Standarisasi Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Industri: Vivere Pericolosso

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Standarisasi Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Industri

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam
aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu
sendiri. K3 menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori teori yang
representatif yang mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen
resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas.
Menurut Kamus bahasa Indonesia arti dari pada Standar adalah sebagai ukuran
yang disepakati, sedangkan Kompetensi Kerja mempunyai arti sebagai kemampuan kerja
seseorang yang dapat terobservasi dan mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi tugas atau pekerjaan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan yang ditetapkan. Nasional mempunyai arti berlaku di seluruh wilayah
negara Republik Indonesia. dan Indonesia adalah nama untuk negara kesatuan Republik
Indonesia.
Oleh karena itu maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
selanjutnya disebut SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan tugas/pekerjaan tertentu yang berlaku secara nasional. Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini disusun berdasarkan acuan pola RMCS (Regional
Model Competency Standard) sebagaimana yang telah disepakati oleh negara di kawasan
Asia Pasifik.
Meninjau kembali literatur literatur yang telah dikenal dan diterapkan mengenai
studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan yang penuh
komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih banyak diharapkan. Kendala
kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali banyak ditemui dilapangan
akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan
kesadaran pada masing masing pihak.
Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan dengan
Historical perspective yaitu Apabila seorang pembangun membangun sebuah rumah untuk
seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia bangun runtuh akan
menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa
menyebabkan kematian. Ini artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain
Vivere Pericolosso

Page 1

perencanaan teknis fisik harus diperhatikan pula aspek aspek keamanan yang terkait
langsung maupun tidak langsung.
Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan tetapi
setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian bahaya dan
manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika industri.
Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :
1. Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14 Tahun 1969
pasal 9 & 10 Tentang pokok pokok Ketenagakerjaan, dan UU No. 1 Tahun 1970
Tentang keselematan kerja
2.

Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat
kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (SMK3, pasal 2 ).
Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak

diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi
pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :
1. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.
2. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
3. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar
(menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.
4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.
Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja yang
mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere) seharusnya panas dalam industri
diberi pelindung (safety) dan inilah yang

menghasilkan dasar pemikiran mengenai

perkembangan teknologi safety dan sanitasi industri.


Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 : 2000 (Quality)
dan ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh Negara didunia adalah
dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan keselamatan kerja yang
disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan compatibility dari jenis dan lingkungan
di industri masing masing Negara tersebut, misalnya :
1. NSC (USA)
2. SAFETY MAP (Australia)
3. SMK3 (Indonesia)
Vivere Pericolosso

Page 2

4. British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris)


5. SGS Yarsley ICS & ISMOL ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss)
6. National Standard Authority of Ireland (Irlandia)
7. Det Norske Veritas Standard for Certification of OH&SMS (Holland)
8. South African Bureau of Standard (Afrika Selatan)
9. SIRIM QAS Sdn. Bhd. (Malaysia)
10. OHSAS 18001 dsb.
Keselamatan

(safety)

adalah

kemampuan

untuk

mengidentifikasikan

dan

menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Ketidakberterimaan awalnya


berasal dari bahaya,. Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan dan kerugian.
Potensi bahaya dapat berasal dari mesin mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan
bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang beresiko
akan munculnya bahaya. Faktor faktor sumber bahaya adalah :
1.

Faktor fisik

2.

Faktor kimia

3.

Faktor biologi

4.

Faktor fisiologi

5.

Faktor psikologi
Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan

dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber sumber resiko adalah:
1. Perubahan
2. Produk
3. Kekayaan dan bahan baku
4. Prosedur dan aktivitas proses
5. Teknologi dan peralatan
6. Personel
7. Tempat kerja dan lingkungan
8. Lingkungan alam, keadaan iklim
9. Eksternal/pihak pihak yang terkait
Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia, Metode, Mesin
(alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan pengetahuan tentang
perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi kerja aman atau Prosedur
standar. Metode yang representative dan compatible juga mampu mendatangkan keselamatan.
Vivere Pericolosso

Page 3

Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam menunjang


kerjanya agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi fungsi aslinya dengan
sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan alat penunjang tersebut dalam
keadaan tertentu bisa sangat penting sekali eksistensinya, ini dapat kita maksudkan dengan
Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) yang diselaraskan dengan fungsi dan
jenis bahaya yang sudah disarankan penggunaannya yang efektif . Untuk lingkungan
tergantumg pada pengaturan tata letak dan fungsi dalam manajemen yang efektif dan efisien.
Kesehatan (Health) adalah derajat/tingkat keadaan fisik dan spikologi individu.
Kesehatan ini sangat besar sekali andilnya dalam hal keselamatan dan kecelakaan kerja. Ini
dikaitkan dengan kondisi fisiologis dari manusia, seperti contoh :
1.

Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain :


Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan.
Posisi tubuh yang dapat menyebabkan mudah lemah
Kepekaan tubuh
Kepekaan panca indera terhadap bunyi
Cacat fisik
Cacat sementara

2.

Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja, antara lain :


Rasa takut / phobia
Gangguan emosional
Sakit jiwa
Tingkat kecakapan
Tidak mampu memahami
Sedikit ide (pendapat)
Gerakannya lamban
Ketrampilan kurang.

3.

Stres mental, antara lain :


Emosi berlebihan
Beban mental berlebihan
Pendiam dan tertutup
Problem sesuatu yang tidak dipahami

Vivere Pericolosso

Page 4

Frustasi
Sakit mental
4.

Stres Fisik, antara lain :


Badan sakit ( tidak sehat badan )
Beban tugas berlebihan
Kurang istirahat
Kelelahan sensori
Terpapar bahan
Terpapar panas yang tinggi
Kekurangan oksigen
Gerakan terganggu
Gangguan gangguan kesehatan akibat reaksi fisikokimia (terbakar, luka, terkena bahan
kimia, dsb.) dalam industri sangat sering kali terjadi dan penyumbang paling banyak dalam
catatan kecelakaan kerja ini menuntut suatu transformasi teknologi klompementer yang aman
dan ramah lingkungan.
Kecelakaan (Accident) adalah

kejadian yang tidak diinginkan yang dapat

mengakibatkan, luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian pada proses atau
terjadinya kontak dengan suatu benda atau sumber tenaga yang lebih dari daya tahan tubuh
atau struktur. Kecelakaan ini dibedakan menjadi
1. Lost Time Injure (LTI) yaitu Cidera yang mengakibatkan hilangnya waktu kerja.
2.

Restricted Duties Injure (RDI) yaitu Cidera yang mengakibatkan Kerja menjadi
terbatas.

3.

Medical Treatment Injure (MTI) yaitu Cidera yang memerlukan bantuan petugas
kesehatan )

4. First Aid Injure (FAI) yaitu Cidera yang memerlukan P3K


Kecelakaan ini semuanya menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan, antara lain:
1.

Kerugian Ekonomis
Kerusakan bahan dan mesin
Tangible
Intangible
Hari kerja yang hilang
Hilang pendapatan

Vivere Pericolosso

Page 5

Gangguan usaha
Gangguan suplay
Kenaikan premi
Kontrak buruh/mesin
Kehilangan keuntungan atas barang jadi
Biaya pemulihan kepercayaan
Biaya pengobatan
Status asuransi
Asuransi kecelakaan pribadi
Biaya pemulihan
Biaya tak diasuransikan
2.

Kerugian Non Ekonomis


Penderitaan fisik
Sakit
Cidera
Cacat Permanen
Efek kesehatan jangka panjang
Kematian
Klaim atas kepercayaan
Kepercayaan atas produk
Kepercayaan professional
Kepercayaan pekerja
Klaim yang timbul akibat hubungan industrial
Konsekwensi kehilangan
Hilang waktu
Hilang kepercayaan
Hilang kemerdekaan
Hilang percaya diri
Gangguan kehidupan
Perubahan kebahagiaan
Rasa tidak aman

Ini telah dijabarkan dan direfleksikan dalam suatu teori Iceberg seperti dibawah ini:
Biaya biaya yang diasuransikan :
Vivere Pericolosso

Page 6

Perawatan medis

Ganti rugi

Biaya yang tidak diasuransikan

Kerusakan gedung

Kerusakan peralatan produksi

Pembelian peralatan P3K

Biaya lain lain

Gaji yang dikeluarkan pada waktu hilang

Biaya lembur

Waktu penyelidikan kecelakaan

Citra buruk perusahaan


Kejadian (Incident) adalah peristiwa yang menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan

atau berpotensi terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Insiden dibedakan menjadi :


1. Near Miss, yaitu kejadian yang dapat menyebabkan cidera.
2. Kerusakan property, yaitu kejadian ysng dapat menyebabkan kerusakan alat.
3.

Kerusakan Lingkungan, yaitu kejadian yang menyebabkan kerusakan pada


lingkungan kerja
Insiden terjadi saat energi yang tidak bisa dikendalikan, menciptakan stress pada

suatu

struktur ( barang atau orang ) yang

ditanggungnya.

lebih

besar daripada

yang bisa

( William Haddon ).

Dari 75.000 insiden industri dapat diintregasikan dalam suatu persentase sebagai
berikut
98% dari insiden itu bisa dicegah
88% darinya diakibatkan tindakan tidak aman yang dilakukan orang.
10% darinya akibat kondisi fisik atau mekanis yang berbahaya.
2% tidak bisa ditentukan (Herbert Heinrich ):
Metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog dengan
metoda yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya, dan kualitas produksi tidak menitik
beratkan berapa santunan yang layak diberikan kepada pekerja agar kecelakaan dapat
dikurangi. (H.W. Heinrich, 1931) ini dikenal dengan teori domino.

Vivere Pericolosso

Page 7

Pengendalian resiko kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan berbagai metoda, yaitu:
1. Teknis
Eliminasi : penghilangan sumber bahaya
Subtitusi : mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya
Isolasi : proses kerja yang berbahaya disendirikan
Enclosing : mengurung / memagari sumber bahaya
Ventilasi
Maintenance
2. Administratif
Monitoring lingkungan kerja
Pendidikan dan pelatihan
Labelling
Pemeriksaan kesehatan
Rotasi kerja
Housekeeping: 5S
Sanitasi yang bersih, mandi, fasilitas kesehatan.
3. Alat pelindung diri
Topi pengaman
Pelindung telinga
Face shield
Masker
Respirator
Sarung tangan
Sepatu
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi
dibawah standar merupakan gejala penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan
gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen. (Frank E. Bird Peterson) ini dikenal
dengan teori manajemen.

Vivere Pericolosso

Page 8

1. Kopetensi SDM Industri


a. Sistem Kompetensi
Dalam rangka mengurangi terjadinya kesenjangan (gap) kompetensi antara lulusan
pendidikan/pelatihan dengan kebutuhan pada sektor industri di Indonesia, maka
orientasi pendidikan/pelatihan yang selama ini supply driven harus diubah menjadi
demand driven. Oleh karena itu para praktisi di industri harus terlibat langsung untuk
menginformasikan kebutuhan kompetensi yang ada pada bidangnya masing-masing
dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
SKKNI tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk:
1. Penyusunan Program Pendidikan/Pelatihan Berbasis Kompetensi (sampai dengan
Modul-modul

pembelajarannya)

untuk

proses

pembelajaran

pada

lembaga

pendidikan/pelatihan.
2. Penyusunan Skema Sertifikasi untuk proses uji kompetensi pada Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP).
Dengan konsep tersebut, kemampuan lulusan lembaga pendidikan/pelatihan akan
sesuai dengan kebutuhan industri dan para lulusan nantinya juga dapat memiliki
sertifikat kompetensi setelah melalui uji kompetensi di LSP. Para tenaga kerja yang
sudah bekerja di industri juga perlu mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai wujud
pengakuan

terhadap

kemampuan

yang

dikuasainya.

Perlu diketahui bahwa dalam perjanjian internasional seperti Masyarakat Ekonomi


ASEAN (MEA) misalnya, yang akan dinotifikasi untuk keluar dan masuknya tenaga
kerja antar negara adalah melalui sertifikat kompetensi, bukan ijazah.
a. Program Pelatihan Berbasis Kompetisi
Pendidikan atau Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah pendidikan atau pelatihan
kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Prinsip dasar PBK:
1. Dilaksanakan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan (gap competency)
yang dilakukan melalui Uji Kompetensi
2. Adanya pengakuan terhadap kompetensi yang telah dimiliki.
3. Berpusat pada peserta pelatihan dan bersifat individual.
4. Dilaksanakan dengan sistem articulated sehingga memungkinkan peserta untuk
memulai dan mengakhiri program pelatihan pada waktu dan tingkat yang berbeda,
sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta pelatihan (Multi-entry/multi-exit)
5. Setiap peserta pelatihan dinilai berdasarkan pencapaian kompetensi sesuai dengan
standar kompetensi; dan
6. Dilaksanakan oleh lembaga pelatihan yang teregistrasi atau terakreditasi nasional.
b. Infraktur Sertifikasi Kompetisi
Vivere Pericolosso

Page 9

Sertifikasi kompetensi diselenggarakan melalui uji kompetensi yang mengacu


pada standar kompetensi untuk memastikan kualitas tenaga kerja industri. Berikut

ini adalah infrastruktur sertifikasi kompetensi di Indonesia:


SKKNI
Sebagai acuan penyusunan Skema Sertifikasi (skema uji) dan Materi Uji Kompetensi

(MUK) di LSP.
LSP
Lembaga yang berwenang untuk memberi pengakuan terhadap kompetensi seseorang

pada suatu bidang pekerjaan (sertifikasi).


Asesor Kompetisi
Asesor Kompetensi: orang yang bertugas untuk melakukan penilaian dalam uji

kompetensi.
TUK
Tempat untuk melaksanakan uji kompetensi.

2.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


PER.03/MEN/IV/2011 Tentang Standar Pelayanan Minimum Balai Besar
Latihan Kerja Industri Serang
SPM mempunyai tujuan:
a. mewujudkan penyelenggaraan pelayanan yang prima sesuai dengan harapan dan
kebutuhan baik pemberi maupun penerima pelayanan;
b. memberikan informasi kepada public tentang ketentuan minimum pelayanan yang
dilaksanakan oleh Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang.
I. JENIS PELAYANAN
A. Pendidikan dan Pelatihan
1. Diklat Dasar Instruktur Teknis dan Metodologi kerja sama dengan pihak III.
2. Diklat Dasar Instruktur Teknis dan Metodologi Reguler (APBN).
3. Upgrading Instruktur Teknis kerja sama dengan pihak III.
4. Upgrading Instruktur Teknis Reguler (APBN).
5. Pelatihan Berbasis Kompetensi (APBN).
6. Pelatihan Berbasis Masyarakat (APBN).
7. Pelatihan Teknisi Ahli.
8. Pelatihan untuk masyarakat/pencaker (kerja sama pihak III/swadana).
B. Pelayanan Uji Kompetensi
1. Sertifikasi kompetensi bagi Pasca Diklat
2. Sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja
3. Sertifikasi kompetensi bagi calon tenaga kerja
II. PROGRAM PELAYANAN
A. Pendidikan dan Pelatihan
1. Jenis pendidikan dan pelatihan
a. Durasi panjang Program Pelatihan yang termasuk dalam durasi panjang adalah
pelatihan yang berdurasi 1 ~ 3 tahun atau (2000 ~ 5500 JP) adalah program

Vivere Pericolosso

Page 10

pelatihan yang diperuntukkan bagi pencari kerja atau calon pegawai/instruktur


karena program ini merupakan diklat dasar atau initial training sampai pada
level 6 (enam) KKNI atau teknisi.
Program Teknisi Ahli :
1) Kejuruan Las Industri
2) Kejuruan Mekanik Industri
3) Kejuruan Elektronika Industri
4) Kejuruan Mekatronik.
b. Durasi menengah
Program pelatihan yang termasuk dalam durasi menengah adalah pelatihan yang
berdurasi 3 ~ 12 bulan atau (480 ~ 1800 JP) adalah program pelatihan yang
diperuntukkan bagi pencari kerja atau calon pegawai/instruktur karena program
ini merupakan diklat dasar atau initial training.
Diklat Dasar Instruktur
1) Otomotif (mobil bensin/disel, sepeda motor)
2) Teknologi Mekanik (mesin logam, lus, plumbing, kerja plat)
3) Listrik (elektronika industri, listrik industri, pneumatik hidrolik, instalasi)
4) Las
5) Mekatronik.
c. Durasi pendek
Program pelatihan yang termasuk dalam durasi pendek adalah pelatihan yang
berdurasi 1 minggu ~ 1 bulan atau (40 ~ 200 JP) yang pada umumnya adalah
program pelatihan diperuntukkan kepada karyawan atau pencari kerja karena
program ini merupakan diklat lanjutan atau upgrading.
2. Kurikulum Pelatihan
Kurikulum atau program pelatihan disusun berdasarkan:
1. Pelatihan Berbasis Kompetensi atau Competency Based Training (CBT)
System).
2. Unit kompetensi yang mengacu pada SKKNI.
3. Tahap penyusunan:
1) identifikasi kebutuhan pelatihan atau training need assessment
2) penyususnan draf program pelatihan oleh tim yang ditunjuk
3) konsinyasi oleh tim dari berbagai unsur terkait internal dan eksternal
4) uji coba penerapan draf program pelatihan yang sudah dikonsinyasi
5) evaluasi hasil uji coba program pelatihan
6) validasi program pelatihan.
3. Modul Pelatihan
Modul Pelatihan disusun berdasarkan CBT system. Setiap unit kompetensi yang
tercantum dalam program pelatihan merupakan satu modul yang terdiri atas:
a. Buku Informasi; merupakan buku yang memuat pengetahuan yang harus
dimiliki oleh peserta latih untuk unit kompetensi tersebut dan pengetahuan yang
Vivere Pericolosso

Page 11

dimuat dalam buku informasi merupakan pengetahuan dalam klasifikasi MUST


saja, artinya merupakan teori pengantar praktek.
b. Buku Kerja; merupakan buku yang memuat gambar kerja, langkah-langkah,
kunci kerja dan keselamatan kerja yang digunakan sebagai pedoman praktik
peserta pelatihan.
c. Buku Penilaian; merupakan buku yang memuat materi test hasil berlatih dari
buku informasi dan buku kerja. Modul pelatihan diberikan kepada setiap peserta
pelatihan untuk Buku Informasi, Buku Kerja, sementara Buku Penilaian
dipegang Instruktur.
4. Bahan Pelatihan
Bahan Pelatihan diberikan kepada setiap peserta pelatihan yang disesuaikan dengan
kebutuhan unit kompetensi yang dipelajari.
5. Peralatan Pelatihan
Peralatan Pelatihan disediakan untuk setiap kebutuhan setiap orang disesuaikan
dengan unit kompetensi yang sedang dipelajari kecuali untuk unit kompetensi yang tidak bisa
dikerjakan perseorangan maka alat/mesin akan dipakai secara grup/kelompok.
6. Instruktur
Instruktur yang bertugas dalam kelas dirasiokan untuk :
a. Technical Skill
1) di ruang kelas : 1 instruktur untuk 16 orang.
2) di ruang praktik : 2 instruktur untuk 16 orang.
b. Managerial Skill: Di ruang kelas :
1) instruktur untuk 30 orang.
Kompetensi instruktur harus sesuai dengan unit kompetensi yang diajarkan
dan untuk instruktur harus sudah memiliki sertifikat asesor, baik dikeluarkan oleh
LSP terkait atau oleh pihak yang berwenang untuk itu.
7. Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran yang digunakan meliputi :
a. ceramah bergambar (tidak boleh menggunakan metode ceramah)
b. demonstrasi
c. tanya Jawab
d. diskusi
e. praktik.

Vivere Pericolosso

Page 12

8. Asuransi Kecelakaan Setiap peserta pelatihan technical skill diasuransikan untuk


mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kerja walaupun pelajaran K3 diberikan,
demikian pula langkah kerja, kunci kerja.
B. Uji Kompetensi
Pelayanan uji kompetensi diberikan kepada siapa saja yng ingin disertifikasi
kompetensi yang dimiliki, apakah dia melalui pelatihan atau tidak. Khusus untuk
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di BBLKI Serang, yaitu diklat
dasar instruktur, upgrading instruktur, teknisi ahli dan Pelatihan Berbasisi
Kompetensi (PBK) pada akhir pelatihan dilakukan uji kompetensi oleh LSP. Pada
dasarnya uji kompetensi dapat dilakukan untuk seluruh bidang keahlian yang ada
di BBLKI Serang, tetapi yang sudah terakreditasi dan yang sudah ada LSP-nya ada
4 (empat), yaitu: TUK Las, TUK Otomotif,TUK Mekanik, dan TUK Listrik.
Materi Uji Kompetensi (MUK) pada dasarnya disiapkan oleh LSP dan khusus
MUK praktik diberikan kepada peserta paling tidak 1 (satu) minggu sebelumnya
untuk digunakan belajar 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan UJK harus dilakukan
familiarisasi terhadap mesin yang akan digunakan UJK.
III. PROSES PELAYANAN
A. Pendidikan dan Pelatihan
1. Pendaftaran mengikuti pendidikan dan pelatihan
a. formulir pendaftaran
b. daftar persyaratan administrasi
c. bukti penerimaan persyaratan administrasi
d. bukti penerimaan biaya pendaftaran.
2. Proses pendidikan dan pelatihan
a. Tanda pengenal peserta diserahkan pada hari pertama mengikuti pelatihan.
b. Jadwal pelatihan untuk 1 (satu) minggu ke depan diserahkan kepada peserta
selambat-lambatnya pada hari Jumat sebelumnya.
c. Modul pelatihan diserahkan kepada setiap peserta pada awal dimulai unit
kompetensi yang dilatihkan.
d. Bahan pelatihan diserahkan kepada setiap peserta pada waktu pelatihan
berlangsung.
e. Peralatan pelatihan disediakan pada waktu peserta memerlukan dengan
kondisi layak pakai.
Vivere Pericolosso

Page 13

f. Waktu pelatihan berdasarkan jumlah jam yang tercantum pada program


pelatihan.
g. Lembar pernyataan hasil asesmen/penilaian diserahkan kepada peserta pada
saat peserta dinyatakan kompeten untuk unit kompetensi yang dilatihkan.
h. Peserta yang absen pada waktu berlatih dan didukung keterangan yang sah
diberikan kompensasi sebanyak waktu absen.
i. Sertifikat pelatihan diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah
pelatihan selesai atau pada waktu upacara penutupan untuk pelatihan yang
penutupannya diacarakan.
j. Penyerahan sertifikat harus didukung dengan bukti penyerahan sertifikat.
3. Pasca Pelatihan
a. Lembar isian evaluasi penyelenggaraan pelatihan disampaikan kepada
peserta agar diisi untuk menyatakan penilaian terhadap pelayanan yang telah
diberikan kepadanya.
b. Lembar isian disampaikan kepada pihak pengguna untuk menyatakan
penilaiannya terhadap hasil pendidikan dan pelatihan BBLKI Serang.
B. Uji Kompetensi
1. Pendaftaran mengikuti uji kompetensi :
a. formulir pendaftaran
b. daftar persyaratan administrasi
c. bukti penerimaan persyaratan administrasi
d. bukti penerimaan biaya pendaftaran
e. bukti penerimaan materi uji praktik
f. bukti penerimaan jadwal uji kompetensi.
2. Proses Uji Kompetensi
a. Daftar hadir pelaksanaan familierisasi diisi pada waktu familierisasi
dilaksanakan.
b. Dokumen rekaman pelaksanaan familierisasi dilengkapi
c. Tanda pengenal peserta diserahkan pada hari pertama mengikuti uji
kompetensi.
d. Daftar hadir pelaksanaan uji kompetensi teori/pengetahuan diisi pada
waktu pelaksanaan uji teori.
Vivere Pericolosso

Page 14

e. Dokumen rekaman pelaksanaan uji teori dilengkapi.


f. Standar waktu uji kompetensi yang ditetapkan dalam materi uji harus
ditepati dijadikan pedoman mengakhiri pelaksanaan uji.
g. Lembar pernyataan hasil asesmen/penilaian diserahkan kepada peserta
pada saat peserta dinyatakan kompeten untuk unit kompetensi yang
dilatihkan.
h. Sertifikat kompetensi diserahkan kepada peserta uji begitu sertifikat
dterima dari LSP.
i. Penyerahan sertifikat harus didukung dengan bukti penyerahan sertifikat.
3. Pasca Uji Kompetensi
a. Lembar isian evaluasi penyelenggaraan uji kompetensi disampaikan
kepada peserta agar diisi untuk menyatakan penilaian terhadap
pelayanan yang telah diberikan kepadanya.
b. Lembar isian disampaikan kepada pihak pengguna untuk menyatakan
penilaiannya terhadap hasil pendidikan dan pelatihan BBLKI Serang.

Vivere Pericolosso

Page 15

Anda mungkin juga menyukai