Referat - Infeksi Pada Lansia
Referat - Infeksi Pada Lansia
Referat - Infeksi Pada Lansia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Infeksi
Pada Lansia.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp. KJ dan dr. Suryani yang telah memberikan
bimbingannya selama siklus Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik di Panti Werdha Kristen
Hana di Ciputat Periode 05 Desember 2016 07 Januari 2016
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis berdasarkan studi pustaka terhadap beberapa
literatur. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
yang ingin lebih memahami tentang infeksi pada manula.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah kelompok usia lanjut akan makin
banyak, yang menyebabkan tingginya penyakit degeneratif, kardiovaskuler, kanker, dan
penyakit non infektif lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit infeksi
juga makin meningkat. Hal ini antara lain disebabkan karena pada usia lanjut pertahanan
terhadap infeksi terganggu atau dapat dikatakan menurun (Hadi Martano, 1996).
Infeksi merupakan penyebab kematian yang paling sering pada umat manusia, hingga
saat digunakannya antibiotika dan pencegahan dengan imunisasi aktif maupun pasif di era
masyarakat modern. Penyakit infeksi mempunyai kontribusi besar terhadap angka kematian
penderita sampai akhir abad 20 pada populasi umum, kemudian menurun setelah ditemukan
antibiotik dan teknik pencegahan penyakit. Meskipun demikian, prevalensi infeksi sebagai
penyebab morbiditas dam mortalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia(Yoshikawa,
1985,1986)
Infeksi pada usia lanjut merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas nomor 2
setelah penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi akibat beberapa hal antara lain :
yang tinggi maka perlu tindakan cepat dalam menangani infeksi pada lansia berupa deteksi
dini tanda-tanda infeksi yang terkadang samar-samar terlihat dan memulai terapi empirik
infeksi
tersebut
sambil
menunggu
pemeriksaan
penatalaksanaan selanjutnya.
penunjang
untuk
menentukan
BAB II
INFEKSI PADA LANSIA
Faktor intrinsik penderita usia lanjut akibat proses penuaan antara lain :
o Pada kulit terjadi penipisan dermis dan penurunan vaskularisasi pada kulit
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya selulitis dan infeksi pada
dekubitus.
o Pada saluran napas, terjadi penurunan fungsi dan jumlah mukosilia serta
penurunan reflek batuk memudahkan terjadinya pneumonia.
o Perubahan pada peristaltik usus yang cenderung melambat dan atrofi dari vili
usus serta menurunnya imunitas menyebabkan lansia mudah terkena
gastroenteritis akut baik yang ditularkan melalui air maupun makanan yang
tercemar.
o Pada saluran kemih, terjadi pengosongan vesika urinaria yang tidak sempurna
dan penurunan keasaman urin, memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
o Terjadi penurunan imunitas seluler akibat penuaan pada thymus, produksi sel
T menurun, respon proliferasi sel T terhadap antigen menurun, dan terjadi
penurunan aktivitas sel T-helper dan sel T sitotoksik yang mengakibatkan
supresi imunitas.
o Berbagai penyakit kronis seperti DM, PJK, PPOK, gagal hati, dan gagal ginjal
yang diderita seorang usia lanjut juga sangat mempengaruhi daya tahan tubuh
terhadap infeksi, dimana akan menghasilkan tampilan klinik ataupun
pengobatan yang jauh berbeda antara usia lanjut dan dewasa muda.
o Kondisi ko-morbid lain berupa penurunan fungsional seperti napsu makan
berkurang, kesadaran menurun, jatuh berulang, inkontinensia sering menjadi
faktor pemicu sekaligus faktor resiko terjadinya infeksi dan penurunan daya
tahan.
Faktor kuman
o Jumlah kuman yang masuk dan bereplikasi
o Virulensi kuman
Faktor lingkungan
o Apakah infeksi terjadi/didapat di masyarakat, rumah sakit, atau panti werda.
Lansia
Kuman
Imunitas
Fisiologis
Jumlah
Nutrisi
Proses
patologis
Lingkungan :
Masyarakat
Rumah sakit
Panti werda
virulensi
Seperti juga berbagai penyakit pada usia lanjut lain, manifestasi infeksi pada usia lanjut
sering tidak khas, beberapa hal perlu diperhatikan seperti berikut ini :
jenis infeksi
Catatan
Pneumonia
Sepsis/bakteremia
Endokarditis infektif
Tuberkulosis
Artritis septika
Tetanus
Herpes zoster
Tabel 2. Kuman penyebab pada beberapa infeksi lansia dibandingkan pada dewasa
muda
Jenis penyakit
Pneumonia di masyarakat
muda
lansia
Streptococcus pneumoniae
S. pneumoniae, H.
Influenzae, S. aureus, batang
gram(-)
ISK
Escherichia coli
Virus, S. pneumonia
Batang gram(-)
Endokarditis infeksiosa
S. viridans
Enterokokus, S.pneumoniae,
S.viridans
Sepsis
Gram(-), Msubkutis,
str.aureus, streptokoki
Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa
panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak
enak di daerah suprapubik.
Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
B. Pneumonia
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/ patomekanisme sbb:
1. Osmolaritas intaluminal yang meninggi, disebut diare osmotic.
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4, Mg(OH)2),
malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defesiensi
disararidase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana, Ciputat
Periode 05 Desember 2016 07 Januari 2017
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dalam usus, dan
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari tipe ini antara lain karena
efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang
menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu),
dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll).
yang
Enterotoxigenic
disebut
diare
Escherichia
toksigenik;
coli
(ETEC),
misal
dan
Vibrio
cholera
Clostridium
Eltor,
perfringens.
Gejala klasik dari influenza yaitu onset cepat demam, sefalgia, dan mialgia,
yang disertai faringitis, batuk nonproduktif, kongesti nasal. Selain itu karakteristik
gejala dari influenza yaitu nyeri retro-orbita. Makin bertambahnya usia, gejala
influenza juga akan semakin berkurang dimana hanya menyisakan demam, batuk,
dan kebingungan.
Komplikasi tersering dari influenza pada lansia yaitu pneumonia dan
eksaserbasi yang mendasari penyakit paru kronik.
Kultur virus dari sediaan swab tenggorok sangat berguna untuk menegakkan
diagnosis karena penyebab influenza cenderung sukar dibedakan dari gejala-gejala
yang terlihat karena cenderung mirip.
2.5 PENATALAKSANAAN
Terapi infeksi selalu memerlukan anti mikroba yang sesuai dengan penyebab infeksi.
Namun pada infeksi virus banyak terdapat virus yang tidak memiliki anti virus, sehingga
penatalaksanaannya lebih mengutamakan peningkatan daya tahan tubuh untuk mengeliminasi
virus tersebut. Beberapa infeksi virus seperti influenza, pneumonia, hepatitis, meningitis,
enterovirus dapat dilakukan pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Berbagai penelitian
menunjukan hasil baik dari imunisasi pada usia lanjut untuk pencegahan terhadap infeksi
virus, terutama untuk usia lanjut dengan risiko tinggi.
Yang termasuk dalam usia lanjut dengan risiko tinggi menurut The National Health
and Medical Research Council (NHMRC) Amerika Serikat adalah sebagai berikut:
cell
Pasien immunocopromised seperti: HIV(+) sebelum muncul AIDS, nefrosis akut,
multiple mieloma, limfoma, pemyakit Hodgkin dan pasien dengan transplantasi
organ.
Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita penyakit kronik seperti: penyakit
jantung kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus, penyakit paru kronik,
pecandu alkohol
Orang aborigin dan Torrest Strait Islander dengan umur >50 tahun
Pasien dengan kelemahan CSF.
Untuk infeksi bakteri diperlukan terapi antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur.
Tetapi bila hasil kultur belum ada, diperlukan terapi empiric yang sesuai dengan lokasi
infeksi, lokasi penderita, dan lokasi terjadinya infeksi. Dalam pemberian dosis dan pemilihan
jenis antibiotika pelu diingat adanya perubahan fungsi organ akibat proses menua serta
komorbid yang ada pada usia lanjut yang akan berakibat pada terjadinya perubahan distribusi
obat, metabolisme obat, ekskresi dan interaksi obat. Penuaan telah menyebabkan penurunan
filtrasi glomerulus pada usia 70 tahun, sehingga diperlukan penurunan dosis obat yang
diekskresi melalui ginjal.
Interaksi beberapa obat dapat meningkatkan toksisitas obat, atau penurunan efektivitas obat.
Contohnya makrolid, tetrasiklin, sulfa dll (tidak pada azitromisin) dapat meningkatkan
toksisitas digoksin, warfarin, teofilin dan terfenadin, atau pemakaian antasid atau H 2 bloker
akan menurunkan efektivitas kuinolon.
Efektivitas antibiotika juga dapat berubah atau menurun karena adanya perubahan
motilitas gaster, penurunan permukaan untuk absorbsi, peningkatan jaringan adipose dan
interaksi obat.
Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut tidak hanya dengan antibiotika saja, tetapi
terapi terhadap penyakit komorbidnya dam perbaikan keadaan umum (nutrisi, hidrasi,
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana, Ciputat
Periode 05 Desember 2016 07 Januari 2017
Antibiotika
Rute primer
Interaksi obat
Pembuangan
-Laktam (penisilin,
sefalosporin, karbapenem,
Beberapa sefalosporin
Ginjal
monobaktam)
(sefoperazon, sefotetan)
Warfarin
Makrolid (eritromisin,
klaritromisin, roksitromisin,
Hati
azitromisin)
Digoksin, warfarin,
terfenadin, teofilin
Tetrasiklin
Fluoroquinolon
Hati
(ciprofloksasin, ofloksasin,
Ginjal
levofloksasin, dll)
Digoxin, procalnamide,
Trimetoprim-sulfametoksasol
Ginjal/hati
Vancomycin
Ginjal
Sedikit interaksi
Lain-lain
Hati
beberapa
Clindamycin
Hati
Hati
Rifampisin (rifampin,
rifabutin)
Beberapa H2 bloker/antasid
(ketoconazole, itrakonazol,
flukonazol)
*suplemen Fe2++ dan antacid menghalangi dan menghambat absorpsi quinolone dan tetracyclin.
*kadar teofilin meningkat dengan beberapa fluoroquinolon.
*Ketoconazole dam itraconazole memerlukan asam lambung untuk absorbsinya sedangkan
fluconazole tidak.
Infeksi
Terapi awal
Keterangan
Amoksilin
Didapat di masyarakat
(Community Acquired):
Penderita rawat jalan
Sinusitis akut
dari gigi
Bronkitis kronik
Amoksilin
Eksaserbasi infeksi
Pneumonia
Amox-clav/azitomycin/FQ
Perokok/PPOK sering
generasi ke 2/3
dijumpai
Selulitis
Cephalexin
Amox-clav
TMP-SMZ (wanita);FQ(pria)
simtomatik
Diare infeksi
FQ
Antibiotik berhubungan
Metronidazol
dengan diare
Herpes Zoster
Seftriakson + makrolid
Pneumonia (berat)
Seftriakson ditambah
makrolid/generasi 2/3 FQ
Urosepsis berhubungan
ditambah ampisilin
Meningitis akut
Seftriakson ditambah
vankomisin
Kolesistitis akut
Ampisilin subaktam
Sering diperlukan
pembedahan
ESPCN-BL + gentamycin
kolesistitis emfisematosa,
cholangitis)
Appendisitis
Diverticulitis
kolitis iskemik
Sefoksitin/sefotetan/amp-
subaktam
pembedahan
+ klindamisin/ESPCN-BL
Penisilin+nafsiin
endokarditis katup
infeksi ulkus kaki diabetic
laergi penisilin
Amp-subaktam atau ESPCN-
BL
selulitis
Sefazolin
Imipenem/silastatin
diketahui penyebabnya
agresif
FQ +
klindamisin(PO);ESPCN-
essential debridement;
BL(IV)
Pneumonia
Pertimbangan tuberculosis
seftriakson(IV)
Urosepsis
Siprofloksasin
(PO);seftriakson(IM/IV)
Kolitis C.difficle
Metronidazole
Nosokomial/rumah sakit:
Pneumonia
Pemilihan antibiotik
FQ; ESPCN-BL
dengan kateter
seph
Vankomisin
imunnocompromised,
tambahkan seftazidim;
bakteriemi)
sepsis thrombophlebitis
Metronidazole
C.difficle
Sefazolin(infeksi ringan);
operasi(abdominal) dengan
vankomisin+enerasi ke 3/4
seph(infeksi berat)
pembersihan jaringan
bakteriemi.
BAB III
Kesimpulan
Penyakit infeksi pada usia lanjut perlu diwaspadai pada setiap adanya perubahan
mendadak dari tingkat kesadaran, kebiasaan, maupun keadaan fisiknya. Setiap perubahan
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana, Ciputat
Periode 05 Desember 2016 07 Januari 2017
akut yang cenderung menurun harus dipikirkan adanya penyakit infeksi dan perlu dinilai
secara teliti sampai diagnosis infeksi dapat disingkirkan. Bila terlambat akan mempertinggi
angka kematian pada usia lanjut.
Panas yang merupakan tanda kardinal penyakit infeksi, kadang tidak ditemukan pada
usia lanjut(20-35% kasus tanpa demam).
Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut selain antibiotika yang sesuai, juga
memerlukan terapi adekuat untuk penyakit ko-morbid yang diderita pasien usia lanjut. Terapi
perawatan kompleks dan terapi suportif seperti nutrisi, cairan dan elektrolit, oksigen, dan
lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.