Modul Praktikum Fitokimia Baru
Modul Praktikum Fitokimia Baru
Modul Praktikum Fitokimia Baru
MODUL PRAKTIKUM
FITOKIMIA
DISUSUN OLEH :
Muhammad Ikhwan Lukmanudin, S.Far., Lc., MA.Kes., Apt
2 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM PERTAMA
PRAKTIKUM KEDUA 7
PRAKTIKUM KETIGA
16
PRAKTIKUM KEEMPAT
24
PRAKTIKUM KELIMA
26
PRAKTIKUM KEENAM
28
PRAKTIKUM KETUJUH
30
PRAKTIKUM KEDELAPAN
32
PRAKTIKUM KESEMBILAN 35
PRAKTIKUM KESEPULUH
43
PRAKTIKUM KESEBELAS
50
PRAKTIKUM KEDUABELAS 56
PRAKTIKUM KETIGABELAS 62
PRAKTIKUM KEEMPATBELAS
65
3 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
PRAKTIKUM PERTAMA
PENYIAPAN SAMPEL BAHAN ALAM
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapat melakukan tahapan
dalam mempersiapkan simplisia sebelum melakukan proses ekstraksi dari
tumbuhan
TEORI DASAR
Tumbuhan telah digunakan semenjak zaman dahulu untuk mengobati
berbagai penyakit. Pada awalnya tumbuhan digunakan dalam proses
pengobatan
dalam
bentuk
herbalnya,
tetapi
seiring
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolobgi, saat ini tumbuhan
berperan dalam menyediakan senyawa murni yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat. Proses pencarian senyawa obat dari tumbuhan adalah
sebuah proses yang kompleks dan panjang serta melibatkan berbagai
bidang ilmu pengetahuan antara lain limia, farmakologi, biokimia, botani,
antropologi dan lain-lain.
Tumbuhan memberikan peranan yang penting dalam pengobatan
penyakit, dapat berada dalam bentuk teh herbal, fitofarmaka dan
senyawa murni yang diisolasi dari tumbuhan obat. Secara garis besar,
tahapan dalam proses isolasi senyawa kimia dari tumbuhan adalah
pertama persiapan sampel atau simplisia yang meliputi (pemilihan
sampel, pengambilan dan identifikasi sampel serta sortasi basah,
perajangan, pengeringan dan penghalusan), kedua skrining fitokimia,
ketiga ekstraksi dan keempat isolasi senyawa murni.
1. Pemilihan sampel, pengambilan dan identifikasi sampel
4 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
pemilihan
sampel
berdasarkan
PROSEDUR KERJA
1. Pemilihan sampel
6 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
7 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan
Simplisia
2. Sarker, SD. Latif, Z. Gray. A.I. 2006. Natural Product Isolation. Humana
Press, New Jersey.
8 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
PRAKTIKUM KEDUA
PENAPISAN FITOKIMIA SIMPLISIA TUMBUHAN OBAT
TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap beberapa
simplisia tumbuhan obat sehingga diketahui golongan metabolit sekunder
yang terkandung dalam simplisia tersebut. Setelah melakukan praktikum
9 | M o d u l Pr a k t i ku m Fi t o k i m i a
10 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
Pengenalan
senyawa
triterpenoid
dan
steroid
didasarkan
kemampuannya membentuk warna dengan pereaksi LiebermannBurchard.
Pereaksi
Liebermann-Burchard
dibuat
dengan
cara
mencampurkan 20 bagian asam asetat anhidrat dengan 1 bagian asam
sulfat pekat. Pereaksi ini harus digunakan dalam media bebas air.
Metode : Simplisia disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan
hingga kering. Pada residu diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan bahwa dalam simplisia
mengandung senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan bila terbentuk
warna biru-hijau menunjukkan adanya senyawa kelompok steroid.
VII. Senyawa Kuinon
Senyawa kuinon umumnya merupakan turunan p-benzokuinon.
Gambar. p-benzokuinon
14 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
ALAT :
1. Mortir
2. Erlemeyer 250 mL
3. Pipet Tetes
4. Tabung Reaksi
5. Kapas
6. Erlemeyer 50 mL
BAHAN :
1. Amonia 10%
2. Kloroform
15 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
PROSEDUR KERJA
N
o
Golongan
Senyawa
Alkoloid
Prosedur
16 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
Hasil
(+/-)
Paraf
Asiste
n
Polifenolat
Tanin
3. Kedalam
Filtrat
ditambahkan
larutan gelatin 1%, terbentuknya
endapan
putih
menunjukkan
adanya tanin.
Flavonoid
1. 1
gram
serbuk
simplisia
ditambahkan 50 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit, lalu
disaring.
2. Filtrat
yang
ditambahkan sedikit
dan 5 mL HCl 2N.
17 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
dihasilkan
serbuk Mg
Monoterpenoid
dan
Sesquiterpenoid
Steroid
dan
Triterpenoid
Kuinon
6. Kedalam
Filtrat
ditambahkan
larutan KOH 5% terbentuknya
warna
kuning
hingga
merah
menunjukkan adanya golongan
kuinon
Saponin
18 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
KESIMPULAN
Dalam simplisia yang diperiksa, diperkirakan terdapat senyawa metabolit
sekunder golongan:
1. ................................................................................
2. ................................................................................
3. ................................................................................
4. ................................................................................
5. ................................................................................
6. ................................................................................
Paraf Asisten Praktikum
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
19 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
DAFTAR PUSTAKA
1. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of
Plants.J. Pharm. Sci. 55(3): 243-26.
2. Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia. Terjemahan K. Padmawinata dan
I. Sudiro.: Penerbit ITB. Bandung
3. Marini, C.P. 1981. Plant Screening By Chemical And Chromatography.
Prosedure in the Field Condition. J. Chromatogr. 213:117-122
20 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
PRAKTIKUM KETIGA
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER DARI SIMPLISIA TUMBUHAN
OBAT
TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia
obat dengan beberapa metode ekstraksi. Setelah melakukan
ini, mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan
metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan cara
namun terandalkan.
tumbuhan
praktikum
penyarian
sederhana
TEORI DASAR
Pada analisis fitokimia tumbuhan obat idealnya digunakan bahan
baku segar yang dididihkan dengan alkohol selama beberapa menit
segera setelah dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk menonaktifkan
enzim, supaya tidak terjadi reaksi enzimatis selama percobaan dilakukan.
Kadang-kadang tumbuhan yang akan diteliti tidak dapat diperoleh dengan
segera dan bahkan mungkin kolektornya tinggal di daerah atau benua
lain, sehingga bahan baku dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
ekstraksi. Pengeringan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dijaga
jangan sampai terjadi perubahan kimia. Oleh karena itu, tumbuhan
sesegera mungkin dikeringkan diudara terbuka tanpa menggunakan
panas tinggi. Setelah kering, bahan bisa disimpan lama sebelum dilakukan
ekstraksi.
Ekstraksi merupakan tahap awal pada jalur isolasi metabolit sekunder
dari tumbuhan obat. Ekstraksi dapat dibagi menjadi beberapa golongan
tergantung dari beberapa keadaan yang menyertainya. Ditinjau dari suhu,
ekstraksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu ekstraksi dingin dan
ekstraksi panas. Ekstraksi dingin misalnya maserasi dan perkolasi.
Ekstraksi dingin dilakukan terhadap bahan tumbuhan yang mengandung
senyawa yang bersifat termolabil. Metode ini memerlukan waktu yang
relatif lebih lama bila dibandingkan dengan ekstraksi panas.
Ekstraksi panas misalnya dengan cara infus, dekok, refluks, dan
menggunakan alat soxhlet. Ditinjau dari banyaknya ulangan proses,
ekstraksi dibagi menjadi dua golongan pula, yaitu ekstraksi satu kali,
misalnya maserasi dan ekstraksi berulang kali, misalnya dengan alat
21 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
W
n
W
o
= Volume awal
PROSEDUR EKSTRAKSI
1. MASERASI
Bagian dasar maserator dilapisi dengan kapas sebagai penyaring.
Kemudian dimasukkan sebanyak 250 gram serbuk simplisia ke dalam
maserator. Tambahkan pelarut etanol 70% atau 95% secukupnya dan
biarkan selama kira-kira 10 menit agar terjadi proses pembasahan
simplisia, kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai seluruh serbuk
simplisia terendam. Didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk.
Ekstrak cair yang diperoleh kemudian. Ekstraksi diulangi sampai ekstrak
cair yang diperoleh hampir tidak berwarna. Ukur volume ekstrak cair yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotavapor pada suhu 30-40 oC
sehingga diperoleh ekstrak kental.
2. EKSTRAKSI DENGAN ALAT SOXHLET
Tuangkan 250 mL pelarut etanol 95% ke dalam labu alas bulat atau
sampai kurang lebih 1/2-2/3 bagian volume labu dan ditambahkan batu
didih. Serbuk simplisia sebanyak 50 gram disiapkan dalam kertas saring
23 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
BAHAN
1. Etanol 70%
2. Etanil 95%
3. Pereaksi Karl Fischer
4. Silika gel GF 254
5. Asam Sulfat 10%
6. Metanol
HASIL PERCOBAAN :
1. Organoleptik Ekstrak
Bentuk
: ....................
26 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
: ....................
: ....................
: ....................
2. Rendemen Ekstrak
Volume ekstrak kental
Berat cawan kosong
: ................. mL
: ................. g
: ................. g
: ................. % b/b
: ................. g
: ................. g
Berat air
: ................. g
Volume piknometer
Kerapatan air
: ................. ml
: ................. g/mL
: ................. mL
Berat ekstrak
: ................. g
Kerapatan ekstrak
: ................. g/mL
: .................
: ................. g
Volume air
: ................. mL
Kadar air
: ................. % v/b
Rf
Pengamatan
Sinar
UV 254
27 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
UV 366
H2SO4
nm
nm
10%
6. Pola Dinamolisis
Keterangan :
Diameter 1 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 2 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 3 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 4 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 5 : ........ cm ; warna .........................
KEIMPULAN ...............................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
.............................
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
28 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
29 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa
dapat
melakukan
pengeringan dari ekstrak bahan alam
penentuan
parameter
susut
TEORI DASAR
Parameter susut pengeringan yaitu pengukuran sisa at setelah
pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat
konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal kasus (jika
bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik
menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di
atmosfer / lingkungan terbuka. Adapun tujuan menentukan susut
pengeringan untuk emmberikan batasan maksimal (rentang) tentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
ALAT :
1. Cawan penguap bertutup
2. Kaca arloji
3. Spatel
4. Timbangan analitik
BAHAN :
1. Ekstrak masing-masing kelompok
PROSEDUR KERJA
1. Ekstrak ditimbang seksama sebanyak 2 gram (B) dan dimasukan ke
dalam boto, timbang dangkal tertutup (cawan penguap tertutup)
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 oC selama 30
menit dan telah ditara (Ao)
2. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol ditimbang
dengan menggoyangkan botol, hingga menjadi lapisan setebal lebih
kurang 5 mm 10 mm. Jika ekstrak yang diuji merupakan ekstrak
kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Lemudian dimasukan ke
dalam ruang pengering, buka tutupnya dan keringkan pada suhu
105oC hingga botol tetap (A1).
3. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup
mendingin dalam eksilator hingga suhu kamar
30 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
A 1Ao
x 100
B
Keterangan :
A1
Ao
KEIMPULAN ...............................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
.............................
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradinasional. Jakarta
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika
Indonesia , Jilid IV.
31 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
PRAKTIKUM KELIMA
PENENTUAN BOBOT JENIS DENGAN METODA PIKNOMETER
EKSTRAK BAHAN ALAM
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis ekstrak bahan alam
dengan metode piknometer
TEORI DASAR
Piknometer bobot jenis yaitu masa persatuan volume pada suhu
kamar tertentu (25oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer
atau alat lainnya. Tujuannya yaitu memberikan batasan tentang besarnya
massa persatuan volum yang merupakan perameter khusus ekstrak cair
sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. Bobot jenis juga
terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.
ALAT :
1. Piknometer
2. Timbangan Analitik
BAHAN :
1. Ekstrak masing-masing kelompok
2. Air
PROSEDUR KERJA
1. Poknometer yang bersih, kering dan telah dikalibrasi ditimbang
terlebih dahulu (Wo)
32 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
: Bobot jenis
WO
W1
W2
KEIMPULAN ...............................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
.............................
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
33 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
PRAKTIKUM KEENAM
PENENTUAN KADAR AIR DENGAN METODE GRAVIMETRI DARI
EKSTRAK BAHAN ALAM
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menentukan kadar air ekstrak bahan alam dengan
metode gravimetrik
TEORI DASAR
Penentuan kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada
di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya adalah
dengan cara titrasi, destilasi atau gravimetrik. Kadar air ditetepkan untuk
menjaga kualitas ekstrak. Disamping untuk penentuan kadar air, dapat
juga untuk menentukan jumlah zat lain yang mudah menguap pada
ekstrak. Menurut literatur, kadar air dalam ekstrak tidak boleh lebih dari
10%. Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur
dalam ekstrak.
34 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
35 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
PRAKTIKUM KETUJUH
PENENTUAN KADAR ABU EKSTRAK BAHAN ALAM
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menentukan kadar abuekstrak bahan alam
TEORI DASAR
36 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
KEIMPULAN ...............................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
.............................
Paraf Praktikan
(Hari/Tanggal)
(Hari/ Tanggal)
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000), parameter standar
umum ekstrak tumbuhan obat, edisi I, Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradinasional, Jakarta
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980, Materia Medika
Indonesia, Jilid IV.
38 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a
39 | M o d u l P r a k t i k u m F i t o k i m i a