Analisis Struktur Jembatan Cable Stayed Dengan Software Sap2000
Analisis Struktur Jembatan Cable Stayed Dengan Software Sap2000
Analisis Struktur Jembatan Cable Stayed Dengan Software Sap2000
Noer Ilham
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYED DENGAN SOFTWARE SAP2000 UMUM Analisis struktur jembatan cable stayed dilakukan dengan software SAP2000 yang berbasis elemen hingga (finite element) untuk berbagai kombinasi pembebanan yg meliputi berat sendiri (MS), beban mati tambahan (MA), beban lalu-lintas kendaraan yg berupa beban lajur D (TD), gaya rem (TB), beban pedestrian (TP), dan beban pengaruh lingkungan yang meliputi pengaruh temperature (ET), beban angin (EW), beban gempa (EQ) dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier metode matriks kekakuan langsung ( direct stiffness matriks) dengan deformasi struktur kecil dan material isotropic. Analisis struktur terhadap beban gempa selain digunakan cara statik ekivalen juga dilakukan analisis dinamik Response Spectrum Analysis dan Time History Analysis. Struktur jembatan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Perencanaan Teknis Jembatan, 1992 (BMS-1992). Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Berdasarkan pembagian Wilayah Gempa, lokasi jembatan, termasuk wilayah gempa 3 dengan percepatan puncak batuan 2 dasar 0,15.g (g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det ). Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai dengan peraturan yang berlaku. DATA JEMBATAN Klasifikasi Jembatan Tipe Jembatan Jumlah bentang Panjang bentang tengah Panjang bentang tepi Panjang total jembatan : Klas I Bina Marga : Cable stayed : 3 bentang : 200 m : 100 m : 400 m
1. Struktur Atas (Upper Structure) Terdiri atas : box girder beton bertulang, cable strand, pylon beton bertulang. 2. Struktur bawah (Sub Structure) Terdiri atas Abutment dan fondasi Pylon dengan tiang pancang beton. 3. Dimensi Jembatan Tebal slab lantai jembatan Tebal lapisan aspal + over-lay Tebal genangan air hujan Jarak antara diafragma Jarak horizontal cable strand Lebar jalur lalu-lintas Lebar trotoar h = 0.30 m ta = 0.10 m th = 0.05 m Lx = 5.00 m s = 5.00 m b1 = 7.00 m b2 = 1.00 m
Halaman
Halaman
1. BERAT SENDIRI ( MS )
KMS =
1.3
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifat tetap. Berat sendiri elemen struktural seperti elemen box girder, pylon, cable, dihitung secara otomatis oleh Program SAP2000. Berat sendiri yang tidak termasuk elemen struktur adalah berat trotoar yang dihitung sbb. : No Lebar Tinggi Shape w (m) 1 2 3 4 5 6 0.85 0.25 0.85 0.60 0.30 0.25 0.55 0.20 0.20 0.20 (m) 1 1 0.5 1 1
3
Berat
(kN/m ) (kN/m) 25.00 25.00 25.00 25.00 24.00 5.313 3.438 2.125 3.000 1.440 1.250
Berat sendiri trotoar dianggap sebagai beban terpusat setiap jarak 5 m, sehingga PMS = 5 x 16.565 = 82.825 kN
Halaman
KMA =
2.0
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan direncanakan mampu memikul beban tambahan sebagai berikut.
No
Jenis beban
Tebal (m)
w
3
Berat
2
1 2
0.10 0.05
QMA = 2.690
KTD =
1.8
Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada gambar. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L yang dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Halaman
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut : DLA = 0.4 DLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) DLA = 0.3 untuk L 50 m untuk 50 < L < 90 m untuk L 90 m
Lebar jalur lalu-lintas, Panjang bentang jembatan bagian tengah, Panjang bentang jembatan bagian tepi, Panjang bentang rata-rata, Panjang bentang maksimum, Panjang bentang ekivalen, Untuk LE > 30 m : Beban merata (UDL) pada lantai jembatan :
b1 = 7.00 m L1 = 200.00 m L2 = 100.00 m Lav = 150.00 m Lmax = 200.00 m LE = ( Lav * Lmax ) = 173.2 m q = 9.0 *( 0.5 + 15 / LE ) = 5.28 kPa
QTD = [ 5.5 * q * 100% + ( b1 - 5.5 ) * q * 50% ] / b1 = 4.71 kN/m Beban garis (KEL) pada lantai jembatan :
p = 49.00 kN/m
p = [ 5.5 * p * 100% + ( b1 - 5.5 ) * p * 50% ] / b1 = 43.75 kN/m Faktor beban dinamis untuk 50 < LE < 90 m, Distribusi beban KEL pada joint : PTD = ( 1 + DLA ) * p * b1 / 3 = 132.71 kN DLA = 0.30
Halaman
4. GAYA REM ( TB )
KTB =
2.0
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Halaman
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt 180 m
Panjang total jembatan, Lt = L1 + 2 * L2 = 400 m Besarnya gaya rem yang bekerja (untuk 2 jalur lalu-lintas), TTB = 500 * 2 = 1000 kN Beban lajur "D" tanpa reduksi akibat panjang bentang (penuh) : q = 4.71 kPa p = 49 kN
5% x Beban lajur "D" penuh tanpa faktor beban dinamis : 5% * TD = [ 0.05 * (q * b1 * Lt + 3 * p * b1) ] * 2 = 710.85 kN Karena, TTB > 5%*TD maka diambil gaya rem, TTB = 1000 kN
Gaya rem tsb. didistribusikan ke setiap joint pertemuan balok lantai jembatan dengan jumlah joint, n = 240 maka gaya rem pada setiap joint, TTB = 4.2 kN
KTP =
2.0
Trotoar pada jembatan jalan raya harus direncanakan mampu memikul beban pejalan kaki sebagai berikut :
Halaman
q=5
kPa
6. BEBAN ANGIN ( EW )
KEW =
1.2
Gaya akibat angin dihitung dengan rumus sebagai berikut : TEW = 0.0006*Cw*(Vw) *Ab kN Cw = Vw = koefisien seret Kecepatan angin rencana = 1.25 = 35 m/det
2
Halaman
Gaya angin didistribusikan merata pada bidang samping pylon yg lebarnya 2,50 m : QEW = 0.0006*Cw*(Vw) * 2.50 = 2.3 kN/m Beban angin pada box girder dengan lebar bidang samping 2 m, didistribusikan pada setiap joint setiap jarak 5 m sehingga : TEW = 0.0006*Cw*(Vw) * 2 * 5 = 9.2 kN Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus : TEW = 0.0012*Cw*(Vw) kN/m
2 2 2 2
dengan Cw = 1.2
TEW = 0.0012*Cw*(Vw) = 1.764 kN/m Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan. h = 2.00 m Jarak antara roda kendaraan x= 1.75 m
Transfer beban angin ke joint lantai jembatan, T'EW = [ 1/2*h / x * TEW ]*5 T'EW = 5.04 kN
Halaman
Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya sama dengan selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan.
= 1.0E-05 /C
Halaman
10
T = Tmax - Tmin T = 15 C
8. PENGARUH SUSUT DAN RANGKAK (SR) Faktor Beban Ultimit : KSR = 1.0
8.1. Pengaruh rangkak (Creep) Regangan akibat creep, cr = ( fc / Ec) * kb * kc * kd * ke * ktn kb = koefisien yang tergantung pada pemakaian air semen (water cement ratio). Untuk beton normal dengan faktor air semen, w = 0.45 dan cement content = 3.5 kN/m , maka nilai : kb = 0.75 kc = koefisien yang tergantung pada kelembaban udara, Untuk perhitungan diambil kondisi kering dengan kelembaban udara < 50 %, maka nilai : kc = 3
3
kd = koefisien yang tergantung pada derajat pengerasan beton saat dibebani dan pada suhu rata-rata di sekelilingnya selama pengerasan beton. Jumlah hari dimana pengerasan terjadi pada suhu rata-rata T, t = 28 hari Temperatur udara rata-rata, T = 27.5 C
Halaman
11
Keliling penampang balok yang berhubungan dengan udara luar, K = 5.10 m dan em = 2 * A / K = 0.549 m, maka nilai : ke =0.734 ktn = koefisien yang tergantung pada waktu (t) dimana pengerasan terjadi dan tebal teoritis (e m). Untuk, t = 28 hari dan em = 0.549 m, maka nilai : ktn = 0.2 Kuat tekan beton, fc' = 29.61MPa
Modulus elastik beton, Ec = 25576.22 MPa Regangan akibat creep, cr = ( fc' / Ec ) * kb * kc * kd * ke * ktn = 0.00036
8.2. Pengaruh susut (shrinkage) Regangan akibat susut, su = b * kb * ke * kp b = regangan dasar susut (basic shrinkage strain). Untuk kondisi kering udara dengan kelembaban <50 %, maka b = 0.00038 kb = koefisien yang tergantung pada pemakaian air semen ( water cement ratio) Untuk beton dengan 3 faktor air semen, w = 0.45 dan cement content = 3.5 kN/m maka nilai : kb = 0.75 ke = koefisien yang tergantung pada tebal teoritis (em), ke = 0.734 kp = koefisien yang tergantung pada luas tulangan baja memanjang non prategang. Presentase luas tulangan memanjang terhadap luas tampang balok rata-rata : p = 2.50% maka : kp = 100 / (100 + 20 * p) = 0.995 Regangan akibat susut, su = b * kb * ke * kp = 0.00021
8.3. Pengaruh susut dan rangkak (SR) Regangan akibat susut dan rangkak, sr = sh + cr = 0.00057
Halaman
12
9. BEBAN GEMPA ( EQ )
KEQ =
1.0
9.1. Metode Statik Ekivalen Beban gempa rencana dihitung dengan rumus : T EQ = Kh * I * W t dengan, Kh = C * S TEQ Kh I Wt = gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN). = koefisien beban gempa horisontal = faktor kepentingan. = berat total jembatan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan. = PMS + PMA kN C S = koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah. = faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi gempa (daktilitas) dari struktur jembatan. Waktu getar struktur dihitung dengan rumus : T = 2 * * [ W TP / ( g * KP ) ] W TP = berat sendiri struktur dan beban mati tambahan (kN) .
Halaman
13
Waktu getar alami / foundamental struktur jembatan dihitung dengan software SAP2000 untuk pemodelan struktur 3-D (space frame) yang memberikan respons berbagai ragam ( mode) getaran yang menunjukkan perilaku dan fleksibilitas sistem struktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur jembatan mempunyai waktu getar struktur yang berbeda pada arah memanjang dan melintang, sehingga beban gempa rencana statik ekivalen yang berbeda harus dihitung untuk masing-masing arah. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, massa bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Dalam analisis modal (modal analysis) untuk penentuan waktu getar alami / fundamental struktur, mode shape dan analisis dinamik dengan Spectrum Respons maupun Time History, maka massa tambahan yang di-input pada SAP2000 meliputi massa akibat beban mati yang bukan merupakan elemen struktur (MS) dan beban mati tambahan (MA). Dalam hal ini massa akibat berat sendiri elemen struktur (kolom, balok, dan plat) sudah dihitung secara otomatis karena factor pengali berat sendiri (self weight multiplier) pada Static Load Case untuk berat sendiri (DEAD) adalah = 1. Dari hasil analisis dinamik (modal analysis) diperoleh waktu getar struktur sbb : Arah melintang jembatan, Arah memanjang jembatan, T = 1.95919 detik (mode-1) T = 1.86508 detik (mode-2)
Halaman
14
Halaman
15
9.1.1. Koefisien gempa statik arah Y (melintang jembatan) Waktu getar alami, T = 1.95919 detik
Kondisi tanah dasar sedang (medium). Lokasi di wilayah gempa : Zone-3 maka dari kurva spectrum diperoleh, C = 0.10 Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang dan bangunan atas bersatu dengan bangunan bawah dan struktur dapat berperilaku daktail, maka diambil faktor tipe bangunan, S = 1 Koefisien beban gempa horisontal, Kh = C * S = 0.10 Untuk jembatan yang memuat > 2000 kendaraan / hari, jembatan pada jalan raya utama atau arteri, tetapi terdapat route alternatif, maka diambil faktor kepentingan, I = 1.0 sehingga, TEQ = Kh * I * W t TEQy = 0.10 * W t
9.1.2. Koefisien gempa static arah X (memanjang jembatan) Waktu getar alami, T = 1.86508 detik
Kondisi tanah dasar sedang (medium). Lokasi di wilayah gempa : Zone-3 maka dari kurva spectrum diperoleh, C = 0.10 Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang dan bangunan atas bersatu dengan bangunan bawah dan struktur dapat berperilaku daktail, maka diambil faktor tipe bangunan, S = 1 Koefisien beban gempa horisontal, Kh = C * S = 0.10
Halaman
16
9.2. Metode Analisis Response Spectrum Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri elemen struktur (DEAD), berat sendiri elemen non-struktur (MS) dan beban mati tambahan (MA). Percepatan gempa diambil dari data zone 3 Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 031726-2002). Input data kurva spectrum gempa rencana ke dalam SAP2000 seperti Gambar 19.
Halaman
17
Nilai spectrum respons tersebut harus dikalikan dengan suatu factor skala ( scale factor) yang 2 besarnya = g x I/S dengan g = percepatan grafitasi (g = 9,81 m/det ). Scale factor = 9,81 x 1 / 1 = 9,81. Analisis dinamik dilakukan dengan metode superposisi spectrum response. dengan mengambil response maksimum dari 2 arah gempa, yaitu arah memanjang (arah X) dan melintang (arah Y) jembatan. Nilai redaman untuk struktur beton diambil, Damping = 0,05. Digunakan number eigen NE = 12 dengan mass partisipation factor 90 % dengan kombinasi dinamis (modal combination) CQC dan directional combination SRSS. Input data respons spectrum gempa rencana pada SAP2000 seperti pada Gambar 20.
Halaman
18
9.2. Metode Analisis Dinamik Time History Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei 1940. Input data akselerogram gempa El-Centro ke dalam SAP2000 dilakukan seperti pada Gambar 21. Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman 2 kritisnya. Faktor skala yang digunakan = g x I/S dengan g = percepatan grafitasi (g = 9,81 m/det ). Scale factor = 9,81 x 1 / 1 = 9,81 Untuk memasukkan beban gempa Time History ke dalam SAP2000 maka harus didefinisikan terlebih dahulu ke dalam Time History Case seperti terlihat pada Gambar 21. Mengingat akselerogram tersebut terjadi selama 10 detik, maka dengan interval waktu 0,1 detik, jumlah output step-nya menjadi = 10/0,1 = 100. Data-data tersebut diinputkan ke dalam SAP2000 untuk gempa Time History arah X dan Y seperti Gambar 22.
Halaman
19
Halaman
20