Edward Burnett Taylor
Edward Burnett Taylor
Edward Burnett Taylor
budaya masyaraat adalah faktor mental manusia antara tinggi dan rendah. Dan
menurtnya sejarah peradaban manusia dapat menceritakan sejarah kemajuan
manusia.
Doktrin keberlangsungan hidup (survivals)
Dalam penjelasan doktrin keberlangusungan hidup Tayor ingin menjelaskan
bukti-bukti atas asumsi-asumsinya tadi. Baginya tidak semua kebudayaan dan tidak
semua aspek-aspek kebudayaaan berkembang dalam fase yang sama, beberapa
kebudayaan tertentu masih tertinggal (ada) dibeberapa kebudayaan yang telah
maju, misalanya pengobatan kuno, kuburan, dan adat istiadat yang memiliki
pengaruh hampir di semua kehidupa manusia.
Contoh lainya, dahulu busur panah digunakan untuk mencari dan berburu
binatang, sekarang busur panah masih tetap dipakai namun untuk kegiatan lain
seperti hobi dan olahraga. Atau di belahan dunia lain, seseorang dilarang untuk
menyelamatkan
orang
yang
tenggelam
di
laut,
menurutnya
siapa
yang
menurut
Taylor
Jika
prinsip
evolusi
memperlihatkan
proses
keberlangsungan hidup manusia itu ada, maka prinsip ini akan menjadi pasangan
dan keseragaman yang memungkinkan kita memahaminya. Orang-orang primitive
yang hidup di zaman modern ini, memang memiliki pengetahuan yang lebih rendah
dari manusia modern, tetapi menurut Taylor bahwa mereka tetap berpikir dalam
mekanisme mental yang sama dengan kita sekarang, walaupun saling berbedabeda, namun kesatuan mekanisme mental telah menyatukan ras manusia.
Aspek-aspek kebudayaan manusia
Menurut Taylor Contoh yang paling tepat utuk menghubungkan rasio dengan
evolusi social manusia adalah magis. Magis bisa ditemukan dihampir semua
masyarakat primitive, magis adalah simbol dari kecenderungan ide-ide yang
dipahami sebagai sebuah betuk kongkrit. Jika seseorang dalam pemikirannya
mengaitkan ide satu dengan ide lain, maka logika akan menuntut mereka untuk
menyimpulkan bahwa hubungan yang sama juga terdapat dalam realitas di luar
pikiran. Seperti tradisi mengganti nama seseorang setelah lama menginap banyak
penyakit sewaktu kecil, mereka berkeyakinan bahwna nama tersebut terlalu berat
untuk si anak karenanya sering mendapat penyakit, maka jika ingin terhidar dari
peyakit si anak harus ganti nama. Cerita bagaimana fenomena alam ketika gempah
bumi masih diyakini sekarang sebagai bentuk dari raksasa bawahtanah yang
mengamuk berjalan tak karuan sehingga menggetakan bumi, atau mungkin
fenomena hujan pada siang hari menandakan seekor anak singa baru lahir, kicaun
burung gagak menandakan orang meninggal. Kesemua mitos-mitos yang terjadi
dalam masyarakt primitive dan masih berbekas hingga zaman modern adalah
murni
imagenasi,
tapi
personifikasi-personifikasi
ini
dengan
jelas
kita
jawab
adalah
bagaiman
dan
kenapa
awal
mulanya
manusia
kata
lain
penalaran
mereka
tentang
kematian
dan
mimpi
menyebabkan masyarakat primitive mampu menalar untuk kali yang pertama suatu
teori sederhana tentang kehidupan mereka, bahwa setiap kehidupan disebabkan
oleh prinsip roh atau spiritual. Melalui penalaran awal masyarakat primitive tentang
alam kemudia menemukan bentuk kepercayan religious yang pertama. Lebih lanjut
lagi Taylor berargumen bahwa melalui teori animistik akan menjelaskan kepada kita
varian-varian
kepercayaan
dan
adat
istiadat
masyarakat
purba.
Seperti
kepercayaan mengenai hari akhir, surga dan neraka. Melalui sistematika yang
seperti ini Taylor mencoba menelusuri seluruh kehidupan , pemikiran dan adatistiadat masyarakat primitive. Dalam segala kesempatan ia menjelaskan bagaimana
mengalami
perkembangan
yang
sangat
menarik,
mulai
dari
keyakinan terhdap roh-roh, sampai kepada tingkat yang paling tinggi yaitu
monoteisme. Menurut Taylor pandangan-pandangan mengenai animisme akan
sangat mengesankan jika dibandingkan dengan pengetahuan sains sekarang.
Seperti penjelasan sains mengenai fenomena alam matahari, bulan dll. Lebih masuk
akal dan bisa diterima dibandingkan dengan kepercayaan masyarakat primitive
dengan matahari dan bula yang mereka yakini sebagai bagian dari petualangan
dewa Apollo dan Poseidon. Dan Taylor berpendapat bahwa peradaban primitive
harus ditinggalkan, dengan alasan kurangnya dan lemahnya mental mereka
sehingga apa yang mereka pikirkan lebih bersifat asal-asalan dan tidak efisien.
Makanya apa yang mereka lakukan adalah sebuah betuk kekeliruan.
Oleh sebab cara berfikir mereka sepert itu, manusia modern dengan ilmu
pengetahuan
dan
penalaran
yang
sama
harus
mampu
menyelamatkan
masyarakkat dari cara berfikir primitif. Akan tetapi, ajaran dan pemahaman
animisme memiliki kesamaan dengan sains pada masa sekarang, yaitu agama dan
sains sama-sama mucul dari usaha manusia untuk mencari pemahaman tentang
dunia. Walaupun agama sama kunonya dengan sains, namun agama lebih primitive
dan kemampuannya memberikan penjelasan kalah jauh dengan sains.
Disinilah etnologi sebagai pembaharu ilmu pengetahuan memilki tugas
ganda, sebagai progresifisme juga sebagai penyembuh dari paham animism. Dalam
analisis Taylor yang terakhir ia menjelaskan bahwa ide-ide tentang animism adalah
kumpulan ide-ide yang yang tergolong ke dalam ide-ide masa kanak-kanak, dan di
saat manusia sudah dewasa maka harus meninggalkan ide kekanak-kanakan tadi.
Frazer, The Golden Bouhg
Cara yang cukup menarik yang dipakai oleh Frezer untuk menemukan jejakjejak dunia lama, yang dipakai oleh masyarakat primitive, cara itu ialah salah
satunya membaca karya-karya Yunani dan Romawi kuno dari filsafat, puisi, dan
sastra. Dengan cara memadukan studi sastra klasik dan antropologi Frezer yakin
berhasil menawarkan sebuah revolusi dalam memahami dunia primitive.
Dan prespektif demikian yang akhirnya mendorong Frezer untuk melakukan
proyek besar-besaran yang kemudia menghasilkan buku The Golden Bouhg. The
Golden Bouhg diawali dengan kisah dan teka-teki yang rumit yang menggambarkan
tempat dan peristiwa-peristiwa yan rumit yang telah lama dilupakan. Dan
sebenarnya yang ingin Frezer jelaskan adalah gambaran kemanusiaan masa lampau
yang beraneka ragam, yang bercampur dipermukaan budaya. Namun pada
selajutnya Frezer bertanya mengenai cerita yang ia buat.
Nah dan kuil yang indah menjadi tempat yang diwarnai oleh keberutalan dan
kebiadaban,
atau
bagaimana
mungkin
tempat
yang
diperuntuhkan
untuk
penghubungan
keterhubungan,
yaitu
antar
magis
dua
yang
hal
magis
dihubungkan
yang
sama,
dan
kedua
karena
alasan
keterkaitan.
agama
banyak
memunculkan
perubahan-perbahan,
baik
langsung atau tidak langsung dalam masyarakat primitive. Secara bertahap para
rohaniawan mengaku sebagai utusan dan representasi Tuhan di Dunia, raja-raja ikut
dalam pengakuan tersebut bahwa dia memiliki dimensi ketuhanan, dan mampu
berkomunikasi dengan baik kepada Tuhan. Sebagaimana yang telah terjadi ketika
zaman magis, dimana raja dan para dukun begitu memiliki kedudukan yang sangat
terhormat di mata masyarakat.
Frazer mengingatkan bahwa evolusi budaya tidak berjalan dengan lancer dan
merata. Walaupu masyarakat primitive telah mengganti keparcayaan magis dengan
keyakinan terhadap dewa-dewa, namun mereka masih tetap menggabungkan dua
sistem tersebut, magis dan agama.
Di tempat lain, kebanyakan masyrakat primitf masih menganggap raja-raja
mereka sebagai dewa. Sehingga banyak yang melakukan ritual pembataian raja, di
saat sang raja dilihat sakit atau sudah tua, untuk menjaga kesempurnaan ilahiyah
maka ia harus dipidahkan ke raja yang baru, walaupun ritual tersebut boleh budak
atau binatang sebagai ganti raja. Bagi mereka tindakan tersebut bukanlah tindakan
yang kejam dan amoral, tapi merupakan tindakan sakral yang diperlukan dalam
magis. Atau contoh lain berlaku ketika binatang-binatang diartikan sebagai makhluk
yang mewakili Tuhan.
Tokoh antropologi agama
Erward Burnet Tylor
Pelopor antropologi agama yaitu Edward Burnet Tylor, berasal dari Inggris.
Dalam karyanya yaitu primitive culture, Tylor merumuskan teori tentang asal-usul
agama. Dalam buku tesebut asal usul agama adalah animisme, dan kepercayaan
animisme itu dapat ditemukan dimana saja. Menurut Tylor agama adalah
kepercayaan kepercayaan terhadap roh (makhluk spiritual). Roh bersifat pribadi
seperti
manusia,
memiliki
sifat
pengasih,
penyayang,
kuasa,
dan
dan
bentuk-bentuk
sesembahan
yang
melukiskan
adanya
kali
memberikan
kedua
nama
tersebut
dalam
bidang
studi
tentang primitive culture yakni deskripsi dan analisa ilmiah atas suatu masyarakat,
budaya, atau kelompok sosial dalam seluruh bentuk aspeknya. Selain itu, Tylor
memakai istilah antropologi yang bersal dari kata Yunani, anthopos, yang berarti
manusia.
Lebih lanjut, menurut Tylor, pemikiran keagamaan mengalami evolusi dalam
tiga tahap, yaitu tahap animisme, tahap politisme, dan tahap monotheisme. Evolusi
keagaamaan ini berjalan sejajar dengan evolusi budaya secara umum yang juga
dibagi dalam tiga tahap, yaitu: savage state (tahap orang biadab) yang hidup dalam
perdaban meramu, barbaric state (tahap barbar) yang hidup dalam peradaban yang
sudah
mengenal
pertanian,
dan civilized
state (modern)
yang
hidup
dalam