SPESIFIKASI TEKNIS Pembangunan Tembok Pengaman
SPESIFIKASI TEKNIS Pembangunan Tembok Pengaman
SPESIFIKASI TEKNIS Pembangunan Tembok Pengaman
PASAL 1
URAIAN UMUM
Nama Pekerjaan ini adalah
1.
ACUAN NORMATIF
Undang-undang (UU) :
- UU No. 7 Tahun 2004 : Undang-Undang tentang Sumber Daya Air
Keputusan Menteri (KEPMEN) :
- KEPMEN KIMPRASWIL No. 257/PTS/M/2004 : Tata Cara Pembuatan Dokumen
Pelelangan (Dokumen Tender)
- KEPMEN KLH No. 17 Tahun 2001 : Jenis Rencana usaha dan/atau Kegiatan
wajib dilengkapi dengan Analisa Menegenai Dampak Lingkungan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk
Bangunan di Sungai
- SNI 03-2414-1991 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
- SNI 03-2415-1991 : Metode Perhitungan Debit Banjir
- SNI 03-2851-1991 : Tata Cara Perencanaan Teknis Bendung Penahan Sedimen
- SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling-baling
- SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Dengan Pelampung Permukaan
- SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel
Sungai/Saluran dengan Analisis Grafis
- SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai dengan Cara
Pias Berdasarkan Rumus Manning
- SNI 03-3414-1994 : Metode Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Melayang
di Sungai dengan Cara Integrasi Kedalaman Berdasarkan Pembagian Debit
- SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai
Penamopang Ganda dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning
- SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara
Gravimetri dengan Pengendapan
- SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara
Gravimetri dengan Pengendapan
Pedoman Teknis :
- Pd. T.11 2004 A : Pemeliharaan Bangunan Persungaian
- Pd. T.16 2004 A : Perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar
Rancangan Pedoman Teknis :
- Pd. T. xx xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Volume I :
Umum,Bagian 1, Pekerjaan Tanah
- Pd. T. xx xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Volume I : Umum,
Bagian 2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
- Pd. T. xx xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Volume I : Umum,
Bagian-3, Pekerjaan Geoteknik
- Pd. T. xx xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Volume I : Umum,
Bagian 4, Pekerjaan Beton.
- Pd. T. xx xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Volume I : Umum,
Bagian 5, Pekerjaan Pasangan.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
2.1.
Penyedia Jasa wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2.
Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka
dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak cocok dengan
gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.
Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan, sedang gambar ada, maka
gambarlah yang mengikat.
2.3.
2.4.
Patok titik tiap bangunan harus ditempatkan di lokasi yang aman dari gangguan
sehingga tidak berubah posisinya.
3.3.
Patok as profil bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak goyah/ berubah.
3.4. Ketepatan dan ketelitian uitzet yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa harus mendapat
pengesahan dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Untuk itu sesudah pekerjaan
uitzet selesai, Penyedia Jasa harus meminta Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
untuk melakukan pengecekan dan mengesahkannya.
PASAL 4
DAERAH KERJA, DIREKSI KEET/ BARAK KERJA,GUDANG
4.1. Penyedia Jasa wajib mempersiapkan tempat kerja dan daerah kerja agar lahan kerja
siap digunakan.
4.2. Penyedia Jasa sebelum mulai kegiatan fisik harus membuat atau menyewa tempat
untuk barak dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Keet dengan ukuran sesuai
dengan BQ dengan ketentuan :
a. Ruang kerja berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi Keet.
b. Gudang berukuran secukupnya dengan ketentuan :
- Konstruksi dan dinding kayu yang baik
- Lantai beton tak bertulang / Mutu Bo tebal 5 cm
- Memenuhi syarat untuk menyimpan PC dan bahan-bahan pabrikan lainnya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga kerja yang
diperlukan dan cukup sehat untuk dihuni.
4.3. Penyedia Jasa harus menjamin Direksi Keet dan Kelengkapannya dipersiapkan dan
PASAL 5
JALAN KERJA
5.1.
5.2.
Pihak Penyedia Jasa wajib memelihara dan memperbaiki jalan masuk atau jalan
desa, gorong-gorong jembatan desa yang rusak akibat lalu lintas kegiatan pekerjaan.
PASAL 6
PAPAN NAMA PEKERJAAN
6.1.
Penyedia Jasa harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0.90 m x 1.80 m,
sebanyak 1 (satu) buah, dengan bentuk standar yang dipasang di tepi jalan masuk
pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
6.2.
Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.
PASAL 7
UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK
7.1.
Uitzet :
a. Uitzet harus dilakukan dengan menggunakan pesawat ukur.
b. Duga ketinggian (peil) diambil dari titik ikat yang telah ditetapkan Proyek.
c. Profil bangunan dibuat sesuai dengan rencana bentuk konstruksi dan terpasang
kokoh.
d. Bouwplank dipasang dengan peil yang diambil dari titik ikat pada bouwplank
harus ditegaskan posisi as dan angka peilnya.
7.2.
8.1.
Penyedia Jasa wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja
dan lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah antisipatif.
8.2.
Di Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Keet Penyedia Jasa harus menyediakan obatobatan untuk memberi pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.
8.3.
9.1.
Direksi keet selama masa pemeliharaan menjadi tanggungan Penyedia Jasa untuk
menjaganya.
9.2.
10.1.
10.2.
Untuk pekerjaan yang memerlukan gambar detail, bagian gambar yang belum
tersedia gambar detailnya harus dibuat Penyedia Jasa sendiri dan dimintakan
persetujuannya kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan lapangan.
10.3.
10.4.
10.5.
10.6.
Pekerjaan yang dilaksanakan tidak berdasarkan gambar yang telah disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, menjadi tanggungan Penyedia Jasa sendiri. Terhadap
hal ini Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan berhak agar pekerjaan tersebut dibongkar
dan Penyedia Jasa wajib melaksanakannya.
10.7.
10.8.
11.1.
11.2.
Atas dasar duga ketinggian pokok tersebut Penyedia Jasa harus mengadakan
pengukuran dan uitzet untuk penentuan bentuk dan tinggi bangunan yang akan
dikerjakan.
11.3.
Untuk memperlancar pelaksanaan, Penyedia Jasa dapat membuat patok bantu dari
beton dengan duga ketinggian diambil dari peil pokok/titik ikat yang ditetapkan.
Patok bantu dibuat dari beton bertulang campuran 1 : 3 : 5 berukuran 20 x 20 x 50
dengan diberi paku pada bidang atasnya.
11.4.
Patok beton diatas dibuat secukupnya dan ditempatkan sedemikian agar aman
selama berlangsungnya pekerjaan dan sampai selesainya pekerjaan.
PASAL 12
UKURAN
12.1.
Ukuran-ukuran pokok struktur yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar-gambar
pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang belum tercantum atau kurang jelas dapat
ditanyakan pada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
12.2.
12.3.
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala gambar dengan angka ukuran yang
tercantum maka ukuran yang mengikat dengan aturan :
a. Ukuran tertulis.
b. Ukuran skala gambar.
12.4.
13.1.
13.2.
Pemerintah/penguasa
PASAL 14
RENCANA KERJA
14.1.
14.2.
14.3.
Rencana kerja diatas dibuat oleh Penyedia Jasa dan dimintakan persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen.
14.4.
15.1.
Data lapangan misalnya : curah hujan, angin, pasang surut dan lain-lain.
15.2.
15.3.
Semua data dan gambar di atas harus sudah ditempel di Direksi Keet selambatlambatnya 14 hari kalender terhitung dari penunjukkan pekerjaan.
PASAL 16
PERSONALIA DAN TENAGA KERJA
16.1.
Penyedia Jasa selaku pelaksana pekerjaan ini wajib menugaskan personalia yang
cakap dan berpengalaman sesuai bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugastugas di lapangan.
16.2.
Tenaga kerja dari proyek yang diperbantukan pada pelaksanaan pekerjaan ini,
misalnya Operator, Mekanik, Driver (Pengemudi) menjadi tanggungan Penyedia
Jasa.
16.3.
16.4.
Apabila Penyedia Jasa mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, maka pada
pekerjaan selesai, Penyedia Jasa diwajibkan mengembalikan tenaga kerja tersebut
ke tempat asalnya (demobilisasi).
PASAL 17
JAM KERJA
17.1.
Penyedia Jasa menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan tetap memperhitungkan
waktu penyelesaian pekerjaan dan dengan mengingat peraturan perburuhan yang
berlaku di tiap daerah yang bersangkutan.
17.2.
Dalam hal ini Penyedia Jasa perlu mengetahui/mempelajari data pasang surut air
laut dikaitkan dengan program kerjanya.
17.3.
17.4.
Dalam hal Penyedia Jasa akan bekerja diluar jam kerja/lembur maka Penyedia Jasa
harus memberitahukan kepada Direksi Teknis Lapangan/Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan pekerjaan secara tertulis sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya.
PASAL 18
BAHAN / MATERIAL UNTUK PELAKSANAAN PEKERJAAN
18.1.
18.2.
Perubahan segala jenis bahan bangunan baik jenis bahan, ukuran maupun
kualitas harus mendapat persetujuan Direksi Teknis Lapangan/Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan.
19.1.
Penyedia Jasa wajib minta kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk
memeriksa pekerjaan yang telah selesai dikerjakan sebelum melaksanakan
pelaksanaan selanjutnya.
19.2.
19.3.
Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pekerjaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak yang memeriksa.
PASAL 20
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
20.1.
Penyedia Jasa wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk :
a. Mencatat semua instruksi / catatan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang
diberikan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Direksi Teknis Lapangan
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut Buku Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi pekerjaan
selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut Buku Tamu.
c.Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh Penyedia Jasa dan
Direksi Teknis Lapangan Lapangan. Pada serah terima pekerjaan
selesai/penyerahan pertama kalinya. Buku-buku tersebut harus diserahkan
kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
20.2.
Penyedia Jasa harus membuat Laporan Harian. Laporan Harian dibuat/diisi setiap
hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja bekerja pada hari itu serta tenaga personalia
dari Penyedia Jasa sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan perkerjaan, baik jenis maupun jumlahnya.
c.Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut dan
besarnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Jumlah alat baik
bersangkutan.
yang
dioperasikan
dan
lamanya
operasi
alat
yang
20.4.
Laporan dimaksud didasarkan pada Buku Harian Pelaksana. Laporan Mingguan dan
Laporan Bulanan harus ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan. Laporan Bulanan yang dilampiri Laporan Mingguan diserahkan
selambat-lambatnya pada tanggal 5 bulan berikutnya.
20.5.
Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap.
Foto tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu
album.
20.6.
Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib mengambil foto pada
keadaan tertentu misalnya gelombang besar yang mengakibatkan kerusakan
bangunan, perubahan galian yang sudah peil, dan lain sebagainya.
20.7.
20.8.
PASAL 21
PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR
21.1.
Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana kerja, terlalu
lambat atau terhenti sama sekali, maka Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Pekerjaan akan memberikan peringatan-peringatan/teguran-teguran secara tertulis
kepada Penyedia Jasa.
21.2.
Apabila Penyedia Jasa ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan peringatanperingatan 21.1. di atas dan telah cukup diberi peringatan dan teguran-teguran
tertulis 3 kali berturut-turut, maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak melakukan
pemutusan kontrak secara sepihak.
PASAL 22
PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG
22.1.
Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Penyedia Jasa atas
perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
22.2.
Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Penyedia Jasa diluar ketentuan ayat 22.1. ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
22.3.
Volume perkerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan dalam hal terdiri atas :
a. Atas instruksi tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, mengingat pertimbangan
teknis/konstruksi, bagian pekerjaan/jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/diperlukan penyesuaian/
perubahan konstruksi sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen.
22.4.
22.5.
22.6.
Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya, akan
dihitung berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat penawaran
dan dihitung dengan analisa pekerjaan sesuai yang berlaku (analisa BOW)
PASAL 23
ALAT DAN PERALATAN KERJA
23.1.
Penyedia Jasa wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan maupun
perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
23.2.
Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap pakai, kerusakan yang terjadi
selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan gantinya.
23.3.
Untuk pekerjaan ini Penyedia Jasa wajib menyediakan peralatan antara lain :
-
Pompa air.
Penyedia Jasa wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada
dinilai tidak mencukupi.
23.5.
Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sendiri.
PASAL 24
SYARAT-SYARAT BAHAN
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan lumpur
yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 5%.
b.
c.
Pasir harus diletakkan di lokasi dimana tidak terjangkau pengaruh ombak air pasang
surut. Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan
terpal/plastik kuat yang bersih.
d.
Pasir yang digunakan untuk cor beton, pasangan batu belah, pasangan batu bata
dan plesteran digunakan pasir yang berasal dari sungai atau gunung, pasir laut tidak
dapat digunakan kecuali untuk pasir urug.
e.
Pasir yang ditolak oleh Direksi Teknis Lapangan harus segera disingkirkan dari
lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk digunakan plesteran maupun
pembetonan, pasir tidak dapat digunakan sebelum persetujuan Direksi Teknis
Lapangan mengenai mutu dan jumlahnya.
4. BATU PECAH
a. Batu Pecah yang dipergunakan harus memenuhi syarat PUBBI-1970 dan PBI-1971
dapat digunakan batu pecah mesin atau pecah tangan.
b. Batu Pecah harus cukup keras, serta susunan butir gradasinya menurut kebutuhan.
c. Batu pecah harus disimpan jauh dari pengaruh ombak air pasang dan ditutupi
dengan terpal/plastic tenda untuk menghindari dari pengaruh hujan asam.
d. Batu Pecah harus mempunyai ukuran yang hampir sama antara 10 sampai 20 mm.
Kadar lumpur maksimum 1 %, jika lebih maka batu pecah tersebut harus dicuci.
e. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dan mempunyai kadar air yang merata
dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous
dan tidak terselaput material lainnya. Dalam penggunaannya batu pecah harus dicuci
terlebih dahulu.
f.
Batu pecah yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis Lapangan baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
5. AIR
a. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan pencuci
agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam,
silt (lanau).
b. Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5 %
atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat
keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebut ke
Laboratorium pemeriksaan yang diakui.
c. Penyedia Jasa tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur dan air sungai.
d. Air yang digunakan harus bersih dari kotoran yang bisa menurunkan kualitas adukan
dan jika memungkinkan dipakai air yang memenuhi syarat untuk air minum.
6. ADUKAN
a. Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat dari semen portland dan pasir
dengan perbandingan isi 1 : 4 atau seperti ditentukan dalam gambar untuk tiap jenis
pekerjaan.
b. Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa sehingga
jumlah dari setiap bahan adukan bisa ditentukan secara tepat dan disetujui Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan.
c. Adukan harus dicampur sebanyak yang diperlukan untuk dipakai dan adukan yang
tidak dipakai selama 30 menit harus dibuang. Melunakkan kembali dari adukan
tersebut tidak diperkenankan.
7. TULANGAN
a. Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencana dan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia NI-2.
b. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T 15-1991-03 dengan mutu
U24 untuk tulangan polos dan U 32 untuk tulangan ulir.
c. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
d. Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah dan diganjal untuk mencegah
perubahan bentuknya.
e. Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambar bestek.
f.
Acuan hanya boleh dibuka dengan ijin Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan
pekerjaan pembukaan setelah mendapat ijin harus dilaksanakan di bawah Direksi
Teknis Lapanganan seorang mandor yang berwenang.
BAHAN-BAHAN LAIN
Penggunaan bahan-bahan lain yang belum tercantum dalam spesifikasi teknis ini
dilakukan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
PASAL 25
BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilakukan pada kegiatan ini meliputi :
1.
Pekerjaan Persiapan
2.
3.
Pekerjaan Penunjang :
PASAL 26
PEKERJAAN GALIAN TANAH/PASIR dan URUGAN KEMBALI
26.1.
Sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, Penyedia Jasa harus mengadakan cek
bersama Direksi Teknis Lapangan pekerjaan atas duga tinggi/peil awal permukaan
tanah, sehingga apabila terdapat perbedaan antara lapangan dengan gambar
rencana dapat segera diketahui secara dini, dan melaporkannya kepada Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan. Pengajuan atas perbedaan/kelainan setelah Penyedia
Jasa melakukan pekerjaan galian, tidak dapat diterima.
26.2.
26.3.
26.4.
Dalam hal galian tanah tertimbun kembali akibat adanya sebab seperti :
-
Adanya rembesan
dll.
26.6.
Galian yang telah sampai pada peil yang ditentukan harus segera dilaporkan kepada
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk diadakan pemeriksaan. Sebelum ada
persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan atas kebenaran kedalaman galian
tersebut, Penyedia Jasa tidak dibenarkan memulai pekerjaan pasangan pondasi.
Dalam hal rawan air pasang, pengecekan dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu
hari sekali.
26.7.
27.1.
Material yang dipakai adalah pasir atau tanah, tidak diperkenankan mengambil dari
pasir dari laut atau pantai.
27.2.
27.3.
Dan apabila tanah dasar/alasnya tidak baik, yang diperkirakan dapat merugikan
konstruksi, maka dasar/alas tersebut harus digali dulu sampai pada lapisan dasar
tanah yang baik.
27.4.
27.5.
Pekerjaan urugan pasir sebagai lantai kerja dilaksanakan setebal 15 cm dan pondasi
footplate 10 cm. pasir yang digunakan adalah pasir local.
PASAL 28
PEKERJAAN BETON
28,1
Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana
ditentukan dan tidak boleh ada campuran bahan-bahan lain tanpa persetujuan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, tetapi Kontraktor boleh memakai Zat pelambat
untuk mempermudah persiapan pembuatan dan cara pemakaiannya harus
mendapat persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
28.2.
Bahan harus dicampur sesuai dengan perbandingan campuran yang ditetapkan dan
ditakar dengan ukuran takaran yang sama sehingga menghasilkan mutu beton yang
disyaratkan yaitu Mutu K225. Banyaknya semen untuk tiap-tiap kubik beton tidak
kurang dari 325 kg.
28.3.
28.4.
Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya)
untuk kelas lainnya.
28.5.
Kekentalan adukan harus memenuhi nilai slump test sebesar 10-12,5 cm, atau
sesuai dengan peraturan sehingga menghasilkan mutu beton yang disyaratkan.
28.6.
28.7.
Beton yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan, demikian pula pada saat
pengecoran.
28.8.
Dalam hal untuk mencapai mutu yang disyaratkan, pada saat selesai dicor untuk
mengurangi kehilangan air secara cepat, beton perlu dirawat dengan penyiraman air
secara berkala sampai mencapai umur kekuatan 100 %. Perawatan beton dilakukan
dengan penyiraman air.
28.9.
Beton tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton cukup
keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang
dibasahi air atau dengan pipa-pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis, atau caracara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasispesifikasi air untuk campuran beton
28.10 Perbaikan Permukaan Beton
a. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak menurut gambar atau
ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis sesuai dengan
spesifikasi ini, harus dibuang dan diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri
kecuali bila Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan memberikan izinnya untuk
menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubanglubang baut, ketidak rataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan dan
bergeraknya cetakan.
c. Ketidak rataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahatan atau dengan alat
lain dan seterusnya digosok dengan batu gurinda.
d. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 Jam sebelum dicor, dan
seterusnya disempurnakan.
e. jika menurut pendapat Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan hal-hal yang tidak
sempurna pada bagian bangunan bangunan yang akan terlihat sedemikian,
sehingga dengan penambahan saja akan menghasilkan sebuah dinding yang
tidak memuaskan kelihatannya, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk
menutupi saluran dinding (dengan spesi plester) demikian juga dinding yang
berbatasan (yang bersambungan), sesuai
dengan instruksi dari Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan.
f. Cacat lubang-lubang baut angker dan tempat cukilan dari sarang kedu yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan
pengisi yang susut, yang disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, dalam
jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah
bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremasremas menjadi bola dan dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila
diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan
air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu
dipadatkan dengan alat yang cocok.
g. Ketelitian diharapkan pada pengisian baut-baut angker dan lubang-lubang pipa
hingga seluruhnya dapat diisi penuh dengan spesi yang padat
28.11. Pelaksanaan pengecoran beton harus seijin Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan
diawasi Direksi Teknis Lapangan Pekerjaan.
28.12. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau digelincirkan secara tak terkendali dari
ketinngian lebih dari 1,5 M tanpa harus diaduk lagi. Pengecoran harus dilaksanakan
terus menerus sampai ketempat sambungan cor yang disediakan sebelum
permulaan pembetonan.
28.13. Sambungan cor Beton
a. Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus
diserahkan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk mendapatkan
persetujuan pekerjaan berlangsung.
b. Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari
penyusutan dan suhu dapat diperkecil. Dimana pekerjaan beton mmemanjang
atau meluas dan jika menurut pendapat Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
mungkin dilaksanakan, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus mengatur rencana
pelaksanaan sedemikian rupa, sehingga beton sudah mempunyai umur 4 minggu
sebelum beton baru diletakkan terhadapnya.
c. Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus
dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejumlah
mungkin dapat dilaksanakan pada tempat gaya lintang yang terkecil . Itu harus
disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Sebelum beton yang baru dicor
disamping beton sudah mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari
batuan-batuan diatas seluruh penampangnya dan meninggalkan permukaan
kasar tak teratur serta bebas dari buih semen.
d. Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada saat hari pelaksanaan harus
tidak lebih dari 1,5 M dan ukuran mendatar harus tidak lebih dari 7 M tanpa
mendapat persetujuan lebih dahulu dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
PASAL 29
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
29.1.
Semua pekerjaan pasangan untuk pondasi boleh dikerjakan atau dimulai apabila
galiannya telah diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan
as-asnya
oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Galian pondasi minimal
dkerjakan sesuai gambar, bila bagian yang digali ternyata tanahnya lunak, maka
diteruskan hingga mencapai tanah keras sesuai petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan.
29.2.
Galian Pondasi harus cukup lebar untuk bekerja dan sisi-sisinya dijaga dari longsor.
29.3
29.4.
Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian
pondasi harus bergigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna.
29.5.
Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar dan
berukuran sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup. Setiap batu
harus berukuran minimun 20 cm, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai atas
persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
29.6.
pemasangan batu kali tidak boleh dijatuhkan dari atas, jadi harus diatur dengan baik
agar tidak berongga.
PASAL 30
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
30.1.
30.2.
Adukan untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan untuk bahan dan
campuran. Pekerjaan plesteran dikerjakan sampai ketebalan maksimal 2 cm.
30.3.
Tebal plesteran tidak boleh kurang dari 1 cm, atau lebih dari 2 cm kecuali
ditetapkan lain, dengan acian dari Pc.
b. Pekerjaan plesteran akhir harus betul-betul lurus, rata, datar ataupun tegak lurus
dan pada bagian-bagian sudut harus betul-betul siku dan tegak lurus ke atas.
c. Pada plesteran beton adukan yang digunakan adalah 1Pc : 3 Ps dan
permukaan beton-beton yang diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu,
disiram dengan air semen baru kemudian diplester.
PASAL 31
PEKERJAAN RABAT BETON
31.1.
Pasal 32.
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
Seluruh pekerjaan harus diselesaikan dengan baik serta sesuai dengan Rencana
Kerja dan syarat-syarat. Pekerjaan yang tidak rapi dan tidak baik harus diperbaiki
sampai diperoleh hasil yang memenuhi syarat.
Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas di dalam Rencana Kerja
dan syarat-syarat, akan dijelaskan lebih lanjut oleh Konsultan/Direksi Teknik
Lapangan.
Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengurus izin-izin sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan ini.
Penyedia Jasa Konstruksi wajib membersihkan seluruh halaman atau lokasi
pekerjaan dari sisa-sisa bahan dan kotoran lain sekitar bangunan agar diperoleh
hasil pekerjaan yang baik.
Pekerjaan yang belum tercantum dalam bestek gambar akan dituangkan dalam
Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
Gunungsitoli,
Maret 2014
Ir. TEMAMBUALA
TELAUMBANUA
PENATA TK. I
NIP. 19660915 200112 1 003