller selama
dijaga tetap
pengolahan
bentuknya
dagingnya
kotak tertutup
satu setengah
dan harus
rusak,
untuk waktu
jam.
Bandeng
rendah <10oC
Proses
kotor
singkat.
Bandeng
Suhu dalam
Bandeng yang
Observasi
Pencatatan suhu
ulang
dan
pengeluaran
disimpan pada
chiller dan
pengolahan
chillera tau
didiamkan tidak
berdekatan
waktu
penyimpanan
menunggu
lama
dimasukan ke
dalam cooling
36
freezer untuk
tertutup di
jangka panjang
Bandeng yang
udara terbuka
sudah
dikeluarkan dari
tempat
Pengolahan
bumbu
B: bakteri
F: rambut,
kotoran,
logam berat
cell
Bandeng yang
rusak akibat
sambil
penyimpanan
menunggu
dibuang (idak
proses
penyimpanan
pengolahan
Bandeng
langsung segera
ditutup dengan
diolah
boleh diolah)
Bumbu
100%
Bumbu dicuci
jam setelahnya.
Bumbu yang
Pencucian
Bumbu yang
Observasi
Pencatatan
yang
Bumbu
sebelum
datang yang
bumbu
tidakdicuci
ulang
pencucian
dihasilkan
yang
akan diproses
sebelum
proses
halus dan
dihasilkan
diproses
Alat untuk
dicucu dengan
dihaluskan
penghalusanny
Pencucian alat
adihentikan,
setelah
sisa bumbu
digunakan
yang belum
untuk
dihaluskan
menghaluskan
dicuci terlebih
satu jenis
dahulu setelah
bersih
tidak
kotor
memroses
bumbu
air mengalir
Bumbu dilah
dipastikan
menggunakan
berfungsi
alat penghalus
atas
bumbu dan
pencucian alat
37
keterbatasan
logam
Alat untuk
pengamat tidak
memroses umbu
dicuci setelah
digunakan
untuk memroses
satu jenis
diketahui
apakah alat
tersebut sudah
mengalami
pencucian
sebelum di
bumbu
Petugas yang
pakai dan
memroses
setelah dipakai
Pekerja
bumbu
menggunakan
APD lengkap,
dan tidak
menyentuh
bumbu yang
menggunakan
bumbu
Penggunaan
APD lengkap
itu dapat
dilanjutkan
untuk para
dihaluskan
Pekerja yang
pekerja
tidak
menggunakan
PAD lengkap
diharpkan
melengkapi
APD sebelum
kembali
bekerja
APD lengkap
saaat akan
memorsi bumbu
yang sudah
halus
sudah
dihaluskan
dengan tangan
38
Pengolahan
bandeng dan
bumbu
B: bakteri
F: rambut
Bumbu
100%
kosong
Bumbu diolah
Bumbu diolah
Kematangan
Bumbu yang
Observasi
Pencatatan rasa
ditumia
Bumbu
dengan
dengan tenaga
gosong tidak
ulang
bumbu dan
sesuai
benar
prosedur yang
pemasak
bumbu
Rasa bumbu
Keengkapan
tahapan
proses
tepat,
melalui
pemasakan,
pengolaha
menggunakan
prosedur yang
tidak
n, bumbu
gosong
Bandeng
tidak
diolah
setelah
bumbu
matang,
daging
bandeng
masih utuh
kurang,
rasa pas,
bumbu
tidak
setelah bumbu
gosong
matang tanpa
3 Bandeng
merusak bentuk
dari tiap
daging
loyang
daging
rusak,
dicampur
dengan
memasak
APD pekerja
Pencmpuran
bandeng tidak
merusak
daging
menggunakan
bandeng
Keberihan
alat
dicuci
sebelumya dan
mencuci alat
setelah
digunakan
Tenaga
pemasak
memasak
dicampurkan
jbandeng dan
degan bandeng
Bandeng yang
bumbu yang
telah diolah
rusak tidak
dengan benar
dilanjutkan ke
proses
selanjutnya
Pekerja yang
tidak
menggunakan
PAD lengkap
diharpkan
melengkapi
APD sebelum
kembali
bekerja
Alat yang
39
bumbu
bumbu tanpa
kotor tidak
yang salah
menggunakan
digunakan
masker dan
untuk
didapati
pengolahan
berbicara
sebelum
bebrapa kali
Bandeng
dibersihkan
dicampur ke
dalam bumbu
yang sudah
matang, proses
pencampuran
tidak
menggunakan
6
Pengovenan
B: Bakteri
F: debu,
kotoran
Bandeng
3 Bandeng Bandeng
sarung tangan
Bandeng
matang
dari tiap
ditempatkan di
diletakkan di
daun pisang
gosong tidak
sempurna,
Loyang
loyang yang
loyang
disajikan ke
keringm
kurang
dengantanagn
sudah dilap
Kelengkapan
tidak
matang,
dialasi dengan
kosong
Penggunaan
Bandeng yang
Observasi
Pencatatan suhu
ulang
pengovenan
APD pekerja
bandeng
pasien
Pekerja yang
40
gosong
goosong
daun pisang
Loyang diberi
yang bersih
daun pisang
Bandeng dioven
yang sudah
dalam suhu
sempat jatuh di
yang tepat dalm
lantai dapur dan
oven yang tidak
belum di lap
rusak
atau dibersihkan
Bandeng dicek
Daun
tingkat
pisangdiolesi
kematangannya
dengan mentega
beberapa kali
tanpa
agar tidak
menggunakan
overcooked
kuas atau
Pekerja
sendok hanya
mengenakan PD
menggunakan
lengkap saat
daun pisang
meletakkan
atau tangan
bandeng dalam
kosong
loyng dan
Bandeng dioven
memanggang
dalam suhu
Oven bekerja
tidak
dengan baik
Hasil bandeng
menggunakan
yang telah
matang
PAD lengkap
diharpkan
melengkapi
APD sebelum
kembali
bekerja
41
Pemorsian
B: bakteri,
Bandeng
100%
500oC
Bandeng diporsi Bandeng diporsi Jumlah pasien
lalat
F: rambut,
diporsikan
Bandeng
ke plato yang
ke plato baik
diit khusus di
salah
ke plato
masuk
tepat sesuai
plato tertutup
ransum dan
pemorsian
yang tepat
dalam
maupun terbuka
jumlah
segera
yang keluar
sesuai
plato yang
sesuai jumlah
dengan
bandeng
dibenarkan
ransum dan
benar
Bandeng
yang tertera di
menggunakan
sebelum
satung tangan.
jatuh saat
ransum
Bandeng yang
matang
Kesesuaian
akan
diporsi ke plato
diporsi
tidak terkena
debu
jenis diit
Bandeng
dengan plato
terbuka
ditumpuk
berselang seling
namun tidak
bertutup
diit di label
diit denga isi
Penggunaan
APD lengkap
pada pekerja
pemorsi
Bandeng yang
Observasi
Pencatatan
ulang
sampai ke
pasien
Pekerja yang
tidak
menggunakan
PAD lengkap
diharpkan
melengkapi
APD sebelum
kembali
menggunakan
bekerja
Plato yang
plato tertutup
tidak memiliki
42
Pekerja
tutup ditutup
pemorsian
dengan tudung
bandeng
menggunakan
wrap
sarung tangan
saat memorsi
8
Distribusi
B: lalat
F: debu
Bandeng
Bandeng
bandeng
Bandeng yang
Bandeng
Keadaan
Bandeng yang
Observasi
Pencatatan suhu
sampai ke
sampai ke
telah diporsi
dibawa dengan
bandeng
sampai ke
ulang
bandeng
pasien
pasien
dimasukan
dalam troli
pasien dalam
sebelum sampai
dengan
kotor,
dalam troli
troli biasa
Setelah sampai
aman tidak
keadaan dingin
ke pasien
jatuh tidak
dipanaskan
tertumpuk
lagi di pantry
atau terkena
pasien
Bandeng
keadaan
dingin,
penghangat saat
utuh (sesuai
sudah
akan dibawake
porsi)
tidak utuh
pantry ruangan
bersih,
dan segera
sesuai suhu
dibagikan ke
konsumsi
pasien
(hangat)
pantry ruangan
ditinggal oleh
petugas yang
membawa.
bahan lain
Petugas lain
diperiksa
datang dan
keadaannya
mulai menata
sebelum
lauk dengan
diantar ke
nasi/bubur
pasien
43
sesuai rungan
pasien lalu
dibagi ke pasien
44
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan HACCP pada menu I diit khusus sore bandeng bumbu
rujak panggang, menujunkan bahwa selama proses pembuatan menu tersebut
mulai dari bahan datang hingga persiapan, pengolahan, dan akhirnya sampai ke
pasien terdapat beberapa proses yang perlu dikendalikan bahayanya, antara lain:
1. Penerimaan bahan makanan
Bahan makanan segar yang datang terdiri dari:
Bawang merah, bawang putih, tomat
Bawang merah dan bawag putih diterima dalam bentuk utuh,
dalam plastik, dan sudah terkupas. Pengecekan bawang merah yang
datang hanya diperksi beratnya apakah sesuai dengan permintaan.
Namun tidak dicek sesuai spesifikasi seperti adanya kulit yang terikut.
Tomat diterima dalam plastic. Tomat yang datang dicek dengan
ditimbang beratnya saja. Tidak diperiksa apakah ada omat yang busuk
atau rusak.
Bandeng fillet
Bandeng fillet yang datang dlam keadaan tanpa duri, tanpa kepala,
dan tanpa ekor. Bandeng fillet ditempakan dalam box plastic tertutup.
Bandeng datang dan ditimbang beratnya. Suhu bandeng saat datang
17.5oC. Daging bandeng tidak beku. Bandeng datang terlambat sekitar
pukul sembilan.
Bahan makanan basa yang datang seharusnya diperiksa keadaan fisiknya,
disampling apabila bahan yang datang banyak, sehingga bahan yang rusak
tidak sampai ikut diolah dan lebih efisien. Bila diperiksa oleh bagian
persiapan akan terjadi dua kali kerja.
2. Penghalusan bumbu
Proses penghalusan bumbu dilkukan dengan alat pemotong.
Bumbu yang dipakai sudah dicuci terlebih dahulu. Bumbu yang sudah
dihaluskan selanjutnya diporsikan dalam sebuah baskom. Semua bumbu
halus jadi satu, baik bawnag merah, bawang putih, maupun kemiri halus.
Tomat halus diplastik terlebih dahulu sebelum akhirnya diletakan di
45
baskom yang sama. Semua bumbu diambil dengan centongyang sama dan
ditimbang di timbangan yang sama. Bumbu yang diberikan sudah
ditimbang sesuai porsinya. Setelah iti kertas penanda berisi nama masakan
dan jenis makanan diletakkan diatas bumbu tersebut.
Kertas penanda sebaiknya diletakkan dengan isolasi di baskom dan
tidak mengenai bumbu yang aka n diolah. Meskipun pengolahan bumbu
tidak termasuk CCP karena setelah itu akan dilakukan pemasakan yang
diharapkan dapat membunuh dan meminimalkan bahaya sampai batas
yang dapat ditoleransi tubuh, adalah lebih baik menjaga kebersihan bumbu
yang telah dihaluskan,
3. Persiapan bandeng
Persiapan bandeng ternasuk CCP II,dimana dengan pemotongan
dan penyimpanan sebelum pengolahan yang benar bahaya yang ada dapat
dikurangi. Dikurangi dengan pencucian bandeng sebelum dipotong.
Pencucian bandeng pada air mengalir dapat menghilangkan kotoran yang
mungkin tertempel pada bandeng dari proses sebelumnya.
Penyimpanan bandeng setelah di potong sebelum diolah dapat
mengurangi bahaya baik dari bahaya biologis maupun bahaya fisik.
Bandeng yang disimpan dalam chiiler, freezer , atau box tertutup berisi es
batu akan membuat bandeng berada di suhu yang aman dari pertumbuhan
mikroba apalagi saat datang bandeng tidak di es dan waktu pemasakan
banden masih lama. Bandeng merupakan menu makanmalam sedang
bahan datang di pagi hari.
Penempatan bandeng dalam box tertutup atau tempat tertutup dapat
menghindarkan bandeng dari lalat atau kotoran yang ada di dapur utama.
Bandeng yang terlteak di udara bebas retan terkena debu dan dapat
dihinggapi lalat sehingga bahaya yang ada dapat bertambah.
Persiapan bandeng yang terjadi di RSUP dr.Kariadi masih kurang
baik, dimana bandeng yang datang tidak dicuci dahulu sebelum dipotong.
Setelah itu bandeng dimasukan ke chiler namun hanya satu setengah jam.
Bandeng keluar dari chiller pukul sebelas sedang bandeng mulai diolah
pukul 12.20. Satu jam setelah bandeng dikeluarkan, bandeng dibiarkan
terbuka di udara bebas, dengan diberi otak-otak dan 2 butir telur di
46
atasnya. Setelah itu bandeng ditutup dengan Loyang, namun bandeng tidak
didinginkan.
Alas an kenapa bandeng sudah keluar dari pukul sebelas adalah
chiller tidak dapat diakses apabila petugas persiapan lauk telah pulang.
Tidak ada yang dapat menjaga dan memastikan jumlah bahan makanan
yang keluar dari chiller sesuai dengan yang jadwal pengolahan saat itu.
Seharusnya pihak pengolah memasukan bandeng yang berlum diolah ke
dalam cooling cell agar lebih aman.
4. Pengolahan bumbu dan bandeng
Pengolahan bumbu termasuk CCP I karena dengan pengolahan
yang berupa pemasakan bumbu di atas api hingga masak diharapkan
bakteri yang ada di dalamnya juga mati. Pengolahan bandeng yang ada
berupa pelumuran bandeng dengan bumbu yang baru masak. Proses ini
tidak berhenti sampai di sini karena akan dilanjutkan dengan pengovenan.
Pengolahan bumbu yang ada saat pemasakan bandeng bumbu rujak
paggang ini memiliki kelemahan dari tenaga pemasaknya yang tidak
mengenakan
masker
saat
mengolah
bumbu.
Masker
diharuskan
47
ke latai dapur. Daun pisang yang tidak dilap dapat membuat bandeng yang
diletakkan diatasnya terkena debu atau kotoran yang ada. Pengolesan
mentega menggunakan tangan hampa atau potongan daun pisang juga
dapat menambah kontaminasi fisik pada tempat peletakan bandeng.
Persiapan Loyang seharusnya dilakukan dengan benar, dengan
membersihkan terlebih dahulu daun pisang yang akan dipakai dan
menggunakan alat untuk mengoleskanmentega. Konsumen makanan ini
adalah orang sakit yang memerlukan perlakuan lebih aman dari bahaya.
Selain penggunaan daun pisang, proses pengovenan sudah sesuai
denganprosedur sehingga dapat menghilangkan bahaya.
6. Pemorsian
Pemorsian termasuk titik control kritis (CCP) dimana bandeng
yang telah matang yang seharusnya sudah amandari kontaminan dapat
kembali terkana kontaminan. Proses pemorsian yang ada sudah baik.
Pekerja mengenakan sarung tangan dan masker untuk menjaga agar
makanan tidak terkena kontaminasi dari pekerja.
Kelemahan proses ini terjadi saat semua bandeng telah masuk ke
plato. Terdapat dua jenis plato yang digunakan, plato terbuka dan tertutup.
Pada plato tertutup bandeng dapat dikatakan aman, karena trbebas dari
kotoran, debu dan lalat. Plato terbuka menjadi masalah karena bandeng
berada di udara terbuka tanpa penutup dan mungkin dapat terjadi
kontaminasi. Kontaminasi dapat terjadi saat bandeng bersentuhan dengan
alas plato lain karena plato ditumpuk untuk menghemat tempat dan
memudahkan pengambilan.
Plato terbuka pada
penggunaanya
dapat
dibantu
dengan
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
Penerapan system HACCP di RSUP dr.Kariadi pada khususnya dalam
pengolahan menu bandeng bumbu rujak panggang sudah dilakukan dengan cukup
baik, hanya saja perlu lebih diperhatikan pada beberapa titik kritis seperti
penggunaan APD dan sarung tangan selama proses persiapan dan pengolahan
khususnya untuk proses yang bersentuhan langsung dengan bahan makanan.
b.
Saran
Penggunaan
troli
penghangat
sebaiknya
digunakan
pada
proses
49
Daftar Pustaka
1. Zulfana Iffa dan Sudarmaji. Hazard Analysis And Critical Control Point
(Haccp) Pada Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Islam Lumajang. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4, No.2, Januari 2008: 57
68 Available from :http://journal.unair.ac.id/filerPDF/7.HACCP_Iffa.pdf
[cited 2012 Oct 15]
2. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi Iii-Badan
Pom Ri. Prinsip Penerapan Haccp Di Industri Pangan Siap Saji. 2012.
Available from : http://itp08ub.files.wordpress.com/2012/03/6-haccp.pdf
[cited 2012 Oct 15]
3. FAO. Recommended International Code Of Practice General Principles Of
Food
Hygiene.
2001
Available
from
50
Available
from
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/pelatihanmakan
an/15%20haccp.ppt [cited 2012 Oct 17]
5. Badan Standarisasi Nsional. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya. SNI 01-4582-1998 Avaliable
from: file:///C:/Users/DELL%20INSPIRON/Downloads/sni_haccp.pdf [cited
2012 Oct 10]
6. USDA. HACCP Principles For Food Production. USDA. 1993
7. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Modul Penyuluhan Perikanan.
Jakarta.
2011
Available
from
http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/file/69/1-ikan-bandeng.pdf/
[cited 2012 Oct 17]
8. E-book Dasar-dasar Teknologi Hasil Perikanan. Hal 25-27 Available from:
http://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E-book/DasarDasar%20Teknologi
%20Hasil%20Perikanan/bab_2.pdf [cited 2012 Oct 17]
9. Dinas Kelautan Jawa Timur. Teknologi Pengolahan Bandeng Tanpa Duri.
2010
Available
from
http://diskanlut.jatimprov.go.id/index.php?
from
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/50714/A06sln.pdf?
sequence=1 [cited 2012 Oct 18]
12. Palupi Lina. Higiene dan Sanitasi Makanan di Rumah Sakit. 2009 Available
from:
http://keslingrsabharapankita.blogspot.com/2009/12/higiene-dan-
51