Blok 28-Intoksikasi Solvent

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Diagnosis dan Pencegahan pada Kasus Intoksikasi Bahan Pelarut

PENDAHULUAN
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan penyakit
yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun
rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan.1
PAK dapat timbul akibat terpajan factor fisik, biologi, kimia atau psikososial di tempat
kerja. Bahan pajanan kimia dapat dalam bentuk zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
Manakala cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa.
Demikian pula solvent yang banyak digunakan di pabrik sepatu seperti dalam kasus ini.
Bahan ini secara cepat atau lambat dapat memberi dampak negative terhadap kesehatan. 1 Oleh
itu pencegahan harus dilaksanakan pada individu tenaga kerja yang belum terkena PAK dan jika
pada individu yang beresiko, harus di diagnosis dengan lebih awal secara menyeluruh dengan
diagnosis okupasi supaya tidak bertambah parah.

DIAGNOSIS OKUPASI
Untuk menentukan suatu kejadian dikatakan penyakit akibat kerja atau bukan digunakan
7 langkah diagnosa okupasi seperti berikut :
1. Diagnosis klinis
1

Anamnesis
Anamnesis memiliki peran penting untuk mengetahui diagnosa klinis pada pasien dengan
gejala tertentu, pada kasus okupasi anamnesis seputar pekerjaan pasien perlu lebih
ditekankan. Untuk memperoleh anamnesis pekerjaan yang terarah maka pertanyaan harus
difokuskan pada hal-hal yang penting secara sistematik , dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
o
o
o
o
o
o

Nama pasien :
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Karyawan di pabrik sepatu di bagian produksi
Keluhan utama : Sering pusing sejak 1 bulan terakhir
Keluhan penyerta : Sulit konsentrasi saat bekerja dan sulit tidur
Riwayat penyakit sekarang : Pasien tidak memiliki masalah psikologis dengan

atasan maupun dengan rekan sekerja.


o Riwayat penyakit dahulu : o Riwayat keluarga : o Riwayat pekerjaan : Di pabrik sepatu bagian yang merekat bagian bawah sepatu
menggunakan lem yang disediakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilaksanakan seperti pada penyakit umum lainnya, yaitu pemeriksaan
fisik secara umum dengan menitikberatkan pada pemeriksaan sistem organ yang
diperkirakan terpengaruh akibat pajanan zat zat kimia yang diduga menjadi etiologi
penyakit akibat kerja, misalnya garis timah hitam pada intoksikasi timah hitam,
pembesaran hati akibat pajanan toluena, dan pembesaran limpa karena intoksikasi bensin.
Hasil pemeriksaan kasus, PF dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang
Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis laboraturium.
Dapat diperiksa darah lengkap, urin dan pernapasan. Perubahan kondisi fisik dan sistem
tubuh yang dapat dinilai

melalui pemeriksaan fisik laboraturium. Misalnya

elektrokardiogram.
WD : Vertigo
2

DD : Fatigue
2. Pajanan yang di alami
Langkah kedua dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan
menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah mencari tahu pajanan yang dialami
oleh pasien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Pajanan yang dinilai haruslah
meliputi pajanan yang dialami saat ini dan juga pajanan yang dialami sebelumnya.
Informasi mengenai pajanan yang dialami oleh pasien boleh didapatkan melalui
anamnesis.1
o Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
o
o
o
o
o
o
o
o

kronologis : Merekat bagian bawah sepatu


Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan : 8 jam sehari
Bahan yang diproduksi : Sepatu
Materi (bahan baku) yang digunakan : Solvent Metil Etil Keton, toluene
Jumlah pajanannya
Pemakaian alat perlindungan diri (masker) : Tidak memakai APD
Pola waktu terjadinya gejala
Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label,
dan sebagainya)

3. Hubungan pajanan dengan penyakit


Langkah ketiga dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan
menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mecari tahu hubungan pajanan
yang dialami oleh pasien dengan penyakit. Langkah ini dimulai dengan identifikasi pajanan
yang ada, lalu dicari apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami pasien
tersebut. Hubungan antara pajanan dan penyakit ini haruslah didukung oleh bahan ilmiah seperti
literature atau penelitian. Seandainya belum ada bahan ilmiah yang mampu membuktikan
hubungan antara pajanan dan penyakit, seorang dokter boleh menggunakan pengalaman yang
ada padanya untuk menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit.

Dalam kasus ini seorang laki-laku berusia 30 tahun mempunyai keluhan sering
pusing, sulit konsentrasi dan sulit tidur. Oleh karena pajanan dalam kasus ini adalah MEK atau
toluene, jadi harus di cari apakah MEK menimbulkan efek seperti keluhan tersebut.
Meti Etil Keton merupakan salah satu jenis pelarut dalam dunia industri. Banyak pelarut
yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan, antara lain proses ekstraksi: minyak
makan, minyak wangi, bahan farmasi, pigmen dan produk-produk lainnya dari sumber alam.
Menghilangkan lemak merupakan satu contoh penggunaan solven untuk menghilangkan bahanbahan yang tidak diinginkan. Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian penyalut
(coating) pada adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer). Solven-solven ini mudah
menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer setelah penggunaan.2,3
Kebanyakan solven adalah depresan susunan syaraf pusat. Mereka terakumulasi di dalam
material lemak pada dinding syaraf dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan
seseorang terpapar atau terinhalasi, maka fikiran dan tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi
yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Keluhan lain juga
termasuk pusing, mual, dan kebingungan. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawasenyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat depresan yang
lebih besar.
Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi
kulit digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari
epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding sel juga
merupakan suatu factor memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit
pada akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul pemanah.
Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit

4. Apakah pajanan cukup besar


Bukti Kualitatif
Buki kualitatif meliputi beberapa hal seperti cara dan proses kerja, lama kerja dan lingkungan
kerjanya.
4

Lingkungan Kerja
Pasien bekerja di pabrik sepatu bagian produksi yang merekat bottom sole dengan
menggunakan solvent yang mungkin mengandungi MEK dan toluene.

Tempoh jam bekerja


Pasien ini terpapar terhadap pajanan tersebut selama 8 jam sehari dalam tempoh 18
tahun.

Pemakaian APD.
Berdasarkan kasus pasien tidak memakai APD ketika melakukan pekerjaanya seperti

masker. Ini meningkatkan lagi kemungkinan pajanan solvent terhadap pasien ini.
Jumlah pajanan
Untuk jumlah pajanan diperlukan pengukuran langsung besarnya pajanan di tempat kerja
pasien dengan biological monitoring . Nilai ambang batas bagi MEK adalah 200 bds. 4

5. Peranan faktor individu


Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan yang dapat

mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD?


Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan

penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.


Apakah gejala hanya pada pasien ini sahaja tau juga pada teman sekerja?

Factor individu mencakup status kesehatan fisik pasien, factor kesehatan mental pasien dan
higinis perorangan pasien.2 Berdasarkan kasus, tidak dijelaskan adanya pajanan factor
individu. Dan dalam anamnesis diketahui bahwa : pasien tidak memiliki masalah psikologis
dengan atasan maupun dengan rekan sekerjanya.
6. Faktor lain selain pekerjaan
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Riwayat adanya pajanan
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah penderita mengalami pajanan lain
yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah pasein mempunyai kerja
tambahan? Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
5

7. Diagnosis okupasi
Langkah terakhir dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan
menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah penarikan diagnosis okupasi
berdasarkan hasil dari langkah pertama sampai langkah ke enam. Penarikan diagnosis
haruslah berdasarkan pada bukti ilmiah dapat dibagi atas : 5,6
1. Penyakit Akibat kerja (PAK) atau Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
2. Penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja
3. Belum dapat ditegakkan
4. Bukan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang
pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut
pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit
telah

ada

pada

waktu

yang

sama

tanpa

tergantung

pekerjaannya,

tetapi

pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.


Berdasarkan hasil dari pendekatan klinis dan 6 langkah di atas, dapat ditarik bahwa laki-laki
berusia 30 tahun tersebut mengalami intoksikasi pelarut metil etil keton akibat kerja.

WORKING DIAGNOSIS
Vertigo et causa Intoksikasi Metil Etil Keton
Dalam dunia industri, penggunaan zat kimia hampir tidak dapat dihindarkan. Seperti pada
kasus ini seseorang yang mengeluh sering pusing yang diduga akibat dari paparan zat kimia
yang digunakan di tempat kerjanya yakni pabrik sepatu pada bagian pengeleman. Pada lem
ataupun cat terdapat pelarut yang digunakan atau dikenal dengan istilah solven. Solven ini
6

sendiri terdapat banyak ragam seperti benzene, metil asetat, etil asetat dan toluene. MEK
merupakan zat kimiawi hidrokarbon aromatik yang sering diguna sebagai industri pelarut
dalam memproduksi cat warna, bahan kimiawi, obat obatan, getah dan sebagainya. Pada
suhu kamar, MEK adalah tidak berwarna, berbau manis dan mudah menguap. Tahap
konsentrasi MEK yang dibenarkan di tempat kerja yaitu 200ppm. Tahap konsentrasi MEK
yang melebihi 500ppm dianggap akan mengancam kesehatan tenaga kerja.4

GEJALA KLINIS
Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Syaraf Pusat. Mereka terakumulasi di dalam
material lemak pada dinding syaraf dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan
seseorang terpapar, maka fikiran dan tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah
cukup tinggi, akan menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang
polar dan senyawa-senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki
sifat depresan yang lebih besar.
Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi
kulit digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin
dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding sel
juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti
inflammasi. Kulit pada akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan roam
dan bisul pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit.4

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit akibat kerja tidak semata-mata dilakukan dengan mengatasi
kesembuhan penyakit penderita, tetapi juga harus dapat menjamin pekerja dapat kembali bekerja
secepatnya, pada kasus ini pasien mengeluh sakit kepala yang berputar dan didagnosis vertigo,
maka pengobatan disesuaikan untuk mengobati vertigonya seperti pemberian Flunarizin 10 mg
Proklorperazin 5 mg ataupun Betahistin 3 mg. Dapat juga dilakukan beberapa manuver seperti
Brandt-Darrof dan Eppley manouver untuk meringankan gejala vertigo.
7

Pada beberapa keadaan akut, MEK maupun zat kimia lainnya dapat mengakibatkan keracunan
akut. Penanggulangan keracunan perlu dilakukan untuk kasus akut maupun kronis. Kasus akut
lebih mudah dikenal sedangkan kasus kronis lebih sulit dikenal. Pada kasus kecacunan akut,
diagnosis klinis perlu segera dibuat. Ini berarti mengelompokkan gejala-gejala yang diobservasi
dan menghubungkan dengan golongan xenobiotik yang memberi tanda-tanda keracunan tersebut.
Hal ini tentu membutuhkan pengetahuan luas tentang suatu toksis semua zat kimia. Tindakan
dini dapat dilakukan sebelum penyebab pasti dari kasus diketahui, karena sebagian besar
keracunan dapat diobati secara simtomatis menurut kelompok kimianya.8
Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah sakit) dengan
sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air saja). Jangan
menggunakan zat pembersih lain selain air.
Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan buatan
sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit terdekat. Bila tandatanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak dibenarkan meniup ke dalam
mulut penderita.
Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita bila sadar.
Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan sampai melukai !).
Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa kasusnya tidak
berbahaya.
Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan kepada
rumah sakit yang merawatnya.

PENCEGAHAN
Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:

Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur (masker, sarung tangan)

Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut

Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan

Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti berikut ini:7,8
8

a. Pencegahan Pimer Health Promotion

Perilaku kesehatan - hygiene

Perilaku kerja yang baik

Olahraga

Gizi

b. Pencegahan Skunder Specific Protection

Pengendalian melalui perundang-undangan

Pengendalian administratif/organisasi: rotasi bagian tugas/pembatas jam


kerja atau pengaturan waktu pemaparan yaitu sesuai waktu pemaparan
dengan nilai ambang batas solvent.

Pengendalian teknis:
1. Penyelenggaraan latihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua
tenaga kerja. Pada latihan ini perlu dijelaskan tentang bahaya lingkungan
kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Manfaat pemakaian alat
pelindung diri serta cara-cara pemakaian pemeliharaannya dan
pengenalan material safety data sheet ( MSDS ).
2. Substitusi bahan kimia yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
3. Eliminasi bahan kimia yang berbahaya jika memungkinkan.
4. Rekayasa teknik seperti pemasangan exhaust fan agar terjadi pertukaran
udara yang baik.

Pengendalian jalur kesehatan imunisasi

c. Pencegahan Tersier

Pemeriksaan kesehatan pra-kerja

Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan lingkungan secara berkala

Surveilans

Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja

Pengendalian segera ditempat kerja. Dalam pengendalian penyakit akibat


kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah deteksi dini, sehingga
pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan demikian, penyakit
bisa pulih tanpa menimbulkan kecacatan. Sekurang-kurangnya, tidak
menimbulkan kecacatan lebih lanjut. Pada banyak kasus, penyakit akibat
kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat.

Ada dua faktor yang membuat penyakit mudah dicegah.


a. Bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur, dan dikontrol.
b. Populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta
dilakukan pengobatan.
KESIMPULAN
Zat pelarut atau solven sangat bermanfaat bagi manusia terutama bagi bidang industri.
Namun disisi lain zat kimia tersebut juga mempunyai dampak buruk terhadap manusia.
Maka dari itu peran dari management perusahaan beserta dokter untuk mengontrol
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya sangatlah penting. Pencegahan mulai
dari penyuluhan hingga menggunakan APD juga sangat dianjurkan demi kesehatan dan
kesejahteraan pekerjanya dimana yang akan berdampak positif pada perusahaan itu
sendiri. Hasil dari diagnosis okupasi bahwa laki-laki 30 tahun tersebut mengalami vertigo
et causa intoksikasi Metil Etil Keton. Oleh itu, hipotesis diterima.
10

DAFTAR PUSTAKA
1. Badraningsih L, Enny ZK. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2013
2. Efendy DLP, Keracunan bahan organic dan gas dan pencegahannya di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara. 2007
3. Jusran A. Penelitian hubungan pajanan pelarut MEK dengan gejala dini neurotoksik pada
pekerja di perusahaan X. 2006
4. Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nilai ambang batas factor fisika dan factor
kimia di tempat kerja. Republik Indonesia. 2011
5. Characteristics of Toluene. Cited on 25

Oct

2016.

Available

from

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/TOLUENE#section=Chronic-Effects
6. Alli BO. Fundamental principles of occupational health and safety. Geneva. 2008
7. About Methyl Ethyl Ketone and Toluene. Cited on 25 OCT 2016. Available from :
http://www.ilo.org/dyn/icsc/showcard.display?p_card_id=0179
8. Susan R. Toxicological review of methyl ethyl ketone. US Enviromental Protecion
Agency. Washington DC. 2006

11

Anda mungkin juga menyukai