Prancangn Kopling Vario
Prancangn Kopling Vario
Prancangn Kopling Vario
PENDAHULUAN
Kelompok
berupa:
Mekanisme
kopling,
Mekanisme starter.
1
Mekanisme
gear,
Transmisi,
1.3 Permasalahan
1.4 Manfaat
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Kopling
Kopling adalah salah satu bagian yang mutlak diperlukan dari mobil dan
sepeda motor dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran didalam
silinder mesin. Pada tahapan pertama mesin dihidupkan tanpa digunakan tenaganya,
oleh karena itu
kemudian memindahkan tenaganya berlahan-lahan dan mesin juga harus bebas atau
tidak berhubungan bila mengganti posisi gigi transmisi.
Oleh karena itu maka diperlukan pemasangan kopling yang letaknya diantara
mesin dan transmisi yang berfungsi untuk menghubungkan dan membebaskan
putaran mesin. Bila tenaga dari suatu mesin yang sedang berputar dipindahkan
keroda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, maka kendaraan akan
melompat apabila tenaga terlalu besar dan mesin akan mati bila tenaganya terlalu
kecil. Untuk memungkinkan mesin dapat hidup diperlukan kopling yang dapat
memindahkan tenaga dengan perlahan-lahandan setelah sebagian besar tenaga
pindah maka pemindah tenaga akan berlangsung tanpa terjadinya slip (tergelincir),
sehingga motor dapat bergerak dengan lembut.
2.2 Jenis-jenis Kopling
Kopling adalah Suatu elemen mesin yang digunakan sebagai penerus putaran
dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakan secara pasti (tanpa terjadinya
slip).
2.2.1 Kopling Tetap
Definisi :
3
Suatu elemen mesin yang digunakan sebagai penerus putaran dan daya dari
poros penggerak ke poros yang digerakan secara pasti (tanpa terjadinya slip), dimana
sumbu kedua poros tersebut terletak pada suatu garis lurus atau dapat sedikit berubah
sumbunya.
2.2.2 Kopling Tidak Tetap
Definisi :
Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan
daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaaan
diam maupun berputar.
Kopling centrifugal
Kopling cetrifugal adalah kopling yang beroperasi secara otomatis dengan
gerakan memutar melalui sisi samping. Mekanisme kerja kopling centrifugal adalah
saat putaran mesin lambat, kanvas belum mengembang, masih tertahan oleh pegas.
Rumah kopling yang berhubungan dengan kopling sekunder pun belum bergerak.
Begitu digas dan putaran mesin bertambah tinggi, gaya sentrifugal pada kopling
centrifugal pun bekerja. Kanvas akan mengembang mendekati rumah kopling.
Akhirnya kedua komponen ini akan merapat dan saling mengunci.
Cara kerja centrifugal dalam kopling primer diterapkan pada kanvas kopling.
Itu sebabnya kopling primer sering disebut juga sebagai kopling centrifugal.
Arus tenaga yang berasal dari poros engkol akan disalurkan ke kopling
sekunder. Cara kerja kopling sekunder ini sama dengan model konvensional. Letak
kopling sekunder berada pada poros gigi utama. Antara kopling primer dengan
kopling sekunder dihubungkan melalui drive gear.
Ketika putaran mesin beralih lambat akibat pengendara mengurangi grip
gasnya, kanvas dan rumah kopling merenggang. Arus tenaga dari poros engkol pun
terputus. Saat itu adalah kondisi yang tepat untuk melakukan perpindahan gigi.
Perpindahan gigi pada saat putaran mesin tinggi akan mengakibatkan ausnya
komponen kopling.
Karena proses kerjanya yang berdasarkan putaran mesin atau rpm itu, kopling
ganda juga disebut sebagai kopling otomatis. Pengendara bebek tidak perlu repot lagi
4
menekan handle kopling secara manual untuk memutuskan dan meneruskan arus
tenaga. Semuanya sudah diatur secara langsung oleh kopling primer.
2.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perencanaan Kopling
Dalam merencanakan sebuah kopling, baik koplig tetap maupun tidak tetap,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kopling harus ringan, sederhana dan mempunyai garis tengah yang sekecil
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mungkin.
Dalam hal pemasangan harus mudah dan cepat.
Garis sumbu poros yang hendak disambung harus berderet dengan cepat.
Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada sumbu poros.
Kopling harus dala keadaan seimbang dinamik, kalau tidak akan berayun.
Tidak ada atau sedikit mungkin bagian yang menonjol.
Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil.
Dapat mencegah pembebanan lebih.
Terdapat sedikit kemungkinan gerakan aksial poros sekitarnya, terjadi pemuaian
karena panas dan sebagainya.
Pada saat putaran langsam torsi dalam skala rendah yang ditunjukkan dengan
warna garis putus-putus tanda panah merah yang berukuran kecil dari crankshaft (7)
di teruskan ke V-belt (8). Karena kopling centrifugal pada pulley sekunder (4) dan
(3) belum berhubungan, sehingga putaran pada pulley primer (1) dan (2) belum dapat
diteruskan ke roda belakang (6).
Pada saat mulai berjalan putaran mesin bertambah kurang lebih 3.000 rpm,
maka torsi skala kecil dari crankshaft (7) ke V-belt (8) yang mulai membesar dan
ditunjukan pada garis tanda panah merah dari putus-putus saat langsam berubah
menjadi garis tanda panah merah yang tidak putus-putus. Karena adanya torsi yang
semakin membesar pada pulley sekunder, akibatnya sepatu kopling (4) mulai
menyetuh rumah kopling (3) dan mulai terjadi tenaga gesek akibat dari gaya
centrifugal yang bertambah kuat dibandingkan dengan tarikan pegas sehingga torsi
dari kruk as (7) bisa diteruskan ke poros sekunder (5) kemudian ke roda belakang
(6). Dalam kondisi ini V-belt (8) di bagian pulley primary (2) pada posisi diameter
dalam (kecil) yang ditunjukkan oleh tidak adanya pergerakan pada roller (1) terhadap
pulley dan di bagian pulley secondary pada posisi luar (besar) sehingga
menghasilkan perbandingan putaran / torsi yang besar nenyebabkan roda belakang
(6) mudah berputar. Sepatu kopling centrifugal mulai mengembang dari putaran
2.550 ke 2.950 rpm. Kopling terkopel penuh pada putaran 4.700 ke 5.300 rpm.
c.
Putaran Menengah
Pada saat putaran menengah torsi dari crankshaft (7) bertambah kuat yang
ditunjukkan dengan garis tanda panah merah yang semakin membesar pada V-belt
(8), Roller (1) pada pulley primary (2) mulai bergerak keluar karena gaya centrifugal
dan menekan primary sliding sheave (2) system fixed sheave (piringan pulley yang
diam) dan menekan V-belt (8) kelingkaran luar dari pulley primary (2) sehingga
menjadikan diameter pulley primary (2) membesar dan menarik pulley secondary ke
diameter yang lebih kecil.
Ini dimungkinkan karena panjang V-beltnya (8) tetap. Akhirnya diameter
pulley primary (2) membesar dan diameter pulley secondary mengecil sehinggga
diameter pulley secondary menjadi sama besar dengan diameter pulley primary, pada
akhirnya putaran dan kecepatan juga berubah dan bertambah cepat menuju ke poros
sekunder (5) lalu diteruskan ke roda belakang (6).
d. Putaran Tinggi
Pada saat putaran mesin lebih tinggi lagi dibandingkan putaran menengah
maka torsi dari cranksfat (7) semakin besar yang ditunjukkan oleh garis tanda panah
merah yang besar dan tebal, maka gaya keluar pusat dari Roller (1) semakin
bertambah. Sehingga semakin menekan V-belt (8) ke bagian sisi luar dari pulley
primary (2) dengan diameter pulley primary yang membesar dan diameter pulley
secondary semakin mengecil. Selanjutnya akan menghasilkan perbandingan putaran
yang semakin tinggi.
Jika pulley secondary semakin melebar , maka diameter V-Belt pada pulley
primary semakin besar, sehingga menghasilkan perbandingan putaran yang semakin
meningkat.
Diameter x Langkah
: 50 x 55 mm
Volume Silinder
: 108 CC
Perbandingan Kompresi
: 10,7 : 1
Daya maksimum
Torsi maksimum
Susunan Silinder
: Tunggal
Kopling
Stater
Busi
2.6.2 Kapasitas
Kapsitas Tangki
Transmisi
: Otomatis, V-Matic
Kelistrikan
Sistem Pengapian
: DC-CDI, Baterai
: 1.273 mm
: 128 mm
Berat Kosong
: 99,3 kg
10
: Tulang Punggung
: Teleskopik
Rem Depan
Rem Belakang
Tromol
Sistem Pengereman
Standar
11
Keterangan:
1. O-ring
2. Rumah kopling
3. Clutch carrier
4. Per
16. washer
5. Dudukan per
17. spacer
6. Seal oli
7. O-ring
21. slider
11. V-belt
23. gasket
12
13
Dimana :
a = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
b = kekuatan tarik bahan poros, kita ambil bahan baja
nikel horm molibben (JIS G 4103) dengan lambang
SNCM 25 dengan kekuatan tarik (110 kg/mm2)
S1 = factor koreksi keamanan untuk bahan diambil 6 (dari alur pasak)
S2 = factor koreksi keamanan untuk tegangan diambil 2 (dari alur pasak)
2.8.5 Perhitungan Diameter Poros ds1, ds2 (mm)
Dimana :
ds1 = diameter poros penggerak (mm)
ds2 = diameter poros yang digerakkan(mm)
14
V < 30 (m/dt)
Jika hasilnya lebih kecil dari 30 (m/dt) maka di anggap baik.
2.8.9 Jarak Sumbu Poros C (mm)
(mm)........................................................................)
15
Dimana :
L3 = perhitungan Panjang Keliling (cm3)
E = diasumsikan 622,80 (kg.m/hub)
W = laju keausan permukaan bidang gesek (cm3/kg.m)
L3 = 96,6 cm3
Jika paduan sinter besi dipakai sebagai bahan permukaan, maka :
W = (8-4) x 10-8 cm3/kg.m..ref table 3.4
Maka diambil 4 x 10-8 cm3/kg.m
Dimana :
Nmd = umur plat gesek dalam satu tahun
Nmt = jumlah hubungan dalam satu tahun
Nml = umur plat gesek untuk satu kali hubungan
16
BAB III
PERHITUNGAN DATA
18
= 1400 Rpm
Sehingga : T2 = 9,74 x 102.6,02/1400 rpm
= 4,188 (kg.mm)
3.1.4 Perhitungan Tegangan Geser Yang Diijinkan
(Kg/mm2)
Sehingga : ds2 =
ds2 = 11,64264 mm
3.1.6 Diameter Luar Puli dk, Dk (mm)
Diameter luar puli dk
dk = Dmin + 2 x k1 (mm)
Dimana : Dmin = diameter puli penampang sabung V- Belt standart type A
= 150 mm
k1 = faktor koreksi
= 1 ( tabel 5.2 Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978)
Sehingga : dk = 150 mm + 2 x 1
dk = 152 mm
20
Sehingga :
V = 9,5456 m/dt
V < 30 (m/dt)
V = 9,5456 m/dt < 30 m/dt, maka dianggap baik.
21
22
Satu tahun
Frekuensi penghubung
= 360 hari
= 4 hb/menit
23
Sehingga :
= 4,1 tahun
Jadi umur plat geseknya adalah 4,1 tahun. Maka kampas kopling harus
diganti setiap 4,1 tahun atau 1746 hari, jika kopling dioperasikan selama 6 jam dalam
satu hari dengan frekuensi penghubungan 4 hb/menit dan dalam satu tahun adalah
360 hari.
3.2 Rangkuman
Dari hasil perhitungan pada kopling Honda Vario Techno 125 FGM-FI maka
didapat:
1. Daya yang direncanakan, Pd = 7,644 Kw
2. Momen puntir poros:
a. Poros penggerak, T1 = 4,87 kg.mm.
b. Poros yang digerakkan, T2 = 4,188 kg.mm.
3. Diameter poros puli:
a. Poros puli penggerak, ds1 = 13,5386 mm.
b. Poros puli yang digerakkan, ds2 = 11,64264 mm.
24
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam uraian perhitungan bab sebelumnya tentang kopling pada Honda Vario
Techo 125 PGM-FI maka pada bab ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk kerja kopling yang dioperasikan selama 6 jam tiap harinya, dengan
frekuensi penghubung 4 hb/menit, jadi umur pakai kopling 4,1 tahun
sehingga kopling harus diganti setiap 4,1 tahun.
2. Dengan mengetahui gejala-gejala gangguan pada kopling maka akan dapat
ditentukan jenis kerusakan yang terjadi, sehingga perbaikan dapat langsung
dikerjakan sesuai dengan kerusakannya.
26
4.2 SARAN
Untuk mendapatkan kerja kopling yang maksimal, haruslah diperhatikan :
1. Daya yang ditransmisikan.
2. Bahan.
3. Faktor koreksi.
4. Faktor keamanan.
5. Faktor pemakaian.
DAFTAR PUSTAKA
Sato. G. T., 1996. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT. Pradya Paramita,
Jakarta.
Mesin, PT.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Honda_Vario 12/02/2015
28