Laporan Praktikum Kimia Organik 1 Rekristalisasi
Laporan Praktikum Kimia Organik 1 Rekristalisasi
Laporan Praktikum Kimia Organik 1 Rekristalisasi
PERCOBAAN IX
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI DAN SUBLIMASI)
OLEH
NAMA
STAMBUK
: F1C1 15 034
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN
: TASRI
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia organik adalah cabang ilmu kimia mengenai struktur, sifat,
komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun
terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain
seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk
yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa
kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu
senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Sedangkan
Pemurnian (refining atau juga mungkin disebut oleh affining istilah matematika)
adalah proses pemurnian zat atau bentuk. Istilah ini biasanya digunakan dari
sumber daya alam yang hampir dalam bentuk yang bermanfaat, tetapi yang lebih
berguna dalam bentuk murni.
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan
dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Sedangkan Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair
terlebih dahulu. Misalkan es yang langsung menguap tanpa mencair terlebih
dahulu.
C. Tujuan Percobaan
Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan Pemisahan dan Pemurnian
Zat Padat (Rekristalisasi dan Sublimasi) adalah:
1. Untuk melakukan rekristalisasi dengan baik.
2. Untuk memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi..
3. Untuk memisahakan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.
D. Manfaat Percobaan
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur
kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca
merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak
mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak
secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur .Kristal
adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak
zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas
simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat
padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 1991).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa
syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu
memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah
dipisahkan dari kristalnya (Rositawati dkk., 2013).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan
antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total
pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi yang dimurnikan, dalam kondisi
dingin, konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Pinalia, 2011).
Temperatur rekristalisasi yaitu, perubahan struktur kristal akibat
pemanasan pada suhu kritis dimana untuk suhu kritis pada baja karbon adalah
pada 723oC, sehingga dapat diartikan lebih lanjut bahwa temperatur rekristalisasi
adalah suatu proses dimana butir logam yang terdoformasi digantikan oleh butiran
baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk di
dalamnya (Affiz, 2012).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua
faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan
kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk,
tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk
endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung
pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin
besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju
pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang
mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung.
Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh
derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
C. Prosedur Kerja
1. Sublimasi
Naftalena
Terbentuk Kristal
2. Rekristalisasi
Asam benzoatl
Perlakuan
Sublimasi :
Naftalena + es
Hasil
Terbentuk kristal
batu +
2.
dipanaskan
Rekristalisasi:
Asam Benzoat
Tidak terbentuk
+ methanol +
kristal
dipanaskan +
didinginkan
B. Pembahasan
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa
syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu
memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah
dipisahkan dari kristalnya.
Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan ataupun memurnikan zat padat
melalui dua tahap rekristalisasi dan sublimasi dengan bahan padatan asam
benzoat. Dengan larutan lain yang mendukung percobaan ini adalah akuades,
methanol, es batu dan naftalen. Serta penggunaan kertas saring untuk memisahkan
endapan atau biasa disebut filtrat dan residunya.
Perlakuan pertama yaitu pemurnian zat atau rekristalisasi zat padat asam
benzoat. Asam benzoat direaksikan dengan methanol, methanol digunakan untuk
melarutkan padatan tersebut. Pada saat mereaksikan asam benzoat dengan
methanol, harus disertai dengan proses pemanasan. Pemanasan pada saat proses
mereaksikan larutan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara asam
benzoat dan methanol. Setelah bereaksi sempurna, larutan tersebut disaring guna
memisahkan filtrat dan residunya. Kemudian hasil penyaringan tersebut atau
filtratnya didinginkan menggunakan es batu guna membentuk kristal asam
benzoat dan disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan kristal dari
pelarutnya, sehingga didapatkan kristal asam benzoat.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Affiz, F. 2012. Pengaruh Pengerolan Pra Pemanasan Dibawah Temperatur
Rekristalisasi dan Tingkat Deformasi Terhadap Kekerasan dan Kekuatan
Tarik Serta Struktur Mikro Baja Karbon Sedang untuk Mata Pisau
Pemanen Sawit. Jurnal e-Dinamis. Vol. 2(2).
Keenan, Charles W. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Pinalia, A. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk
Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Jurnal Sains
dan Teknologi. Vol. 6(2).
Rositawati, Agustina L. Taslim, Citra M. Soetrisnanto, D. 2013. Rekristalisasi
Garam Rakyat Dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2(4).
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta. PT Kalman Media Pusaka.