KEL 5 Epidemiologi Kecelakaan Kerja
KEL 5 Epidemiologi Kecelakaan Kerja
KEL 5 Epidemiologi Kecelakaan Kerja
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK V
KELAS D
NURAMALIA K012211081
IRMAWATY HAERUDDIN K012202058
TRIA DWI ASTUTI K012211072
RINGGO LARENGSI K012202077
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di
perusahaan dimana kecelakaan tersebut sering menimpa para pekerjanya dan menyebabkan
keparahan tingkat luka pada fisik pekerja. Perkembangan industri yang sangat pesat dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan meningkatnya penggunaan
peralatan mesin serta bahan-bahan kimia dalam proses produksi yang bertujuan untuk
menghasilkan sebuah produk atau jasa dengan kualitas baik agar dapat bersaing di pasaran.
Namun, pesatnya perkembangan industri dan kemajuan dibidang IPTEK dapat menimbulkan
berbagai permasalahan pada keselamatan dan kesehatan para pekerja di perusahaan, seperti
bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya potensi bahaya, dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta
orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang
mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang
mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Beaya
yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan
kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakitpenyakit akibat
kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik
Bruto (GDP).
Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih
tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan
perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang
kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya
angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang
mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit
jantung dan stroke. Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan
gangguan pada otot, yang mempengaruhi kwalitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu,
masalah-masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan
masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker
yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea
menyatakan keprihatinannya terhadap keselamatan kerja, dengan menyebutkan bahwa
kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja (71 juta jam yang
seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang
bersangkutan tidak mengalami kecelakaan) dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah.
Masih tingginya tingkat kecelakaan kerja di Indonesia membutuhkan perhatian yang
serius. Menurut data internal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
sepanjang tahun 2018 tercatat ada 157.313 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia.
umlah kecelakaan kerja di Indonesia saat ini relatif masih tinggi. Berdasarkan data BPJS
Ketenagakerjaan, pada tahun 2019 tercatat 114.235 kasus kecelakaan kerja. Sedangkan pada
tahun 2020, periode Januari hingga Oktober, BPJS mencatat 177.161 kasus kecelakaan kerja,
53 kasus penyakit akibat kerja, dimana 11 diantaranya adalah kasus Covid-19. Angka itu
dihimpun pihak BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan klaim yang diajukan atas kecelakaan
kerja yang dialami para pekerja.
Berdasarkan data kecelakaan tersebut, diharapkan dapat mendorong seluruh pihak
untuk peduli dalam upaya menekan angka kecelakaan kerja yang terjadi. Tidak hanya para
pekerja, tetapi semua elemen seperti asosiasi buruh dan pekerja, pengusaha, manajemen
perusahaan, dan masyarakat juga harus peduli dan ikut bergerak dalam melakukan sosialisasi
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan
untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja, yaitu harus mengetahui faktor – faktor yang
menjadi penyebab kecelakaan kerja. Menurut (Elisa, 2017) menjelaskan bahwa kecelakaan
kerja yang sering terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan tempat kerja, rambu-rambu
keselamatan, pekerja, dan cara kerja. Berdasarkan jurnal (Shirali, Noroozi and Malehi, 2018)
menyatakan bahwa dampak dari kecelakaan kerja berupa keparahan tingkat luka dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu usia, penyebab terjadinya kecelakaan, tingkat pendidikan dan
tempat kecelakaan.
Dari permasalahan tersebut, perusahaan perlu mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap dampak kecelakaan kerja yang menyebabkan keparahan tingkat luka pada pekerja
diperusahaan. Setelah mengetahui faktor yang mempengaruhi keparahan tingkat luka pekerja,
maka perusahaan perlu melakukan berbagai tindakan perbaikan atau kebijakan sebagai upaya
dalam menurunkan tingkat keparahan luka yang akan dialami pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA