Bab 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan kekayaan alam yang
melimpah, hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di Negara ini.
Sebagian besar sudah dimanfaatkan oleh nenek moyang kita untuk
mengobati berbagai penyakit. (Rahmawan, 2008). Bertitik tolak dari sumber
bahan alam hayati yang memiliki peranan penting dalam penyediaan
senyawa-senyawa kimia khusunya bidanng obat-obatan maka pemerintah
menghimbau para ahli untuk meningkatkan penelitiannya dalam bidang
tersebut, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para ahli untuk melibatkan
diri melakukan penelitian untuk menemukan senyawa-senyawa baru dari
tumbuh-tumbuhan tersebut. (Effendi, 1982).
Obat tradisional dalam bahan alam mengandung senyawa-senyawa
yang dikenal dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan
senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang
tergolong kedalam kelompok metabolit sekunder ini antara lain flavonoid,
tanin, saponin, steroid, terpenoid dan lain-lain. Senyawa metbolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang umumnya memepunyai kemampuan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan.
Salah satu dari tumbuhan metabolit sekunder yang biasa digunakan
sebagai tumbuhan obat adalah labu air (Ligeneria siceraria) familli
Cucurbitaceae. Labu air merupakan tanaman herba semusim yang tumbuh
menjalar memiliki batang yang berbentuk persegi, dengan alat pembelit.

Daunnya tunggal bertangkai silindris, permukaan kasar dan daun hijau.


Bunga berumah satu diketiak daun, berwarna kuning kehijauan, memiliki 5
mahkota, 5 benang sari, dan 3 putik. Buah bulat memanjang dan berwarna
hijau kekuningan, denngan kulit yang bertekstur keras. Biji buah banyak,
pipih, lonjong, dan berwarna putih dan berakar tunggang. Labu merupakan
tumbuhan yang relative mudah ditanam karena mampu beradaptasi terhadap
lingkungan baik pada dataran tinggi berhawa dingin maupun dataran rendah
berhawa panas. Selain itu tumbuhan ini juga mampu beradaptasi pada
kurangnya air pada musim kemarau dan kelebihan air pada musim hujan.
Tumbuhan ini dibudidayakan dengan biji. Kebutuhan biji yaitu 4-5 biji/ha,
dengan pencangkulan 2 kali sehari supaya gembur dan di beri pupuk
kandang. Dengan masa panen yang tergolong cepat yaitu 70-90 hari
tergantung pada tingkat perkembangan buah yang diinginkan. Pada saat
panen buah labu air harus dipotong tangkainya dengan pisau tetapi jangan
sampai jatuh. Pada pemotongan, sisakan tangkai buah sekitar 5 cm, jadi
tidak dipotong utuh (Shah,2010).
Buah legenaria siceraria berkhasiat sebagai obat demam yang tinggi
akibat sakit tipus atau infeksi. Selain itu buah labu air juga berkhasiat
sebagai deuretik, antioksidan, hyperlipidemia, meningkatkan system imun,
anti inflamasi, anthelmintik, hepatoprotektif, gondok, diabetes (Shah, 2010).
Dari latar belakang diatas maka penelitian ini untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang ada pada buah labu air, yaitu dengan
judul Identifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak etanol buah
labu air (Legenaria siceraria) dan profil kromatogramnya
1.2 Rumusan Masalah

1. Metabolit apa sajakah yang terdapat dalam ekstrak etanol buah labu air
(Legenaria siceraria)?
2. Bagaimana kromatogram yang terdapat pada ekstrak etanol buah labu
air (Legenaria siceraria)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder apa sajakah yang terkandung pada ekstrak etanol pada buah labu
air (Legenaria siceraria) dan profil kromatogramnya?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini, penulis dari berbagai segi yaitu :
1.4.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberi gambaran pengetahuan kepada
masyarakat tentang kandungan dan manfaat yang terdapat pada buah
labu air untuk memberikan efek pengobatan sesuai tujuan
1.4.2

pemakaiannya.
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kandungan
metabolit sekunder pada buah labu air.

1.4.3

Bagi Penulis
Sebagai pengalaman yang nyata diharapkan mampu menambah
informasi dan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian serta
dapat mengetahui kandungan metabolit sekunder buah labu air
khususnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Buah Labu Air

Gambar I. Buah Labu Air (Legenaria siceraria)


2.1.1 Klasifikasi Tanaman Buah Labu Air
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Cucurbitales

Famili

: Cucurbitaceae

Genus

: Legenaria

Spesies

: Legenaria siceria (Steenis, 2008).

2.1.2

Morfologi Tanaman Labu Air


Labu air merupakan tanaman herba semusim yang tumbuh
menjalar memiliki batang yang berbentuk persegi, dengan alat
pembelit. Daunnya tunggal bertangkai silindris, permukaan kasar dan
daun hijau. Bunga berumah satu diketiak daun, berwarna kuning
kehijauan, memiliki 5 mahkota, 5 benang sari, dan 3 putik. Buah
bulat memanjang dan berwarna hijau kekuningan, denngan kulit
yang bertekstur keras. Biji buah banyak, pipih, lonjong, dan
berwarna putih dan berakar tunggang. Labu merupakan tumbuhan
yang relative midah ditanam karena mampu beradaptasi terhadap
lingkungan baik pada dataran tinggi berhawa dingin maupun dataran
rendah berhawa panas. Selain itu tumbuhan ini juga mampu
beradaptasi pada kurangnya air pada musim kemarau dan kelebihan
air pada musim hujan. Tumbuhan ini dibudidayakan dengan biji.
Kebutuhan biji yaitu 4-5 biji/ha, dengan pencangkulan 2 kali sehari
supaya gembur dan di beri pupuk kandang. Dengan masa panen yang
tergolong

cepat

yaitu

70-90

hari

tergantung

pada

tingkat

perkembangan buah yang diinginkan. Pada saat panen buah labu air
harus dipotong tangkainya dengan pisau tetapi jangan sampai jatuh.
Pada pemotongan, sisakan tangkai buah sekitar 5 cm, jadi tidak
dipotong utuh (Shah,2010).
2.1.3

Manfaat Buah Labu Air


Buah labu air (legenaria siceraria) berkhasiat sebagai obat
demam yang tinggi akibat sakit tipus atau infeksi. Selain itu buah

labu

air

juga

hyperlipidemia,
2.1.4

berkhasiat

sebagai

deuretik,

meningkatkan

system

imun,

anti

antioksidan,
inflamasi,

anthelmintic, hepatoprotektif, gondok, diabetes (Shah, 2010).


Kandungan Kimia Labu Air
Daun dan buah Legenaria siceraria mengandung saponin da
polifenol. Komposisi asam amino dalam buah adalah sebagai berikut
: leucines 0.8, fenilalanin 0.9, valin 0.3, tirosin 0.4, alanine 0.5,
treonin 0.2, asam glutamate 0.3, serin 0.6, asam asparatat 1.9, sistein
0.3, sistin 0.6, arginine 0.4, dan 0.3 mg prolin/g. Buah

ini

merupakan sumber yang baik dari vitamin B dan C. Skrining


fitikimia buah mengandung dua steroid : fucosterols

dan

campesterol. Polifenol dan saponin merupakan salah satu fito kimia


yang mempunyai efek biologi menghambat pertumbuhan kanker,
antioksidan, menghambat pertumbuhan mikroba, menurunkan
koestrol darah, menurunkan kadar darah, bersifat antibiotic, dapat
meningkatkan kekebalan tubuh (Shirwaikar, dkk, 1996).
2.2 Metabolit Sekunder
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan
itu sendiri atau lingkungannya. Secara umum kandungan metabolit sekunder
dalam bahan alam hayati dikelompokan berdasarkan sifat dan reaksi khas
suatu metabolit sekunder dengan preaksi tertentu (Harbone, 1987).
2.2.1 Steroid
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang
mengandung inti siklopentana perhidrifenantren yaitu dari tiga cincin

sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering


digunakan sebagai hormone kelamin, asam empedu, dll. Tetapi pada
tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang
ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa
disebut fitosterol terdapat pada hamper setiap tumbuhan tinggi yaitu :
silosterol, sigmasterol, dan kampesterol (Harbone, 1987 ; Robinson,
1995).

Gambar II. Struktur steroid


2.1.2

Alkaloid
Alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder yang
terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun,
ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam
bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan
darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat
penyakit jantung dan lain-lain lain (Simbala 2009).

2.1.3

Gambar III.

Struktur

alkaloid

(Anonim, 2013)

Saponin
Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen
dengan aedikit steroid. Residu gula di hubungkan oleh gugus OH
biasanya C3OH dari glikon (Monodesmoside Saponin) dan jarang
dengan 2 gugus OH dan satu gugus karboksil (Bis Desmisde
Saponin)

saponin

dapat

diketahui

dengan

penambahan

air.

Timbulnya busa menunjukan adanya glikosida terhidrolisis menjadi


glukosa dan agliko (Rabinson,1995).

Gambar IV. Struktur saponin (Harborne, 1987)


2.1.4

Flavonoid
Flavonoid salah satu kelas yang banyak tersebar dari senyawa
fenolat adalah flavonoid golongan ini memberikan warna pada buah
dan bunga flavonoid telah banyak dikarakterasi dan digolongkan
berdasarkan struktur kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat
yang terhidrolisis dan merupakan senyawa C6-C3-C6 dimana C6

diganti dengan cincin benzena C3 adalah rantai alifatik yang terdiri


dari cicin piran. Ada 7 tife flavonoid yaitu flavon, flavonol, khalkon,
xanton, isoflavon, dan bifalvon. Uji flavonoid dengan HCI untuk
mendeteksi senyawa yang mengandung inti benzopiranon.warna
merah atau warna ungu.

Gambar 5. Struktur flavonoid (Achmad, 1986)


2.2 Pelarut etanol
Ethyl alkohol atau etanol adalah salah satu turunan dari senyawa
hidroksil atau gugus OH, dengan rumus kimia C2H5OH. Istilah umum yang
sering dipakai untuk senyawa tersebut, adalah alkohol. Etanol memepunyai
sifat tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut dalam air, berat molekeul
46,1, titik didihnya 78.3oC, membeku pada suhu 177,3oC, kerapatannya
0,789 pada suhu 20oC, nilai kalor 7077 kal/gram, panas latent penguap 204
kal/gram dan angka oktan 91-105 (Hambali., et al., 2008)
2.2.1 Syarat-syarat pelarut
a. Kapasitas besar.
b. Selektif
c. Mudah menguap atau titik didihnya rendah
d. Harus dapa diregenerasi
e. Relative tidak mahal
f. Non toksik, non korodif, tidak memberikan kontaminasi serius
dalam keadaan uap.

10

g. Viskositas cukup rendah


2.3 Ekstrak
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarutan
menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, dll. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia
kan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen
POM, 2000).
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diliuar
pengaruh matahari langsung (Ditjen POM, 1979).
Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
2.3.1 Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling
sederhana menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa
kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen
POM,2000).
Maserasi digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengaduk stirak, benzoin dan
lain-lain. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara
merendam 10 bagian seerbuk simplisia dalam 75 bagian cairan
penyari (Ditjen POM, 1986).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah metode ekstraksi dengan pelarut yang
selalu baru sampai sempurna yang dilakukan pada temperatur
kamar (ruangan). Tahap dalam proses perkolasi yaitu penetasan

11

terus menerus sampai diperoleh ekstrak 1-5 kali bahan awal


2.4.2

(Ditjen POM,2000).
Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut
terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik
2.

(Ditjen POM, 2000).


Digesti
Digesti adalah maserasi maserasi dengan pengadukan
continue pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

kamar yaitu, pada suhu 40-50oC (Ditjen POM, 2000).


3. Infus
Infus adalah ektraksi menggunakan pelarut air pada
temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas
air mendidih, temperature terukur 90oC) selama 15 menit
(Ditjen POM,2000).
4. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur 90oC selama 30 menit (Ditjen POM, 2000).
5. Soxhletasi
Soxhletasi adalah metode ekstraksi untk bahan yang tahan
pemanasan dengan cara meletakan bahan yang akan di
ekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) di
dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja continue
(Ditjen POM, 2000).

2.5 Kromatografi

12

Kromatografi merupakan salah satu bagian dari teknik pemisahan


komponen senyawa di dalam bidang kimia. Teknik pemisahan yang lain
misalnya ekstraksi, destilasi dan sebagainya. Kromatografi sendiri adalah
teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran yang ada di dalam sampel di antara dua
fase yakni fase diam (padat/cair) dan fase gerak. Atau dapat juga diartikan
sebagai suatu tehnik pemisahan molekul berdasarkan pada perbedaan pola
pergerakan yakni antara fase diam dan fase gerak yang berguna untuk
memisahkan komponen (molekul) yang berbeda di dalam sampel. Secara
umum, teknik kromatografi terbagi kedalam beberapa jenis yaitu,
kromatografi gas dan kromatografi cair yang terdiri dari beberapa macam
yaitu : kromatografi kertas (partisi) dan kromatografi absorbi (lapis tipis).
2.6 Macam-macam kromatografi
Teknik pemisahan menggunakan metode kromatografi terdiri dari
beberapa macam. Berikut ini disajikan beberapa macam teknik kromatografi
beserta penjelasannya, yaitu sebagai berikut :
2.6.1 Kromatografi kertas
Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni
kandungan selulosa di dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang
diunakan adalah pelarut aau campuran yang sesuai. Kertas sebagai
fase diam akan dicelupkan kedalam sampel dan pelarut, selanjutnya
sample dan pelarut berdasrakan gaya kapilaritas akan terserap dan
bergerak ke atas. Perbandingan jarak antara relative antara senyawa
(sampel) dengan jarak dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi
penggunaan

dari

kromatografi

kertas

sendiri

adalah

untuk

13

memisahkan di antaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa


tumbuhan seperti klorofil, kosmetik dan berbagai zat lainnya
2.6.2

(Sastrohamidjojo, 11. 1985).


Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis atau sering dikenal dengan KLT
merupakan metode analitik kimia yang dapat memisahkan suatu zat
dengan cara sangat sederhana dan paling banyak digunakan. Cara
kerja metode ini ialah memisahkan komponen menggunakan fase
diam berupa plat dengan lapisan adsorben inert. KLT sering
digunakan untuk identifikasi awal karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, diantaranya adalah sederhana dan murah.
Kromatografi lapis tis menggunakan plat yang dilapisi dengan
adsorben seperti silica gel, alumunium oksida (alumunia) maupun
selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fase diam. Fase gerak
yang digunakan dalam KLT sering disebut denagn eluen. Eluen
dipilih

berdasarkan

pada

polaritas

senyawa

yang

biasanya

merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas,


sehingga didapakan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih
dengan caratrial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap Rf (factor retensi ) yang diperoleh.
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen
dibagi dengan jarak yang ditempuh dengan eluen. Nilai Rf sangat
karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan unuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti

14

mempunya kepolaran yang lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Hal


tersebut dikarenakan fase diam bersifat polar. Ssenyawa yang lebi
polar akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga menghasilkan nilai
Rf yang rendah. Nilai Rf pada KLT yang bagus berkisaran antara
0,2-0,8, jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah
mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang digunakan
untuk KLT adalah Chamber (wadah untuk proses KLT), pinset, plat
KLT dan eluen. Nilai Rf untuk warna dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Rf =

jarak tempuh komponen


jarak tempuh eluen

Beberapa komponen penting pada kromatografi Lapis Tipis


1. Fase diam (fase stasioner)
Bahan penyerap disebut juga fase diam, fase stasioner
atau tidak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal diam
selama proses pemisahan berlangsung. Bahan penyerap atau
fase diam terdiri atas bahanberbutir-butir yang ditempatkan
pada penyangga berpua plat gelas, logam atau lapisan yang
cocok. Penyerap pada umumnya adalah silica gel, AL oksida,
selulosa dan turunannya, poliamid dan lain-lain. Panjang
lapisan tipis fase diam tersebut adalah 0,1-0,3 mm. sebelum
digunakan lapisan tersebut disimpan dalam lingkungan yang

15

tidak lembab dan bebas uap loboratorium. Lempeng yang


paling banyak digunakan adalah lempeng dengan fase diam
silica gel GF254 dimana pada sinar UV

254

mm lempeng dapat

berflouresesi dan bercaknya gelap. Sedangkan dengan sinar UV


366 nm lempeng akan gelap dan banyak bercaknya
berfouresensi.
2. Fase Gerak (Cairan eluasi)
Fase gerak adalah media angkut dan terdiri dari satu atau
beberapa pelarut bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan
berpori, karena adanya gaya kapiler. Angka banding campuran
sederhana atau multi komponen pelarut dinyatakan dalam
bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total 100.
Persyaratan yang harus dipenuhi pelarut baik pelarut tunggal
maupun campuran yaitu mampu menghasilkan pemisahan yang
baik, tidak merusak lapisan adsorben yang digunakan, dan
tidak bereaksi dengan senyawa yang dipisahkan. Cairan eluasi
biasanya berupa zat organic yang mudah menguap agar
memudahkan penegrjaan selanjutnya ndan kejenuhan dalam
bejana kromatografinya dapat tercapai sehingga efektifitas
pemisahan lebih baik dan waktu penegmbangan lebih singkat.
Jika cairan eluasi dibuat dari campuran dua bahan atau lebih,
sebaiknya hanya dipakai 2-3 kali saja
3. Pereaksi semprot
Untuk menimbulkan bercak yang berwarna, lazimnya
disemprot dengan larutan pereaksi. Lempeng yang telah di
eluasi diambil adari bejana lalu dikeringkan di udara, diamati

16

dalam sinar biasa sinar UV

254

dan sinar UV 366 nm. Selain itu

disemprotkan dengan larutan pereaksi jika perlu dipanaskan


dalam oven pada suhu tertentu, lalu diamati sekali lagi pada
sinr biasa, biasa sinar UV 254 dan sinar UV 366 nm.
4. Letak bercak
Posisi bercak dinyatakan dengan harga Rf (Retention
Faktor) yaitu perbandingan jarak antara titik penotolan dengan
bercak disbanding dengan jarak rambat. Harga Rf merupakan
parameter spesifik pada kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi
2.6.3

suatu senyawa pada kromatogram.


GLC (Gas Liquid Chromatografhy)
GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organic yang
mudah menguap. Pada kromatgrafi ini, fase gerak yang digunakan
adalah gas, dan fase diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari
kromatografi gas misalnya digunakan untuk menentukan komposisi
kimia darizat-zat yang tidak kita ketahui, seperti misalnya senyawa
berbeda dalam bensin. Waktu analisa menggunakan GLC cendrung
lebih lama. GLC menggunakan instrument yang lebih kompleks.
Beberapa instrument dalam GLC adalah sebagai berikut :
a. Gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel
dan harus murni. Di antara gas pembawa yang banyak digunakan
adalah hydrogen, helium, nitrogen dan argon.
b. Pengontrol aliran
c. Injector atau tempat untuk menyuntikan sampel
d. Kolom

17

e. Dector, merupakan instrument yang berfungsi untuk merupakan


sinyal yang analitik menjadi sinyal listrik.
f. Rekorder, merupakan instrument yang akan merubah sinyal
2.6.4

listrik menjadi sinyal mekanik bias dibaca dalam bentuk data.


Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupkan metode terbaik untuk
pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 g) dimana
fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat. Ada
empat perubahan utama yang dilakukan pada kolom klasik. Pertama
dipakai penyerapan yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh
lebih sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik di dalam
sistem. Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai
untuk mendorong pelarut melalui penyerap yang halus. Hal ini perlu
karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa tersebut menyebabkan
kromatografi lebih cepat, memperkecil difusi. Ketiga, detector telah
dikembangkan

sehingga

diperoleh

analisis

senyawa

yang

berkesinambungan ketika senyawa itu keluar dari kolom (Roy,


1991).
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independent
Ekstrak Etanol Buah Labu
air (Legenaria siceraria)

Variabel Dependent
Kandungan Metabolit Sekunder
yang terkandung pada buah
Labu Air (Legenaria siceraria)
dan profil kromatografinya

18

Gambar VI. Kerangka Konsep Uji metabolit Sekunder Ekstrak Etanol


Buah Labu Air
2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol buah labu air
(Legenaria siceraria) memiliki kandungan metabolit sekunder, saponin,
alkaloid, flavonoid, steroid.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek Penelitian
3.1.1 Objek Penelitian
Rancangan penelitian yang diambil oleh penulis adalah
melakuan serangkaian uji kandungan pada buah labu air (Legenaria
siceraria)

dan penelitian eksperimental dengan uji labolatorium

yang bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder


yang terkandung dalam buah labu air (Legenaria siceraria).
3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan dilabolatorium Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah Tangerang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai bulan Januari sampai bulan
Februari 2017
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat

19

Alat yang digunakan adalah seperangkat alat gelas, rotary


evaporator vaccum, tabung reaksi, lampu, kertas saring, neraca
analitik, corong buchner, dan plat silika gel

F254.

pipet ukur, pipet

tetes, water bath, wadah maserasi, beaker glass, gelas ukur, labu
takar, pipet volum, kuvet, water bath, cawan petridish dan
3.2.2

alumunium foil, lampu UV 366 NM,.


Bahan
Buah labu air segar, aquades, etanol p.a, Liberman-bouchardat,

Wagner, meyer dan dragendorf.


3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi titik pusat
penelitian. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kandungan
metabolit sekunder
3.3.2

ekstrak etanol buah labu air (Legenaria

siceraria).
Variabel bebas
Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Dalam penelitian ini, variabel bebas yang dianalisis adalah berupa

ekstrak etanol buah labu air (Legenaria siceraria).


3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental dilakukan

dengan

pengujian langsung terhadap adanya kandungan metabolit sekunder


ekstrak etanol buah labu air (Legenaria siceraria) .

3.4.2

Prosedur Penelitian
1. Pengajuan judul

20

Pengajuan judul dilakukan oleh penelitian ditunjukan


kepada sekolah tinggi farmasi muhammadiyah tangerang,
kemudian judul di setujui oleh pihak kampus.
2. Setudi literatur
Studi literatur dilakukan oleh peneliti dengan mencari
referensi buku dan jurnal terkait dengan judul yang setelah di
setujui oleh pembimbing.
3. Pembuatan proposal
Pembuatan proposal dilakukan oleh peneliti dengan arahan
dari dosen pembimbing, setelah pembuatan proposal selesai
kemudian proposal akan disetujui oleh pembimbing 1 dan 2
untuk selanjutnya dilakukan penelitian.
4. Ijin penelitian
Surat ijin penelitian dari sekolah

tinggi

farmasi

muhammadiyah tangerang ditunjukan kepada staff labolatorium,


Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang kemudian
setelah itu peneliti melakukan penelitian di Labolatorium
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah.

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Pembuatan Simplisia
Pengumpulan bahan baku simplisia buah labu air (Legenaria
siceraria). Kemudian dilakukan sortasi basah dan tahap ini perlu
dilakukan karena bahan simplisia harus benar-benar kering dan
murni untuk memastikan pengeringannya. Tidak boleh tercampur
oleh tanah, krikil, pengotor lainnya (serangga), pencucian yang benar
dengan air yang mengalir tujuan agar bakteri dan kuman tidak

21

menempel kembali ke pada simplisia, perajangan dan pengeringan


merupakan
3.5.2

proses

pengawetan

simplisia,

penyimpanan

dan

pengepakan agar simplisia tidak berjamur dan tidak mudah rusak.


Pembuatan Ekstrak
Buah labu air pertama sekali dikeringkan dalam suhu ruangan
selama dua minggu, setelah itu buah dihaluskan menggunakan
blender sampai terbentuk serbuk. Serbuk buah labu air sebanyak 320
gram dimaserasi dengan 2,5 liter etanol sampai semua sampel
terendam selama 2 x 24 jam. Maserat disaring dan ditampung dalam
labu takar, lalu diuapkan dengan waterbath selama 10 jam sampai

semua etanol menguap dan ekstrak etanol terbentuk padat.


3.5.3 Uji Metabolit Sekunder
1. Uji Steroid
Ekstrak etanol buah labu air sebanyak 2 mg dimasukan
dalam tabung reaksi, dilarut dalam 0,5 ml klorofom lalu
ditambah dengan 0,5 ml asam asetat anhidrat. Campuran ini
selanjutnya ditambah dengan 1-2 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung tersebut. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut
menunjukan adanya triterpenoid, sedangakan jika terbentuk
warna hijau kebiruan menunjukan adanya steroid (Indrayani,
dkk., 2006).
2.

Uji alkaloid
Ekstrak etanol buah labu air sebanyak 2 mg dimasukan
kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 0,5 ml HCL 2% dan
larutan dibagi dalam dua tabung. Tabung I ditambahkan 0,5
pereaksi dragendrorf, tabung ke II ditambahkan 0,5 ml pereaksi

22

mayer. Jika tabung I terbentuk endapan jingga dan pada tabung


ke II terbentuk kekeuning- kuningan, menunjukan adanya
alkaloid (Indrayani, dkk., 2006)
3.

Uji Saponin
Ekstrak etanol buah labu air 2 mg dimasukan kedalam
tabung reaksi ditambahkan air (1:1) sambil dikocok selama 1
menit, apabila menimbulkan busa ditambahkan 2 tetes HCl 1 N
dan dibiarkan selama 10 menit, bila busa yang terbentuk bias
tetap stabil maka ekstrak positif mengandung saponin
(Halimah, 2010).

4.

Uji Flavonoid
ekstrak etanol buah labu air 2 mg dimasukan ke dalam
tabung reaksi kemudian dilarutkan dalam 1-2 ml methanol
panas 50%. Seeah itu ditambah logam Mg dan 0,5 ml HCl
pekat. Larutan berwarna merah atau jingga yang terbentuk,
3.5.4

menunjukan adanya flavonoid (Indrayani, dkk., 2006)


Uji Kromatografi Lapis Tipis
a. Siapkan bejana lalu isikan dengan larutan fase gerak yang sesuai
dengan masing-masing pengujian, setelah itu masukan plat KLT
ke dalam bejana, kemudian sampel buah labu air

dicampur

dengan etanol 96% secukupnya, ditotolkan di plat KLT yang


sudah disiapkan, masing-masing totolan berjarak 1,5 cm dari tepi
bawah plat KLT.
b. Sampel buah labu air ditotolkan lalu dmasukan ke dalam bejana
yang sudah ada larutan fase gerak untuk masing-masing

23

pengujian, kemudian catat perubahan warna yang terjadi pada


sampel daun manga arumanis dan pembanding.
c. Tunggu beberapa menit sampai yang ditotolkan pada Plat KLT
mencapai garis pada bagian atas KLT.
d. Setelah totolan mencapai garis, ambil plat KLT tersebut lalu
keringkan dengan cara dikipas, setelah kering plat KLT siap
untuk dilihat pada sinar UV 366 mm.
e. Amati perubahan warna dan titik akhir totolan
f. Siapkan larutanFeC13 yang sudah dilarutkan dengan aquadest
dan dimasukan ke dalam alat penyemprot untuk pemeriksaan
samponin, tanin dan flavonoid digunakan uap ammonia yang
sudah dipanaskan dengan api Bunsen, hal ini dimaksud agar
totolan pada plat KLT diukur dan dihitung untuk menentukan
nilai Rf masing-masing sampel (Champman dan Hall,1997).
1. Deteksi Flavonoid
Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : methanol aquadest (32,3 : 1 v/v)
Deteksi : UV 366 nm
2. Deteksi Saponin
Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : Klorofrom-metanol (95:5)
Deteksi : UV 366 nm
3. Deteksi Alkaloid
Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : Etil asetat : methanol : air (16:1:2)
Deteksi : UV 366 nm
4. Deteksi Steroid
Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (8:2)
Deteksi : UV 366 nm
4.6 Definisi oprasional
Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteritis yang
diamati

dari

suatu

identifikasi

tersebut.

Dapat

diamati

artinya

24

memungkinkkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran


secara cermat suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat di ulang
oleh orang lain (Nursalam, 2003).
Table 1. Definisi Oprasional
No
1

Variabel
Buah

Deskripsi
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang

Buah Labu Air

merupakan perkembanan lanjut dari bakal buah


Tanaman Labu Air diketahui adalah salah satu
tanaman budidaya tertua, buah labu air sejenis

Metabolit sekunder

labu yang buah mudanya dapat disayur.


Sebagai zat kimia bukan nutrisi yang memainkan
peran penting dalam proses keberadaan dan

Kromatografi

evaluasi bersama antar jenis lingkungan


Tehnik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan dan evaluasi

Ekstraksi

bersama antar jenis lingkungan


Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan
kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarutan
menggunakan pelarut cair. Simplisia yang di
ekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat

Cara kerja Dingin

larut dan senyawa yang tidak dapat larut.


Cara kerja dingin maserasi merupakan cara
penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

25

selama beberapa hari pada temperature kamar dan


7

Cara Kerja Panas

terlindung dari cahaya


Cara Kerja Panas Keuntungan dari Metode ini
adalah digunakan untuk mengekstraksi samplesampel yang mempunyai tekstur kasar tahan
pemanasan lansung

Anda mungkin juga menyukai