Makalah Fitofar Fix
Makalah Fitofar Fix
Makalah Fitofar Fix
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Ghaasiyah Larasati
2. Fergi Rizkhaltum F.
3. Wilda Yuniar
4. Meylani Nur Riskiana
5. Nur Khijjatul Meiliyah
6. Miftakhul Jannah
7. Mia Restu
8. Monica Santosa
9. Nindi Dipamela Yuniar
10. Raras Puspa Wicitra
11. Friska Wira Sabrina
(132210101021)
(132210101022)
(132210101024)
(132210101026)
(132210101028)
(132210101054)
(132210101086)
(132210101090)
(132210101092)
(132210101094)
(132210101095)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai metode analisis untuk estimasi kualitatif dan/atau kuantitatif dari lupeol
(1R, 3AR, 5AR, 5bR, 7AR, 9S, 11aR, 11bR, 13aR, 13bR,) - 3a, 5b, 8,8, 11a
hexamethyl-1-prop-1-ene-2-yl-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7a, 9, 10, 11, 11b, 12, 13, 13a,
13b-hexadecahydrocyclopenta [a] Chrysene-9-ol) dan stigmasterol (3S, 8S, 9S,
10R, 13R, 14S, 17R) -17 - [(E2R, 5S) -5-etil -6-metil hept-3-en-2-yl] 10, 13dimetil-2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17dodecahydro-1H- cyclopenta
[a] phenanthren-3-ol) (Gambar 1A dan B). Kedua senyawa tersebut dilaporkan
banyak digunakan sebagai tanaman obat dan telah terbukti memiliki aktivitas
biologis yang signifikan. Lupeol dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiplasmodial, inhibitor tiroid, antiperoxidative, aktivitas
hipoglikemik dan hypocholesteromic. Stigmasterol dilaporkan memiliki aktivitas
sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik dan obat cacing, hepatoprotektif dan
antikanker. Kromatografi Lapis Tipis (KLT/TLC) dan HPTLC adalah metode
yang biasa digunakan untuk identifikasi, uji untuk kemurnian, stabilitas,
keseragaman isi bahan baku (ekstrak herbal dan hewan, campuran fermentasi,
obat dan eksipien) dan produk yang diformulasikan (farmasi , kosmetik, zat-zat
gizi). Teknik-teknik yang fleksibel dan hemat biaya memberikan beberapa
keuntungan dalam hal pengolahan standar secara simultan dan sampel dengan
kemungkinan deteksi serbaguna, termasuk berbagai macam reagen derivatisasi
post-kromatografi. Sebuah metode kromatografi gas kapiler telah dikembangkan
untuk analisis kualitatif sterol dan triterpen. Namun, fraksinasi kromatografi
HPTLC konstituen utama sterol dan triterpen juga lupeol dan stigmasterol pada
tanaman lain baik individu atau secara simultan, menggunakan teknik seperti
HPTLC, kromatografi cair-spektrometri massa dan kromatografi gas. Namun,
sejauh pengetahuan kita, tidak ada teknik HPTLC yang terdapat di laporan lain
untuk estimasi simultan lupeol dan stigmasterol dalam ekstrak metanol A.
indicum. Jadi, percobaan ini dilakukan untuk menerima tantangan terhadap
pengembangan dan validasi lupeol dan stigmasterol secara bersamaan/simultan
menggunakan teknologi seperti HPTLC-UV untuk kemajuan standar kualitas
herbal.
BAB II
METODELOGI
2.3. Kromatografi
Dilakukan kromatografi, seperti yang dijelaskan sebelumnya pada
HPTLC aluminium LiChrosphere 20 cm 10 cm dengan lapisan 200 - um
silika gel 60F254 ( E. Merck ,Darmstadt , Jerman ). Sampel yang digunakan
untuk analisis degan lebar 6 mm dan 10 mm dari Camag (Muttenz ,Swiss )
Linomat V, sampel aplikator dilengkapi dengan jarum suntik 100 - uL.
Tingkat aplikasi yang konstan adalah 160 nL / s. Pengembangan linier
dengan toluena methanolformic Asam ( 7,0 : 2,7 : 0,3 , v / v / v ) sebagai
fase gerak dilakukan dalam chamber berukuran 20 cm x 10 cm ( Camag )
sampai jenuh dengan fase gerak selama 15 menit pada ruang temperature
(252) C dan kelembaban relatif ( 605) %. Selanjutnya jarak yang
digunakan adalah 8 cm ( waktu pengembangan 10 menit ) dan 20 mL fase
gerak yang digunakan. Lempeng kemudian dikeringkan pada suhu kamar
dan diderivatisasi dengan reagen anisaldehyde dan asam sulphuric hangat
( pada suhu 75 C selama 5 menit ) untuk mengidentifikasi sampel-sampel
yang digunakan untuk analisis. Analisis densitometri dilakukan pada
panjang gelombang 530 nm dalam mode reflektansi dengan TLC Camag
scanner III dioperasikan oleh WinCATS software ( Versi 1.2.0 ). Dimensi
celah yaitu 5,00 mm 0,45 mm dan kecepatan scanning 20 mm/s.
2.4. Preparasi Standar dan QC Sampel
Larutan stok lupeol dan stigmasterol (10 mg / mL) dibuat dalam
metanol, dan dengan pengenceran larutan standar pada rentang konsentrasi
0,1 sampai 1,0 mg / mL. Untuk kalibrasi, larutan standar lupeol (1-10 uL)
diaplikasikan pada HPTLC plate pada rentang 100-1000 ng / band, larutan
standar stigmasterol (0,5-5,0 mL) diaplikasikan pada kisaran 50-500 ng /
band. Luas puncak dan seri yang diaplikasikan diatur dengan regresi linear
kuadrat-terkecil. setiap seri diaplikasikan enam kali. QC sampel rendah,
sedang dan tinggi pada konsentrasi 200, 400 dan 800 ng / band yang diambil
untuk lupeol dan 100, 200 dan 400 dipertimbangkan sebagai metode validasi
stigmasterol.
2.5. HPLC-UV 530nm Fingerprinting dan Analisis Image
Seluruh tanaman A. indicum yang dikeringkan dan serbuk. 500
gram serbuk dikemas dalam kain muslin dan diaplikasikan pada Soxhlet
extractor untuk ekstraksi panas secara terus-menerus dengan metanol selama
72 jam. Setelah itu ekstrak metanol A. indicum yang disaring melalui kertas
Whatman No. 42 dan filtrat dikonsentrasikan di bawah tekanan yang terus
menurun dan akhirnya di vakum kering. Hasil dari ekstrak metanol sebesar
17,3% w / w. Protokol penyiapan larutan sampel dioptimalkan untuk
menghasilkan fingerprint berkualitas tinggi dan juga untuk mengekstrak
senyawa marker dengan efisien. Metanol digunakan untuk ekstraksi karena
metanol dapat melarutkan senyawa marker. Fingerprint dari ekstrak metanol
A. indicum ditandai oleh bercak 10 uL dari pengenceran larutan sampel dari
ekstrak metanol pada HPTLC plate. Setiap seri diaplikasikan enam kali.
Area puncak dan seri yang diaplikasikan diatur dengan regresi linear
kuadrat-terkecil. Area puncak dicatat,
untuk
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. indicum
98,50 0,56
97,38 1,53
17,71 1,52
2,45 0,39
1,62 0,19
3.2. Kromatografi
Kromatogram digunakan untuk determinasi lupeol dan stigmasterol
dibawah kondisi chamber yang telah dijenuhkan dengan toluene: metanol:
asam format (7.0:2.7:0.3 v/v/v) sebagai fase gerak atau pelarut (gambar 2 dan
3). Fase gerak yang sama juga digunakan untuk memisahkan ekstrak
metanolik A.indicum (gambar 4) dengan waktu optimasi penjenuhan selama
10 menit. UV spektra diukur dari titik yang menunjukkan absorbansi
maksimum pada panjang gelombang 530 nm. Oleh karena itu, analisis UV
densitometri dilakukan pada panjang gelombang 530 nm dengan mode
reflektansi HPTLC-UV530nm. Pita yang padat, tajam, simetris, dengan resolusi
yang tinggi didapatkan pada Rf (0.520.02) dan (0.280.05) masing-masing
untuk lupeol dan stigmasterol (gambar 5). Lupeol dan stigmasterol dapat di
deteksi dengan baik secara berurutan pada Rf 0.52 dan 0.28 dari sampel
ekstrak metanolik A.indicum dalam sistem pelarut yang juga digunakan untuk
standar. Lempeng divisualisasi pada tiga panjang gelombang yang berbeda,
yaitu 254,366, dan 530 nm karena senyawa dapat memberikan absorbansi
pada rentang spektrum tersebut. Sebagai tambahan, hal ini membantu
fingerprint data yang lebih baik agar dapat dilakukan diferensiasi sampel
yang lebih baik pada peningkatan identifikasi visual dari senyawa tunggal.
Metode yang dilakukan bersifat selektif dengan resolusi baseline yang baik
pada tiap senawa (gambar 2 dan 3). Identitas pita dari senyawa 1-11 pada
sampel ekstrak menunjukkan adanya overlaying spektra absorbsi UV atau
(pita yang berhimpit) dengan standar pada panjang gelombang 530 nm (tabel
2).
3.3. Kalibrasi
Linearitas senyawa (lupeol dan stigmasterol) divalidasi dari
persamaan regresi linear dan koefisien korelasi. Kurva kalibrasi enam poin
untuk lupeol dan stigmasterol yang didapatkan linear antara 100-1000 ng/pita
dan 50-500 ng/pita. Persamaan regresi dan koefisien korelasi pada senyawa
referensi yaitu Y = 0,005 9x (0,999 4) untuk lupeol, dan Y = 0,013x 0,037
untuk stigmasterol (0,994 1), memberikan respon linearitas yang baik untuk
metode yang dikembangkan dan ditunjukkan dalam Tabel 3. Rata-rata nilai (
SD) dari slope 0,005 9 0,000 8 san 0,013 0,006 dan intercept nol dan
0,037 0,004 masing untuk lupeol dan stigmasterol. Tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati pada slope dari plot standar (ANOVA, P>0,05).
Tabel 3. Rf, data regresi linear untuk kurva kalibrasi dan parameter sensitivitas
untuk lupeol dan stigmasterol.
Parameter
Rf
Rentang linearitas (ng/pita)
Persamaan regresi
Koefisien korelasi (r2)
Slope SD
Intercept SD
Kesalahan standar dari slope
Kesalahan standar dari intercept
LOD
LOQ
Lupeol
0,52
100-1000
Y=0,005 9x + 0
0,999 4
0,005 9 0,000 8
0
0,001 1
Tidak ada
45
135
Stigmasterol
0,28
50-500
Y=0,013 x 0,037
0,9941
0,013 0,006
0,037 0,004
0,003
0,014
18
54
sebesar
3.4.3.Kepekaan
3.4.4.Persen Recovery
Persen
recovery
lupeol
berkisar
antara
98,2%
-99,7%
3.4.5.Analisis HPLC
Analisis HPLC dilakukan untuk melihat Kandungan lupeol dan
stigmasterol dalam ekstrak. Kandungan dari lupeol dan stigmasterol
yang diperoleh dalam ekstrak yang 0.59 dan 0.83 ng dengan RSD dari
1,14% dan 1,76% masing-masing.
3.5. HPTLC
HPTLC merupakan metode yang sederhana, cepat dan akurat untuk
menganalisis bahan tanaman. HPTLC fingerprint memiliki resolusi yang
lebih baik dan estimasi untuk menganalisis kandungan senyawa aktif
dilakukan dengan akurat dalam waktu yang lebih singkat. Metode HPTLC
dapat digunakan untuk menentukan profil fitokimia tanaman dan kuantifikasi
senyawa yang ada didalam tanaman tersebut. Dengan meningkatnya
permintaan produk herbal sebagai obat dan kosmetik menimbulkan
kebutuhan
yang
mendesak
untuk
standardisasi
produk
tanaman.
BAB V
KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi kuantitatif dari dua
senyawa biologis triterpenoid aktif
dan
kandungan
diperkirakan
sebagai
(0.590,10)%
dan
(0.830,10)% w/w.
Metode HPTLC dalam penelitian ini ditemukan untuk reproducible, akurat,
tepat dan bisa mendeteksi dua senyawa di tingkat nanogram pada A. indicum.