Faal Kerja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN

ERGONOMI DAN FAAL KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat
kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau dari segikeilmuan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk mengembangkanergonomi diperlukan
dukungan dari berbagai disiplin, antara lain psikologi,antropologi, faal kerja, biologi,
sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain (Sutalaksana, 1979). Perubahan waktu,

walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi
manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan
peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu
yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan
pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya
berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini
terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar
genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika
dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai
risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE
(efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan
yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).
Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Pembahasan tentang ergonomi
membutuhkan studi tentang sistem manusia, di mana manusia, fasilitaskerja, dan lingkungan
saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikansuasana kerja dengan
manusianya. Penerapan ergonomi umumnya meliputi aktivitasrancang bangun (design)
maupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat mencakupperangkat keras seperti perkakas
kerja (tools), bangku kerja (benches), platform,kursi, pegangan alat kerja (workholders),

sistem pengendali (controls), alat peraga(displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors),
jendela (windows), dan lain-lain.Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan
pada suatu organisasi,desain perangkat lunak, meningkatkan faktor keselamatan dan
kesehatan kerja,serta desain dan evaluasi produk (Nurmianto, 2003).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Ergonomi?
2. Bagaimana Sejarah Ergonomi?
3. Bagaimana Perkembangan Ergonomi?
4. Apa Aplikasi / Penerapan Ergonomi?
5. Apa Metode Ergonomi?
6. Apa Prinsip Ergonomi?
7. Bagimana Pengelompokan Bidang Kerja Ergonomi?
8. Apa saja Spesialisasi Ergonomi?
9. Apa Contoh Kasus Ergonomi?
10. Apa yang dimaksud Faal Kerja?
11. Apa Pembagian Kerja?
12.
C. TUJUAN

II. PEMBAHASAN
A. ERGONOMI
1. DEFINISI ERGONOMI
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara
keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Banyak definisi tentang
ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain:
a.

Ergonomi adalah Ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan


sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981).

b.

Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).

c.

Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di
lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).

d. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya
(Sumamur, 1987).
e.

Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan
kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat dari ergonomi
adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan,
dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan
produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja,
pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus,
tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut:

a.

b.

Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan,
fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan

c.

rasa lelah dan sebagainya.


Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia,
kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan
lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat terangkumkan
dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk
menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan,
keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem,
pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan
efektifitas pekerjaan manusia.

2. SEJARAH ERGONOMI

Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan
dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting
a.

diilustrasikan sebagai berikut:


C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan dari
seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia
mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat
itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja
yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga

mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.


b. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk
c.

menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.


F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail
dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang
diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi

dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), England,
1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang
Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan
e.

jam kerja per hari-nya yang menurun.


Elton Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan
Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti
pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja

f.

pada unit perakitan.


Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat
(seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan
identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel
pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk
suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

g. Pembentukan Kelompok Ergonomi

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society) di England


pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam
bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi
pada November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)
terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.
Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan
pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan
New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand).
3. PERKEMBANGAN ERGONOMI
Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku
yang dikarang oleh Prof. K. F. H. Murrel (1949) Sedangkan kata ergonomi itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah
ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor
atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya berbeda
pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi
dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya
dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun
yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia
merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan
pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk
memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan
tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada
saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu
dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk
mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930
Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang
ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan ergonomi semakin terasa
setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai

dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak
dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.
4. APLIKASI / PENERAPAN ERGONOMI
Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Aplikasi /
penerapan tersebut antara lain:
a.

Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

b. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c.

Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5. METODE ERGONOMI
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-metode tersebut
antara lain:
a.

Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan

kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang
sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
6. PRINSIP ERGONOMI

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan
meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang
digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam
menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi
terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
a.

Bekerja dalam posisi atau postur normal;

b.

Mengurangi beban berlebihan;

c.

Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;

d.

Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;

e.

Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;

f.

Minimalisasi gerakan statis;

g.

Minimalisasikan titik beban;

h.

Mencakup jarak ruang;

i.

Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;

j.

Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;

k.

Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;

l.

Mengurangi stres.

7. PENGELOMPOKKAN BIDANG KAJIAN ERGONOMI


Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh
Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
a. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan
dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja
yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
b. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai
c.

dengan pemakainya.
Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh
dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan

sebagainya.
d. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
e. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan
suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima
bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang

optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang
semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.
8. SPESIALISASI BIDANG ERGONOMI
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi
sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi
ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang
bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga
a.

didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik.


Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang,

b.

MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.


Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ;
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian
elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja,
pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan

stres kerja.
c. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara
lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork,
perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi, organisasi virtual, dll.
d. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.
Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ; perancangan ruang kerja,
sistem akustik,dll.
9. KASUS ERGONOMI
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut
antara lain:
a.

Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat
kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang

dilakukan dengan berdiri atu duduk.


b. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.

c.

Antropometri

dan

Aplikasinya

dalam

Perancangan

Fasilitas

Kerja

Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis


d.

dalam memerlukan interaksi manusia.


Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer
dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan
bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu, pergelangan

e.

tangan, dan pinggang.


Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di luar recommended

weighting limit (RWL).


f.
Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama pada saat
situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh
operator tersebut. Kejadian yang serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus
menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.

B. FAAL KERJA
Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan
sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja (Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana, 1979).
Menurut Sutalaksana, bekerja merupakan suatu kegiatan manusia merubah keadaankeadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang kaitannya dengan kerja manusia
dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang
harus diaplikasikan, agar dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga
kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya
Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya dari
dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan
perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang
masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru.
hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain berjalan secara
sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada
seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu
ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis

tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah
ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik. Otot
bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar
serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut),
darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga
peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab
kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi
dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda, memutar. roda,
memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus dari suatu otot, sekalipun
bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas
dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan
otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C0 2, dan
sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh
keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering
juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari
padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya
koordinasi, serta otot gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja. Kerutan dan
pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi,
supinasi dan lain.lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka
berkembanglah ilmu biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan
pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja
sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakangerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan,
kaki, jari-jari dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh, ukuran
tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya. Ukuran-ukuran ini menentukan pula
kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran
demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu yang disebut
Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun
dinamis.
Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran:
Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan dan panjang lengan.
Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak

lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki.


1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan atau bisa disebut juga sebagai
pembagian kerja. Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik
dan kerja mental.
a. Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan kerja mental membutuhkan
usaha dan energi yang cukup besar dan kerja fisik dibedakan atau dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1). Kerja statis
Tidak menghasilkan gerak
Kontraksi otot bersifat isometris
Kelelahan lebih cepat terjadi
2). Kerja dinamis
Menghasilkan gerak
Kontraksi otot bersifat isotonos
Kontraksi otot bersifat ritmis
Kelelahan relatif lebih lama terjadi
b. Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun relatif lebih ringan dibandingkan
dengan kerja fisik yang membutuhkan energi lebih besar dan cukup sulit untuk
mngukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik,motivasi, jenis kelamin, pendidikan,
keterampilan, pengalaman, dan sebagainya.
Fakto-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin, peralatan, metode kerja, dan
sebagainya.
Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja. Kriteria-kriteria
tersebut adalah:
1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat
penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam darah dan air seni, dst. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.
2. Kriteria Fisiologis kerja
Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama berkerja.
3. Kriteria Hasil kerja

Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama berkerja.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang
diperoleh dari kerja.

III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi
mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya
untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia. Pusat dari
ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan
kemampuan, dan kapabilitas manusia.
Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh
Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) yaitu Faal Kerja, Antropometri, Biomekanika,
Penginderaan, dan Psikologi kerja.
Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan
sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai