Proposal Tugas Akhir Teknik Sipil - Baja LRFD
Proposal Tugas Akhir Teknik Sipil - Baja LRFD
Proposal Tugas Akhir Teknik Sipil - Baja LRFD
PERHITUNGAN
STRUKTUR
DAN
METODE
PELAKSANAAN HOTEL SWISS BELINN DARMO
MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA METODE LOAD AND
RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD) BERDASARKAN SNI
1729 : 2015
Mahasiswa
SUWARNI
NRP 3113 041 099
Dosen Pembimbing
Ir. SUNGKONO, CES.
NIP 19501130 198601 1 00
PROPOSAL
PROYEK AKHIR TERAPAN RC 146599
PERHITUNGAN
STRUKTUR
DAN
METODE
PELAKSANAAN HOTEL SWISS BELINN DARMO
MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA METODE LOAD AND
RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD) BERDASARKAN SNI
1729 : 2015
Mahasiswa
SUWARNI
NRP 3113 041 099
Dosen Pembimbing
Ir. SUNGKONO, CES.
NIP 19501130 198601 1 00
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
dalam memberikan kesehatan dan kekuatan bagi penulis guna menyelesaikan
penyusunan proposal ini.
Penyusunan proposal ini diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan
akademik pada mata kuliah Tugas Akhir tahun ajaran 2016-2017, program studi
Diploma IV Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Adapun judul dari penyusunan proposal ini adalah PERHITUNGAN
STRUKTUR DAN METODE PELAKSANAAN HOTEL SWISS BELINN
DARMO MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA METODE LOAD AND
RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD).
Proposal ini disusun dari kumpulan data-data yang telah didapatkan dan
merupakan syarat pokok untuk melanjutkan penyusunan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu segala saran, kritik, serta masukan yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan pada penyusunan tugas akhir kedepan.
Pen
ulis
LEMBAR PENGESAHAN
PERHITUNGAN STRUKTUR DAN METODE PELAKSANAAN
HOTEL SWISS BELINN DARMO MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA
METODE LOAD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD)
PROPOSAL PROYEK AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Pada
Program Studi Diploma IV Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
SUWARNI
NRP. 3113 041 099
DOSEN PEMBIMBING
Nama Mahasiswa
NRP
Dosen Pembimbing
: Suwarni
: 3113041099
: Ir. Sungkono, CES.
ABSTRAK
Pembangunan gedung di Indonesia saat ini lebih mengembangkan
penggunaan material beton dibandingkan baja sehingga kedepannya diharapkan
material baja dapat berkembang penggunaannya seperti halnya material beton.
Beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi gempa tinggi sehingga perlu
didesain bangunan tahan gempa. Konstruksi bangunan baja tahan gempa dapat
didesain menggunakan metode Load and Resistance Factor Design (LRFD).
Struktur Hotel Swiss Belinn Darmo yang direncanakan dan dikonstruksikan
menggunakan struktur beton penulis modifikasi menggunakan struktur baja
metode LRFD dengan memperhatikan wilayah gempa tinggi. Hotel Swiss Belinn
Darmo memiliki 1 lantai basement, 15 lantai dan 1 lantai atap.
Perhitungan struktur dibagi menjadi perhitungan struktur atas dan struktur
bawah. Perhitungan struktur atas meliputi perhitungan struktur atap, struktur
sekunder dan struktur primer. Elemen struktur atap direncanakan menggunakan
pelat beton bertulang dan rangka baja. Elemen struktur sekunder terdiri dari
elemen pelat lantai, balok anak, balok penggantung lift dan tangga. Sedangkan
elemen struktur primer adalah balok dan kolom. Pelat lantai direncanakan
menggunakan material komposit antara beton bertulang dan pelat boundex.
Kontrsuksi tangga menggunakan struktur beton bertulang. Perhitungan struktur
primer meliputi perencanaan dimensi profil balok induk, kolom, dan pengaku
pada hubungan balok kolom. Sambungan direncanakan berdasarkan momen yang
bekerja pada setiap hubungan antar elemen struktur, menggunakan material baut.
Struktur bawah direncanakan menggunakan tiang pancang beton bertulang yang
spesifikasinya tersedia di pasaran. Peraturan yang digunakan diantaranya adalah
perencanaan pembebanan berdasarkan SNI 1727-2013, perencanaan beban gempa
berdasarkan SNI 03-1726-2012 menggunakan metode respon spektrum,
perencanaan struktur bangunan baja berdasarkan SNI 03-1729-2015. Pondasi
direncanakan berdasarkan data boring dan SPT. Keluaran yang dihasilkan pada
perhitungan struktur ini berupa gambar teknik. Kemudian spesifikasi teknis
pekerjaan dan metode pelaksanaan balok dan kolom yang direncanakan
berdasarkan hasil perhitungan struktur.
Kata Kunci : LRFD, SNI
KATA PENGANTAR................................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................II
ABSTRAK...............................................................................................................................III
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................8
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
LATAR BELAKANG...........................................................................................................8
RUMUSAN MASALAH......................................................................................................8
TUJUAN............................................................................................................................9
BATASAN MASALAH........................................................................................................9
MANFAAT.........................................................................................................................9
Y
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 2.2
Suatu penampang baja I dipakai sebagai balok, direncanakan untuk menahan beban lentur
arah smbu kuat penampang yaitu sumbu x. Gambar berikut ini memperlihatkan balok I yang
mengalami lentur terhadap sumbu penampang x. Rotasi () terjadi sepanang sumbu batang z.
Penampang dalam bidang x-y dianggap tetap setelah terjadi rotasi akibat lentur.
10
Gambar 2.4
11
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Apabila Lk = k. L, dimana k faktor panjang tekuk, maka nilai k dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukkan nilai G kedua ujung-ujungnya
pada nomogram gambar . Dari kedua titik nilai G tersebut ditari garis yang memotong garis
skala k. Titik potong ini menunjukkan nilai k dari kolom tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
ada dua nomogram, yaitu untuk struktur tak bergoyang dan untuk struktur bergoyang. Struktur
tak bergoyangartinya jika ujung-ujung dari kolom yang ditinjau tidak dapat berpindah ke arah
lateral.
12
Gambar 2.7
13
Gambar 2.8
14
15
Gambar 2.9
Untuk balok komposit yang ditunjukkan pada Gambar , pada beban ultimate ketebalan
blok tegangan beton adalah kurang dari ketebalan pelat. Untuk situasi ini, sumbu netral plastik
terletak di bagian atas balok baja dan Y 1 = 0 dan Y 2 = Y con a/2 .
ketika konektor geser yang cukup disediakan untuk memastikan tindakan komposit
Fy . A
penuh, kedalaman blok tegangan diberikan oleh a =
.
0,85 f'c b
s
= 0,85 f ' c
= 0,85 f ' c
Ac
Ac
[AISC I3-1a]
[AISC I3-1a]
Untuk menyediakan koneksi geser lengkap dan aksi komposit penuh, jumlah yang
V'
diperlukan konektor di kedua sisi titik momen maksimum diberikan oleh n =
, jika
Qn
sebagian kecil konektor hanya menyediakan aksi komposit parsial yang dapat dicapai, dan
kekuatan lentur nominal dari elemen komposit dikurangi. Jumlah penghubung geser
ditempatkan di antara beban terkonsentrasi dan pendukung terdekat akan cukup untuk
mengembangkan saat diperlukan pada titik beban.
Ketika beton cor terbentuk di dek logam, batasan yang ditetapkan pada jarak dan
penempatan konektor geser diberikan dalam AISC 360 Sec. I3.2c dan diringkas dalam
Gambar
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
16
Gambar 2.11
Rg
dan
17
Gambar 2.12
Rg
Rusuk dek yang tegak lurus seperti yang ditunjukkan pada Gambar , koefisien posisi stud
untuk sejumlah stud yang dilas melalui dek baja diberikan rumus R p = 0,75 ( untuk
sejumlah stud yang dilas pada rusuk dek baja dengan e midht 2 inch ) dan R p = 0,60
( untuk sejumlah stud yang dilas pada rusuk dek baja dengan e midht < 2 inch ).
Gambar 2.13
Rp
Dimensi masing-masing tapak dan tanjakan untuk semua langkah paralel harus sama
di setiap lantai bangunan.
Ruang kepala bebas di atas setiap langkah sebaiknya 2 m.
18
Lebar minimum tangga harus 0,85 m, meskipun diinginkan untuk memiliki lebar
antara 1,1 m sampai 1,6 m. Di gedung publik lebar tangga yang besar harus
disediakan.
Struktural tangga sebagian besar dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, tergantung
pada arah dominan di mana komponen pelat tangga mengalami lentur yaitu pelat tangga
bentang memanjang dan pelat tangga bentang melintang (Departemen of Civil Engineering).
2.2.4.1
Dalam hal ini, dukungan untuk slab tangga yang menyediakan sejajar dengan tanjakan
dua atau lebih lokasi, menyebabkan pelat menekuk longitudinal diantara pendukung. Dapat
dicatat bahwa bengkokan membujur dapat terjadi dalam konfigurasi selain konfigurasi tangga
lurus, seperti kuartal-turn tangga, tangga berkaki, tangga terbuka dan tangga helicoidal.
Susunan pelat mungkin disusun dengan baik menjadi jenis waist slab konvesional atau jenis
tapak-tanjakan. Ketebalan slab tergantung pada rentang yang efektif, yang harus diambil
sebagai jarak pusat-ke-pusat antara balok atau dinding pendukung. Dalam situasi tertentu,
balok atau dinding dukungan mungkin tidak tersedia sejajar dengan anak tangga di
pendaratan. Sebaliknya, tanjakan ini didukung antara pendaratan, yang dijangkau melintang,
sejajar dengan anak tangga. Dalam hal demikian, menetapkan bahwa rentang effetive untuk
tanjakan (mencakup longitudinal) harus diambil sebagai turunan tangga ditambah di setiap
akhir baik setengah lebar pendaratan atau satu meter, mana yang lebih kecil (Departement of
Cicil Engginering).
Di sini, Satu lagi dukungan disediakan sejajar dengan anak tangga untuk pelat lentur
longitudinal. Gambar 2.13b sampai f menunjukkan pengaturan dukungan yang berbeda dari
tangga yang ditunjukkan berdasarkan Gambar 2.13a, sebagai berikut :
Pendaratan kantilever dan pendukung menengah ( Gambar 2.13d, e dan f ) yang bermanfaat
untuk menimbulkan momen negatif di dekat pendukung yang dapat mengurangi momen
positif dan dengan demikian ketebalan pelat menjadi ekonomis.
19
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.14 dan Gambar 2.15 merupakan tangga (bentang memanjang) dan pendaratan
(bentang melintang).
Dalam kasus dua tanjakan tangga, kadang-kadang tanjakan ini didukung diantara
pendaratan bentang melintang (Gambar 2.14 Dan Gambar 2.15). Perlu disebutkan bahwa
beberapa sistem struktur yang disebutkan di atas adalah statis tertentu sementara yang lain
statis tak tentu di mana kondisi deformasi harus diperhitungkan untuk analisis itu. Bentang
memanjang pada pelat tangga juga mungkin dapat digunakan konfigurasi laninnya termasuk
tanjakan tunggal, helicoidal terbuka dan tangga berdiri bebas.
2.2.4.2
Komponen lempengan tangga (apakah yang terdiri dari pelat yang terisolasi tapak, unit
tapak-tanjakan atau pelat pinggang) didukung pada sisi-sisinya atau ditopang secara lateral
dari dukungan pusat. slab mendukung beban gravitasi dengan meminjamkan dasarnya dalam
bidang vertikal tranverse, dengan rentang sepanjang lebar tangga. Dalam kasus slab
kantilever, akan ekonomis untuk menyediakan tapak terisolasi (tanpa anak tangga). Namun,
jenis pengaturan tapak-tanjakan dan jenis pinggang slab juga kadang-kadang digunakan
dalam praktek, sebagai kantilever. Balok spandrel dikenakan torsi (equilibrium torsi), selain
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
20
2.2.4.3
21
Gambar 2.16
Sistem struktur memiliki jenis yang berbeda-beda tergantung pada jenis perletakannya,
yang ditunjukkan pada Gambar 2.15, tergantung pada arah bentang. Komponen pelat tangga
juga meliputi baik dalam arah memanjang (longitudinal) atau arah langkah yaitu melintang
(transversal).
22
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Gambar 2.16, 2.17 dan 2.18 merupakan Tangga bentang melintang. Disini, entah pelat
pinggang atau komponen lempengan terisolasi tapak-slab dan tapak-naik unit yang didukung
pada sisi mereka atau kantilever sepanjang arah lebar dari balok pusat. Sehingga pelat
menekuk dalam bidang vertikal melintang. Berikut ini adalah pengaturan yang berbeda :
Pelat pendukung diantara dua balok stringer atau dinding (Gambar 2.16)
Pelat kantilever dari balok spandreal atau dinding (Gambar 2.17)
Pelat kantilever ganda dari pusat balok (Gambar 2.18)
23
2.2.4.4
Gambar 2.20
Gambar 2.21
Gambar 2.19 menunjukkan satu tangga terbuka, yang mana sebagian bentang
menyeberang di sudut kanan. Beban tangga seperti di daerah umum untuk apapun untuk
rentang tersebut harus diambil sebagai lima puluh persen di setiap arah seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.20. Selain itu, salah satu 150 mm dapat dikurangkan dari daerah
pembebanan dan luasan efektif dari bagian ini meningkat sebesar 75 mm untuk desain di
mana tanjakan atau pendaratan yang tertanam ke dinding untuk panjang terbaru 110 m dan
dirancang untuk rentang di arah tanjakan (Gambar 20.20).
2.2.4.5
Sebagian besar sistem struktur tangga mencakup membujur atau melintang masalah
standar analisis struktural, baik statis tertentu atau tak tentu. Dengan demikian, tangga dapat
dianalisis dengan metode analisis yang cocok untuk sistem tertentu. Namun, analisis ketat
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
24
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
Gambar 2.22
Gambar 2.21, menunjukkan pendukung sederhana injakan / tapak dan tanjakan tangga.
Beban terdistribusi merata diasumsikan bertindak di tingkat tanjakan (Gambar 9.20.8b).
Momen lentur dan diagram gaya geser sepanjang tapak dan diagram momen lentur sepanjang
anak tangga ditunjukkan pada Gambar c, d dan e, masing-masing. Diagram free body dari
CD, DE, dan EF ditunjukkan pada Gambar 8f, g dan h, masing-masing. Hal ini terlihat bahwa
pelat injak dikenakan bervariasi momen lentur dan gaya geser konstan (Gambar 8f). Di sisi
lain pelat tanjakan dikenakan momen lentur konstan dan gaya aksial (baik tekan atau tarik).
Asumsinya adalah bahwa tanjakan anak tangga dan pelat injakan anak tangga dihubungkan
secara kaku. Telah diamati bahwa kedua pelat injakan dan tanjakan mungkin dirancang untuk
momen lentur saja sebagai tegangan geser di pelat injakan dan gaya aksial di pelat tanjakaner
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
25
Gambar 9a menunjukkan anak tangga dengan perletakan statis tak tentu. Di sini, analisis
dapat dilakukan dengan menambahkan efek dari momen pendukung MA (Gambar 9b) dengan
hasil dari kasus pendukung sederhana sebelumnya. Namun, nilai MA dapat ditentukan dengan
menggunakan metode momen-area. Diagram free-body dari dua anak tangga vertikal BC dan
DE ditunjukkan pada Gambar 9c dan d, masing-masing.
2.2.5 Sambungan Struktur Baja
Karena pada perhitungan struktur Hotel Swiss Bellin ini direncnakan ulang menggunakan
struktur baja sambungan yang digunakan dapat dipilih berdasarkan jenis sambungan dan
berdasarkan jenis alat sambungnya. Berdasarkan jenis sambungan menurut SNI 1729:2015
ada dua jenis yaitu sambungan sederhana dan sambungan momen. Sedangkan berdasarkan
jenis alat sambungnya ada beberapa pilihan sambungan yang dapat dignakan yaitu sambungan
paku keling, sambungan baut dan atau sambungan las. Berdasarkan perencanaan penulis bab
ini akan mejelaskan cakupan yang diatur sebagai berikut :
1.2.5.1 Sambungan Momen
1.2.5.2 Kelebihan Sambungan Baut
1.2.5.3 Jenis Sambungan Baut
1.2.5.4 Kelompok Baut Eksentris Dibebani Normal pada Permukaan Faying
2.2.5.1
Sambungan Momen
Berdasarkan SNI 1729:2015 bagian J1.3 Sambungan mome adalah Sambungan ujung
dari balok, gelagar, dan rangka batang yang dikekang harus didesain untuk efek kombinasi
gaya gaya yang dihasilkan dari momen dan geser yang disebabkan oleh kekakuan sambungan.
Kriteria respons untuk sambungan momen dijelaskan dalam Pasal B3.6b.
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
26
Ada dua kategori dari baut, baut umum dan baut kekuatan tinggi. Selain itu baut kekuatan
tinggi dikelompokkan berdasarkan tingkat kekuatan ke dalam dua kategori yaitu baut
kelompok A (A325, F182, BC A354 grade dan A449) dan baut kelompok B (A490, F2280 dan
A354 kelas BD). Baut umum kelas A307 dengan kekuatan tarik nominal 45 kips/inch hanya
digunakan hanya dalam koneksi snug-tight (jenis bantalan) saja. Baut kekuatan tinggi dengan
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
27
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
Eksentris kelompok baut terbebani dari jenis yang ditunjukkan pada Gambar dapat
konservatif dirancang dengan asumsi bahwa sumbu netral terletak pada pusat kelompok baut
dan bahwa distribusi tegangan plastik diproduksi di baut. Gaya tarik di setiap baut di atas
Pue
sumbu netral karena eksentrisitas yang diberikan oleh T u =
. Gaya geser pada
n'dm
Pu
setiap baut karena beban yang diterapkan adalah memberi V u =
.
n
28
Gambar 2.23
29
Beban Angin
Beban Gempa
Kombinasi Pembebanan
Beban Mati (D)
Berdasarkan SNI 1727:2013 Pasal 3.1.1 beban mati didefinisikan sebagai seluruh bahan
konstruksi bangunan gedung yang terrpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga,
dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural
lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
2.3.2
Berdasarkan SNI 1727:2013 Pasal 4.1 beban hidup dapat didefinisikan menjadi beberapa
istilah dua diantaranya adalah beban hidup dan beban hidup atap, beban hidup adalah beban
yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung dan atau struktur lain yang
tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan seperti beban angin, beban hujan,
beban gempa, beban banjir atau beban mati. Sedangkan beban hidup atap adalah beban pada
atap yang diakibatkan (1) pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan material (2)
selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak, seperti tanaman atau benda
dekorasi kecil yang tidak berhubungan denganpenghunian.
Besaran beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat
minimum yang dibutuhkan dalam perencanaan ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 yang nilainya
diambil dari Tabel 4-1 pada SNI 1727:2013.
2.3.3
Beban Hujan
Pada SNI 1727:2013 Pasal 8.3 dikatakan bahwa setiap bagian dari suatu atap harus
dirancang mampu menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul apabila sistem
drainase primer untuk bagian tersebut tertutup ditambah beban merata yang disebabkan oleh
kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran rencananya. Apabila
sistem drainase terdiri dari beberapa saluran, saluran-saluran tersebut dan titik keluarannya
harus dipisahkan dari saluran primer.
2.3.4
Beban Angin
Beban angin pada SNI 1727:2013 dibahas mulai dari Pasal 26 hingga Pasal 31, hal
tersebut menunjukkan bahwa beban angin memang sangat kompleks dan perlu untuk
diperhatikan. Yang menjadi pokok bahasan pada Pasal 26 adalah persyaratan umum beban
angin diantaranya prosedur, definisi, simbol, umum, zona bahaya angin, arah angin, eksposur,
efek topografi, efek tiupan angin, klasifikasi ketertutupan, dan koefisien tekanan internal.
Pasal 27 adalah beban angin pada bangunan gedung SPBAU (prosedur pengarah), Pasal 28
adalah beban angin pada bangunan gedung SPBAU (prosedur amplop), Pasal 29 adalah
beban angin pada struktur lain dan perlengkapan bangunan gedung SPBAU, Pasal 30 adalah
beban angin komponen dan klading ( k dan k ) dan Pasal 31 adalah prosedur terowongan
angin.
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
30
Beban Gempa
Pasal 9 SNI 1727:2013 menyebutkan bahwa ketentuan beban akibat seismik perlu
dipertahankan untuk keperluan standar yang akan datang. Dalam mempersiapkan ketentuan
seismik yang ada, Pasal 11 sampai dengan Pasal 23 dan Lampiran 11.A serta Lampiran 11.B
dari ASCE 7, disusun tersendiri sebagai SNI 1726.
2.3.6
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 1727:2013 diberikan pada Pasal 2.3 tentang
kombinasi beban terfaktor yang digunkan dalam metode desain kekuatan. Kombinasi beban
dan faktor beban dalam segi pemakaiannya yang dijelaskan pada Pasal 2.3.2 hanya digunakan
pada kasus-kasus dimana kombinasi pembebanan dan beban terfaktor tersebut secara spesifik
diatur oleh standar perencanaan yang sesuai. Pasal 2.3.2 menjelaskan tentang kombinasi dasar
dimana struktur, komponenn dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan
desainnya sama atau melebihi efek beban terfaktor dalam kombinasi berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5 ( Lr atau S atau R)
1,2D + 1,6 ( Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
1,2D + 1,0W + L + 0,5 ( Lr atau S atau R)
1,2D + 1,0E + L + 0,2S
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
Pengecualian :
1. Faktor beban pada L dalam kombinasi 3,4, dam 5 diizinkan sebesar 0,5 untuk semua
tingkat hunian bila Lo pada Tabel 4-1 (SNI 1727:2013) kurang dari atau sama
dengan 100 psf ( 4,79 kN/m ), denganpengecualian daerah garasi atau luasan yang
ditempati merupakan tempat pertemuan umum.
Pada SNI 1727:2013 tentang kobinasi-kombinasi beban yang mecakup beban banjir
dijelaskan apabila suatu struktur berada pada lokasi zona banjir (Pasal 5.3.1 SNI 1727:2013),
kombinasi beban berikut ini harus diperhitungkan selain kombinasi dasar pada Pasal 2.3.2 :
1. Pada daerah zona V atau pantai zona A, untuk kombinasi beban (4) dan (6) yang
bernilai 1,0W harus diganti menjadi 1,0W + 2,0 Fa .
2. Pada daerah non pantai zona A, untuk kombinasi beban (4) dan (6) yang bernilai 1,0W
harus diganti menjadi 0,5W + 1,0 Fa .
2.4 Beban Gempa pada Bangunan Gedung Berdasarkan SNI 1726:2012
Dalam SNI 1726:2012 Pasal 4.1.1 tentang Gempa recana menjelaskan bahwa tata cara ini
menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi
struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara
umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya
selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah 2 persen.
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
31
Gambar 2.25
Beban gempa pada perhitungan struktur bangunan ini akan menggunakan metode respon
spektrum dimana menurut Pasal 12.6.3.3 SNI 1726-2012 dikatakan bahwa analisi spektrum
respons harus dilakukan dengan menggunakan suatu nilai redaman ragam fundamental di arah
yang ditinjau tidak lebih besar dari nilai yang terkecil dari redaman efektif sistem isolasi atau
30 persen redaman kritis. Nilai redaman ragam untuk ragam-ragam yang lebih tinggi harus
dipilih konsisten dengan redaman yang sesuai untuk analisis spektrum respons struktur diatas
sistem isolasi yang diasumsikan terjepit di bawahnya.
Gaya geser rencana di setiap tingkat tidak boleh kurang dari gaya geser tingkat yang
dihitung dengan menggunakan Persamaan 85 (SNI 1726:2012) dimana dan suatu nilai V s
yang sama dengan gaya geser dasar yang diperoleh dari analisis spektrum respons di arah
yang ditinjau.
2.5 Pondasi Berdasarkan SNI 2847 : 2013
Struktur pondasi pada bangunan ini telah direncanakan menggunakan tiang pancang
beton bertulang, untuk mempermudah perhitungan dalam tugas akhir ini penulis tetap
menggunakan material tiang pancang beton, jika sebelumnya pondasi tiang pancang didesain
berdasarkan beban bangunan yang direncanakan struktur beton bertulang maka pada
perhitungan ini akan dihitung berdasarkan beban bangunan yang direncanakan menggunakan
struktur baja.
Data tanah yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data sondir dan menggunakan
material tiang pancang yang diproduksi oleh PT. Wijaya Karya Beton. Spesifikasi tiang
pancang baik kekuatan maupun momen yang ditimbulkan mengacu pada brosur yang
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Tahapan dalam perhitungan struktur pondasi meliputi :
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
32
Kekuatan tanah
Kekuatan bahan
Kemampuan tiang ( Pijin ) adalah nilai terkecil diantara kekuatan tanah dan kekuatan
bahan
Kebutuhan tiang pancang (n)
Beban maksimum yang diterima satu tiang pancang ( Pmaks )
Perhitungan efisiensi tiang (
)
Daya dukung satu tiang dalam kelompok ( Pijin 1 tiang )
Daya dukung total kelompk tiang ( Pijin total )
Kontrol geser pons pada poer akibat beban aksial kolom
Kekuatan geser pondasi di daerah sekitar kolom atau dinding yang dipikulnya harus
ditentukan menurut mana yang lebih menentukan dari dua kondisi yang ditinjau, baik sebagai
kerja balok lebar atau satu arah maupun sebagai kerja dua arah, harus dipertimbangkan untuk
menemukan tebal pelat yang diperlukan dengan kerja balok lebar, pondasi dianggap sebagai
balok yang lebar dengan penampang kritis pada sepenuh lebarnya. Biasanya kondisi ini jarang
menentukan dalam desain. Kerja dua arah dalam pondasi dimaksudkan untuk memeriksa
kekuatan geser pons (puching shear stress). Penampang kritis untuk geser pons ini terletak
pada sepanjang litasan yang terletak sejauh d dari muka kolom, yang mengelilingi kolom
yang dipikul oleh pondasi. Gambar dibawah ini menjelaskan cara menentukan penampang
kritis, baik pada asumsi kerja balok maupun kerja dua arah.
33
BAB III
METODOLOGI
Pengumpulan Data :
1. Fungsi Bangunan
2. Denah dan Gambar Bangunan
3. Peraturan dan SNI
Studi Literatur :
1. SNI 1729 - 2015 : Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
2. SNI 1727 - 2013 : Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
3. SNI 1726 - 2012 : Tata Cara Perhitungan Gempa untuk Bangunan Gedung
Preliminary Design
34
KONTROL DESAIN
TIDAK OK
A
A
OK
Perhitungan Pondasi
Penggambaran Teknik
Merencanakan Metode
Pelaksanaan Balok dan Kolom
Selesai
35
Metodologi yang dipakai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah pengumpulan data dan
studi leteratur dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data untuk perencanaan ulang gedung, meliputi :
Brosur profil baja dan baut yang tersedia di pasaran, brosur tiang pancang dan
brosur lift.
b. Studi literatur
3.2.2
Data Bangunan
Proyek pembangunan Hotel Swiss Belinn Darmo akan dimodofikasi dan dirancang
ulang dengaan menggunakan struktur baja metode LRFD, gedung tersebut berada di kota
Surabaya yang termasuk dalam wilayah gempa 2 berdasarkan peta wilayah gempa Indonesia.
Data bangunan Hotel Swiss Belinn,
Tipe bangunan
Letak bangunan
Zona gempa
Tinggi bangunan
Jumlah lantai
Struktur bangunan
: Hotel
: Jauh dari pantai
: Zona 2 ( kota Surabaya )
: 64,00 m
: 15 lantai + semi basement
: Beton bertulang dengan atap pelat beton dan konstruksi
baja ( Existing )
Struktur pondasi
: Pondasi tiang pancang
Mutu beton (fc)
: 30 Mpa
Mutu baja tulangan : BJ TD 400 Mpa
BJ TD 240 Mpa
Mutu baja profil (fy) : BJ 37
Sistem struktur
: Sistem Ganda
Data bangunan perencanaan ulang (modifikasi),
Tipe bangunan
Letak bangunan
Zona gempa
: Hotel
: Jauh dari pantai
: Zona 2 ( kota Surabaya )
36
: 64,00 m
: 15 lantai + semi basement
: Struktur baja dengan atap pelat beton dan konstruksi
baja
Struktur pondasi
: Pondasi tiang pancang
Mutu beton (fc)
: 30 Mpa
Mutu baja tulangan : BJ TD 400 Mpa
BJ TD 240 Mpa
Mutu baja profil (fy) : BJ 37
Sistem struktur
: Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Metode Load and Resistance Factor Design (LRFD)
3.2.3
Peraturan yang digunakan dalam perhitungan struktur Hotel Swiss Belinn Darmo adalah
sebagai berikut :
1. SNI 1729 - 2015
2. SNI 1727 - 2013
3. SNI 1726 - 2012
3.2.4
Preliminary Desain
37
Analisa Pembebanan
Perhitungan beban-beban yang bekerja pada struktur berdasarkan Beban minimum untuk
perancangan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013), beban-beban yang tidak
disebutkan di peraturan tersebut akan diambil dari Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung (PPIUG) 1983. Analisa pembebanan akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Beban Mati (D),
a. Beban mati pada balok
: berat sendiri balok, beban mati pelat atap / pelat
lantai, beban dinding, beban plesteran dan acian.
b. Beban mati pada pelat lantai
: berat sendiri pelat, beban keramik, beban spesi,
beban plafon dan penggantung, beban pemipaan air bersih dan kotor dan beban
instalasi listrik.
c. Beban mati pada pelat atap
: berat sendiri pelat atap, beban aspal, beban
plafon dan penggantung, beban pemipaan air bersih dan kotor dan beban isntalasi
listrik.
d. Beban mati pada rangka atap
: berat sendiri rangka atap, beban plafon dan
penggantung, beban sambungan dan beban instalasi listrk.
e. Beban mati pada struktur tangga : berat sendiri pelat tangga, beban anak tangga,
berat sendiri pelat bordes, beban keramik, beban spesi dan beban hand-railing.
2. Beban Hidup (L),
a. Beban hidup pada lantai gedung ditentukan berdasarkan SNI 1727 : 2013 Tabel 4-1.
b. Beban hidup pada atap gedung ditentukan berdasarkan SNI 1727 : 2013 Pasal 4.8.2.
c. Beban hidup pada tangga ditentukan berdasarkan SNI 1727 : 2013 Pasal 4.5.4.
3. Beban Angin (W),
Ditentukan berdasarkan SNI 1727 : 2013 Pasal 26 hingga Pasal 31.
4. Beban Gempa (E),
Ditentukan berdasarkan peraturan Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung SNI 1726 : 2012.
Kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 1727:2013 diberikan pada Pasal 2.3 tentang
kombinasi beban terfaktor yang digunkan dalam metode desain kekuatan dan lebih spesifik
dijabarkan pada pasal 2.3.2 sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5 ( Lr atau S atau R)
1,2D + 1,6 ( Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
1,2D + 1,0W + L + 0,5 ( Lr atau S atau R)
1,2D + 1,0E + L + 0,2S
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
Keterangan,
D
= Beban Mati
L
= Beban Hidup
Lr = Beban Hidup Atap
W
= Beban Angin
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
38
= Beban Gempa
= Beban Hujan
= Beban Salju
3.2.6
Pemodelan Struktur
1. Lingkup Perencanaan,
Struktur bangunan yang akan dianalisa dalam perencanaan bangunan gedung Hotel
Swiss Belinn Darmo ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Struktur bangunan atas meliputi balok, kolom, tangga, pelat lantai, pelat atap, rangka
atap dan sloof.
b. Struktur bangunan bawah meliputi pondasi tiang pancang dan pile cap.
2. Deskripsi Model Bangunan,
Struktur bangunan Hotel Swiss Belinn Darmo dimodelkan dalam bentuk tiga
dimensi, pada perencanaan ini bangunan hotel memiliki 1 lantai basement, 15 lantai dan 1
lantai atap dengan mengasumsikan perletakan jepit pada dasar gedung guna mendapatkan
gaya untuk melakukan perhitungan pada struktur pondasi.
Pada bagian atap bangunan inimenggunakan pelat beton bonundex dan sebagiannya
menggunakan rangka baja. Pembebanan yang terjadi pada pelat lantai, pelat atap dan
pelat tangga dibedakan karena memiliki tebal yang berbeda.
3.2.7
Nilai gaya dalam diperoleh dari program bantuan SAP 2000 dengan kombinasi
pembebanan yang telah disebutkan pada sub bab 3.1.5 Metodologi Tugas Akhir. Dari
kombinasi pembebanan yang telah di input pada permodelan struktur SAP 2000 diambil nilai
yang terbesar untuk mengetahui gaya maksimum yang terjadi.
3.2.8
39
jika
> r
jika
jika
jika
p
p r
> r
: Fcr =[
F y - ( 0.3 Fy )
r
r r
0.9 Ek c
: Fcr
bf
2t f
( )
Dimana:
Rpg = Faktor reduksi kekuatan lentur
Fcr = Tegangan kritis
Sxc = Modulus penampang elastis
Secara umum harus memenuhi persamaan,
M u Mn
Dimana:
Mn = Momen nominal
Mu = Momen ultimate
c. Cek terhadap tekuk torsi lateral (SNI 03-1729-2015 Pasal F2.2)
Bentang pendek, syarat bentang pendek
: Lb < Lp
Bentang menengah, syarat bentang menengah
: Lp Lb Lr
Bentang panjang, syarat bentang panjang
: Lb >Lr
d. Cek nominal geser (SNI 03-1729-2015 Pasal G2)
Kuat geser balok tergantung perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h)
dengan tebal pelat badan (tw)
Pelat badan leleh (Plastis),
V n=0,6. f y . Aw . Cv
V u V n =0,9
Dimana:
fy = Tegangan leleh baja
Aw = Luas badan, tinggi keseluruhan dikali tebal badan (d.tw)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
40
= 0,9
=[
2 ECw
( K z L)
+G]
1
Ix + Iy
Dimana :
Cw
G
Kz
J
Ix ,I y
c. Persamaan interaksi antara gaya normal tekan dan lentur: (SNI 1729:2015 pasal
H1.1)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
41
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
+
+
Pc
Pc 9 M cx M cy
1,00
Dimana :
Pr = kekuatan aksial perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau DKI
(N)
Pc = kekuatan aksial tersedia (N)
M r = kekuatan lentur perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau
DKI
(N.mm)
M c = kekuatan lentur tersedia (N.mm)
x
= indeks sehubungan dengan sumbu kuat lentur
y
= indeks sehubungan dengan sumbu lemah lentur
d. Amplifikasi momen (SNI 1729:2015 pasal 8.2)
Kekuatan lentur yang diperlukan, Mr , dan kekuatan aksial, Pr , dari semua
komponen struktur harus ditentukan sebagai berikut :
Mr = B1 Mnt + B2 Mlt
Pr = Pnt + B2 Plt
Dimana :
B1
B2
M lt
Mr
Plt
Pnt
Pr
42
3.2.9
Perencanaan Sambungan
:n =
Vu
Rn
Dimana,
Fn = Tegangan tarik nominal, Fnt, atau tegangan geser, Fnv, (MPa)
Ab = Tuas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir (mm2)
Fnt = Tegangan tarik nominal, Fnt , atau tegangan geser, Fnv , (MPa)
Kontrol jarak baut,
Jarak tepi minimum
Jarak tepi maksimum
Jarak minimum antar baut
Jarak maksimum antar baut
= 1,5 db
= (4tp + 100 mm) atau 200 mm
= 3 db
= 15 tp atau 200 mm
: Rn = Fnw . Awe
: Rn = FnBM . ABM
Dimana,
FnBM
Fnw
ABM
Awe
Pondasi tiang yang berdiri sendiri akan memikul sepenuhnya beban- beban yang bekerja
padanya. Sedangkan untuk pondasi kelompok tiang tidak demikian halnya. Sehubungan
dengan bidang keruntuhan di daerah ujung dari masing- masing tiang yang tergabung dalam
kelompok tiang saling overlap, maka efisiensi dari daya dukung satu tiang akan menurun di
dalam kelompok tiang. Perumusan efisiensi kelompok yang dipakai dengan menggunakan
persamaan conversi Labarre:
Ek =1-
( n-1 ) m+ ( m-1 ) n
90mn
Dimana:
m
n
D
s
P
n
Pmin
P
n
M y . x max
2
x
M y . x max
2x
M x . y max
2
y
M x . y max
2y
> Pijin
>0
Dimana:
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
44
45
Gambar 3.2 Kontrol Geser Pons Pada Poer Akibat Beban Kolom
Kontrol geser
V n V u
Kontrol geser pons pada poer akibat beban aksial dari tiang pancang
Kekuatan geser pondasi di daerah sekitar tiang pancang yang dipikul harus
ditentukan dengan kerja dua arah pada pelat pondasi. Penampang kritis untuk geser
pons ini terletak pada sepanjang lintasan yang terletak sejauh d dari muka tiang
pancang, yang mengelilingi tiang pancang yang dipikul oleh pelat pondasi. Untuk
mencapai kondisi kerja balok dua arah, maka syarat jarak tiang pancang ke tepi harus
lebih besar dari 1,5 kali diameter tiang pancang tersebut. Gambar 3.4 menjelaskan cara
menentukan penampang kritis akibat aksial tiang pancang pada asumsi kerja dua arah.
46
1
2 . m .Rn
1- 1m
fy
As = . b .s
3.2.11 Gambar Perencanaan
Jika evaluasi dan kontrolsudah benar dan memenuhi maka thap selajutnya adalah
membuat gambar dari hasil perencanaan dan perhitungan sebagai berikut :
a) Garmbar arsitektur, terdiri dari :
Gambar denah
Gambar tampak
b) Gambar struktural, terdiri dari :
Gambar potongan
Memanjang
Melintang
Gambar denah
Sloof
Pondasi
Pelat
Balok
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
47
Lokasi Pekerjaan
48
3.1.12.2
Profil dan smabunganbaja yang digunakan berasal dari pabrik dengan skema pengadaan
barang sebagai berikut :
Profil Baja WF , L dan Pelat Baja
Visualisasi Bahan
Profil baja dibeli dari pabrik baja yang
- ada di Surabaya.
Pabrik memotong ukuran profil baja
- sesuai dengan pesanan.
Profil baja yang telah sesuai dikirim ke lokasi
pekerjaan
jembatan gantung (delivery).
Profil baja yang sampai di lokasi
- dipindahkan ke stock area oleh pekerja
dengan bantuan alat.
Profil baja dikirim secara bertahap
- sesuai dengan progress pekerjaan.
Skema :
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
49
3.1.12.3
Kondisi Lapangan
2. Geologis :
-
Jenis tanah pada lokasi pembangunan hotel swiss belinn adalah tanah
3.1.12.4
50
Skema :
3.1.12.5
Prosedur Konstruksi
Berikut ini adalah langkah-langkah yang telah direncanakan untuk pengkonstruksian jembatan
gantung pejalan kaki yang akan direncanakan. Langkah-langkah ini dibuat berdasarkan
peraturan Pedoman Pemasangan Jembatan Gantung Produksi PT. Amarta Karya dan
berdasarkan analisa penulis sesuai dengan kondisi lapangan dari hasil survey. Untuk
memastikan kelancaran pekerjaan perlu dilakukan pengecekan menyeluruh sebagai berikut :
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
51
baik
dimensi
struktur,
bahan
yang
digunakan
dan
metode
3.1.12.6
52
53
54
IV.3. ERECTION
56
57
58