Laporan Praktikum Parasitologi Cacing Tambang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Cacing tambang

1. Definisi
Ankilostomiasis adalah penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale. Sedangkan nekatoriasis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh Necator
americanus. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang.Infeksi
paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan
yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina dan
Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika.
Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena
menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia.
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus, Ancylostoma
duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma caninum,
Ancylostoma malayanum. Penyakitnya disebut juga ankilostomiasis, nekatoriasis,
unseriasi.1
Parasit penyebabnya adalah Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Toxonomi: 2
Sub kingdom : Metazoa
Phylum
: Nemathelminthes
Kelas
: Nematoda
Sub kelas
: Phasmidia
Ordo
: Rhabditida
Super famili
: Ancylostomaidea dan Necator
Genus
: Ancylostoma dan Necator
Spesies
: A. Duodenale dan N. Americanus
2. Morfologi
Seacara garis besar tidak ada perbedaan morfologi telur Ancylostoma duodenale dengan
telur Necator americanus. Telur memiliki karakteristik :3
1) Ukuran 55x53
2) Bentuk oval
3) Dinding telur selapis yang transparan dari bahan hialin
4) Sel telur yang belum berkembang tampak seperti kelompak bunga, berisi 4-8 sel telur
5) Stadium akhir telur berisi larva

Gambar 1. Telur cacing tambang


Cacing dewasa Ancylostoma duodenale memiliki panjang badan 1 cm, menyerupai huruf
C, dibagian mulutnya terdapat dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa
kopulatriks pada bagian ekornya. Sedangkan cacing betina ekornya runcing.
Cacing dewasa Necator americanus memiliki panjang badan 1 cm, menyerupai huruf S.
bagian mulutnya mempunyai benda kitin. Cacing jantan mempunyai bursa kopulaptriks
pada bagian ekornya. Sedangkan cacing betina ekornya runcing. Larva rabditiformnya
memiliki panjang 250 mikron, rongga mulut panjang dan sempit, esophagus dengan dua
bulbus dan menempati 1/3 panjang badan bagian anterior. Sedangkan larva filariform,
panjangnya 500 mikron, ruang mulut tertutup, esophagus menempati panjang badan
bagian anterior.4

3. Siklus Hidup

4. Patologi dan gejala klinis


a. Stadium Larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perbahan kulit
yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
b. Stadium Dewasa
Gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing, serta keadaan gizi penderita (Fe dan
Protein). Tiap cacing Ancylostoma duodenale menyebabkan kehilangan darah sehari.
Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak
menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.4
5. Diagnosa
Laboratorium ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Untuk
membedakan spesies A. duodenale dan N. americanus dapat dilakuka biakan tinja
dengan cara Harada-Mori.4
6. Penatalaksanaan
Pengobatan adalah dengan menggunakan salah satu dari albendazol, levamisol,
mebendazol, dan pirantel pamoat dosis tunggal.5
7. Pencegahan dan Edukasi

Di Indonesia prevalensi askaris tinggi, terutama terjadi pada anak-anak.


Frekuensinya antara 60% sampai 90%. Kurang disadarinya pemakaian jamban
keluarga oleh masyarakat dapat menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja
disekitar halaman rumah, dibawah pohon dan ditempat-tempat pembuangan
sampah. Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang
mempunyai kelembapan tinggi. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi bentuk
infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Onggowaluyo, Jangkung Samidjo, 2001, Parasitologi Medik (Helmintologi)
Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnostik dan Klinik, EGC, Jakarta.
2. Jeffrey H.C, Leach, R.M, 1993, Atlas Helmintologi dan Parasitologi Kedokteran, EGC,
Jakarta.
3. Tim Penyusun Biomedik. Buku Petunjuk Praktikum Biomedik Blok 20. Semarang :
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2016.
4. Margono SS, Abidin AN. Nematoda usus. Dalam: Gandahusada S, Ilahude HHD,
Pribadi W, ed. Parasitologi kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.
5. Crompton DWT. The public health importance of hookworm disease. Parasitology
2000; 121:S39-S50.
6. Departemen Kesehatan RI, 2004, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Cacingan.

Anda mungkin juga menyukai