10 - 244diagnostik Dan Tatalaksana Onikomikosis
10 - 244diagnostik Dan Tatalaksana Onikomikosis
10 - 244diagnostik Dan Tatalaksana Onikomikosis
ABSTRAK
Infeksi jamur pada kuku terjadi pada 30% pasien infeksi jamur kulit; dapat disebabkan oleh jamur dermatofita dan non-dermatofita. Diagnosis
mikroskopis dan kultur sebaiknya dilakukan sebelum pengobatan. Modalitas pengobatan injeksi jamur pada kuku dapat topikal atau sistemik,
sesuai subtipe infeksi jamur, anatomi kuku yang terinfeksi, dan lokasi. Tinjauan ini membahas subtipe, diagnosis, dan pilihan pengobatan infeksi
jamur pada kuku.
Kata kunci: Dermatofita, itraconazole, laser, onikomikosis, terbinafine
ABSTRACT
Fungal nail infections occurred in 30% patients with fungal skin infections; may be caused by dermatophyte and non-dermatophyte. Diagnosis
should be done by microscopic and culture examination before treatment. Treatment modalities for fungal nail infection can be topical or
systemic, tailored to the fungal infection subtypes, the infected nail anatomy, and location. This review discussed subtype, diagnosis, and
treatment options of fungal nail infection. Radityo Anugrah. Diagnosis and Management of Onychomycosis
Keywords: Dermatophyte, itraconazole, laser, onychomycosis, terbinafine
PENDAHULUAN
Onikomikosis merupakan infeksi jamur
pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (tinea unguium), kapang nondermatofita, dan ragi. Penyakit ini dapat
terjadi pada matriks, nail bed, atau nail plate.
Onikomikosis dapat mengakibatkan rasa nyeri,
tidak nyaman, dan terutama tampilan kurang
baik.1 Kejadian onikomikosis meningkat
seiring bertambahnya usia, dikaitkan dengan
menurunnya sirkulasi perifer, diabetes, trauma
berulang pada kuku, pajanan lebih lama
terhadap jamur, imunitas yang menurun, serta
menurunnya kemampuan merawat kuku.1
Gambar 1. Anatomi kuku.2
KEJADIAN
Insidens onikomikosis pada populasi umum
di Amerika Serikat sekitar 2-8% dan meningkat
menjadi 14-28% pada usia di atas 60 tahun.3
Di Kanada, prevalensinya diperkirakan 6,5%.3
Prevalensi di Inggris, Spanyol, dan Finlandia
berkisar 3 8 %.3 Infeksi jamur ini lebih sering
terjadi pada kuku kaki dibandingkan kuku
tangan. Sebanyak 30% pasien infeksi jamur
pada kulit, juga mengalami infeksi jamur
pada kuku. Prevalensi onikomikosis berkisar
2,6% pada anak di bawah usia 18 tahun,
mencapai 90% pada usia lanjut. Sebanyak
70% infeksi jamur pada kuku disebabkan
Patogen Tersering
Patogen Lain
OSD
Trichophyton rubrum
T. mentagrophytes
OSPT
Trichophyton
mentagrophytes
Aspergillus terreus
Hiperkeratotik subungual
Trichophyton rubrum
Acremonium potronii
Fusarium oxysporum
Onikolisis proksimal
Leukonikia
Onikomikosis
Kuku menebal dan distrofik
Dapat merupakan hasil akhir
distrofik total
dari OSDL, OSPT, dan OSP
OSD, onikomikosis subungual lateral; OSPT, onikomikosis superfisial putih; OSP, onikomikosis subungual proksimal; OSPP,
onikomikosis subungual putih proksimal
Alamat Korespondensi
email: [email protected]
675
TINJAUAN PUSTAKA
10% negatif palsu dan pemeriksaan kultur
dapat menghasilkan 30% negatif palsu.6
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan
preparat KOH 20%. Sampel diambil dari
kerokan jaringan dasar kuku yang terinfeksi.
Pada mikroskop akan tampak elemen
jamur berupa hifa atau ragi, tetapi tidak bisa
membedakan spesies; untuk itu diperlukan
pemeriksaan tambahan, yaitu kultur.6
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung jenis klinis, jamur
penyebab, jumlah kuku yang terinfeksi,
dan tingkat keparahan keterlibatan kuku.
Pengobatan sistemik selalu diperlukan pada
pengobatan subtipe OSP (Onikomikosis
Subungual Proksimal) dan subtipe OSD
(Onikomikosis Subungual Distal) yang
melibatkan daerah lunula. OSPT (Onikomikosis
Superfisial Putih) dan OSD (Onikomikosis
Subungual Distal) yang terbatas pada distal
kuku dapat diobati dengan agen topikal.
Kombinasi pengobatan sistemik dan topikal
akan meningkatkan kesembuhan. Tingkat
kekambuhan tetap tinggi, bahkan dengan
obat-obat baru, sehingga dibutuhkan
kerjasama yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan.7
British
Association
of
Dermatologists
menerbitkan pedoman diperbarui8 yang akan
dibahas berikut ini.
Antijamur Topikal
Struktur keras keratin dan kompak kuku
menghalangi difusi obat topikal ke dalam
dan melalui lempeng kuku. Konsentrasi obat
topikal dapat berkurang 1000 kali dari luar ke
dalam.8
Penggunaan agen topikal harus dibatasi pada
kasus-kasus yang melibatkan kurang dari
setengah lempeng kuku distal atau jika tidak
dapat mentoleransi pengobatan sistemik.
Agen yang tersedia termasuk amorolfine,
ciclopirox, tioconazole, dan efinaconazole.8
Amorolfine (Strength of Recommendation D;
Level of Evidence 3)8
Amorolfine termasuk obat antijamur golongan
morpholine sintetis dengan spektrum
fungisida yang luas. Obat ini menghambat
enzim delta 14 reduktase dan delta 8 dan delta
7 isomerase dalam jalur biosintesis ergosterol
dan bersifat fungisida terhadap C. albicans
676
Pengobatan Sistemik
Obat sistemik utama yang diindikasikan dan
secara luas digunakan untuk pengobatan
onikomikosis
adalah
terbinafine
dan
itraconazole. Griseofulvin juga diindikasikan,
tetapi lebih jarang digunakan.8
Griseofulvin (SoR C; LoE 2+).8
Griseofulvin adalah obat fungistatik lemah,
bertindak menghambat sintesis asam
nukleat dan menghambat sintesis dinding
sel jamur. Pada orang dewasa, dosis yang
dianjurkan adalah 500-1000 mg per hari
selama 6-9 bulan untuk infeksi kuku tangan
dan 12-18 bulan untuk infeksi kuku kaki.15
Sebaiknya dikonsumsi dengan makanan
berlemak untuk meningkatkan penyerapan
dan bioavailabilitas. Tingkat kesembuhan
mikologi untuk infeksi kuku hanya 30-40%.
Efek samping antara lain mual dan ruam
kulit pada 8-15% pasien.16 Uji klinik yang
membandingkan terapi griseofulvin dengan
terbinafine dan itraconazole menunjukkan
bahwa tingkat kesembuhan griseofulvin lebih
rendah dari terbinafine dan itraconazole.
Griseofulvin memiliki beberapa keterbatasan
termasuk kesembuhan lebih rendah, durasi
pengobatan panjang, risiko interaksi obat
yang lebih besar dibandingkan obat antijamur
yang lebih baru. Oleh karena itu, griseofulvin
tidak lagi menjadi pilihan kecuali obat lain
tidak tersedia atau kontraindikasi.17
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2. Penelitian in vitro dan in vivo laser pada onikomikosis.
Penelitian
Jenis
Jenis Laser
Hasil
in vitro
Manevitch (2010)25
in vitro
in vivo
Hochman (2011)26
in vivo
Landsman (2010)27
in vivo
Vural (2008)
24
DAFTAR PUSTAKA :
1. Onychomycosis: Practice essentials, background, pathophysiology [Internet]. 2015 Aug 11 [cited 2015 Aug 18]. Available from: http://emedicine.medscape.com/
article/1105828-overview
2. Nail anatomy. Nailsatpanaches Blog [Internet]. [cited 2015 Aug 18]. Available from: https://nailsatpanache.wordpress.com/nail-anatomy/
3. Cohen AD, Medvesovsky E, Shalev R, Biton A, Chetov T, Naimer S, et al. An independent comparison of terbinafine and itraconazole in the treatment of toenail
onychomycosis. J Dermatol Treat. 2003;14(4):23742.
4. Crawford F, Young P, Godfrey C, Bell-Syer SEM, Hart R, Brunt E, et al. Oral treatments for toenail onychomycosis: A systematic review. Arch Dermatol. 2002;138(6):811
6.
677
TINJAUAN PUSTAKA
5. D
juanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Universitas Indonesia; 1999.
6. R
odgers P, Bassler M. Treating onychomycosis. Am Fam Physician 2001;63(4):66372, 6778.
7. G
upta AK, Drummond-Main C, Cooper EA, Brintnell W, Piraccini BM, Tosti A. Systematic review of nondermatophyte mold onychomycosis: Diagnosis, clinical types,
epidemiology, and treatment. J Am Acad Dermatol. 2012;66(3):494502.
8. A
meen M, Lear JT, Madan V, Mohd Mustapa MF, Richardson M. British Association of Dermatologists guidelines for the management of onychomycosis 2014. Br J
Dermatol. 2014;171(5):93758.
9. Z
aug M, Bergstraesser M. Amorolfine in the treatment of onychomycoses and dermatomycoses (an overview). Clin Exp Dermatol. 1992;17 (Suppl 1):6170.
10. Gupta AK, Fleckman P, Baran R. Ciclopirox nail lacquer topical solution 8% in the treatment of toenail onychomycosis. J Am Acad Dermatol. 2000;43(4 Suppl):7080.
11. B
ohn M, Kraemer KT. Dermatopharmacology of ciclopirox nail lacquer topical solution 8% in the treatment of onychomycosis. J Am Acad Dermatol. 2000;43(4
Suppl):5769.
12. Hay RJ, Mackie RM, Clayton YM. Tioconazole nail solution--an open study of its efficacy in onychomycosis. Clin Exp Dermatol. 1985;10(2):1115.
13. Stubb S, Heikkil H, Reitamo S, Frstrm L. Contact allergy to tioconazole. Contact Dermatitis. 1992;26(3):1558.
14. E lewski BE, Rich P, Pollak R, Pariser DM, Watanabe S, Senda H, et al. Efinaconazole 10% solution in the treatment of toenail onychomycosis: Two phase III multicenter,
randomized, double-blind studies. J Am Acad Dermatol. 2013;68(4):6008.
15. Roobol A, Gull K, Pogson CI. Griseofulvin-induced aggregation of microtubule protein. Biochem J. 1977;167(1):3943.
16. Davies RR, Everall JD, Hamilton E. Mycological and clinical evaluation of griseofulvin for chronic onychomycosis. Br Med J. 1967 ;3(5563):4648.
17. Walse I, Stangerup M, Svejgaard E. Itraconazole in onychomycosis. Open and double-blind studies. Acta Derm Venereol. 1990;70(2):13740.
18. Debruyne D, Coquerel A. Pharmacokinetics of antifungal agents in onychomycoses. Clin Pharmacokinet. 2001;40(6):44172.
19. B
ueno JG, Martinez C, Zapata B, Sanclemente G, Gallego M, Mesa AC. In vitro activity of fluconazole, itraconazole, voriconazole and terbinafine against fungi causing
onychomycosis. Clin Exp Dermatol. 2010;35(6):65863.
20. V
anden Bossche H, Marichal P, Gorrens J, Coene MC, Willemsens G, Bellens D, et al. Biochemical approaches to selective antifungal activity. Focus on azole antifungals.
Mycoses. 1989;32 (Suppl 1):3552.
21. Kozarev J, Mitrovica S. Laser treatment of nail fungal infection. Proc Berl Conf Eur Acad Dermatol Venereol. 2009;
22. Anderson R, Parrish J. Selective photothermolysis: Precise microsurgery by selective absorption of pulsed radiation. Science. 1983;220(4596):5247.
23. Altshuler GB, Anderson RR, Manstein D, Zenzie HH, Smirnov MZ. Extended theory of selective photothermolysis. Lasers Surg Med. 2001;29(5):41632.
24. Vural E, Winfield HL, Shingleton AW, Horn TD, Shafirstein G. The effects of laser irradiation on Trichophyton rubrum growth. Lasers Med Sci. 2008;23(4):34953.
25. M
anevitch Z, Lev D, Hochberg M, Palhan M, Lewis A, Enk CD. Direct antifungal effect of femtosecond laser on Trichophyton rubrum onychomycosis. Photochem
Photobiol. 2010;86(2):4769.
26. H
ochman LG. Laser treatment of onychomycosis using a novel 0.65-millisecond pulsed Nd:YAG 1064-nm laser. J Cosmet Laser Ther Off Publ Eur Soc Laser Dermatol.
2011;13(1):25.
27. L andsman AS, Robbins AH, Angelini PF, Wu CC, Cook J, Oster M, et al. Treatment of mild, moderate, and severe onychomycosis using 870- and 930-nm light
exposure. J Am Podiatr Med Assoc. 2010;100(3):16677.
28. Gupta AK, Ryder JE, Johnson AM. Cumulative meta-analysis of systemic antifungal agents for the treatment of onychomycosis. Br J Dermatol. 2004;150(3):53744.
678