Manusia Adalah Mahluk Reaktif Yang Tingkah Lakunya Dikontrol Oleh Faktor

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor

dariluar.Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya


daninteraksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian.Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang
diterimadalam situasi hidupnya.Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan;
(c) peniruan.Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak
puasan yangdiperolehnya.Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan
merupakan hasil belajar,sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.Karakteristik konseling behavioral adalah : (a)
berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam
perumusan tujuan konseling, (c)mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan
masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
B.
Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
1.Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan
negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai
dengantuntutan lingkungan.2.Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara
belajar atau lingkunganyang salah.3.Manusia bermasalah itu mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku
maladaptif terjadi juga karenakesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan
tepat.4.Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga
tingkah lakutersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
C.
Tujuan Konseling
Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untukdigantikan
dengantingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.Tujuan yang
sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a)diinginkan oleh klien;
(b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuantersebut; (c) klien dapat
mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik Konselor dan klien bersama-sama
(bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuankhusus konseling

D.
Deskripsi Proses Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses
belajar tersebut.Konselor aktif :1.Merumuskan masalah yang dialami klien dan
menetapkan apakah konselor dapatmembantu pemecahannya atu tidak 2.Konselor
memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya
tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling3.Konselor mengontrol proses
konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi langkah-langkah konseling :
1.
Assesment,
langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya,kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan

interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien
untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
Assesmentdiperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan
dipilihsesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.2.
Goal setting
, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkaninformasi yang diperoleh
dari langkah assessment konselor dan klien menyusundan merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling. Perumusan tujuankonseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut : (a) Konselor dan klienmendifinisikan masalah yang dihadapi klien; (b) Klien
mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (c) Konselor
dan klienmendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : (a) apakah merupakan
tujuanyang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien; (b) apakah tujuan itu realistik;
(c)kemungkinan manfaatnya; dan (d)k emungkinan kerugiannya; (e) Konselor danklien
membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkanteknik yang akan
dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akandicapai, atau melakukan
referal.3.
Technique implementation
, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yangmenjadi tujuan konseling.4.
Evaluation termination
, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatankonseling yang telah dilaksanakan
mengarah dan mencapai hasil sesuai dengantujuan konseling.5.
Feedback
, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaikidan meingkatkan
proses konseling.Tek n i k k o n s e l i n g b e h a v i o r a l d i d a s a r k a n p a d a p e n g h a p u s a n
r e s p o n y a n g t e l a h dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap
perangsang, dengandemikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral

Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdoronguntuk


merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai dayayang cukup kuat
dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkanmelalui tingkah laku klien.

Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan


Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkanterhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.

Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model(film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung).

Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yangdiinginkan dengan


sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun
keuntungan sosial.
Teknik-teknik Konseling BehavioralLatihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakandiri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna diantaranya untuk
membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaantersinggung, kesulitan
menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan

adalah dengan permainan peran dengan bimbingankonselor. Diskusi-diskusi kelompok juga


dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan
untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan caramengajarkan klien untuk
rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah lakuyang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkahlaku yang akan dihilangkan. Dengan
pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara
bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnyamerupakan teknik relaksi yang digunakan
untuk menghapus tingkah laku yang diperkuatsecara negatif biasanya merupakan kecemasan,
dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik inidimaksudkan
untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulusyang disenanginya
dengan kebalikan stimulus tersebut.Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaandengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisianini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang
tidak dikehendaki denganstimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, danmemperkuat
tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkankepada klien tentang
tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik,model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang
berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor.Ganjaran dapat berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu
aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahandari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
melainkanmerupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.Manusia aktif terdorong kearah
keseluruhan dan integrasi pemikiran, pera-saan, dantingkah lakunyaSetiap individu memiliki
kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memilikidorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menujuterbentuknya integritas atau
keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatankonseling ini adalah : (1) tidak
dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya,(2) merupakan bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannyadengan lingkungannya itu, (3)
aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadarisepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan
pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur
dan mengarahkan hidupnya secara efektif.Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan
manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang ada kecuali sekarang. Masa
lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan
manusia adalah masasekarang.Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai
kesenjangan antara saat sekarangdan kemudian. Jika individu menyimpang dari saat
sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami
kecemasan.Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai
(unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti
dendam,kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa
diabaikan.Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam
kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada
kehidupansekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan

dirinyasendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia
menghadapidan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dankeberadaan
under dog. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,mengancam. Under
dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa
yangharus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).Terjadi pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologisKetidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya. engalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan
datangMelarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapiSpektrum tingkah laku bermasalah
pada individu meliputi :Kepribadian kaku (rigid)Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin
tetap tergantungMenolak berhubungan dengan lingkunganMemeliharan unfinished
bussinessMenolak kebutuhan diri sendiriMelihat diri sendiri dalam kontinum hitam-putih .
C. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai
macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan inimengandung makna
bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadaplingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
hidupnya.Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara
penuh,melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.
Melaluikonseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian
inidimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.Secara lebih spesifik tujuan konseling
Gestalt adalah sebagai berikut.Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi,
memahami kenyataan ataurealitas, serta mendapatkan insight secara penuh.Membantu klien
menuju pencapaian integritas kepribadiannyaMengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain kemengatur diri sendiri (to be true to
himself)Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut
prinsip- prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan
selaluakan muncul dapat diatasi dengan baik.
D. Deskripsi Proses Konseling
Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarangserta
hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugaskonselor
adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinyaserta mau
mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien mau
belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk memilih
duaalternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.Konselor hendaknya
menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagn nosis, interpretasi maupun memberi nasihat
Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
danmampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat
berdirisendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien untuk melakukan
transisidari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya
sendiri.Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau
kebuntuanklien.Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan

kekalahannya terhadaplingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak


berdaya, bodoh,atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan klien untuk bangkit
dan maumenghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi fase-fase proses konseling :
Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi
yangmemungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan
yangdiciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
keunikansebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang
harusdipecahkan.Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien
untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal
yang dilakukankonselor dalam fase ini, yaitu :Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini
klien diberi kesempatan untuk menyadariketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin
tinggi kesadaran klien terhadapketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai
perubahan dirinya, sehinggamakin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan
konselor.Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada
klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasanalasannya secara bertanggung jawab.Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk
mengatakan perasaan-perasaannya padasaat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
Kadang-kadang klien diperbolahkanmemproyeksikan dirinya kepada konselor.Melalui fase
ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian
yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.Fase keempat,
setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.Pada fase ini klien
menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritaskepribadiannya sebagai individu
yang unik dan manusiawi.Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari
keadaan dirinya pada saatsekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.Dalam situasi ini klien secara
sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk melepaskan diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
Teknik Konseling
Hubungan personal antara konselor dengan klien merupakan inti yang perlu diciptakandan
dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik yangdilaksanakan
selama proses konseling berlangsung adalah merupakan alat yang pentinguntuk membantu
klien memperoleh kesadaran secara penuh.
Prinsip Kerja Teknik Konseling GestalPenekanan Tanggung Jawab Klien
, konselor menekankan bahwa konselor bersediamembantu klien tetapi tidak akan bisa
mengubah klien, konselor menekankan agar klienmengambil tanggung jawab atas tingkah
lakunya.
Orientasi Sekarang dan Di Sini
, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksimasa lalu atau motif-motif tidak
sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak
penting. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengankeadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula
konselor tidak pernah bertanya mengapa.
Orientasi Eksperiensial
, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri danmasalah-masalahnya,
sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali dirinya:(a) klien mempergunakan
kata ganti personalklien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan; (b)klien

mengambil peran dantanggung jawab; (c) klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau
negative padadiri atau tingkah lakunya
Teknik-teknik Konseling GestaltPermainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan duakecenderungan
yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dankecenderungan under dog,
misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungananak; (b) kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c)kecenderungan anak baik lawan
kecenderungan anak bodohkecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (d)
kecenderungan kuat atautegar lawan kecenderungan lemahMelalui dialog yang kontradiktif
ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klienakan mengarahkan dirinya pada suatu
posisi di mana ia berani mengambil resiko.Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik kursikosong.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui danmenerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepadaorang lain.Dalam
teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudianklien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : dan saya bertanggung jawab atas
hal itu.Misalnya :Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan.
Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung
jawabketidaktahuan itu.Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan
itu.Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkankesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiritidak
mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengancara
memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yangdipantulkan
kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan ataumelakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan daridorongan-dorongan yang mendasarinya.Dalam teknik ini
konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaanperasaan yang dikeluhkannya.Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peranekshibisionis bagi klien pemalu yang berlebihan.
Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yangtidak
menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klienuntuk tetap
bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.Kebanyakan klien ingin melarikan diri
dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorongklien untuk bertahan dengan
ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarangdan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaanyang ingin dihindarinya itu.Untuk
membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yanglebih baru
tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yangingin
dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahandalam kesakitan
perasaan yang ingin dihindarinya itu

Pendekatan Konseling Rasional Emotif


Diterbitkan Januari 23, 2008
A. Konsep Dasar
Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasionaldan
irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia,dan
kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi
tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi,
interpretasi,dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.Hambatan psikologis atau
emosionaladalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai
individuyang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir
irasionaldiawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan
budayatempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi
yangdigunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah
danverbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran
negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis,
yangdapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang
rasional.Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsepkonsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu,yaitu
Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A)
yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.Peristiwa pendahulu yang
berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawanmerupakan antecendent event
bagi seseorang.
Belief (B)
yaitu
keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB)
dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinanyang rasional
merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakankeyakinan ayau
system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dankeran itu tidak
produktif.
Emotional consequence (C)
merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat ataureaksi individu dalam bentuk perasaan
senang atau hambatan emosi dalam hubungannyadengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari Atetapi disebabkan oleh beberapa variable antara
dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rBmaupun yang iB.
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah
adalahmerupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.Ciri-ciri
berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak
(kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c)menghalangi individu
untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif Sebab-sebab individu tidak
mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang
akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individutergantung pada perencanaan dan
pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat49

memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai
media.Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah
untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b)
banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam
sehinggamereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia
senantiasadihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan,menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya;
(d) lebihmudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha
untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul
daritekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali
untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu
memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan
dan tingkahlaku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam
hidupnyadan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural;dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung darikebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu.
C. Tujuan Konseling
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan- pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional
danlogis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya
seoptimalmungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.Menghilangkan
gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasatakut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai
klien dalam konseling dengan pendekatanrasional-emotif :Pertama insight dicapai ketika
klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yangdihubungkan dengan penyebab
sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengankeyakinannya tentang peristiwa-peristiwa
yang diterima (antecedent event) pada saatyang lalu.Kedua, insight terjadi ketika konselor
membantu klien untuk memahami bahwa apa yangmenganggu klien pada saat ini adalah
karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajaridari yang diperoleh sebelumnya.Ketiga,
insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahamanketiga, yaitu
tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali denganmendeteksi dan
melawan keyakinan yang irasional.Klien yang telah memiliki keyakinan rasional tjd
peningkatan dalam hal : (1) minatkepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4)
toleransi terhadap pihak lain,(5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen
terhadap sesuatu di luar dirinya,( penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10)
menerima kenyataan.
D. Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi
dansistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam
batas- batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan
klien.Tugas konselor menunjukkan bahwa.
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yangtidak rasional

usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebabsebab permulaan.Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien,
dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap
awalmengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan
yangdapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian
memperbaikimereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-

ulangmenekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional


padaklien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;
(d)menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan
menekansebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1.
Aktif-direktif
, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien
dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.2.
Kognitif-eksperiensial
, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus padaaspek kognitif dari klien dan
berintikan pemecahan masalah yang rasional.3.
Emotif-ekspreriensial
, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek
emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang keliruyang mendasari gangguan tersebut.4.
Behavioristik
, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkanhendaknya menyentuh dan
mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
E. Teknik Konseling
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifatkogntif,
afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud
antara lain adalah sebagai berikut.
Teknik-Teknik Emotif (Afektif)Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk
secaraterus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihanlatihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaanperasaannegatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien
dapatsecara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu
denganmaksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
Teknik-teknik Behavioristik Reinforcemen
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis
dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik
inidimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada kliendan
menggantinya dengan sistem nilai yang positif.Dengan memberikan reward ataupun
punishment, maka klien akan menginternalisasikansistem nilai yang diharapkan kepadanya.
Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini
dilakukanagar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
imitasi(meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan normanorma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan olehkonselor.
Teknik-teknik Kognitif Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakandiri,
dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku
yangdiharapkan.Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi
ataumenghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak

logis,mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspekaspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas
yangdiberikanPelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalamsuatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri
serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah
lakutertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model
sosial.Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan
klienmengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b)
membangkitkankemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak
ataumemusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaandan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah
laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Diterbitkan Juli 8, 2008
A. Konsep Dasar 1. Hakikat manusia, Freud berpendapat bahwa manusia berdasar pada sifatsifat:

Anti rasionalisme

Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme.

Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-doronganinstingtif,


sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongantadi. Libido atau eros
mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, sebagailawan lawan dari Thanatos

Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.

Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan prosesmental yang
berciri biasa.

Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorangmempunyai tiga unsur,
yaitu id, ego, dan super ego
C. Tujuan Konseling

Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari padamekanisme


penyesuaian diri mereka sendiri

Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak
disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan
pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutamausia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan,
dianalisis dan ditafsirkan sehinggakepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.
D. Deskripsi Proses Konseling
1. Fungsi konselor

Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis

Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit
sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehinggaklien dengan mudah dapat
memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.2. Langkah-langkah yang
ditempuh :

Menciptakan hubungan kerja dengan klien

Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya danmelakukan
transferensi.

Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya

Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri

Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.

Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.

Menutup wawancara konseling


E. Teknik Konseling

Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikisalam pikirannya
dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarag sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien dimintamengutarakan apa saja yang
terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalahagar klien mengungkapkan pengalaman
masa lalu dan menghentikan emosi-emosiyang berhubungan dengan pengalaman traumatik
masa lalu. Hal ini disebut jugakatarsis.

Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadiandalam


mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik inidigunakan untuk menilik
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Prosesterjadinya mimpi adalah karena pada waktu
tidur pertahanan ego menjadi lemahdan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan.
Menurut Freud, mimpiini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginankeinginan dankecemasan yang tak disadari.

Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakanklien, baik
dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.Konselor menetapkan,
menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan
dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dantransferensi.

Analisis resistensi; resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan


untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya
(resistensi).Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi

Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan danharapan


masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan

konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian,kecemasan yang oleh klien
dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan kekonselor. Biasanya klien bisa membenci atau
mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar
bisa terungkaptranferensi tersebut.
Konseling Humanistik
Diterbitkan Juli 14, 2008
A. Konsep Dasar:
1.Memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan
seseorangyang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap
orangmenciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakanesensi
dan fakta eksistensinya.2.Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan
sendiri apa yang iakerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa
yang iainginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.3.Manusia tidak
pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti
berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menujuaktualisasi diri4.Setiap orang
memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan
fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk
self expression
.
B. Asumsi Perilaku Bermasalah
Gangguan jiwa disebabkan karena individu yang
b e r s a n g k u t a n t i d a k d a p a t mengembangkan potensinya. Dengan perkataan
lain, pengalamannya tertekan Tujuan Konseling
1.Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan
menerimakeadaannya menurut apa adanya.
Saya adalah saya
2.Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengandirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan
self actualization
seoptimal mungkin.3.Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan
dihayati oleh individudalam proses aktualisasi dirinya.4.Membantu individu dalam
menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi
dirinya.
D. Deskripsi Proses Konseling
1.Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.2.Adanya kebebasan
secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang
diinginkannya.3.Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan
serta perilakuindividu dengan tanpa memberikan sanggahan.4.Unsur menghargai dan
menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu
merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalamhubungan
konseling.5.Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta
lingkungannya sangatdiperlukan oleh konselor.
E. Teknik-Teknik Konseling
Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik
client centered counseling
, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1)
acceptance
(penerimaan); (2)

respect
(rasa hormat); (3)
understanding
(pemahaman); (4)
reassurance
(menentramkan hati); (5)
encouragement
(memberi dorongan); (5)
limited questioning
(pertanyaan terbatas; dan (6)
reflection
( m e m a n t u l k a n p e r n y a t a a n d a n perasaan).Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut
diharapkan konseli dapat (1) memahami danmenerima diri dan lingkungannya dengan baik;
(2) mengambil keputusan yang tepat; (3)mengarahkan diri; (4) mewujudkan
dirinya.Sumber:Sayekti. 1997.
Berbagai Pendekatan dalam Konseling
. Yogyakarta: Menara Mass OffsetSofyan S. Willis. 2007.

aaaaaaFrederick Perls (1893-1970) adalah pendiri pendekatan konseling Gestalt. Frederick


dilahirkan di Berlin dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa mudanya adalahmasa masa-masa
yang penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber masalah dalam
keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas tujuh, Frederick
sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah karena dia memiliki
masalah dengan gurunya.
Walaupun di masa mudanya Frederick memiliki masalah dengan pendidikan, tetapi dia dapat
menyelesaikan sarjananya, dan pada tahun 1916 dia bergabung dengan angkatan darat Jerman
pada PD I.
Proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura (Lore) Posner
(1905-1990). Dia adalah isteri Frederick perls yang secara signifikan turut mengembangkan
teori Gestalt. Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awal mulanya dia adalah seorang pianis
sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura juga seorang pengikut aliran
Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk mendalami teori-teori Gestalt. Pada tahun 1926,
Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk mengembangkan teori Gestalt,
hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah. Pada tahun 1952, mereka mendirikan
New York Institute for Gestalt Therapy.
Pandangan tentang manusia
Walaupun pada awalnya Frederick merupakan pengikut aliran psikoanalisa, tetapi dalam
perkembangannya, teori Gestal banyak bertentangan dengan teori Sigmund Freud. Jika
Psikoanalisa memandang manusia secara mekanistik, maka Frederick memandang manusia
secara holistic. Freud memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik (intrapsychic
conflict) awal masa anak-anak yang ditekan, maka Frederick memandang manusia pada

situasi saat ini. Sehingga Gestalt lebih menekankan pada pada apa yang dialami oleh konseli
saat ini daripada hal-hal yang pernah dialamai oleh konseli, dengan kata lain, Gestalt lebih
memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku, berpikiran dan merasakan pada situasi saat
ini (here and now) sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa konseli berperilaku
seperti itu.
Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu pemikiran
bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan
lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai
oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness) konseli terhadap apa yang sedang dialami dan
bagaimana mereka menangani masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran
ini maka perubahan akan muncul secara otomatis.
Pendekatan Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya
daripada hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan begitu,
konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseli
berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli melakukan sesuatu,
sehingga konselor akan hadir secara penuh (fully present) dalam proses konseling sehingga
yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni (genuine contacs) antara konselor
dengan konseli.
Gestalt meyakini bahwa konseli adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan
untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri serta mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal ini
membuat pendekatan Gestalt memiliki dua agenda besar dalam proses konseling yaitu, a)
menggerakkan konseli untuk berubah dari environmental support ke self-support dan b)
integrasi ulang terhadap bagian-bagian kepribadian yang tidak dimiliki (reintegrating the
disowned parts of personality).
Agenda sebagaimana disebut di atas berpengaruh terhadap proses konseling yang akan
dilakukan oleh konselor. Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus,
konselor tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseli berhubungan
dengan lingkungan secara saling ketergantungan (interdependence). Hal ini mengarahkan
konselor untuk menekankan proses dialog selama proses konseling. Pendekatan ini akan
menciptakan kontak yang spontan yang pada akhirnya berujung pada bagaimana konselor
dan konseli memahami proses konseling itu sendiri (moment-to-moment experience).
Salah satu pemikiran penting dari teori Gestalt adalah memandang individu sebagai agen
yang dapat melakukan regulasi diri (self-regulate). Pengontrolan diri akan muncul jika
individu secara sadar memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Proses terapi hanya akan
memfasilitasi bagaimana kesadaran itu muncul dan bagaimana kesadaran tersebut
berinteraksi dalam proses konseling.
Yontef (1993) menyatakan secara eksplisit bahwa, In Gestalt therapy there are no "shoulds."
Instead of emphasizing what should be, Gestalt therapy stresses awareness of what is. What
is, is. This contrasts with any therapist who "knows" what the patient "should" do.
Pola pikir di atas menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konseli akan berusaha
mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab Gestalt yakin bahwa
permasalahan tidak akan selesai jika konseli masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai
jika konseli secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling, konseli
akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa.

Prinsip Teori Gestalt


Dalam terapi Gestalt, pengalaman menyeluruh (pikiran, perasaan dan sensasi tubuh) dari
individu menjadi perhatian yang sangat penting. Pendekatannya lebih dipusatkan pada
kondisi di sini dan saat ini (here and now) yaitu menyadari apa yang terjadi dari waktu ke
waktu (moment by moment).
Holism keseluruhan merupakan teori Gestalt yang utama. Gestalt tidak memandang manusia
bagian perbagian. Manusia tidak bisa hanya diketahui dari komponen fisiknya saja, atau dari
komponen psikisnya saja. Tetapi mengenal manusia harus dilakukan secara komprehensif,
yaitu dari sisi psikis dan fisiknya. Selain itu, mengenal manusia tidak didasarkan pada diri
individu itu saja, tetapi terintegrasi dengan lingkungan di mana individu tersebut berada.
Perls (dalam Brownell, 2003) menyatakan bahwa holism dideskripsikan sebagai suatu
keseluruhan bentuk kesadaran manusia yang meliputi respon motorik, respon perasaan,
respon pikiran yang dimiliki oleh organisme.
Field Theory adalah teori Gestalt yang menyatakan bahwa mengenal manusia harus dilihat
pula lingkungan di mana manusia itu berada. Dengan demikian, konselor akan memberikan
perhatian lebih kepada konseli terhadap interaksinya dengan lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat, tempat kerja). Dengan kata lain, bahwa field theory merupakan suatu metode
untuk mendeskripsikan keseluruhan medan (field) yang dialami oleh konseli. pada saat ini.
Hal ini lebih daripada hanya sekedar menganalisis kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam
hubungannya dengan lingkungan (Yontef, 1993).
The Figure-Formation Process dideskripsikan sebagai usaha individu untuk melakukan
pengorganisasian atau memanipulasi lingkungannya dari waktu ke waktu.
Organismic Self-Regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang berusaha dengan
keras untuk menjaga keseimbangan yang secara terus menerus diganggu oleh kebutuhankebutuhan. Jika usaha untuk menjaga keseimbangan ini berjalan dengan baik maka mereka
akann kembali ke dalam posisi utuh. Pada dasarnya manusia memiliki kekuatan yang secara
alami akan mengarahkan mereka untuk melakukan proses penyeimbangan dalam dirinya.
Proses penyeimbangan ini berbentuk proses asimilasi, mengakomodasi perubahan atau
menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Masalah seringkali muncul saat seseorang berusaha
untuk melakukan pemutusan kontak (interruption contacts).
Saat Ini (The Now)
Dalam pendekatan Gestalt, situasi saat ini merupakan hal yang sangat penting (the most
significant tense). Sehingga dalam proses konseling, konseli akan diajak untuk belajar
mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini. Gestalt tidak akan mencari tahu
apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi lebih pada mendorong konseli untuk membicarakan
saat ini. Pemusatan pada masa lalu akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari
masalahnya. Joel dan Edwin (1992) menyatakan What does this mean, "present centered"?
In essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential or what is

past, but what is here, now.


Untuk membantu konseli memahami keadaan saat ini, maka konselor dapat membantu
dengan memberikan kata tanya Apa dan Bagaimana, dengan demikian, kata tanya
Mengapa adalah kata tanya yang sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman,
2003). Bahkan, seringkali konselor memotong pembicaraan konseli, jika konseli mulai
berkutat dengan masa lalunya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan
pernyataan seperti, Apa yang kamu rasakan pada saat kakimu bergoyang saat bicara? atau
Dapatkah kamu merasakan tekanan suaramu? Tidakkah kamu merasa ketakutan? Usaha
konselor ini adalah untuk mengembalikan kesadaran konseli saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan
konseli saat ini, terlebih jika pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian atau masalah yang dimiliki oleh konseli. Di lain pihak, karena (mungkin)
ketakutannya untuk menyelesaikan masalah, maka konseli cenderun untuk secara terus
menerus membicarakan masa lalunya. Untuk mengatasi masalah ini, maka konselor dapat
mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara membawa fantasinya ke saat ini
dan mencoba untuk mengajak konseli untuk melepaskan keinginannya. Sebagai contoh,
seorang anak memiliki trauma dengan perilaku ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli
untuk membicarakan apa yang telah terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan
saat ini dan berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (semisal, berbicara dengan
ayahnya).
Urusan yang Belum Selesai (Unfinished Bussines)
Individu seringkali mengalami masalah dengan orang lain di masa lalu. Menurut Gestalt,
masalah masa lalu yang belum terselesaikan atau terpecahkan disebut dengan Unfinished
Bussiness yang dapat dimanifestasikan dengan munculnya kemarahan (resentment), amukan
(rage), kebencian (hatred), rasa sakit (pain), cemas (anxiety), duka cita (grief), rasa bersalah
(guild) dan perilaku menunda (abandonment).
Polster (dalam Corey, 2005) menyatakan bahwa beberapa bentuk perilaku akibat unfinished
bussines adalah seseorang akan asyik dengan dirinya sendiri, memaksa orang lain untuk
menuruti kehendaknya, bentuk-bentuk perilaku yang menempatkan dirinya sebagai orang
kalah, bahkan seringkali muncul simptom-simptom penyakit fisik.
Sebagai contoh ada seorang mahasiswa yang menganggap bahwa semua perempuan itu tidak
baik. Perilaku mahasiswa ini cenderung untuk menjauhi perempuan. Diketahui bahwa masa
lalu mahasiswa ini mengalami perlakuan yang buruk dari ibunya sewaktu berusia sekolah
dasar (unfinished bussines). Pendekatan Gestalt tidak berorientasi pada masa lalu atau
berusaha untuk mengorek perilaku orang tua yang menyebabkan dia berperilaku menjauhi
perempuan. Sebab, jika itu dilakukan, maka mahasiswa ini akan berusaha untuk meraih masa
lalunya yang hilang, dan dia akan berpikir menjadi anak kecil. Ini adalah proses yang tidak
produktif. Konselor Gestalt akan berusaha untuk membantu mahasiswa ini merasakan apa
yang terjadi saat ini. Konselor akan menfasilitasi mahasiswa ini untuk menunjukkan situasi
yang terjadi saat ini. Mahasiswa dibantu untuk menyadari bahwa perilakunya tidak produktif
dan kemudian mencari perilaku-perilaku yang lebih produktif.
Contact & Resisstance to Contact

Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah malakukan kontak atau bertemu dengan
orang lain di sekitar. Kirchner (2008) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan untuk melakukan kontak secara efektif dengan orang lain, dengan kemampuan
itu, maka individu akan dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin matang. Semua kontak
yang dilakukan oleh individu memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berujung pada
bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau,
meraba dan pergerakan. Lebih lanjut, Gestalt Institute of Cleveland (dalam Krichner, 2000)
menunjukkan bahwa proses kontak terjadi karena tujuh tingkatan yaitu (a) sensation, (b)
awareness, (c) mobilization of energy, (d) action, (e) contact, (f) resolution and closure, dan
(7) withdrawal.
Proses kontak individu dengan individu lain seringkali mengalami masalah. Masalah ini
seringkali muncul karena konseli cenderung untuk menghindari kontak dengan keadaan saat
ini dan orang lain. Krichner (2000) menyatakan ada empat hal yang menjadi masalah konseli
yaitu confluence, introjection, projection, dan retroflection
Energy & Blocks to Energy
Pendekatan Gestalt memperhatikan energy yang dimiliki oleh individu. Dimana teori ini
berkeyakinan bahwa untuk bisa menyelesaikan masalahnya, maka seseorang akan
mengeluarkan energy. Penutupan energy ini akan tampak pada keadaan fisik seseorang.
Seseorang yang tidak bisa mengeluarkan energinya, seringkali ditampakkan dengan perilaku
non verbal seperti, bernapas pendek-pendek, tidak focus dengan lawan bicara, berbicara
dengan suara tertahan, perhatian yang minimal terhadap sebuah obyek, duduk dengan kaki
tertutup, posisi duduk yang cenderung menjauhi lawan bicara dan lain sebagainya. Sebagai
contoh, seseorang yang pada saat ini ingin marah, tetapi tertahan, maka tubuhnya akan
mereaksi penahaman marah (sebagai upaya pelepasan energy) dengan bentuk-bentuk seperti
napas tersengal-sengal.
Dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu kondisi pelepasan energy yang
dimiliki oleh konseli. Pada awalnya konseli diajak untuk mengenal perasaannya saat ini, dan
kemudian membantu untuk melepaskan energi yang tertahan tersebut.
Referensi:
Brownell, Philip. 2003. Gestalt Globals, Gestalt Therapy Construct Library, Construct from
G through P. [email protected], diakses tanggal 31 Januari 2008.
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (7th ed).
Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Cottone, Rocco. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Psychotherapy. Boston:
Allyn and Bacon.
Higgins, Jude. 2008. What is Gestalt therapy? www.psychotherapybristol.co.uk diakses
tanggal 31 Desember 2008.
Joel, Latner., Edwin, Nevis. 1992. The Theory of Gestalt Therapy. Gestalt Institute of
Cleveland (GIC) Press.

Kirchner, Maria. 2000. Gestalt Therapy Theory: An Overview. www.newyorkgestalt.org,


diakses tanggal 31 Desember 2008.
Wikipedia. 2008. Gestalt Therapy. http://en.wikipedia.org/wiki/Gestalt_ therapy, diakses
tanggal 31 Desember 2008.

Anda mungkin juga menyukai