Standarisasi Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Industri: Vivere Pericolosso
Standarisasi Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Industri: Vivere Pericolosso
Standarisasi Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Industri: Vivere Pericolosso
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam
aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu
sendiri. K3 menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori teori yang
representatif yang mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen
resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas.
Menurut Kamus bahasa Indonesia arti dari pada Standar adalah sebagai ukuran
yang disepakati, sedangkan Kompetensi Kerja mempunyai arti sebagai kemampuan kerja
seseorang yang dapat terobservasi dan mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi tugas atau pekerjaan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan yang ditetapkan. Nasional mempunyai arti berlaku di seluruh wilayah
negara Republik Indonesia. dan Indonesia adalah nama untuk negara kesatuan Republik
Indonesia.
Oleh karena itu maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
selanjutnya disebut SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan tugas/pekerjaan tertentu yang berlaku secara nasional. Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini disusun berdasarkan acuan pola RMCS (Regional
Model Competency Standard) sebagaimana yang telah disepakati oleh negara di kawasan
Asia Pasifik.
Meninjau kembali literatur literatur yang telah dikenal dan diterapkan mengenai
studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan yang penuh
komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih banyak diharapkan. Kendala
kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali banyak ditemui dilapangan
akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan
kesadaran pada masing masing pihak.
Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan dengan
Historical perspective yaitu Apabila seorang pembangun membangun sebuah rumah untuk
seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia bangun runtuh akan
menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa
menyebabkan kematian. Ini artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain
Vivere Pericolosso
Page 1
perencanaan teknis fisik harus diperhatikan pula aspek aspek keamanan yang terkait
langsung maupun tidak langsung.
Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan tetapi
setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian bahaya dan
manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika industri.
Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :
1. Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14 Tahun 1969
pasal 9 & 10 Tentang pokok pokok Ketenagakerjaan, dan UU No. 1 Tahun 1970
Tentang keselematan kerja
2.
Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat
kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (SMK3, pasal 2 ).
Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak
diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi
pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :
1. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.
2. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
3. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar
(menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.
4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.
Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja yang
mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere) seharusnya panas dalam industri
diberi pelindung (safety) dan inilah yang
Page 2
(safety)
adalah
kemampuan
untuk
mengidentifikasikan
dan
Faktor fisik
2.
Faktor kimia
3.
Faktor biologi
4.
Faktor fisiologi
5.
Faktor psikologi
Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan
dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber sumber resiko adalah:
1. Perubahan
2. Produk
3. Kekayaan dan bahan baku
4. Prosedur dan aktivitas proses
5. Teknologi dan peralatan
6. Personel
7. Tempat kerja dan lingkungan
8. Lingkungan alam, keadaan iklim
9. Eksternal/pihak pihak yang terkait
Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia, Metode, Mesin
(alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan pengetahuan tentang
perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi kerja aman atau Prosedur
standar. Metode yang representative dan compatible juga mampu mendatangkan keselamatan.
Vivere Pericolosso
Page 3
2.
3.
Vivere Pericolosso
Page 4
Frustasi
Sakit mental
4.
mengakibatkan, luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian pada proses atau
terjadinya kontak dengan suatu benda atau sumber tenaga yang lebih dari daya tahan tubuh
atau struktur. Kecelakaan ini dibedakan menjadi
1. Lost Time Injure (LTI) yaitu Cidera yang mengakibatkan hilangnya waktu kerja.
2.
Restricted Duties Injure (RDI) yaitu Cidera yang mengakibatkan Kerja menjadi
terbatas.
3.
Medical Treatment Injure (MTI) yaitu Cidera yang memerlukan bantuan petugas
kesehatan )
Kerugian Ekonomis
Kerusakan bahan dan mesin
Tangible
Intangible
Hari kerja yang hilang
Hilang pendapatan
Vivere Pericolosso
Page 5
Gangguan usaha
Gangguan suplay
Kenaikan premi
Kontrak buruh/mesin
Kehilangan keuntungan atas barang jadi
Biaya pemulihan kepercayaan
Biaya pengobatan
Status asuransi
Asuransi kecelakaan pribadi
Biaya pemulihan
Biaya tak diasuransikan
2.
Ini telah dijabarkan dan direfleksikan dalam suatu teori Iceberg seperti dibawah ini:
Biaya biaya yang diasuransikan :
Vivere Pericolosso
Page 6
Perawatan medis
Ganti rugi
Kerusakan gedung
Biaya lembur
suatu
ditanggungnya.
lebih
besar daripada
yang bisa
( William Haddon ).
Dari 75.000 insiden industri dapat diintregasikan dalam suatu persentase sebagai
berikut
98% dari insiden itu bisa dicegah
88% darinya diakibatkan tindakan tidak aman yang dilakukan orang.
10% darinya akibat kondisi fisik atau mekanis yang berbahaya.
2% tidak bisa ditentukan (Herbert Heinrich ):
Metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog dengan
metoda yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya, dan kualitas produksi tidak menitik
beratkan berapa santunan yang layak diberikan kepada pekerja agar kecelakaan dapat
dikurangi. (H.W. Heinrich, 1931) ini dikenal dengan teori domino.
Vivere Pericolosso
Page 7
Pengendalian resiko kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan berbagai metoda, yaitu:
1. Teknis
Eliminasi : penghilangan sumber bahaya
Subtitusi : mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya
Isolasi : proses kerja yang berbahaya disendirikan
Enclosing : mengurung / memagari sumber bahaya
Ventilasi
Maintenance
2. Administratif
Monitoring lingkungan kerja
Pendidikan dan pelatihan
Labelling
Pemeriksaan kesehatan
Rotasi kerja
Housekeeping: 5S
Sanitasi yang bersih, mandi, fasilitas kesehatan.
3. Alat pelindung diri
Topi pengaman
Pelindung telinga
Face shield
Masker
Respirator
Sarung tangan
Sepatu
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi
dibawah standar merupakan gejala penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan
gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen. (Frank E. Bird Peterson) ini dikenal
dengan teori manajemen.
Vivere Pericolosso
Page 8
pembelajarannya)
untuk
proses
pembelajaran
pada
lembaga
pendidikan/pelatihan.
2. Penyusunan Skema Sertifikasi untuk proses uji kompetensi pada Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP).
Dengan konsep tersebut, kemampuan lulusan lembaga pendidikan/pelatihan akan
sesuai dengan kebutuhan industri dan para lulusan nantinya juga dapat memiliki
sertifikat kompetensi setelah melalui uji kompetensi di LSP. Para tenaga kerja yang
sudah bekerja di industri juga perlu mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai wujud
pengakuan
terhadap
kemampuan
yang
dikuasainya.
Page 9
(MUK) di LSP.
LSP
Lembaga yang berwenang untuk memberi pengakuan terhadap kompetensi seseorang
kompetensi.
TUK
Tempat untuk melaksanakan uji kompetensi.
2.
Vivere Pericolosso
Page 10
Page 11
Vivere Pericolosso
Page 12
Page 13
Page 14
Vivere Pericolosso
Page 15