Makalah Total Productive Maintenance
Makalah Total Productive Maintenance
Makalah Total Productive Maintenance
MANAJEMEN PERAWATAN II
Disusun Oleh:
RIZKY ADI SAPUTRO
111211093
Diketahui oleh:
Dosen Pengajar
ABSTRAKSI
Perkembangan dunia industri saat ini sangatlah pesat. Semakin
banyaknya teknologi yang digunakan menyebabkan perlu adanya kemampuan diri
untuk terus belajar dan mampu beradaptasi. Begitu pula di bidang perawatan
(maintenance), dengan fungsi mesin yang semakin canggih maka sistem
kompleks juga terdapat di mesin. Oleh karena itu diperlukan sistem/metode
perawatan yang baik dan terus berkembang untuk mengimbangi kemajuan
teknologi saat ini.
Disinilah peran perawatan diperlukan untuk membantu proses
produksi agar terus berjalan dan tidak terhenti karena mesin yang rusak. Dari
permasalahan diatas dikembangkanlah metode perawatan yang terintegrasi yaitu
TPM (Total Productive Maintenance). Yang didalamnya menuntut seluruh lapisan
komponen di industri ikut berperan dalam melakukan perawatan, baik yang
halnya kecil maupun besar.
Lalu dibuatlah karya tulis makalah ini yang berjudul Total
Productive Maintenance bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan secara umum kepada para pembaca tentang pengertian TPM (Total
Productive Maintenance).
Dengan adanya informasi tersebut diharapkan
pembaca tahu sekilas apa itu TPM dan apa perannya di industri saat ini. Makalah
ini juga membahas sejarah lahirnya TPM yang diterapkan di industri dan
fungsinya.
Kata kunci: TPM, Total Productive Maintenace, Metode Perawatan, Perawatan
KATA PENGANTAR
Hampir di semua industri saat ini memiliki mesin untuk mendukung proses
pekerjaannya. Mau itu ukuiran yang kecil ataupun besar. Semuanya tergantung
kebutuhan industri itu sendiri. Namun terlepas dari semua hal tersebut, semuanya
memiliki kesamaan ya itu, setiap mesin memiliki life time (umur pakai). Oleh
karena itu, diperlukan lah perawatan (maintenance) untuk menambah umur pakai
mesin tersebut.
Dan konsep perawatan yang saat ini sedang berkembang dan banyak
digunakan di industri adalah TPM (Total Productive Maintenance). Yang
didalamnya banyak aspek yang diperlukan untuk menerapkan TPM yang baik di
sebuah industri.. Untuk itu penulis termotivasi untuk membahas hal tersebut di
dalam karya tulis makalah ini.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai
dengan harapan penulis. Dalam penulisan karya tulis ini tentunya penulis
mengalami beberapa kesulitan, kesulitan yang paling besar diantaranya yaitu
dalam proses pengumpulan data untuk di analisa ulang oleh penulis. Tetapi
kesulitan tersebut teratasi dengan adanya bantuan dari dosen pembimbing seta
teman teman terbaik saya. Maka dari itu penulis ucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini
hingga akhirnya karya tulis ini selesai.
Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya
di bidang pendidikan. Kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam
proses pembuatan karya tulis ini, untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang
mendalam.
Bandung, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
1.3
Tujuan Makalah.........................................................................................2
1.4
1.5
Sistematika Penyusunan............................................................................2
2.2
2.3
2.3.1
Teamwork...........................................................................................5
2.3.2
Preventive Maintenance.....................................................................5
2.3.3
Housekeeping.....................................................................................5
2.3.4
Trainning............................................................................................6
2.3.5
Autonomous Maintenance..................................................................6
2.3.6
Work Standardization.........................................................................6
2.4
2.5
Performance Maintenance......................................................................11
2.2
Tinjauan Sistem.......................................................................................14
2.2.1
2.2.2
Sistem Maintenance.........................................................................15
2.2.3
2.3
Pembahasan.............................................................................................15
2.3.1
2.3.2
2.3.3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Sebab-Akibat Kerusakan Conveyor Vibrator......................7
Gambar 2.Diagram Sebab-Akibat Kerusakan Speed Filler"................................11
Gambar 3. Diagram Sebab-Akibat Kerusakan Discharge Washer....................14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Frekuensi Kerusakan Conveyor.........................................................4
Tabel 2. Data Frekuensi Kerusakan Filler Machine................................................4
Tabel 3. Data Frekuensi Kerusakan Bottle Washer Machine...................................5
Tabel 4. Data Total Operation Time Bulan Mei-Juli 2006.......................................5
Tabel 5. Rekapitulasi Performance Maintenance....................................................7
Tabel 6. Spesifikasi Penyebab Breakdown pada item Conveyor Vibrator............8
Tabel 7. Spesifikasi Penyebab Breakdown pada item Speed Filler...................11
Tabel 8. Spesifikasi Penyebab Breakdown pada item Discharge Washer..........15
Tabel 9. Rekapitulasi Perhitungan MTBF..............................................................17
Tabel 10. Rekapitulasi Perhitungan MTTR...........................................................18
Tabel 11. Rekapitulasi Perhitungan Availability....................................................18
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha mempertahankan mutu dan kualitas produk di suatu
Industri salah satu faktor yang penting dan harus diperhatikan adalah perawatan
(maintenance) fasilitas produksi. Fasilitas produksi yang dimaksud adalah mesin
dan peralatan yang menunjang proses produksi suatu produk. Dengan menjaga
kehandalannya kita sama dengan menjaga kualitas dan waktu produksi agar terus
kontinu.
Pada masa ini fasilitas produksi yang ada semakin canggih dan
semakin baik dalam menghasilkan kualitas produk yang diinginkan. Namun disisi
lain itu menimbulkan permasalahan baru di bagian perawatannya. Karena alat
yang canggih memiliki sistem yang kompleks. Maka diperlukanlah kemampuan
dalam merawat mesin yang baik oleh seorang maintenance engineer. Selain itu
peran pelaksana dan manajemen yang menunjang proses produksi harus ikut
berperan aktif dalam berjalannya program perawatan.
Dengan latar belakang itulah maka dibuat sebuah kosep yang baik dari
perawatan, yaitu TPM (Total Productive Maintenance). TPM dikembangkan di
sebuah perusahaan Nipon Denso di Jepang pada tahun 1951. Konsep tersebut
adalah pengembangan dari Preventive Maintenance yang di adopsi dari Amerika
Serikat yang diperkenalkan di Jepang.
Tujuan dari TPM sendiri yaitu melakukan pendekatan secara inovatif
dalam maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan serta
mengurangi/menghilangkan kerusakan secara mendadak (breakdown) dengan
melakukan identifikasi terlebih dahulu, menurut Siiniji Nakajima (1988). Dengan
kata lain Total Productive Maintenance sering didefinisikan sebagai productive
maintenance yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip
bahwa peningkatan kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang di dalam
organisasi, dari lapisan bawah sampai manajemen puncak.
sukses di Jepang, konsep TPM ini dibawa ke US pada tahun 1970 dan diterapkan
pada perusahaan besar seperti Ford Motor, Boeing, Kodak, dan Motorolla.
Pada
awal
perkembanganya
TPM
berfokus
pada
perawatan
Teamwork
Teamwork merupakan sekumpulan individu yang bekerjasama,
memiliki serangkaian nilai,sikap, dan perilaku serta saling tergantung antara satu
dengan yang lain dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2.3.2
Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah aktivitas perawatan yang dilakukan
sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem atau komponen,
dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan pengawasan yang
sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau komponen tersebut dapat
mempertahankan kapabilitas fungsionalnya (Gaspersz dan Fontana,2006) .
2.3.3
Housekeeping
Housekeeping merupakan metodologi organisasi untuk tempat kerja,
Trainning
Trainning adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
Autonomous Maintenance
Autonomous Maintenance adalah salah satu bentuk pemeliharaan
secara mandiri yang dilakukan oleh operator, yang memberikan tanggung jawab
pada operator terhadap fasilitas yang digunakan, melakukan aktivitas perawatan
fasilitas sendiri, operator dilatih, dibangun, dan didorong untuk membersihkan,
melumasi, memeriksa, melakukan perbaikan sederhana terhadap setiap kerusakan
yang terjadi pada fasilitasnya.
2.3.6
Work Standardization
Work Standardization adalah cara yang terbaik untuk melakukan
berkurang. Dengan diserahkan sebagian tugas-tugas maintenance kepada bagianbagian lain, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para karyawan/operator
akan pentingnya atau manfaatnya pekerjaan maintenance ini bagi kehandalan dan
kemajuan
perusahaan
yang
dapat
menjamin
kelangsungan
hidup
para
karyawan/operator
dibiasakan
mempelajari
dan
mengerjakan
menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60 menit khusus untuk
membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada peralatan produksi
iperalatan produksi yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikuti
training/latihan yang berkaitan dengan kegiatan maintenance khususnya dalam
bidang inspeksi peralatan produksi secara umum. Kegiatan tahap keempat ini
memakan
waktu
agak
lama
karena
setiap
karyawan/operator
dituntut
10
(MTTR),
tingginya
MTTR
mengindikasikan
rendahnya
11
12
produksi akan mempunyai tingkat keandalan yang tinggi, sehingga mutu produk
yang dihasilkan akan dapat terjaga dan produktivitas dapat dipertahankan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dirumuskan suatu permaslahan
yaitu
perlunya
menganalisa
berbagai
penyebab
breakdown
pada
Line
2.
Drink, khususnya pada conveyor, filler machine, dan bottle washer machine
dengan menggunakan konsep Total Productive Maintenance.
Jenis Perusahaan
: joint venture
Tahun Berdiri
: 1976
Perintis
Pemilik
Alamat Perusahaan
Produk Utama
Jumlah Pekerja
: 1000 orang
Luas Pabrik
: 8,5 Ha
13
2.2.2
Sistem Maintenance
Maintenance di PT Coca-Cola Bottling Indonesia-Central Java dibagi
weekly
preventive
maintenance,
dan
monthly
preventive
Pengolahan air
Pembuatan sirup
Pencampuran (mixing)
Pembotolan (filling)
2.3 Pembahasan
2.3.1
dengan mesin dan sistem perawatan mesin yang ada di Line 8/Carbonated Soft
Drink. Data yang diambil adalah data stratifikasi kerusakan mesin conveyor, filler
14
machine, dan bottle washer machine selama 1 tahun (tahun 2005), kemudian data
record perbaikan mesin selama periode 3 bulan, yaitu bulan Mei sampai Juli 2006.
Selanjutnya, data mengenai frekuensi kerusakan 3 mesin selama 1 tahun dapat
disajikan pada tabel 1 sampai tabel 3, sebagai berikut :
Tabel 1. Data Frekuensi Kerusakan Conveyor
No.
1
Item
combiner
conveyor glideliner
conveyor depall
guide conveyor
conveyor infeed
conveyor after checkmat
Total
7
8
9
10
11
% Acc.
% Acc.
2617
Freq
138
Waktu
2617
Freq
41.32
Waktu
41.73
73
810
211
3427
63.17
54.64
50
20
14
1300
455
205
261
281
295
4727
5182
5387
78.14
84.13
88.32
75.37
82.62
85.89
10
115
305
5502
91.32
87.72
9
7
6
5
2
225
220
215
80
30
314
321
327
332
334
334
5727
5947
6162
6242
6272
6272
94.01
96.11
97.90
99.40
100
91.31
94.82
98.25
99.52
100
138
inspection
case conveyor
discharge conveyor
rotary empty
speed conveyor
3
4
5
Acc.
Waktu
conveyor vibrator
conveyor vibrator pre
Acc.
Freq.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Item
speed filler
filling valve
guide inlet filler
infeed screw
guide discharge
filler
discharge filler
Electrical sensor
case filler
centring bell filler
product bowl
Total
Acc.
Acc.
% Acc.
% Acc.
1180
655
430
623
Freq
37
64
80
93
Waktu
1180
1835
2265
2888
Freq
33.03
57.14
71.42
83.03
Waktu
33.56
52.19
64.42
82.14
200
100
3088
89.28
87.82
5
2
2
2
1
95
45
20
103
165
105
107
109
111
112
112
3183
3228
3248
3351
3516
3516
93.75
95.53
97.32
99.11
100
90.53
91.81
92.37
95.31
100
Freq.
Waktu
37
27
16
13
No.
Item
Freq.
Waktu
Acc.
Acc.
% Acc.
% Acc.
Freq
Waktu
Freq
Waktu
15
1
2
discharge washer
infeed discharge
189
46
4324
810
189
235
4324
5134
59.43
73.90
51.95
61.68
3
4
5
6
7
washer
infeed washer
main drive washer
case washer
gear box machine
discharge case
36
26
11
4
2
635
1140
395
210
105
271
297
308
312
314
5769
6909
7304
7514
7619
85.22
93.40
96.86
98.11
98.74
69.31
83.00
87.75
90.27
91.53
washer
conveyor discharge
20
315
7639
99.06
91.77
9
10
11
washer
pump washer
panel washer
treathed water
1
1
1
270
400
15
316
317
318
7909
8309
8324
99.37
99.69
100
95.01
99.82
100
318
8324
supply
Total
Bulan
Frekuensi
Mei
Juni
Juli
Beakdown
124
182
140
3286
3172
2189
Total
(menit)
18614
20198
16681
16
2.3.2
Bulan
MTBF
MTTR
Availability
Mei
Juni
Juli
(menit)
150.11
110.98
119.15
(menit)
26.50
17.43
15.64
(%)
84.99
86.43
88.39
17
2.3.3
Penyebab
Spesifikasi spare
part yang tidak
sesuai dengan
aslinya (aspal)
Tindakan
Dilakukan
pengawasan
yang
cukup ketat dari
pihak
supervisor
maupun bagian spare
part ketika memesan
maupun
menerima
part.
18
pada conveyor
3. Gap antara
vibrator yang
tidak pas/terlalu
lebar atau
sempit
dilakukannya
pengawasan
pengecekan
kerja
serta
hasil
Dilakukannya
preventive/ predictive
maintenance
dari
pihak ME terhadap
TTC untuk menjamin
kelancaran
proses
produksi perusahaan
Diperlukannnya
Kurangnya
sistem
daily,
perawatan dari
weekly,maupun
operator maupun ME
monthly maintenance
terhadap TTC (mis:
lubrikasi, kerataan)
Kurang -peduli/ahli Lebih
operator ME ketika
ditingkatkannnya
melakukan daily
peran line supervisor
check
dengan
maintenance/sebelu
menggalakkan
m mesin jalan
program kedisiplinan
(running time)
bagi seluruh operator
ME
mendapat Diadakan pelatihan
1. Kurangnya Kurang
pelatihan dari
pengetahuan
dari
pengetahuan
pihak
perusahaan maupun
/keahlian
perusahaan/dengan
tenaga
ahli
dari
mendatangkan
operator
tenaga ahli transfer
ilmumengenai
petunjuk/penangana
n mesin
Jenjang pendidikan
yang berbeda-beda Dilakukannya
training skill terlebih
(bag. ME mechanic
dahulu
ketika
& electric-)
perekrutan
tenaga
kerja serta sebelum
rolling
kerja
ditentukan
Dikejar
target
Adanya pengaturan
produksi
(penjadwalan) jam
kerja yang baik dan
teratur
bagi
karyawan (cat: tetap
memperhatikan
Manusia
19
Metode
2. Operator
kurang hatihati dan
teliti
3. Kurangnya
kepedulian/
kesadaran
dari
operator
1. Proses
penyetingan
pada
-akselerasiconveyor
kurang baik
Operator
kurang
teliti dan sabar serta
kurang berperannya
line supervisor pada
nosel (dlm hal
ketepatan
konsentrasi
dan
2. Kurang
diperhatikan
nya metode
lubrikasi
Kurangnya
etos
kerja dari atasan/line
supervisor
kondisi psikologis
operator)
Mengadakan
kegiatan refreshing
atau senam bersama
(min. 1x dalam
seminggu)
atau
dengan menyediakan
alat
pembangkit
semangat
kerja
(hiburan
audio)
-shift
3untuk
penyegaran sehingga
tidak terlalu jenuh
dengan
pekerjaan
yang
dilakukan
secara kontinu.
Hendaknya
peran
line
supervisor
ditingkatkan dengan
memperbaiki
dan
menjaga
kesejahteraan hidup
serta kondisi moral
para operator agar
tetap bersemangat
dalam
melakukan
tugas
Pemberian catatan
standar
operasi
penyetingan mesin
pada daerah dekat
mesin
Laksanakan juknis
yang berkelanjutan
supaya soft skill
pekerja dapat terus
terasah
terutama
dalam penyetingan
conveyor
Perketat
proses
supervisi
dengan
menggalakkan
program kedisiplinan
bagi
seluruh
supervisor
20
jumlah
1. Keadaan
sekitar
conveyor
yang penuh
Lingkungan
pecahan
botol/botol
roboh
Pekerja/operator
hendaknya
lebih
terkonsentrasi/teliti
sehingga
tidak
terjadi
botol
macet/roboh
di
conveyor
sebelum
masuk ke vibrator
21
Penyebab
Penyetingan
angin tidak
efisien
Usia pakai terlalu
tinggi
Tindakan
Dilakukan
pengawasan
yang
cukup ketat dari
pihak
supervisor
ketika
operator
melakukan
penyetingan angin,
dan
melakukan
perbaikan-perbaikan
yang diperlukan
Dilakukannya
preventive/predictive
maintenance
dari
pihak ME terhadap
speed filler agar
kecepatannya tetap
konstan/cepat untuk
menjamin kelancaran
proses
produksi
22
perusahaan
Manusia
1. Operator
kurang hatihati dan teliti
dalam
penyetingan
mesin (speed
filler)
Dikejar target
produksi
Kondisi yang
lelah dan kurang
istirahat
(khususnya shift
3)
2. Kurangnya
kepedulian/k
esadaran dari
operator
Kurangnya etos
kerja dari
atasan/line
supervisor
3. Kurangnya
pengetahuan/
keahlian dari
operator
Kurang mendapat
pengetahuan dari
perusahaan
Adanya pengaturan
(penjadwalan)
jam
kerja yang baik dan
teratur bagi karyawan
(cat:
tetap
memperhatikan
kondisi
psikologis
operator)
Mengadakan
kegiatan refreshing
atau senam bersama
(min.
1x
dalam
seminggu)
atau
dengan menyediakan
alat
pembangkit
semangat
kerja
(hiburan audio) -shift
3-untuk penyegaran
sehingga tidak terlalu
jenuh
dengan
pekerjaan
yang
dilakukan
secara
kontinu.
Hendaknya
peran
line
supervisor
ditingkatkan dengan
memperbaiki
dan
menjaga
kesejahteraan hidup
serta kondisi moral
para operator agar
tetap
bersemangat
dalam
melakukan
tugas
Diadakannnya
pelatihan
dengan
merekrut tenaga ahli
23
maupun tenaga
ahli
Jenjang
pendidikan yang
berbeda-beda
(bag. ME
mechanic &
electric-)
Dilakukannya
training skill terlebih
dahulu
ketika
perekrutan
tenaga
kerja serta sebelum
rolling
kerja
ditentukan
1. Proses
penyetingan
pada speed
filler kurang
baik.
Tidak adanya
juknis yang pasti
pada penyetingan
speed filler
.
Pemberian
catatan
standar
operasi
penyetingan mesin
pada daerah dekat
mesin
Laksanakan
juknis
yang berkelanjutan
supaya soft skill
pekerja dapat terus
terasah
terutama
dalam penyetingan
speed filler
2. Kegiatan
maintenance
yang kurang
berjalan baik
Kurang
aktif/berperannya
line supervisor
Perketat
proses
supervisi
dengan
menggalakkan
program kedisiplinan
bagi
seluruh
supervisor
1. Keadaan
sekitar
filler/air
cylinder
yang kotor
Kurangnya
pengawasan
operator (daily
check
maintenance)
Operator hendaknya
lebih
teliti/awas
ketika
melakukan
pengecekan
air
cylinder agar tetap
dalam
keadaaan
bersih dan jika perlu
diganti yang baru
yang sesuai dengan
ukuran jika ternyata
Metode
Lingkungan
24
mengalami kerusakan
Penyebab
Tindakan
25
Mesin
1. Botol roboh
di discharge
washer
Posisi botol
roboh/jatuh di
infeed sebelum
masuk ke
discharge
2. Mekanisme
kopling
discharge
washer yang
sudah aus
Kurangnya lubrikasi
dari operator
maupun ME
Manusia
1. Pekerja
Dikejar target
produksi
kurang hatihati dan teliti
2. Kurangnya
pengawasan
waktu
penataan
posisi
botol/case
Dilakukan
pengawasan
yang
cukup ketat dari
pihak operator ketika
botol melalui infeed
sehingga
sewaktu
botol
masuk
ke
discharge
dapat
mengalir
dengan
lancar (meski mesin
bersifat automasi)
Dilakukannya
preventive/predictive
maintenance
dari
pihak ME terhadap
kopling
discharge
washer
untuk
menjamin kelancaran
proses
produksi
perusahaan
Diperlukannnya
sistem
daily,
weekly,maupun
monthly maintenance
terhadap
discharge
washer
(mis:
lubrikasi)
Adanya pengaturan
(penjadwalan)
jam
kerja yang baik dan
teratur bagi karyawan
(cat:
tetap
memperhatikan
kondisi
psikologis
operator)
Mengadakan kegiatan
refreshing atau senam
bersama (min. 1x
dalam seminggu) atau
dengan menyediakan
alat
pembangkit
semangat
kerja
(hiburan audio) -shift
26
3- untuk penyegaran
sehingga tidak terlalu
jenuh
dengan
pekerjaan
yang
dilakukan
secara
kontinu.
3. Kurangnya
kepedulian/k
esadaran dari
operator
4. Kurangnya
pengetahuan/
keahlian dari
operator
Pekerja
hendaknya
lebih terkonsentrasi
sehingga tidak terjadi
botol macet/roboh di
conveyor
(meski
mesin
berjalan
automasi)
Hendaknya peran line
supervisor
ditingkatkan dengan
memperbaiki
dan
menjaga
kesejahteraan hidup
serta kondisi moral
para operator agar
tetap
bersemangat
dalam
melakukan
tugas
Kurang mendapat
Diadakannnya
pengetahuan dari
perusahaan
pelatihan
dengan
maupun tenaga ahli
merekrut tenaga ahli
baik
itu
praktisi
maupun
akademisi
dari
institusi
pendidikan
yang
berkualitas
dan
terpercaya mengenai
petunjuk/penanganan
mesin
Jenjang pendidikan
yang berbeda-beda
(bag. ME electric
& mechanic-
Dilakukannya
training skill terlebih
dahulu
ketika
perekrutan
tenaga
kerja serta sebelum
rolling
kerja
ditentukan
27
1. Kegiatan
Kurang
aktif/berperannya
maintenance
line supervisor
yang kurang
berjalan baik
Metode
1. Keadaan
Kurangnya
pengawasan dari
sekitar infeed
operator
yang penuh
pecahan
Lingkungan
botol/botol
roboh
Perketat
proses
supervisi
dengan
menggalakkan
program kedisiplinan
bagi
seluruh
supervisor
Pekerja
hendaknya
lebih
terkonsentrasi/teliti
sehingga tidak terjadi
botol macet/roboh di
infeed
sebelum
masuk ke discharge
Bulan
Mei
Juni
Juli
MTBF
(menit)
150.11
110.98
119.15
28
Bulan
Mei
Juni
Juli
MTTR
(menit)
26.50
17.43
15.64
Bulan
Mei
Juni
Juli
Availability
(%)
84.99
86.43
88.39
Availability adalah ratio untuk melihat kondisi line stop ditinjau dari
aspek breakdown saja. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa ketersediaan
mesin/line selama tiga bulan dapat diandalkan, karena dari bulan ke bulan terjadi
peningkatan availability, hal ini tentu saja merupakan hal yang baik sebab dengan
demikian dapat meningkatkan produktifitas tanpa adanya gangguan breakdown
mesin/line.
29
2.
3.
4.
5.
yang lain.
Kebijakan preventive maintenance yang telah diterapkan perlu ditingkatkan
dalam hal detail pemeriksaan yang berkaitan dengan komponen mesin
6.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Septiawan,
Heppy
&
Darminto
Pujotomo.
2006.
ANALISIS
TOTAL
2011.
Memahami
TPM
(Total
Productive
Maintenance).