Kti Limbah Rs
Kti Limbah Rs
Kti Limbah Rs
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
bagi masyarakat, dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan.1
Dalam mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang
baik pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula
memperhatikan keterkatitan tersebut. Dilain pihak, rumah sakit juga dapat dikatakan
sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan non-medis
maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam jumlah besar, rumah
sakit merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakan penderita penyakit,
kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok
lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya
penyakit bila tidak didukung dengan kondisi lingkungan rumah
sakit yang baik dan saniter. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil
samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman
patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yan pada umumnya bersifat
berbahaya dan beracun.2
Pengelolaan limbah medis menyajikan sejumlah tantangan lingkungan baik
maju dan negara berkembang. Menurut von Schirnding limbah berbahaya secara
luas tersebar di lingkungan dan telah akumulasi selama beberapa dekade. Limbah
medis berpotensi berbahaya dan terinfeksi jika ditangani sembarangan. Di Amerika
Serikat, misalnya, diperkirakan bahwa ada di antara Situs sampah 30.000 dan 50.000
pembuangan, banyak yang ilegal atau ditinggalkan. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) berpendapat bahwa manajemen yang tepat limbah medis adalah masalah di
sebagian besar negara berkembang, terutama di negara-negara di mana limbah padat
kota biasa tidak dikelola secara memadai.3
Sebagian besar pengelolaan limbah medis dari rumah sakit, puskesmas, dan
laboratorium masih jauh di bawah standar kesehatan lingkungan, karena umunya
dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem open
dumping (tempat sampah terbuka). Padahal rumah sakit merupakan penghasil limbah
yang besar dan apabila tidak dikelolah dengan baik akan membahayakan lingkungan.
Oleh karena itu pengelolaan lingkungan rumah sakit yang komprehensif merupakan
hal yang sangat penting, baik bagi rumah sakit maupun bagi masyarakat pemakai
jasa pelayanan kesehatan rumah sakit.4
Sejalan dengan manajemen, tidak tepat dan tidak diatur dari rumah sakit
limbah dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan kita dan lingkungan meskipun
kita semua pasti memiliki hak untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat dari
rumah sakit dan klinik. Para pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak tepat tidak
hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga sangat melanggar hak asasi manusia
kami karena hak untuk hidup meliputi hak untuk memiliki lingkungan yang sehat,
menyenangkan bebas dari segala jenis polusi dan kontaminasi. Tetapi hak manusia
menikmati, segar menyenangkan
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Gigi dan Mulut di
Makassar?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Makassar
untuk menentukan kebijaksanaan dalam perencanaan program kesehatan
lingkungan dan rencana sistem pengelolaan limbah rumah sakit.
2. Sebagai pedoman bagi petugas pengelola limbah Rumah Sakit Gigi dan
Mulut dalam melaksanakan tugasnya.
3. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
care both curative and preventive, and whose out patient service reach out
the family and its home environment, the training of health workers and for biosocial research 4
Sesuai batasan di atas, maka rumah sakit merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun
preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan inap juga perawatan di
rumah. Disamping itu, rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga
kesehatan dan tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian. Oleh
karena itu, agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, rumah sakit harus bisa
bekerja sama dengan instansi lain di wilayahnya, baik instansi kesehatan maupun
non kesehatan.
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan nonmedik menggunakan
teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.4
2.2
2.2.1
sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap
ruangan/unit yang bersangkutan.
Material kedokteran gigi. Bahan-bahan dan obat yang selalu dipakai dokter
gigi dalam menjalankan profesinya adalah:8
1. Bahan tumpat: Amalgam-mercury, composite resin, glass ionomer, logam
mulia Au, Ag, Pd dan Zinc Oxide
2. Bahan crown: logam mulia, Ag, Akrilik, ceramic
chromium
Bungkus film x-ray yang mengandung Pb, dapat dilebur (recyded).
Karenanya bahan ini menjadi limbah yang tidak berbahaya bila
2.2.3
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non-medis.6
Menurut WHO & Departemen kesehatan RI, 1991, limbah klinis/medis
adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veteranary, farmasi
atau sejenis; serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan
perawatan atau pengobatan atau penelitian.9
10
Secara garis besar limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah medis dan
non medis.6
a. Limbah medis
Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan potensi
bahaya yang tergantung didalamnya, serta volume dan sifat persistensinya
yang menimbulkan masalah:4
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam merupakan objek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi ujung tau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit, seperti jarum suntik, pisau
bedah, pecahan gelas, dll. Semua benda tajam ini memiliki
potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif.
Limbah tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat
menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan
kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk menularkan
penyakit akan sangat besar bila benda tajam tersebut digunakan
untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.4
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan
dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
11
juga
bangkai
hewan
percobaan
yang
yang lain)
Limbah yang
sudah
tersentuh
pasien
yang
menjalani
baju laboratorium)
Hewan yang terinfeksi dari laboratorium
Instrumen atau materi lain yang tersentuh orang atau hewan
yang sakit.7
3. Limbah patologi
Jaringan tubuh meliputi organ badan, darah dan cairan tubuh
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan. Limbah ini
dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi
infeksi kuman terhadap pasien lain, staf rumah sakit, dan
populasi umum (pengunjung RS dan penduduk sekitar RS)
12
13
14
menggunakan
radionuklida
dan
kegiatan
terkait
seperti
dan
larutan
2.3
ASPEK
PERUNDANGAN,
PERATURAN,
DAN
KEBIJAKAN
15
2.3.1
The Basel Convention (konvensi Basel), ditanda-tangani oleh lebih baik dari
100 negara, membahas tentang pergerakan limbah berbahaya lintas negara:
kesepakatan ini juga dapat diberlakukan untuk limbah layanan kesehatan.
Negara yang menandatangani konvensi ini menerima prinsip bahwa hanya
kiriman limbah berbahaya resmi yang dapat diekspor dari negara yang tidak
memiliki fasilitas atau keahlian untuk memusnahkan limbah tertentu secara
aman ke negara lain yang memiliki baik fasilitas maupun keahlian. Limbah
ekspor harus diberi label sesuai dengan standar yang direkomendasi PBB.7
The polluter paysprinciple (prinsip pencemar yang membayar)
menyiratkan bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan finansial
bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman dan ramah
lingkungan di dalam pembuangan limbah yang mereka hasilkan. Prinsip ini
juga berupaya untuk membebankan pertanggung-gugatan pada pihak yang
menyebabkan kerusakan.7
Theprecautionaryprinciple (prinsippencegahan) merupakan prinsip
kunci yang mengatur masalah perlindungan kesehatan dan keselamatan. Jika
16
menyatakan
bahwa
2.3.2
pengelolahan limbah:10
Semua negara harus menetapkan pengolahan limbah dan kriteria
pembuangan dan mengembangkan kemampuan untuk memantau dampak
17
Pada tahun 2025 semua negara harus membuang semua limbah sesuai
dengan pedoman kualitas internasional.10
2.3.3
Aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundangundangan pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
a.
18
Limbah Padat
Tinjauan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan yang terdapat
dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004.
b. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.6.64 tanggal 18 Februari 1993
tentang
2.4
19
20
21
22
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
23
(sulit dibuka atau dipecahkan) dan jarum serta spuit harus dibuat tidak
berguna lagi. Jika kontainer plastik atau logam tidak tersedia atau
terlalu mahal, sebaiknya gunakan kontainer yang dibuat dari papan
kardus padat, kemasan tersebut untuk memudahkan pengangkutan dan
harus dilapisi dengan plastik.
c. Kantong dan kontainer untuk limbah infeksius harus ditandai dengan
simbol internasional zat infeksius.
d. Limbah yang sangat infeksius harus, kapanpun mungkin, disterilisasi
segera melalui proses autoclaving. Dengan demikian, limbah tersebut
sebelumnya harus dikemas dalam kantong yang kompatibel untuk
proses pengolahan tersebut: kantong merah direkomendasikan karena
sesuai dengan proses autoclaving.
e. Limbah sitotoksik yang kebanyakan dihasilkan oleh rumah sakit besar
atau fasilitas penelitian, harus dikumpulkan dalam kontainer antibocor
yang kuat diberi label limbah sitotoksik
f. Limbah sediaan farmasi atau bahan kimia dalam jumlah kecil harus
disatukan dengan limbah infeksius.
g. Kuantitas besar sediaan farmasi yang sudah kedaluarsa yang disimpan
dibangsal atau bagian rumah sakit harus dikembalikan ke bagian
farmasi untuk pembuangan. Limbah sediaan farmasi lainnya yang
dihasilkan pada tahapan ini, misalnya:obat-obatan yang tercecer atau
terkontaminasi atau kemasan yang mengandung residu obat jangan
dikembalikan karena berisiko mengontaminasi bagian farmasi, limbah
itu harus ditampung dalam kontainer yang tepat di lokasi limbah
dihasilkan.
24
25
Gambar 2.1 : Pembuangan limbah medis sesuai dengan wadah dan label
limbah. (Sumber : Bio-medical waste management self learning document for
doctors, superintendents and administrators. Available from
http://whoindia.org/LinkFiles/Chemical_Safety_Biomedical_waste_management_self_Learning_document_for_Doctors,_superin
tendents_and_Administrators.pdf. Accessed December 28, 2011)
2.4.1
26
27
28
3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit atau
ke fasilitas lain dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang
tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan sebagai
-
berikut:7
Mudah dimuat dan dibongkar muat
- Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer
dan
didesinfeksi setiap hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan atau
tutup kantong limbah harus berada di tempatnya dan masih utuh setibanya
di akhir pengangkutan.7
29
http://whoindia.org/LinkFiles/Chemical_Safety_Biomedical_waste_management_self_Learning_document_for_Doctors,_sup
erintendents_and_Administrators.pdf. Accessed December 28, 2011)
2.4.2
tetapi akan lebih aman jika menempatnkannya dalam kontainer sekunder (misalnya:
kotak kardus atau kontainer beroda, kokoh, plastik bertutup atau kontainer berlapis
seng). Kelebihannya adalah dapat mengurangi kontak dengan kantong limbah yang
penuh tetapi biaya pembuangannya menjadi lebih tinggi. Kontainer sekunder tersebut
harus ditempatkan di lokasi yang dekat dengan sumber limbah.7
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan
teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator. Sedangkan
limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola
oleh pemerintah daerah, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.6
2.4.3
30
Limbah yang sangat infeksius, seperti kultur dan sediaan agens infeksius dari
percobaan di laboratorium, harus disterilisasi melalui perlakuan termal
basah(auto-claving) pada tahap sedini mungkin. Untuk limbah layanan
kesehatan lain yang infeksius, cukup didesinfeksi saja untuk mengurangi
kandungan mikroorganismeya. Benda tajam juga harus diinsinerasi kapanpun
mungkin dan dapat diinsinerasi bersama dengan limbah infeksius yang lain.
Benda tajam juga harus diinsinerasi atau proses desinfeksi lainnya, residu
dapat dibuang ke lokasi landfill.7
b) Limbah bahan kimia
Pelaksanaan pengelolaan persediaan bahan kimia akan dipantau oleh
Kepala Bagian Farmasi instansi layanan kesehatan terkait. Sejumlah kecil
limbah bahan kimia mencakup residu kimia dalam kemasannya, bahan kimia
yang kadaluarsa atau membusuk, atau bahan kimia yang sudah tidak
diperlukan lagi. Limbah tersebut umunya dikumpulkan dalam kontainer
berwarna kuning, bersama dengan limbah infeksius dan menjalani prosedur
yang sama untuk pembuangan akhirnya (baik insinerasi atau dipendam secara
aman).7
c) Limbah sitotoksik
Obat-obatan sitotoksik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan
-
d) Limbah radioaktif
31
2.5
yang mengolah limbahnya sendiri dan ada juga yang bekerja sama dengan rumah
sakit lain yang memiliki sarana pengolahan limbah yang lebih lengkap dalam
mengelola limbahnya. Banyak rumah sakit mempunyai alat canggih sebagai sarana
pengolah limbhanya. Hal ini diakui membawa konsekuensi besar biaya pengadaan
dan operasional untuk diolah ke rumah sakit lain merupakan salah satu cara
meminimalisasi biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan limbah.7
Insinerasi biasanya merupakan metode pilihan untuk kebanyakan limbah
medis dan sampai saat ini masih banyak dipakai. Namun metode pengolahan
alternatif yang baru-baru saja dikembangkan semakin populer. Pilihan akhir untuk
sistem pengolahan harus dipertimbangkan dengan cermat dan didasarkan pada
berbagai faktor yang kebanyakan di antaranya bergantung pada persyaratan lokal:7
a. Efisiensi desinfeksi
b. Pertimbangan kesehatan dan lingkungan
c. Pengurangan volume dan massa
d. Pertimbangan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Kuantitas limbah untuk pengolahan dan pembuangan/kapasitas sistem
f. Tipe limbah untuk pengolahan dan pembuangan akhir
g. Persyaratan infrastruktur
h. Pilihan dan teknologi pengolahan yang ada di tingkat lokal
32
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
akhir
untuk
pembuangan
dengan
cara
pemendaman
dapat
mengakibatkan pencemaran air tanah jika lokasi landfill tidak didesain atau
dioperasionalisasikan dengan adekuat. Dalam memilih metode pengolahan atau
pembuangan limbah medis, terutama jika ada resiko terjadinya pelepasan emisi
toksik atau akibat berbahaya lainnya maka resiko relatif sekaligus integrasi ke dalam
keseluruhan kerangka kerja strategis limbah yang komprehensif harus dievaluasi
dengan cermat berdasarkan keadaan setempat.7
33
No.
1.
Metode
pengolahan/pembuangan
Rotary klin (tungku
berputar)
2.
Insinerasi
(suhu tinggi)
pirolitik
3.
4.
Insinerasi
batu bata
drum
atau
Kelebihan
Kekurangan
34
5.
Disenfeksi kimia
6.
Pengolahan
basah
7.
Iradiasi microwave
8.
Encapsulation
9.
Pemendaman
aman
10.
Inertisasi
termal
yang
guna
memastikan
bahwa
prosedur
penanganan,
pengolahan,
35
mencakup:7
Pelatihan yang tepat untuk pekerja
Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan pekerja
Pembentukan program kesehatan kerja yang efektif yang mencakup imunisasi,
pengobatan profilaktik pascapajanan dan surveilans kesehatan.
Pelatihan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus dapat
memastikan bahwa pekerja mengetahui dan memahami risiko potensial yang
berkaitan dengan limbah layanan kesehatan, manfaat imunisasi untuk
mencegah penularan hepatitis B virus, dan pentingnya konsistensi penggunaan
peralatan perlindungan diri.7
Tenaga kerja yang berisiko mencakup pemberi rawatan, tenaga keberisihan
rumah sakit, tenaga bagian perawatan/ pemeliharaan, operator peralatan
pengolah limbah, dan semua operator yang terlibat dalam penanganan limbah
dan pembuangan limbah baik di dalam maupun di luar instansi layanan
kesehatan.7
2.6.2
Perlindungan pekerja
Perlindungan untuk mencegah cedera menjadi sangat penting untuk semua
36
Higiene personal dasar sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul
akibat penanganan limbah medis dan sarana cuci yang sesuai (dilengkapi
dengan air hangat dan sabun) harus tersedia bagi semua pekerja yang
menjalankan aktivitas ini. Sarana ini sangat penting terutama pada fasilitas
-
Keamanan sitotoksik
37
38
fasilitas
pembuangan
limbah
(misalnya,
ditempat
39
Selain itu, bakteri Escherichia coli yang resisten antibiotik ternyata dapat
bertahan hidup dalam kolam lumpur aktif walaupun pada kondisi normal
pembuangan dan pengelolaan limbah cair, perpindahan organisme tersebut
tampaknya tidak signifikan. Kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang
terkontamonasi (terutama jarum suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang
potensial bahayanya paling akut bagi kesehatan.7
Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka
tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen.
Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam
termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok
yang muncul adalah bahwa limbah infeksi yang ditularkan melalui subkutan
dapat menyebabkan masuknya agens penyebab penyakit, misalnya infeksi
virus pada darah dan berbahaya karena sering terkontaminasi darah pasien.7
d) Bahaya limbah kimia dan farmasi
Bahaya zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan
kesehatan (misalnya, zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah
terbakar, reaktif, mudah meledak atau sensitif terhadap guncangan). Kuantitas
limbah yang besar umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau
bahan farmasi ayng sudah tidak terpakai lagi atau kadaluarsa. Kandungan zat
itu di dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat
pajanan secra akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. Intoksikasi
dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit
atau membran mukosa atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia
yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya: formaldehid atau zat
40
41
42
disebabkan oleh limbah kimia industri. Selain itu juga kasus cedera atau
intoksikasi yang terjadi akibat penanganan zat kimia atau farmasi secar tidak
tepat di instalasi layanan kesehatan. Apoteker, ahli anestesi, tenaga perawat dan
tenaga pendukung serta pemeliharaan mungkin berisiko terkena penyakit
pernafasan atau kulit akibat terpajan zat yang berwujud uap, aerosol atau
cairan.7
c) Dampak limbah radioaktif
Ada laporan mengenai beberapa kecelakaan yang terjadi akibat pembuangan
zat radioaktif secara tidak tepat. Konsekuensinya banyak individu yang
menderita akibat terpajan zat tersebut.7
Di Brazil, salah satu kasus mengenai dampak kanker terhadap penduduk
yang dihubungkan dengan pejanan terhadap limbah radioaktif dari RS sudah
dikaji dan didokumentasikan dengan lengkap. Sewaktu pindah sebuah institusi
radioterapi meninggalkan sebuah sumber tertutup radioterapi dibangunan
lamanya. Namun, sumber tersebut diangkat dan dibawa pulang oleh seseorang
yang berhasil masuk ke bangunan. Akibatnya sekitar 249 orang terpajan dan
beberpa diantaranya meninggal atau mengalami masalah kesehatan yang
serius.7
43
BAB III
KERANGKA KONSEP
Aktivitas medik
Limbah medik
Limbah padat
Limbah domestik
Limbah padat
Limbah cair
Limbah cair
Mananajemen pengolahan
limbah Rumah Sakit Gigi
dan Mulut di Makassar
Keterangan:
: Variabel yang diteliti.
: Va : Variabel yang tidak diteliti
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
JENIS PENELITIAN
45
Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-
medis.6
Pengelolaan limbah padat adalah kegiatan minimalisasi atau reduksi limbah
dan menghancurkan limbah yang diproduksi dengan metode yang
digunakan. 6
4.8
PROSEDUR PENELITIAN
1. Sebelum penelitian dilakukan, survey awal dilakukan untuk mengetahui dan
mendata jumlah petugas pengelolaan limbah di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
di Makassar.
2. Setelah sampel penelitian ditentukan dan didapatkan, penelitian dinyatakan
dimulai. Peneliti mencatat dan membagikan kuesioner modifikasi untuk
dijawab sampel dan peniliti melakukan penilaian.
3. Penelitian dinyatakan berakhir bila seluruh sampel telah mengisi kuesioner
kuesioner yang dibagikan dan peniliti telah menilai semua sampel.
4. Kuesioner modifiksai kemudian akan dikumpulkan, dinilai, dan dilakukan
pengolahan data, sehingga diperoleh hasil penelitian.
46
4.9
ALUR PENELITIAN
Penentuan populasi/sampel
Pengisian kuesioner
modifikasi oleh responden
dan lembar penilaian
Pengumpulan data
Analisis data
Hasil
47