Kimia Bahan Alam
Kimia Bahan Alam
Kimia Bahan Alam
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Bahan Alam I Dosen Pengampu: Ema Ratna Sari, M.Farm.,Apt.
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna. Keanekaragaman ini (terutama tumbuhan) mengundang perhatian banyak orang untuk memilih jalur alternatif dalam pengobatan, memngingat terlalu banyak efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih produk yang alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang kandungan-kandungan kimia penting dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengembangan obat baru. Penelitian biasanya menggunakan metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini membahas secara sistemis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli yang menemukan senyawa kimia yang memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumbuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik, flavonoid, dan saponin. Dalam uji fitokimia, dapat dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap senyawa aktif metabolit sekunder tersebut, sehingga potensi relatif dari masingmasing tanaman dapat diukur. Pada masa lalu, manusia juga telah mengenal pengobatan dari bahan alami, walau pengetahuan mereka tentang khasiat dari tumbuhan tersebut hanya sebatas pengalaman dan tradisi tanpa ada pembuktiannya secara klinis. Walaupun demikian, pengobatan seperti ini masih digunakan sampai sekarang. Pengobatan dengan cara demikian dikenal dengan pengobatan tradisional. Pada ramuan obat tradisional bahan-bahannya berasal dari tanaman baik berupa akar, batang, daun maupun bunga atau dapat juga berasal dari hewan dan bahan-bahan mineral.
Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan kimia dalam tanaman, seperti kesuburan tanah tempat tumbuh (kandungan zat makanan), iklim lingkungan, waktu panen, umur, cara pengolahan dan sebagainya. Sehingga pengolahannya memerlukan perlakuan khusus, selain keseragaman dosis juga peerlu adanya standarisasi agar manfaat dan keamanannya dapat diperhitungkan layaknya obat-obatan modern. Obat-obatan tradisional dapat digolongkan menjadi, jamu dimana khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman tanpa adanya pengujian baik klinis maupun praklinis ; herbal terstandar dimana efek farmakologinya telah malalui uji praklinis dan fitofarmaka dimana efek farmakologinya telah melalui uji klinis.
2.1 Tinjauan Botani 2.1.1 Rubus moluccana Klasifikasi Sinonim : Rubus glomeratus Blume. Rubus haskarlii subsp. dendrocharis Focke. Rubus moluccanus var.dendrocharis (Focke) P. Royen, Rubus hilii F. Mueel Kingdom Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis Nama Daerah : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosales : Rosaceae : Rubus : Rubus moluccanus L. : Hareueus (Sunda), Akar kapor (Malaysia), berete (Jawa) Nama Umum Morfologi Merupakan tumbuhan semak, tinggi scrambing atau pemanjat yang dapat membentuk belukar lebih dari 10 m tingginya. Tumbuhan ini memiliki batang dengan duri kaku dan oval, untuk daun berbentuk hati yang diameternya dapat mencapai 250mm dalam beberapa bentuk. Margin daun halus bergigi. Bunga putih/merah muda terjadi dimusim semi dan musim panas dan diikuti dg buah merah cerah 10-30mm. Khasiat Daun Rubus moluccanus berkhasiat sebagai emmenagogue kuat & aborsi, kejang perut ( dikunyah sedikit dengan kencur ), obat sariawan ( Daun dikunyah dengan kelapa yg sudah dipanggang), obat batuk ( Daunnya dikunyah dengan pinang). Akarnya berkhasiat sebagai obat disentri. Buahnya diberikan : Asli Raspberry, Queensland Bramble
pada anak-anak yang suka ngompol dan sebagai pewarna karena menghasilkan warna ungu. Kandungan Kimia Daunnya mengandung asam triterpenoid, buahnya mengandung asam malat, dan akarnya mengandung tanin 2.1.2 Ficus fistulosa REINW Klasifikasi Sinonim : Covellia subopposita Miq, Ficus condensa Raja, Ficus var fistulosa. Miq angustifolia. Kingdom Subkingdom Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis Nama umum Morfologi Pohon hingga 20m dan 21cm di buah dan diameter 25cm. Batang dengan getah putih. Ranting sering hampa. Stipula sekitar 10mm, gundul. alternatif Daun, sederhana, penni-untuk tipli-urat, gundul. Buah mempunyai ukuran diameter 10mm. Berbentuk bulat, warna kuning, coklat. Dan daging buah ditempatkan dalam bundel bersama ranting dan batang. Khasiat Pucuk daun Ficus fistulosa sebagai obat mencret bila daun nya dimakan mentah. Kandungan Kimia Terdapat senyawa yang aktif yaitu flavonoid dan fenolik : Plantae : Tracheobionta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Urticales : Moraceae : Ficus : Ficus Fistulosa Reinw ex. Blume : Beunying/ARA
2.1.3 Melastoma malabathicum Klasifikasi Sinonim : Sumatera ( senduduk ), Jawa ( senggani, sengganen, kluruk, haredong) Kingdom Subkingdom Superdivisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies Morfologi Herba atau pohon kecil yang tingginya 5 m. Batang mempunyai banyak percabangan dan berbulu halus. Bentuk daun lonjong/elip sampai ke lanset. Pertulangan daun nampak jelas dari pangkal sampai ujung daun, warna helaian daun hijau sebelah atas, bagian bawah hijau pucat, daun berbulu halus. perbungaan di ujung cabang (3 - 12 bunga), warna merah. Buah kecil, bentuk seperti kapsul, warna biru tua sampai hitam, warna biji oranye. Khasiat dan Kandungan kimia Senduduk mengandung senyawa flavonoida, saponin, tanin, glikosida, steroida/triterpenoida. Zat aktif yang dikandung daun senduduk yang berperan sebagai penyembuh luka yaitu: a. Flavonoid berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi, antioksidan. b. Steroid berfungsi sebagai antiinflamasi. c. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme d. Tanin berfungsi sebagai adstringen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Myrtales : Melastomaceae : Melastoma : Melastoma malabathicum
Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka bakar, sariawan, pendarahan rahim, bisul, dan luka berdarah 2.2 Tinjauan Metabolit Sekunder 2.2.1 Alakloid Alkaloid merupakan suatu senyawa organik yang berasal dari alam yang mempunyai aktifitas biologis terutama pada system saraf pusat yang pada strukturnya terdapat atom nitrogen yang terikat secara heterosiklis dan bersifat basa. Alkaloid bersifat basa, rasanya pahit dan berbentuk garam pada tumbuhan. Isolasi alkaloid dapat dilakukan dengan ekstraksi bahan tumbuhan dengan memakai air yang diasamkan yang akan melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik. Kemudian, penyerapan memakai pereaksi Lioyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang bersifat hidrofob dapat diserap dengan dammar XAD-2 lalu dielusi dengan asam atau campuran etanol air. Kromatografi kolom memakai dammar penukar ion atau penyerap. Kerangka dasar alkaloid dari asam amino biasa dan molekul biologi kecil lainnya dan bahwa beberapa jenis reaksi sederhana sudah cukup untuk membentuk struktur rumit dari senyawa. Masalah yang menentukan pada biosintesis alkaloid adalah mengenali titik percabangan pada jalur metabolisme tempat terbentuknya senyawa antara yang pengubahann berikutnya hanya mengarah ke alkaloid tanpa berhubungan dengan golongan senyawa lain. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen. Beberapa alkaloid bertindak sebagai tandon penyimpan nitrogen. Alkaloid juga dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, serta dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan keseimbangan ion dalam tumbuhan. Alkaloid dapat diklasifikasikan berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan berdasrkan jenis cincin heterosiklik. Dengan perkataan lain, cara ini merupakan perluasan dari klasifikasi yang didasarkaan pada jenis cincin heterosiklik, sekaligus mengaitkan nya dengan konsep biogenesa. 2.2.2. Steroid Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan berasal dari triterpen lanosterol, sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpen sikloartenol. Steroid adalah suatu senyawa triterpen yang
mempunyai kerangka siklopentano fenantren yang telah terhidrogenasi. Isolasi steroid dapat dilakukan dengan cara pengenceran ekstrak methanol atau kloroform dengan air menyebabkan steroid tetap berada dalam lapisan kloroform. Dan untuk senyawa kompleks dengan mendidihkannya dalam piridin, dinginkan lalu ditambah eter, untuk sterol akan tetap larut. Penggolongan steroid secara umum dapat dibedakan atas 2 golongan yaitu, golongan alkohol C27 sampai C29 dan golongan asam hidroksi C24 sampai asam folat. Golongan alkohol ditemukan dalam jaringan yang disebut sterol, kolesterol ditemukan dalam ginjal. Berat total dalam tubuh manusia 0,3% dalam bentuk bebas atau ester. Sedangkan, golongan asam hidroksi ditemukan dalam empedu sebagai garam Na dari glisin atau konjugat taucine. Dimulai dengan pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpen) menjadi lanostrol atau sikloartenol. Skualen terbentuk dari 2 molekul farnesil pirofosfat yang bergabung secara ekor-ekor, yang segera diubah menjadi 2,3-epoksiskualen. Ergosterol bermanfaat sebagai pro vitamin D yang dapat digunakan untuk anti rakhitis. Sedangkan, progesterone untuk menstimulir uterus atau mempertahankan kehamilan. 2.2.3 Terpenoid Terpen merupakan golongan senyawa yang sebagian besar terjadi dalamdunia tumbuh-tumbuhan. Secara umum terpenoid terdiri dari unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n. Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh 2 atau lebih unit C5 yang disebut unit isoprene. Untuk mengisolasi senyawa-senyawa mono dan seskuiterpen biasanya sdperokleh dari jaringan tumbuhan dengan jalan ekstraksi mengunakan pelarutpelatut organik. Untuk minyak atsiri yang terdiri dari monoterpen dilakukan dengan destilasi uap. Untuk mengatasi terjadinya perubahan dari senyawa yang dikandungnya karena adanya proses dehidrasi, polimerasi, dan penguraian maka dilakukan enfleurage. Bila zat-zat mudah menguap penentuan kualitatif dapat ditentukan dengan kromatografi gas.
Penggolongan terpen yaitu : monoterpen dengan rumus molekul (C5H8)2, terdapat pada minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan. Seskuiterpen dengan rumus molekul (C5H8)3 terdapat pada minyak menguap. Diterpenoid dengan rumus molekul (C5H8)4, kebanyakan terdapat pada resin tanaman, sebagian diterpenmudah menguap,sebagian lagi tidak. Triterpenoid dengan rumus molekul (C5H8)6 merupakan senyawa yang tidak menguap, yang relatif banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Tetraterpenoid dengan rumus molekul (C5H8)8, dibangun dari bangunan 8 molekul isoterpen. Contoh : Karoten. Politerpenoid dengan rumus molekul (C5H8)n, contoh: karet alam. Isoprene tidak pernah ditemukan di alam, yang sering ditemukan adalah DMAPP dan IPP yaitu merupakan senyawa aktif yang ditemukan dialam yang merupakkan bahan baku pembuatan senyawa-senyawa terpenoid. Kebanyakan peniliti berpendapat bahwa fungsi teroenoid lebih bersifat ekologi ketimbang fisiologi seperti untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya, sebagai insektisida terhadap hewan dan beberapa seskuiterpen merangsang pertumbuhan tumbuhan. 2.2.4 Flavonoid Merupakan suatu senyawa yang terdiri dari deretan senyawa C6C3C6
Flavonoid seringf terdapat sebagai glikosida. Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan. Isolasi dpat dilakukan dengan cara ekstraksi dengan menggunakan methanol, etanol, aseton. Menggunakan kromatografi partisi, seperti kolom magnesol asam silikat dengan pengelusi eter asetat yang dijenuhkan dengan air atau eter. Berdasarkan tingkat oksidasi yang dimilikinya maka senyawa flavonoid dapat dibagi atas beberapa kelompok
a. Flavon
d. Flavonol
b. Flavanon
e. Antosianidin
c. Flavanon
f. Flavan-3-ol
Dalam spesies tumbuhan tertentu semua flavonoid yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang sama, perbedaan hanya pada metilasi, glikolisasi, dan struktur bagian C3. Akan tetapi tampaknya berbagai jenis gugus hidroksil ini sesungguhnya dimasukkan pada tahap yang berlainan dalam sintesis. Flavonoid bermanfaat sebagai pigmen yang berperan menarik burung dan serangga penyerbuk bunga, pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba dan anti virus, sebagai inhibitor kuat pernafasan, mengibati gangguan fungsi hati, menghambat pendarahan dan sebagai anti hipertensi.
2.3.5 Saponin Saponin berasal dari bahasa latin yaitu sapo yang artinya sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat, menimbulkan busa bila dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah menyebabbkan hemolisis sel darah merah. Isolasi saponin dilakukan dengan diekstraksi dari tumbuhan memakai etanol atau methanol 70-95% dan kemudian lipid serta pigmen disingkir dari larutan ini dengan ekstraksi benzene atau dengan pengendapan dengan memakai timbal hidroksida. Dan, dengan didihkan dalam piridin, didinginkan lau ditambahkan eter untuk mengendapkan saponin. Dikenal ada 2 jenis saponi yaitu glikosida triterpenoid alcohol, glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spiroketal. Kolesterol dan glikosidanya merupakan prazat saponin digitalis. Saponin bermanfaat sebagai racun ikan , sebagai anti mikroba dan ebagai bahan baku untuk sintesa hormone steroid 2.2.6 Senyawa Fenolik Fenol sederhana berupa zat padat tanpa warna, tapi biasanya teroksidasi berwana gelap jika terkena udara. Kelarutan dalam air bertambah jika gugus hidroksil makin banyak tapi kelarutan dalam pelarut organik yang polar umumnya tinggi. Fenol yang kelarutannya dalam air kecil, mudah larut dalam
larutan natrium hidroksida encer dalam air akan tetapi dalam suasana basa laju oksidasinya sangat meningkat sehingga pada setiap perlakuan harus dihindari penggunaan basa kuat. Banyak senyawa fenolik yang alami yang mengandung sekurangkurangnya satu gugus hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa ester atau eter, ester atau glikosida daripada senyawa bebas. Fungsi senyawa fenolik adalah terlibat dalam transport elektron pada proses fotosintesis, terlibat dalam pengaturan aktifitas enzim tertentu, pemacu pertumbuhan, insektisida dan mempunyai aktifits anti inflamasi.
III.
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam pemeriksaan kandungan metabolit sekunder ini adalah botol, tabung reaksi besar, tabung reaksi kecil, pipet tetes, spritus, plat tetes, lumpang dan stamfer, penangas air, corong. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan yaitu sampel atau simplisia tanaman ( Rubus moluccana, Ficus fistulosa,), pasir, aquadest, kapas, metanol, etanol 70%, kloform, kloroform amoniak 0,05 N, asam klorida pekat, besi III klorida, serbuk Mg, norit, reagen Mayer, reagen Liebermann-Burchard (asam anhidrat + asam sulfat pekat). 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Uji alkaloid ( Metode Culvenor-Fitzgerald) Dilakukan dengan metode Culvenor-Fitzgerald yaitu, 4 gram sampel segar dihaluskan di dalam lumpang dengan menambahkan sedikit pasir kemudian tambahkan 10 ml kloroform, setelah digiling halus tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N, gerus perlahan dan saring larutan dengan saringan kapas, masukkan 10 tetes asam sulfat 2 N, kocok perlahan biarkan memisah, ambil lapisan atas (bagian atas) pindahkan ke tabung reaksi lain kemudian tambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer (K2HgI4). Reaksi positif dengan terbentuknya kabut putih hingga gumpalan putih 3.2.2 Uji steroid, terpenoid, saponin dan senyawa fenol ( Metoda Simes) Dilakukan dengan metode Simes dan kawan-kawan yang telah dimodifikasi dimana 4 gram sampel segar dipotong halus, didihkan dengan dalam 25 ml etanol selama 15 menit, saring dalm keadaan panas, biarkan seluruh etanol menguap sampai kering. Tambahkan kloform dan air suling (1:1) sebanyak 5 ml masing-masingnya didalam tabung reaksi, kocok biarkan terbentuk 2 lapisan. Beberapa tetes lapisan air dimasukkan kedalam plat tetes, kemudian tambahkan pereaksi FeCl3. Terbentuknya warna biru menandakan
senyawa adanya fenolik. Kemudian ambil sisa lapisan air yang lain, pindahkan ke tabung reaksi yang lain lalu kocok. Jika terbentuk busa atau gelembung yang tidak hilang dalam 15 menit maka menandakan positif saponin. Ambil lapisan kloroform saring dengan pipet yang berisi norit dan kapas, tampung dalam 3 lobang plat tetes, kemudian keringkan. Pada lobang pertama tambahkan anhidrat asetat, yang kedua tambahkan asam sulfat dan yang ketiga tambahkan anhidrat asetat + asam sulfat. Jika timbul warna merah berarti positif terpenoid, dan jika timbul warna hijau atau biru berarti positif steroid. 3.2.3 Uji Flavonoid (Sianidin Test) 4 gram sampel segar dipotong halus, didihkan dalam 25 ml etanol , saring selagi panas. Filtrat yang didapat diuapkan sampai setengahnya, kemudian tambahkan HCl pekat 0,1 ml dan serbuk Mg. Adanya flavonoid ditandai dengan timbulnya warna merah
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Rubus molucana postif mengandung fenolik. Ficus fistulosa REINW positif mengandung fenolik, dan flavonoid. Melastoma malabathricum positif mengandung flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin.
4.2 Pembahasan Pada praktikum yang telah dilakukan, sampel yang digunakan adalah simplisia yang berasal dari tumbuhan yang yang didapat pada Kuliah Lapangan di HPPB Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat. Pada tanaman disebutkan bahwa Rubus moluccana mengandung senyawa aktif fenolik yang ditunjukan dengan perubahan warna biru gelap setelah ditambahkan pereaksi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh pada literatur bahwasannya tanaman tersebut mengandung senyawa fenolik dan terpenoid. Hal itu terjadi karena adanya kesalahn yang mungkin disebabkan kesalahan dalam menambahkan pereaksi atau kesalahan dalam pengerjaannya. Pada tanaman Ficus fistulosa REINW untuk pengujian fenolik dan flavonoid, terlihat adanya perubahan yang terbentuk dari pereaksi yang ditambahkan yaitu segera berubah warna biru untuk fenolik dan warna merah muda untuk flavonoid. Hal ini menandakan bahwa tanaman ini mengandung kedua senyawa tersebut. Untuk pengujian senyawa aktif terpenoid, steroid dan saponin didapatkan hasil yang negatif. Untuk tanaman Melastoma malabathricum, diperoleh hasil yang positif untuk senyawa flavonoid, Steroid, Terpenoid dan Saponin. Terjadinya perubahan warna merah sampai merah muda yang menandakan bahwa tanaman tersebut positif mengandung flavonoid. Untuk pengujian steroid dan terpenoid didapatkan hasil yang positif juga dengan adanya perubahan warna biru setelah ditambahkan asam sulfat pekat. Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa aktif steeroid dan terpenoid. Pada pengujian saponin, didapatkan hasil yang positif karena terdapat busa setelah dikocok selama kurang lebih 15 menit.
V.
5.1 Kesimpulan 1. Percobaan dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terdapat pada suatu tumbuhan. Senyawa aktif atau kandungan kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan ini merupakan salah satu nilai penunjang pada tumbuhan yang dapat diguakan untuk obat atau bahan baku obat. Senyawa aktif ini merupakan hasil metabolisme sekunder dari tumbuhan itu sendiri dimana penyebaran dan jumlahnya dalam tiap bagian tumbuhan tidak sama. 2. Tumbuhan Rubus moluccana pada percobaan yang telah dilakukan dihasilkan senyawa kimia yaitu senyawa fenolik. 3. Ficus fistulosa REINW pada percobaan yang telah dilakukan mengandung senyawa yaitu fenolik dn flavonoid. 4. Melastoma malabathricum mengandung senyawa flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin pada pengujian yang telah dilakukan. 5.2 Saran Adapun untuk percobaan selanjutnya, disarankan kepada praktikan agar : 1. 2. Memahami prosedur kerja sebelum melakukan percobaan Lebih hati-hati dlam melakukan percobaan apalagi pada saat menambahkan reagen atau pelarut. 3. 4. Pada saat menambahkan asam, sebaiknya dilakukan dilemari asam. Menggunakan pipet tetes yang berbeda intuk masing-masing pereaksi agar pereaksi tidak terkontaminasi dengan zat lain. 5. Lebih teliti dalam melihat dan menyimpulkan hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA Djamal, R. Kimia Bahan Alam, Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi, Universitas Baiturrahmah, Padang: 2010. Djamal, R. Fitokimia, FMIPA Universitas Andalas, padang, 1988. Djamal,R. tertumbuhan sebagai sumber bahan obat universitas
andalas,padang,1988
https://www.google.com/search?q=rubus%20moluccanus%20herbarium&psj=1&bav=on.2, or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.47883778,d.bmk&biw=1024&bih=499&um=1&ie=UTF8&hl=en&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=dAC6UYTUDY_qrQea-ICYDA http://eol.org/data_objects/16003807 https://www.google.com/search?q=melastoma%20malabathricum%20herbarium&psj=1&b av=on.2,or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.47883778,d.bmk&biw=1024&bih=499&um=1&ie=UTF8&hl=en&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=9gC6UdjMCcW-rgejjoGQAg
http://tamansafari.com/flora/preview.php?id=45
http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=803
Lampiran 1 Tabel Hasil Percobaan Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : Uji Metabolit Sekunder Alk Flv + Ste Ter Sap Fen + +
No 1 2
Melastomaceae
Melastoma malabathricum
3. Melastoma malabathricum