Manusia Adalah Mahluk Reaktif Yang Tingkah Lakunya Dikontrol Oleh Faktor
Manusia Adalah Mahluk Reaktif Yang Tingkah Lakunya Dikontrol Oleh Faktor
Manusia Adalah Mahluk Reaktif Yang Tingkah Lakunya Dikontrol Oleh Faktor
D.
Deskripsi Proses Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses
belajar tersebut.Konselor aktif :1.Merumuskan masalah yang dialami klien dan
menetapkan apakah konselor dapatmembantu pemecahannya atu tidak 2.Konselor
memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya
tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling3.Konselor mengontrol proses
konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi langkah-langkah konseling :
1.
Assesment,
langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya,kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien
untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
Assesmentdiperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan
dipilihsesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.2.
Goal setting
, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkaninformasi yang diperoleh
dari langkah assessment konselor dan klien menyusundan merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling. Perumusan tujuankonseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut : (a) Konselor dan klienmendifinisikan masalah yang dihadapi klien; (b) Klien
mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (c) Konselor
dan klienmendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : (a) apakah merupakan
tujuanyang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien; (b) apakah tujuan itu realistik;
(c)kemungkinan manfaatnya; dan (d)k emungkinan kerugiannya; (e) Konselor danklien
membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkanteknik yang akan
dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akandicapai, atau melakukan
referal.3.
Technique implementation
, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yangmenjadi tujuan konseling.4.
Evaluation termination
, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatankonseling yang telah dilaksanakan
mengarah dan mencapai hasil sesuai dengantujuan konseling.5.
Feedback
, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaikidan meingkatkan
proses konseling.Tek n i k k o n s e l i n g b e h a v i o r a l d i d a s a r k a n p a d a p e n g h a p u s a n
r e s p o n y a n g t e l a h dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap
perangsang, dengandemikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model(film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung).
dirinyasendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia
menghadapidan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dankeberadaan
under dog. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,mengancam. Under
dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa
yangharus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).Terjadi pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologisKetidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya. engalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan
datangMelarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapiSpektrum tingkah laku bermasalah
pada individu meliputi :Kepribadian kaku (rigid)Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin
tetap tergantungMenolak berhubungan dengan lingkunganMemeliharan unfinished
bussinessMenolak kebutuhan diri sendiriMelihat diri sendiri dalam kontinum hitam-putih .
C. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai
macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan inimengandung makna
bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadaplingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
hidupnya.Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara
penuh,melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.
Melaluikonseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian
inidimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.Secara lebih spesifik tujuan konseling
Gestalt adalah sebagai berikut.Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi,
memahami kenyataan ataurealitas, serta mendapatkan insight secara penuh.Membantu klien
menuju pencapaian integritas kepribadiannyaMengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain kemengatur diri sendiri (to be true to
himself)Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut
prinsip- prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan
selaluakan muncul dapat diatasi dengan baik.
D. Deskripsi Proses Konseling
Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarangserta
hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugaskonselor
adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinyaserta mau
mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien mau
belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk memilih
duaalternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.Konselor hendaknya
menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagn nosis, interpretasi maupun memberi nasihat
Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
danmampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat
berdirisendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien untuk melakukan
transisidari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya
sendiri.Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau
kebuntuanklien.Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan
mengambil peran dantanggung jawab; (c) klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau
negative padadiri atau tingkah lakunya
Teknik-teknik Konseling GestaltPermainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan duakecenderungan
yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dankecenderungan under dog,
misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungananak; (b) kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c)kecenderungan anak baik lawan
kecenderungan anak bodohkecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (d)
kecenderungan kuat atautegar lawan kecenderungan lemahMelalui dialog yang kontradiktif
ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klienakan mengarahkan dirinya pada suatu
posisi di mana ia berani mengambil resiko.Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik kursikosong.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui danmenerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepadaorang lain.Dalam
teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudianklien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : dan saya bertanggung jawab atas
hal itu.Misalnya :Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan.
Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung
jawabketidaktahuan itu.Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan
itu.Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkankesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiritidak
mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengancara
memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yangdipantulkan
kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan ataumelakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan daridorongan-dorongan yang mendasarinya.Dalam teknik ini
konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaanperasaan yang dikeluhkannya.Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peranekshibisionis bagi klien pemalu yang berlebihan.
Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yangtidak
menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klienuntuk tetap
bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.Kebanyakan klien ingin melarikan diri
dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorongklien untuk bertahan dengan
ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarangdan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaanyang ingin dihindarinya itu.Untuk
membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yanglebih baru
tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yangingin
dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahandalam kesakitan
perasaan yang ingin dihindarinya itu
memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai
media.Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah
untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b)
banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam
sehinggamereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia
senantiasadihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan,menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya;
(d) lebihmudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha
untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul
daritekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali
untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu
memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan
dan tingkahlaku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam
hidupnyadan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural;dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung darikebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu.
C. Tujuan Konseling
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan- pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional
danlogis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya
seoptimalmungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.Menghilangkan
gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasatakut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai
klien dalam konseling dengan pendekatanrasional-emotif :Pertama insight dicapai ketika
klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yangdihubungkan dengan penyebab
sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengankeyakinannya tentang peristiwa-peristiwa
yang diterima (antecedent event) pada saatyang lalu.Kedua, insight terjadi ketika konselor
membantu klien untuk memahami bahwa apa yangmenganggu klien pada saat ini adalah
karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajaridari yang diperoleh sebelumnya.Ketiga,
insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahamanketiga, yaitu
tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali denganmendeteksi dan
melawan keyakinan yang irasional.Klien yang telah memiliki keyakinan rasional tjd
peningkatan dalam hal : (1) minatkepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4)
toleransi terhadap pihak lain,(5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen
terhadap sesuatu di luar dirinya,( penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10)
menerima kenyataan.
D. Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi
dansistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam
batas- batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan
klien.Tugas konselor menunjukkan bahwa.
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yangtidak rasional
usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebabsebab permulaan.Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien,
dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap
awalmengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan
yangdapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian
memperbaikimereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-
logis,mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspekaspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas
yangdiberikanPelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalamsuatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri
serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah
lakutertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model
sosial.Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan
klienmengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b)
membangkitkankemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak
ataumemusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaandan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah
laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Diterbitkan Juli 8, 2008
A. Konsep Dasar 1. Hakikat manusia, Freud berpendapat bahwa manusia berdasar pada sifatsifat:
Anti rasionalisme
Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme.
Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan prosesmental yang
berciri biasa.
Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorangmempunyai tiga unsur,
yaitu id, ego, dan super ego
C. Tujuan Konseling
Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak
disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan
pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutamausia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan,
dianalisis dan ditafsirkan sehinggakepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.
D. Deskripsi Proses Konseling
1. Fungsi konselor
Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit
sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehinggaklien dengan mudah dapat
memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.2. Langkah-langkah yang
ditempuh :
Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya danmelakukan
transferensi.
Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikisalam pikirannya
dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarag sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien dimintamengutarakan apa saja yang
terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalahagar klien mengungkapkan pengalaman
masa lalu dan menghentikan emosi-emosiyang berhubungan dengan pengalaman traumatik
masa lalu. Hal ini disebut jugakatarsis.
Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakanklien, baik
dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.Konselor menetapkan,
menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan
dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dantransferensi.
konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian,kecemasan yang oleh klien
dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan kekonselor. Biasanya klien bisa membenci atau
mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar
bisa terungkaptranferensi tersebut.
Konseling Humanistik
Diterbitkan Juli 14, 2008
A. Konsep Dasar:
1.Memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan
seseorangyang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap
orangmenciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakanesensi
dan fakta eksistensinya.2.Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan
sendiri apa yang iakerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa
yang iainginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.3.Manusia tidak
pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti
berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menujuaktualisasi diri4.Setiap orang
memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan
fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk
self expression
.
B. Asumsi Perilaku Bermasalah
Gangguan jiwa disebabkan karena individu yang
b e r s a n g k u t a n t i d a k d a p a t mengembangkan potensinya. Dengan perkataan
lain, pengalamannya tertekan Tujuan Konseling
1.Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan
menerimakeadaannya menurut apa adanya.
Saya adalah saya
2.Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengandirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan
self actualization
seoptimal mungkin.3.Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan
dihayati oleh individudalam proses aktualisasi dirinya.4.Membantu individu dalam
menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi
dirinya.
D. Deskripsi Proses Konseling
1.Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.2.Adanya kebebasan
secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang
diinginkannya.3.Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan
serta perilakuindividu dengan tanpa memberikan sanggahan.4.Unsur menghargai dan
menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu
merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalamhubungan
konseling.5.Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta
lingkungannya sangatdiperlukan oleh konselor.
E. Teknik-Teknik Konseling
Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik
client centered counseling
, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1)
acceptance
(penerimaan); (2)
respect
(rasa hormat); (3)
understanding
(pemahaman); (4)
reassurance
(menentramkan hati); (5)
encouragement
(memberi dorongan); (5)
limited questioning
(pertanyaan terbatas; dan (6)
reflection
( m e m a n t u l k a n p e r n y a t a a n d a n perasaan).Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut
diharapkan konseli dapat (1) memahami danmenerima diri dan lingkungannya dengan baik;
(2) mengambil keputusan yang tepat; (3)mengarahkan diri; (4) mewujudkan
dirinya.Sumber:Sayekti. 1997.
Berbagai Pendekatan dalam Konseling
. Yogyakarta: Menara Mass OffsetSofyan S. Willis. 2007.
situasi saat ini. Sehingga Gestalt lebih menekankan pada pada apa yang dialami oleh konseli
saat ini daripada hal-hal yang pernah dialamai oleh konseli, dengan kata lain, Gestalt lebih
memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku, berpikiran dan merasakan pada situasi saat
ini (here and now) sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa konseli berperilaku
seperti itu.
Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu pemikiran
bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan
lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai
oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness) konseli terhadap apa yang sedang dialami dan
bagaimana mereka menangani masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran
ini maka perubahan akan muncul secara otomatis.
Pendekatan Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya
daripada hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan begitu,
konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseli
berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli melakukan sesuatu,
sehingga konselor akan hadir secara penuh (fully present) dalam proses konseling sehingga
yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni (genuine contacs) antara konselor
dengan konseli.
Gestalt meyakini bahwa konseli adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan
untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri serta mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal ini
membuat pendekatan Gestalt memiliki dua agenda besar dalam proses konseling yaitu, a)
menggerakkan konseli untuk berubah dari environmental support ke self-support dan b)
integrasi ulang terhadap bagian-bagian kepribadian yang tidak dimiliki (reintegrating the
disowned parts of personality).
Agenda sebagaimana disebut di atas berpengaruh terhadap proses konseling yang akan
dilakukan oleh konselor. Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus,
konselor tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseli berhubungan
dengan lingkungan secara saling ketergantungan (interdependence). Hal ini mengarahkan
konselor untuk menekankan proses dialog selama proses konseling. Pendekatan ini akan
menciptakan kontak yang spontan yang pada akhirnya berujung pada bagaimana konselor
dan konseli memahami proses konseling itu sendiri (moment-to-moment experience).
Salah satu pemikiran penting dari teori Gestalt adalah memandang individu sebagai agen
yang dapat melakukan regulasi diri (self-regulate). Pengontrolan diri akan muncul jika
individu secara sadar memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Proses terapi hanya akan
memfasilitasi bagaimana kesadaran itu muncul dan bagaimana kesadaran tersebut
berinteraksi dalam proses konseling.
Yontef (1993) menyatakan secara eksplisit bahwa, In Gestalt therapy there are no "shoulds."
Instead of emphasizing what should be, Gestalt therapy stresses awareness of what is. What
is, is. This contrasts with any therapist who "knows" what the patient "should" do.
Pola pikir di atas menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konseli akan berusaha
mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab Gestalt yakin bahwa
permasalahan tidak akan selesai jika konseli masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai
jika konseli secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling, konseli
akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa.
Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah malakukan kontak atau bertemu dengan
orang lain di sekitar. Kirchner (2008) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan untuk melakukan kontak secara efektif dengan orang lain, dengan kemampuan
itu, maka individu akan dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin matang. Semua kontak
yang dilakukan oleh individu memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berujung pada
bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau,
meraba dan pergerakan. Lebih lanjut, Gestalt Institute of Cleveland (dalam Krichner, 2000)
menunjukkan bahwa proses kontak terjadi karena tujuh tingkatan yaitu (a) sensation, (b)
awareness, (c) mobilization of energy, (d) action, (e) contact, (f) resolution and closure, dan
(7) withdrawal.
Proses kontak individu dengan individu lain seringkali mengalami masalah. Masalah ini
seringkali muncul karena konseli cenderung untuk menghindari kontak dengan keadaan saat
ini dan orang lain. Krichner (2000) menyatakan ada empat hal yang menjadi masalah konseli
yaitu confluence, introjection, projection, dan retroflection
Energy & Blocks to Energy
Pendekatan Gestalt memperhatikan energy yang dimiliki oleh individu. Dimana teori ini
berkeyakinan bahwa untuk bisa menyelesaikan masalahnya, maka seseorang akan
mengeluarkan energy. Penutupan energy ini akan tampak pada keadaan fisik seseorang.
Seseorang yang tidak bisa mengeluarkan energinya, seringkali ditampakkan dengan perilaku
non verbal seperti, bernapas pendek-pendek, tidak focus dengan lawan bicara, berbicara
dengan suara tertahan, perhatian yang minimal terhadap sebuah obyek, duduk dengan kaki
tertutup, posisi duduk yang cenderung menjauhi lawan bicara dan lain sebagainya. Sebagai
contoh, seseorang yang pada saat ini ingin marah, tetapi tertahan, maka tubuhnya akan
mereaksi penahaman marah (sebagai upaya pelepasan energy) dengan bentuk-bentuk seperti
napas tersengal-sengal.
Dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu kondisi pelepasan energy yang
dimiliki oleh konseli. Pada awalnya konseli diajak untuk mengenal perasaannya saat ini, dan
kemudian membantu untuk melepaskan energi yang tertahan tersebut.
Referensi:
Brownell, Philip. 2003. Gestalt Globals, Gestalt Therapy Construct Library, Construct from
G through P. [email protected], diakses tanggal 31 Januari 2008.
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (7th ed).
Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Cottone, Rocco. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Psychotherapy. Boston:
Allyn and Bacon.
Higgins, Jude. 2008. What is Gestalt therapy? www.psychotherapybristol.co.uk diakses
tanggal 31 Desember 2008.
Joel, Latner., Edwin, Nevis. 1992. The Theory of Gestalt Therapy. Gestalt Institute of
Cleveland (GIC) Press.