Makalah Pioderma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem integumen, khususnya kulit, merupakan organ terluas permukaannya yang
membungkus seluruh bagian luar tubuh. Kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, bahaya fisik, maupun oleh bakteri, dan yang lain-lainnya. Cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit,
misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena
penyakit tertentu.Mengingat posisina yang paling luar dan yang paling luas, maka kulit
sangat rentan sekali menderita penyakit. Gangguan biologis, fisik, maupun psikis juga
dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit, misalnya karena stres, ketakutan
atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Salah satu penyakit
pada kulit adalah pioderma atau orang awam mengatakan bisul. Pioderma (bisul) pada
umunya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga terjadi pada orang dewasa,yang menjadi
penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit dan bisa juga disebabkan karena menderita
penyakit infeksi disaluran pernafasan. Gejala klinik bisul sangat bervariasi.Gejala ini
biasanya disertai nyeri pada daerah pembengkakan dan demam seluruh tubuh.Walupun
dianggap sebagai penyakit yang ringan, namun bisul dapat menyebabkan demam dan
radang yang parah hingga infeksi. Untuk itu, kita perlu mengetahui bagaimana teori dari
pioderma sehingga nantinya dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan pioderma.

1.2

Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
dibebankan kepada kami dalam mata kuliah Sistem Integumen.Selain itu, tugas ini juga
bertuuan untuk membuat kami paham tentang bagaimana konsep teori dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada pasien dengan pioderma.

1.3

Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar penyakit pioderma yang meliputi
pengertian, penyebab, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
diagnostik, dan penanganan.
2. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien dengan pioderma

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus
atau streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Nanah
2

dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang merupakan
infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di epidermis)
atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit kulit yang
disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus.Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakitpenyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus
beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus.( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) .
2.2 Struktur kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)
1.

Kulit Ari (epidermis)


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik
untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian

epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai

bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada


telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1
milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,

dahi dan perut. Sel-sel

epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena


secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar
sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis
ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit,
yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan
epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan
epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa
lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung
air.
3

Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris


keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan
tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar
terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam

air

dan

sangat

resisten

terhadap bahan-bahan

kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari


milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel
yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa
sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya
usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih
lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses
keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 50 hari,
akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih
kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena
melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak

lagi

merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk


baru.
Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan
air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu
memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk
memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening

(stratum lucidum) disebut juga lapisan

barrier, terletak tepat di bawah

lapisan tanduk, dan dianggap

sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan

berbutir.

Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang

kecil-kecil, tipis dan

bersifat translusen sehingga dapat

dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas


pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi
bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel
keratinosit berbentuk

kumparan yang mengandung butir-

butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti


mengkerut. Lapisan ini tampak paling
telapak tangan

jelas

pada

kulit

dan telapak kaki.

d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan


malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan
perantaraan jembatan-jembatan protoplasma

berbentuk

kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan


selnya

bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang

terdiri atas serabut protein. Sel-sel

pada lapisan taju normal,

tersusun menjadi beberapa baris.


Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak
(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar
ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus
yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan
pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju
yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap
mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan
kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju
mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus
5

terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi


dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina
basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap
pengaturan metabolisme

demo-epidermal dan fungsi-fungsi

vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah


banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisanlapisan lebih

atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam

lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,


melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
2.

Kulit Jangat (dermis)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat

keberadaan

kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit

atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan


otot penegak rambut (muskulus arektor pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terusmenerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang
menempel di saluran kandung

rambut, menghasilkan minyak yang

mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat


sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk
ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2
mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal
terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat
dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan
sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit

jangat,

memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan
fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf
perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat

merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau
sangat

tegang,

otot penegak rambut

yang

menempel di kandung

rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk
berdiri. Kelenjar palit yang menempel di kandung rambut memproduksi
minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi
minyaknya dikeluarkan melalui muara

kandung rambut. Kelenjar

keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan


kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan
pelindung yang disebut

acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH

sekitar 5,5. Sawar asam merupakan

penghalang alami yang efektif

dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai


jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan
nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai
menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis
yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk
semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat
kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam
membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.
Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi
kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang
terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini
disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri
sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
7

a.

Kelenjar keringat,

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar)


dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak
tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh.

Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,

emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1)

Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi

cairanjernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan


mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula
minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar
keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan

dan

telapak kaki sampai ke kulit kepala.Jumlahnya di seluruh badan sekitar


dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada
orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung
dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.
2)

Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah

ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar


dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini
mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi
oleh hormon.
b.

Kelenjar palit,

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan


dengan kandung
bermuara

ke

rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang


dalam

kandung

rambut

(folikel).

Folikel

rambut

mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan


rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada
telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua
bagian tubuh terutama pada bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu


kelenjar palit atau kelenjar
folikel

rambut. Pada

sebasea yang bermuara pada saluran

kulit kepala,

kelenjar

palit

atau

kelenjar

sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit


kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit
atau

kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil.

Pada kulit badan

termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak

dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan
lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

2.3 Epidemiologi
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus
atau streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Nanah
9

dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang merupakan
infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di epidermis)
atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit kulit yang
disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakitpenyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus
beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus
Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah
penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326
responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi
mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan
sendirinya.Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat
dengan keadaan sosial ekonomi.
2.4 Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan
sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia.Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.( sudoyo ,w .aru ,
dkk . 2006 : 622 ) .

2.5 Faktor predisposisi


1. Higiene yang Buruk Seseorang dengan
2. higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung bakteri yang didapat di
luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri. Bila jumlah
10

koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja masuk dan menginfeksi kulit itu
mengapa kita harus rajin membersihkan wajah. tentu dengan sabun yang tepat
3. Daya Tahan Tubuh yang Lemah Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
4. Semua infeksi akan dilawan dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita
lemah maka infeksi akan merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah
seperti pada orang HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes
melitus, akan lebih mudah terserang infeksi kulit. c.
5. Penyakit Lain di Kulit Seseorang dengan
6. penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu fungsi proteksi dari kulit,
sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy rentan untuk terserang penyakit
kulit lainnya.
7. Luka pada Kulit Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi
celah jalan masuk kuman.
2.6 Klasifikasi
a. Impetigo

Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea


atau kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit
dermis. Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia
seperti demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan
gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau
dirinya sendiri. Impetigo ada 2, yaitu :
1. Impetigo krustosa/kontagiosa
(istilah awamnya, cacar madu) merupakan kelainan yang terjadi di
sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu kemerahan kulit dan
lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan keropeng tebal warna
11

kuning serupa madu.Bila keropeng dilepaskan, terlihat luka lecet di


bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik
eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
2. Impetigo bulosa/vesiko bulosa
(cacar monyet atau cacar api) yang sering terjadi di ketiak, dada,
dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan gelembunggelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal dengan
cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah
menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi
pada bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi
serius. pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi
salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500
mg sebelum makan

b. Folikuitis

Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya


berupa bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di
12

tengahnya. Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya


meliputi: obat topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x
sehari, obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250500 mg sebelum makan.
c. Furunkel

Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar


folikel rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan
dengan mata di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan
terutama terjadi di daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat
seperti ketiak, bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa
nyeri, apalagi bila kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau
liang telinga luar. Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada
folikuitis
d. Karbunkel
Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri
e. Erisipelas

13

Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka
atau trauma, baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di
pusar. Ciri-cirinya, yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala
berupa demam dan kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal:
tungkai di elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1:
10000 (larutkan dalam air sampai warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
f. Selulitis

Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang


meluas sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat
erisipelas.
g. Flegmon

14

Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama


dengan selulitis hanya ditambah insisi.
h. Ektima

Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi


oleh Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai
bawah. Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal : kompres ulkus dengan
kalikus permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai
warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal eritromisin 1% atau
mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

i. Pionika
15

Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus


aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau
infeksi. Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan
antiseptik topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai
warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4
dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku
j. Abses multiple kelenjar keringat
Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya
tahan tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan
seperti kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas,
kepala bagian belakang, bokong, dan lainnya, banyak terjadi pada anak.
Pengobatan dapat diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

k. Staphylococcal scalded skin syndrome


16

Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan


ciri yang khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi
disertai infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa
eritema yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki
serta lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan
dapat dilakukan dengan obat: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis)
4 x 250-500 mg sebelum makan
2.7 Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan

antara

ketiga

faktor

tersebut.

Staphylococcus

mengandung

polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel.
Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam
potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen
endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan)
untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan
komplement. Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat
lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan
17

nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada
daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga
secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh. Bakteri
masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan perifolikulitis,
tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang berat dapat
disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi dan terbentuk

abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah lesi terdapat
formasi tidak adekuat pengungkapan tidak mengetahui penyakit dan penanganan
bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila
abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada
GANGGUAN CITRA TUBUK
furunkel maligna
yaitu PENGETAHUAN
furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh
KURANG
bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial.
Masalah lain yaitu bisaulkus
terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas
sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek
atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini
biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak,
bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan. (Pathway
terlampir)
Abses pecah

2.8 WOC

18

Furunkel oleh staphylococus dan stepcoccus

PIODERNIA

Bakteri masuk

s.aureustinggal dirufaoliel

Kelainan pada ku

Folikulitis dan oerifolikolitis


Nekrosis jaringan

Koagulaasi fibrin sekitar lesi an getah bening


nyeri

Penumpukan sel radang


2.8 Tanda dan gejala
Radang bertmbah parah
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:


a. Ada benjolan
di kulit,
membesar
Reaksi merah
inflamasi
oleh
tubuh dan menjadi bernanah setelah beberapa hari
b.
a.
b.
c.

dan akan pecah dengan sendirinya.


Nyeri yang berdenyut-denyut Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :
Demam
Malaise
Suhu meningkat
Nyeri
HIPERTRMI

2.9 Pemeriksaan diagnostik

Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan
penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi
hanya bersifat menyokong

2.10 Pengobatan
19

Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan


lingkungan harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai obat yang
dapat digunakan, meliputi:
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya 1)
1) Penisilin G prokain, Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000
unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di
rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya
resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan
dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
2) Ampisilin Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
3) Amoksisilin Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi.
4) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase Yang termasuk golongan obat ini,
contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250
mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak anak adalah 6,25-11,25
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
b. Linkomisin dan Klindamisin Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin
diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg
sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari
pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten- penisilinase. Efek samping yang
disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah
ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin
karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada
pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
c.
c. Eritromisin Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang
dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-

20

penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk
anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
d. Sefalosporin Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan
obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang
berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m
sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Selain obat sistemik, obat-obatan topikal
(salep) juga sering diberikan. Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan
untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak
dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas,
contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat
untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering
menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak
begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut
digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka,
contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium
povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada
sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

2.11 Tindakan perawatan


Selain penanganan dengan menggunakan obat, tindakan perawatan pada pioderma
(bisul) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari


Setelah bisul pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh
Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi
Periksa dokter bila gejala tidak berkurang

21

2.12 Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang
adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila
terjadi komplikasi.
2.13 Komplikasi
a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut
tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa
menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk

22

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnase
Nama
Umur
Pekerjaan
Penanggung jawab
Agama
Status perkawinan :
Alamat
No . medical record
Tanggal masuk
Diagnose medic
Tanda tanda vital
Nadi
Tekanan darah
:
Pernafasan
:
Suhu

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

3.2 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaa laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis.Pada pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh di lakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungk8nan penyebabnya
bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram.hasil resisteensi hanya bersifat
meenyokong,invivotidak selalu dengan invitro.

3.3 Diagnosa
1.
2.
3.
4.
5.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit
dan cara menangani kelainan kulit

23

3.4 Intervensi
NO
1.

DIAGNOSA
Hipertermi berhubungan
Definisi :
Peningkatan suhu tubuh

NOC
NOC:
Termoregulation

NIC
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering

diatas kisaran normal.


Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik :
Konvulsi kulit

1. Suhu tubuh dalam

rentang normal
kemerahan
2. Nadi dan RR dalam
Peningkatan suhu
rentang normal
tubuh diatas
3. Tidak ada perubahan
normal
warna kulit dan tidak ada
Kejang
pusing, merasa nyaman
Takikardi
Takipneu
Kulit terasa

hangat
Faktor faktor yang
berhubungan :
Anestesia
Penurunan

respirasi
Dehidrasi
Pemajanan

lingkungan napas
Penyakit
Pemakaian

mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu

kulit
Monitor tekanan darah,

nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat

kesadaran
Monitor WBC, HB dan

HCT
Monitor intake dan output
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab

demam
Selimuti pasien
Lakukan tapit sponge
Berika cairan intravena
Kompres pasien pada lipat

paha dan aksila


Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya

pakaian yang

menggigil

tidak sesuai
dengan suhu

lingkungan
Peningkatan laju
metabolisme

Temperature regulation
Monitor suhu minimal

2jam
Rencanakan monitoring
24

Medikasi
Trauma
Aktivitas berlebih

suhu secara kontinyu


Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu

kulit
Monitor tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi


Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangan

kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat

panas
Diskusikan tentang
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif

dari kedinginan
Berikan indikasi tentang
keletihan dan penanganan
emergency yang

diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan

yang diperlukan
Berikan antipiretik jika
perlu

Vital sign monitoring


Monitor TD, nadi, suhu

dan RR
Catat adanya fluktuasi

tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk / berdiri
25

Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan


Monitor TD, nadi, RR ,
sebelum, selama, dan

setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan

irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan

abnormal
Monitor suhu warna dan

kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya chusing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradi kardi,

2.

Kerusakan integritas
NOC
kulit
Tissue integrity : skin
Definisi :
and mucous
Perubahan atau gangguan
membranes
Hemodialysis akses
epidermis dan atau
dermis
Kritaria hasil :
Batasan karakteristik :
Integritas kulit yang
Kerusakan
baik bisa
dipertahankan
lapisan kulit
(sensasi, elastisitas,
(dermis)
Gangguan
temperature, hidrasi,
pigmentasi)
permukaan kulit
Tidak ada luka atau
(epidermis)
Invasi struktur
lesi pd kulit
Perfusi jaringan baik
tubuh
Menunjukkan
Faktor yang
pemahaman dalam
berhubungan :
proses perbaikan

peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign


NIC
Pressure management
Anjurkan px untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
Hindari kerutan pada
tempat tidur
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Mobilisasi px (ubah
posisi px) setiap 2jam
sekali
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Oleskan lotion atu
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
26

Eksternal :
Zat kimia,
radiasi
Usia yang
ekstrim
Kelembab
an
Hiperterm
ia,
hipotermi
a
Faktor
mekanik
(mis.,gaya
gunting
[shearing
force]
Medikasi
Lembab
Imobilitas
i fisik
Internal
Perubahan
status
cairan
Perubahan
pigmentas
i
Perubahan
turgor
Faktor
perkemba
ngan
Kondisi
ketidaksei
mbangan
nutrisi
(mis.,obes
itas,
emasiasi)
Penurunan

kulit dan mencegah


terjadinya cedera
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

Monitor aktivitas dan


mobilisasi px
Monitor status nutrisi
px
Memandikan px
dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
jahitan, klip atau
straples
Monitor proses
kesembuhan area insisi
Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi
kapas steril
Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis acces maintenence

27

3.

imunologi
s
Penurunan
sirkulasi
Kondisi
gangguan
metabolik
Gangguan
sensasi
Tonjolan
tulang

Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman
sensori yang tidak
menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau
potensial atau
digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian
rupa (international
association for the study
of pain):
Awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari
intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau

NOC

NIC

Pain level
Pain control
Comfort level

karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan

menggunakan tehnik

faktor presipitasi
Observasi reaksi

untuk mengurangi

nonverbal dari

nyeri, mencari

ketidaknyamanan
Gunakan tehnik

bantuan)
Melaporkan bahwa

komunikasi terapeutik

nyeri berkurang

untuk mengetahui

dengan menggunakan
managemen nyeri
Mampu mengenali
intensitas, frekuensi,

makan
Perubahan

termasuk lokasi,

nyeri, mampu

berlangsung <6bln.
Perubahan selera

komprehensif

nyeri (tahu penyebab

nonfarmakologi

Lakukan pengkajian
nyeri secara

Mampu mengontrol

nyeri (skala,

Kriteria Hasil:

diprediksi dan
Batasan Karakteristik :

Pain management

dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.

pengalaman nyeri

pasien.
Kaji kultur yang
mempengarui respon

nyeri
Evaluasi pengalaman

nyeri massa lampau


Evaluasi bersama
pasien dan tim
28

kesehatan lain tentang

tekanan darah
Perubahan

frekuensi jantung
Perubahan

kontrol nyeri masa

frekuensi

pernafasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi
(mis : berjalan

ketidakefektifan

keluarga untuk
mencari dan

menemukan dukungan
Kontrol lingkungan

mondar-mandir

yang dapat

mencari orang

mempengarui nyeri

lain dan atau

seperti suhu ruangan,

aktifitas lain,

pencahayaan dan

aktivitas yang

kebisingan.
Kurangi faktor

presipitas nyeri
Pilih dan lakukan

berulang)
Mengekspresikan
perilaku (mis :

penanganan nyeri

gelisah,

(farmakologi, non

merengek,

lampau
Bantu pasien dan

menangis)
Masker wajah
(mis: mata kurang

farmakologi, dan inter

nyeri untuk

bercahaya,
tampak kacau,

menentukan intervensi
Ajarkan tentang tehnik

non farmakologi
Berikan analgetik

gerakan mata
berpancar atau
tetap pada satu

fokus meringis)
Sikap melindungi

nyeri
Fokus menyempit
(mis: gangguan

personal)
Kaji tipe dan sumber

untuk mengurangi

nyeri
Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
29

persepsi nyeri

keluhan dan tindakan

hambatan proses
berfikir,

pasien tentang

interaksi dengan

manajemen nyeri.
Analgesic

administration
Tentukan lokasi,

lingkungan)
Indikasi nyeri

karakteristik, kualitas,

yang dapat

dan derajat nyeri

diamati
Perubahan posisi
untuk
menghindari

nyeri
Sikap tubuh

melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri

secara verbal
Gangguan tidur

sebelum pemberian

berhubungan:
Agen cidera (mis:

psikologis)

dosis, dan frekuensi.


Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari

satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung

biologis, zat
kimia, fisik,

obat.
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,

Faktor yang

nyeri tidak berhasil


Monitor penerimaan

penurunan
orang dan

tpe dan beratnya nyeri


Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian dan dosis

optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri

secara teratur
Monitor vital
30

signsebelum dan
sesudah pemberian

analgesik pertama kali.


Berikan analgesik
tepat waktu terutama

saat nyeri hebat


Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.

4.

Gangguan citra tubuh

NOC:

NIC:
Citra tubuh: persepsi
yang positif terhadap

Tentukan harpan

penampilan dan

pasien tentang

fungsi tubuh sendiri


Kontrol pikir yang

gambaran tubuh

didistorsi:

perkembangan
Tentukan apakah

kemampuan untuk

berdasarkan tahap

menahan diri

perubahan fisik saat

terhadap gangguan

ini telah dikaitkan ke

pada persepsi, proses

dalam citra tubuh

pikir dan isi pikir.

pasien
Identifikasi budaya,

Kriteria Hasil:

Pencapaian citra tubuh:

agama, ras, jenis

Gangguan citra tubuh

kelamin, dan usia dari

berkurang yang

orang penting bagi

ditunjukkan dengan

pasien menyangkut

citra tubuh yang


positif, tidak ada
keterlambatan pada

pernyataan yang

perkembangan anak,
secara konsisten

citra tubuh
Pantau frekuensi

mengkritik diri
Dengarkan

menunjukkan distorsi

pasien/keluarga secara

kontrol pikir, resolusi

aktif san akui realitas


31

berduka.
pengakuan terhadap

adanya perhatian

perubahan aktual

kemajuan dan

pada penmpilan

prognosis
Berikan perawatan

buruk
memelihara

terhadapa perawatan,

dengan cara tidak

hubungan sosial yang

menghakimi, pelihara

dekat dan hubungan

privasi dan martabat

personal.

pasien.
Beri dorongan kepada
pasien untuk:
- Pertahankan
kebiasaan
berpakaian seharihari yang rutin
-

dilakukan
Mengungkapkan
perhatian tentang
hubungan personal

yang dekat
Mengungkapkan
konsekuensi
perubahan fisik
dan emosional
yang dapat
mempengaruhi

konsep diri
Identifikasi cara-cara
untuk mengurangi
dampak dari segala
kesalahan
penggambaran melalui
berpakaian, rambut
32

palsu, atau kosmetik,


sesuai dengan
kebutuhan
5.

Kurang Pengetahuan

NOC :

NIC :

Definisi :

Kowlwdge : disease process

Tidak adanya atau

Kowledge : health Behavior

kurangnya informasi

KriKriteria Hasil :

kognitif sehubungan

Teaching : disease Process

Berikan penilaian
tentang tingkat

Pasien dan keluarga

pengetahuan pasien

dengan topic spesifik.

menyatakan

tentang proses

Batasan karakteristik :

pemahaman tentang

memverbalisasikan

penyakit, kondisi,

penyakit yang spesifik


Jelaskan patofisiologi

adanya masalah,

prognosis dan

dari penyakit dan

ketidakakuratan

program pengobatan
Pasien dan keluarga

bagaimana hal ini

perilaku tidak sesuai.

mampu

anatomi dan fisiologi,

Faktor yang berhubungan

melaksanakan

dengan cara yang

: keterbatasan kognitif,

prosedur yang

interpretasi terhadap

dijelaskan secara

tepat.
Gambarkan tanda dan

informasi yang salah,

benar
Pasien dan keluarga

gejala yang biasa

mampu menjelaskan

dengan cara yang tepat


Gambarkan proses

mengikuti instruksi,

kurangnya keinginan
untuk mencari informasi,
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi.

kembali apa yang

berhubungan dengan

muncul pada penyakit,

penyakit, dengan cara

dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara

yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara

yang tepat
Hindari harapan yang
33

kosong
Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara

yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses

pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan

terapi atau penanganan


Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau

diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan

cara yang tepat


Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,

dengan cara yang tepat


Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
34

melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superfisial
(hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). pioderma
memang kebanyakan menyerang anak-anak namun orang dewasa juga dapat
35

mengalaminya. Ada beberapa jenis pioderma, dimana tiap jenisna memiliki ciri-ciri dan
juga pengobatan yang berbeda. seseorang dapat terkena pioderma jika ia memiliki
hygiene yang buruk, kondisi kesehatan yang menurun, dan juga tinggal di lingkungan
yang kotor. Tanda dan gejala pioderma meliputi gatal, nyeri, kulit kemerahan, dan juga
terdapat benjolan yang didalamnya berisi nanah. pada tahap yang sudah parah,
penderitanya dapat mengalami demam, nyeri, dan malaise. Prognosis penyakit ini
umumnya baik, namun dapat memburuk jika perawatan hygiene kurang baik. Asuhan
keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan pioderma meliputi pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan terakhir

4.2 Evaluasi
Saran Diharapkan kepada mahasiswa perawat agar lebih memahami konsep dasar
penyakit Pioderma dan konsep dasar asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa serta mempersiapkan mahasiswa dalam
menghadapi pasien dengan pioderma

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/187177589/askep-PIODERMA-utik
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA
NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.

36

37

Anda mungkin juga menyukai