Restorasi Rigid
Restorasi Rigid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah perawatan saluran akar, dokter gigi kadang-kadang menghadapi kendala
menentukan restorasi yang tepat untuk gigi tersebut. Beberapa penelitimengatakan
bahwa kegagalan pada perawatan endodontik mungkin masih bisa diperbaiki dengan
perawatan ulang tanpa harus melakukan pencabutan, namun bila kegagalan terjadi pada
restorasi pasca perawatan endodontia/saluran akar dapat menimbulkan banyak masalah,
bahkan dapat menyebabkan gigi terpaksa harus dicabut. Gigi pasca perawatan saluran
akar menjadi lebih lemah karena adanya pembuangan jaringan dentin di mahkota dan
saluran akar, yang menyebabkan perubahan komposisi struktur gigi. Hilangnya struktur
gigi akibat prosedur perawatan akan mengurangi kekerasan gigi sebanyak 5%,
sementara hilangnya jaringan mahkota menyebabkan kelenturan berkurang sampai
dengan 60%. Kekuatan pada gigi pasca perawatan saluran akar, tidakdipengaruhi pada
prosedur perawatan saluran akar, akan tetapi preparasi yang luas dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan gigi (Fatmawati, 2013).
Restorasi akhir gigi pasca perawatan saluran akar merupakan bagian integral
kunci keberhasilan.Berdasarkan kenyataan bahwa kegagalan lebih sering disebabkan
restorasi yang tidak adekuat dibanding hasil perawatan saluran akarnya sendiri.Restorasi
yang ideal harus dapat melindungi permukaan oklusal dan menggantikan tonjoltonjol
yang hilang agar dapat secara optimal melindungi struktur mahkota gigi dan menambah
ketahanan. Jenis restorasi yang diindikasikan bisa restorasi plastis maupun rigid. Namun
pada gigi yang pasca perawatan saluran akar lebih banyak memakai restorasi rigid.Oleh
karena banyak masalah-masalah restorasi yang memerlukan pemecahan dan batasanbatasan tertentu yang tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan restorasi plastis.
Karena untuk masing-masing restorasi diperlukan dukungan dari gigi. Bila dukungan
dari gigi terbatas atau bahkan tidak ada, restorasi tuang merupakan restorasi
pilihan.4Restorasi ini juga dikenal sebagai restorasirigid yaitu restorasi yang dibuat di
luar mulut dari bahan yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi
dengan bahan perantara golongan semen (Fatmawati, 2013).
B. Rumusan Masalah
Apakah restorasi rigid yang sesuai untuk mengganti restorasi plastis amalgam
yang pecah bagian distalnya.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian restorasi logam tuang.
2. Untuk mengetahui macam-macam restorasi logam tuang.
3. Untuk mengetahui perbedaan pemilihan restorasi inlay, onlay, dan full
cast crown.
4. Untuk mengetahui tahapan preparasi sampai insersi pada restorasi inlay,
onlay, dan full cast crown.
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan Mahasiswa Kedokteran Gigi dapat menambah wawasan tentang
pemilihan restorasi tuang inlay, onlay, atau full cast crown.
E. Hipotesis
Restorasi rigid onlay all poselen yang sesuai untuk mengganti restorasi plastis
amalgam yang pecah bagian distalnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Restorasi Rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid
atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara golongan
semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan
interadikuler (Kidd, 2000).
1. Restorasi Ekstrakoronal
a) All Metal Crown
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast crown.
Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam campur yang
dituang.
Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas dan bawah, penderita
dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan kunyah besar, tidak memerlukan
estetik, gigi dengan karies cervikal, dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi.
Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak cukup terutama pada gigi dengan pulpa
vital, memerlukan estetik pasien dengan OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish,
gusi sensitif terhadap logam (Kidd, 2000).
b) All Ceramic Crown
Teknologi porselen gigi merupakan bidang ilmu paling cepat perkembangannya
dalam bahan kedokteran gigi. Porselen gigi umumnya digunakan untuk memulihkan
gigi yang rusak ataupun patah dikarenakan faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi
pemakaian, perubahan kimiawi yang lambat, dan konduktifitas panas yang rendah.
Terlebih lagi, porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik
struktur gigi Mahkota porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak mengalami korosi,
tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanya mahal dan kekuatan rendah
dibandingkan dengan mahkota metal-porselen.
Indikasinya membutuhkan estetik tinggi, Tooth discoloration,malposisi, gigi yang telah
dirawat endodonsi dengan pasak dan inti.
Kontraindikasinya yaitu indeks karies tinggi, distribusi beban di oklusal tidak baik, dan
bruxism (Kidd, 2000).
c) Porcelain Fused Metal
Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir pasca
perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan ganda, yaitu dari segi
kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam sebagai substruktur mahkota jaket
porselen fused to metal akan mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga
mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya
tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan memberikan penampilan yang estetik.
Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota porselen fused to
metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi (Kidd, 2000).
2. Restorsasi Intrakorona
a) Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian
cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak
begitu luas. Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari
1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah
lemah (Kidd, 2000).
b) Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi posterior
dan memberikanpenampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay dan
onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen
tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit
atau semen ionomer-resin komposit (Kidd, 2000).
c) Inlay dan Onlay Resin Komposit (Indirect)
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan inlay
lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan bahan
keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur,
mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan
resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah serta
restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat dibuang hanya dengan
menggunakan hand instrument.Indikasinya:menggantikan tambalan lama (amalgam)
dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada restorasi gigi
posterior, memperbaiki restorasi yang tidak sempurna atau kurang baik, serta fraktur
yang terlalu besar dan apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding restorasi secara direct
adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga
kebocoran tepi dapat dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara
indirect resin komposit adalah adanya ketergantungan restorasi pada semen perekat
(lutting cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna dari
semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut (Kidd, 2000).
d) Mahkota
Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3 permukaan
yang ditutup oleh mahkota.Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian
labial
atau
bukal.Mahkota
sebagian
terutama
dipakai
sebagai
retainer
estetis.
Cukup tebal untuk membuat parit parit proksimal untuk memberi retensi.
Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah incisivus
sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua rahang bawah. Pada
gigi ini terdapat permukaan proksimal yang cukup lebar untuk dibuat parit
sebagai retensi.
6) Sebagai retainer untuk short span bridge (Kidd, 2000).
3. Restorasi Intradikuler
a) Mahkota Pasak
Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun anterior yang cukup
parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan
menggunakan pasak. Pada kebanyakan kasus gigi sudah dirawat saluran akar,
khususnya pada gigi-gigi dengan saluran akar tunggal yang lurus. Keadaan ini
sebaiknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengisian saluran akar,
10
e) Kemungkinan
terjadinya
fraktur
cups
karena
kurang
jaringan
sehat
pendukungnya.
f) Lebar isthmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups (Baum, 1997).
2. Kontraindikasi
a) Dinding bukal dan lingual sudah rusak.
b) Mahkota klinis pendek (Baum, 1997).
3. Preparasi Kavitas
a) Preparasi bidang oklusal sampai batas bebas dari antagonisnya (1,5 2 mm
dengan wheel diamond bur) dicek dengan gigitas malam merah.
b) Dibuat bevel pada seluruh cavosurface enamel margin
c) Kavitas gigi setelah perawatan endo dapat dipakai sebagai retensi tambahan.
d) Dinding ginggiva dibuat sebatas interdental papil, datar, tegak lurus dengan
sumbu gigi.
e) Dilakukan slicing pada bagian proksimal bidang kontak bebas (Baum, 1997).
D. Full Cast Crown
Restorasi yang meliputi/ menyelubungi seluruh permukaan gigi posterior yang
dibuat dari logam campur secara dituang (Baum, 1997).
1. Indikasi
a)
b)
c)
d)
e)
2. Kontraindikasi
1)
2)
3)
4)
3. Preparasi
11
a) Pengurangan bidang oklusal : menggunakan round edge wheel bur, dikurangi 12 mm menurut bentuk permukaan oklusal, periksa jarak gigit dengan gigi
antagonis.
b) Pengurangan bidang proksimal : pemotongan sejajar antara proksimal sebelah
dengan distal menutup ke arah oklusal + 5 derajat.
c) Pengurangan bidang bukal dan lingual/palatal : dengan fissure silindris bur
daerah finish line dibuat chamfer.
d) Penghalusan bidang preparasi menggunakan fine finishing bur hilangkan bagian
yang taam, runcing, tidak rata dan undercut untuk memperoleh hasil prpeparasi
yang baik (Baum, 1997).
E. Prosedur Klinis Restorasi Inlay, Onlay, dan Full Cast Crown
1. Logam Tuang Direk
a) Pola direk
Untuk membuat pola malam direk, permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu
dengan lapisan tifis parafin cair atau larutan sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan
dan dibentuk mengerucut dengan jalan memanaskan unjung malam secara hati-hati di
atas api spiritus. Malam jangan sampai dipanaskan terlalu tinggi hingga mencair dan
menetes. Ujung malam yang sudah lunak dibentuk sampai berbentuk kerucut memakai
ibu jari dan telunjuk. Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan ke
kavitas dan tetap ditekan sampai malamnya mendingin (Kidd, 2000).
Jika sudah keras, malam diukir dengan instrumen panas atau tajam sambil hatihati dalam membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam dapat
dihaluskan dengan butira kapas. Kapas ini dibasahi dahulu dengan air dan diletakkan di
12
atas nyala api sampai airnya hampir mendidih. Ini dapat dipakai untuk menghaluskan
kekasaran-kekasaran kecil (Kidd, 2000).
Tahap selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam. Sprue terbuat dari
kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 15 mm. Sprue dipanaskan dan
setelah ditambah selapis malam inlay disekelilingnya, sprue ditusukkan di tengan pola
dan dibiarkan sampai dingin. Sprue berfungsi ganda; sebagai pegangan untuk menarik
pola malam dari kavitas dan membentuk saluran tempat mengalirnya logam setelah pola
ditanamkan dan spruenya diangkat (Kidd, 2000).
Pola malam diangkat dari kavitas dengan memegang sprue dengan jari dan
periksalah baik-baik permukaan dalamnya. Pola malam yang baik seharusnya
mencerminkan reproduksi yang tajam dari rincian permukaan internal kavitas.
Tambalam sementara diperlukan untuk melindungi dentin terbuka, sampai inlaynya
selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen OSE walaupun tidak ideal karena akan
sukar dibuka tanpa merusak preparasi. Lebih disukai memai akrilik untuk mahkot adan
jembatan sementara karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur samapi
konsistensinya kental, dimasukkan ke dalam kavitas dan dibentuk dengan instrumen
plastis datar. Ketika hampir mengeras inlay sementara dikeluarkan kemudian dimasukkeluarkan beberapa kali sampai mengeras. Ini akan menghindarkan inlay sementara
menempel pada kavitas. Inlay sementara kemudian disemenkan dengan semen
sementara OSE (Kidd, 2000).
b) Tahap Laboratorium
Tahap laboratorium akan bervariasi bergantung pada bahan pola dan logam yang
digunakan. Singkat kata, sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup
13
dengan bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan mengeras.
Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat dengan pinset. Bumbung
tuang kemudian dipanaskan dalam tungku sampai malam meleleh dan menguap atau
akriliknya terbakar habis lalu logam cair dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika
masih panas bumbung tuang dicelupkan ke dalam air sehingga investmen akan pecah
dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya disisakan sedikit sebagai pegangan ketika
mencoba dalam kavitas. Inlay direk yang kecil biasanya tidak dipoles sampai dicobakan
di dalam mulut (Kidd, 2000).
c) Kunjungan Klinis Kedua
Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihkan serta diperiksa dari sisa-sisa
tambalan sementara. Sebelum dicobakan di dalam kavitas, permukaan dalam inlay harus
diperiksa dengan teliti, jika terdapat sedikit benjolan kacil emas dapat dihilangkan
dengan ekskavator, tetapi jika defek in ibesar dan banyak, pola malam harus dibuat
ulang (Kidd, 2000).
Selanjutnya dicobakan ke dalam kavitas. Jika duduknya tidak baik, kemungkinan
terdapat sisa-sisa tambalan sementara atau adanya undercut dalam kavitas dan pola
malam yang distorsi. Dalam keadaan seperti ini, kavitasnya harus dimodifikasi dan pola
dibuat kembali. Akhirnya bevelnya yang diperiksa, karena bevel yang tidak cukup akan
juga memerlukan pembuatan pola malan yang baru (Kidd, 2000).
Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burniser tangan dengan
gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu tebal dapat dikurangi
dengan bur pengakhir baja bulat dan kecil atau dengan stone putih kecepatan rendah.
14
Instrumen harus digunakan dengan tekanan ringan dan diputar dari emas ke gigi
sehingga berefek kerja dari emas ke gigi (Kidd, 2000).
Tepi kini dipoles di alam mulut sejauh mungkin, memakai poin karet pumis dan
caret. Akhirnya inlay diangkat dan sprue dipotong. Sisa permukaan dipoles dengan roda
karet abrasif. Selanjutnya inlay disemenkan dengan semen ionomer kaca tipe penyemen
atau semen Zn. Fosfat yang dicampur samapi konsistensinya seperti krim. Semen
ionomer kaca lebih disukai karena lebih adhesif ke dentin dan kurang iritatif terhadap
pulpa. Semen dicapur sesuai instruksi pabrik. Semen yang telah dicampur diulaskan ke
permukaan dalam inlay, dimasukkan ke dlam kavitas, ditekan sampai posisinya baik
dengan burniser berberntuk buah pir. Jika semen telah benar-benar mengeras, gunakan
ekskavator atau sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Jika semen ionomer yang
dipakai, tepinya harus dilapisi dua lapis pernis. Restorasi kemudian dipoles akhir
dengan poin karet pumis dan tepinya dipernis ulang (Kidd, 2000).
2. logam tuang indirek
a) Pelapikan kavitas
Pada kavitas yan dalam harus digunakan sub pelapik dari semen yang mengandung
hidroksida kalsium. Bahan pelapik kedua selanjutnyya diletakkan diatas sub pelapik
untuk menutup setiap undercut, mendatarkan lantai oklusal dan dinding pulpa, dan
sebagai isolator panas bagi pulpa. Semen ionomer kaca merupakan bahan pilihan untuk
pelapik structural ini karena adhesive terhadap dentin (Kidd, 2000).
b) Pencetakan
Sendok cetak khusus
15
Sendok mendukung bahan disekitar gigi, ini berarti bahan di sekitar gigi; ini
berarti bahwa bahan cetak yang digunakan makin sedikit dan bisa diperoleh ketebalan
bahan yang konsisten. Jika diperlukan dapat pula dibuat sendok cetak khusus dari resin
akrilik pada model studi. Sendok harus menutupi semua gigi didalam lengkung dan
diperluas 2mm melebihi tepi gingival. Sendok harus berjarak 1-2mm dari gigi-gigi
tetapi berkontak dengan 3 gigi disepanjang rahang sehingga bisa dipasang dengan tepat
tanpa menyentuh gigi yang dipreparasi. Mencetak menggunkan bahan elastomer yang
terdiri dari heavy body dan light body. Terdapat 2 teknik yaitu :
1) Teknik double impresion, heavy body diletakkan di sendok cetak, dicetakkan ke
kavitas, kemudian pada kavitas dikerok dimasukkan light body, dicetakkan
kembali.
2) Teknik single step, heavy body diletakkan ke sendok cetak kemudian diberi
cekungan pada sendok cetak yang akan dicetakkan ke kavitas, diisi light body,
dicetakkan.
Pengisolasian gigi; retraksi gingival
Bahan cetak elastomer bersifat hidrofobik dank arena itu, permukaan gigi yang
dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas dan disertai penghisap
saliva. Jaringan gingival harus dalam keadaan sehat sebelum dilakukan preparasi (Kidd,
2000).
Jika tepi preparasi diperluas ke atau dibawah tepi gingival, tepi gingival perlu
diretraksi sebelum pencetakan agar diperoleh cetakan bagian tepi yang akurat. Untuk
tujuan ini digunakan benang retraksi gingival yang dibasahi larutan stiptik seperti
alumanium klorida atau vasikonstriktor misalnya adrenalin. Benang ditekan perlahan-
16
lahan ke leher gingival dengan alat plastic datar, dibiarkan 15 menit sebelum dilakukan
pencetakkan metode ini dinamakan non surgical. Atau menggunakan electrical counter
retraksi ginggiva dengan surgical (Kidd, 2000).
Pembuatan cetakan
Bahan cetak diaduk merata sesuai petunjuk pabrik. Benang retraksi dilepas dan
bahan cetak yang encer disuntikan kedalam preparasi dan sekitar gigi. Bahan cetak yang
lebih kental atau berbentuk padat diletakkan pada sendok cetak dan sendok cetak
ditempatkan diatas bahan encer yang belum mengeras. Ini membantu bahan cetak
beradaptasi kesemua daerah preparasi dan leher gingiva. Sendok cetak ditahan sampai
bahan cetak mengeras dan dikeluarkan dari mulut (Kidd, 2000).
Pemeriksaan cetakan
Cetakan hasil preparasi harus diperiksa rinciannya untuk melihat apakah semua
bagian tepi terlihat dan tidak ada lubang kosong karena gelembung udara yang terjebak.
Rincian permukaan okusal dari seluruh cetakan harus diperiksa karena akibat
gelembung udara nantinya akan terisi gip dan menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).
c) Mahkota Sementara
Sementara tuangnya dibuat, dibutuhkan restorasi sementara yang kuat untuk:
1)
2)
3)
4)
Melindungi pulpa
Mencegah pertumbuhan kedalam dari jaringan gingiva
Mencegah perubahan kontak oklusal dan aproksimal
Merestorasi penampilan dan kenyamanan
17
Untuk ini, dibutuhkan yang kuat yang bisa disemen dengan bahan semen sementara
tetapi mudah dilepas pada kunjungan berikut. Bahan untuk mahkota sementara bisa
dipergunakan sebagai bahan inlay sementara.
Kavitas dilumasi dengan Vaselin dan pita matriks dipasang pada gigi. Pita diburnish
untuk memperoleh kontak aproksimal yang akurat dan baji dipasang untuk memperolah
adaptasi servikal yang baik. Resin diaduk dan setelah mencapai kekentalan seperti
dempul, diletakkan di dalam preparasi.
Ketika resin mengeras, resin akan kehilangan plastisitasnya dan pita serta inlay
sementara sekarang sudah bisa dilepas. Inlay harus dipasang dengan hati-hati dan
dilepas beberapa kali sampai semen mengeras. Kelebihan resin dibersihkan dari inlay
diluar mulut, dengan bur baja dan henpis. Akhirnya inlay dipasang dan oklusi dicek
dengan kertas artikulasi serta disesuaikan sampai akurat apada posisi intercuspal dan
gerak lateral. Inlay sementara akahirnya dihaluskan dengan roret sebelum disemen
dengan semen sementara oksida-seng eugenol. Sewaktu semen mengaras, kelebihannya
dibuang dengan sonde (Kidd, 2000).
Tahap Laboratorium
Pada dasarnya, cetakan kerja diisi dengan gips keras disertai pin runcing atau
alat lain agar model gigi yang dipreparasi bisa dipotong terpisah dari bagian model yang
lain. Sedemikian rupa sehingga bisa dipasang kembali keposisi yang sama. Inilah yang
disebut die. Pola malam dibuat pada die yang sudah dilumasi dan karena die dilepas dari
model induk, maka bisa diperoleh pola malam direct dengan adaptasi tepi gingiva
proksimal dan titik kontak yang lenih akurat. Pola malam kemudian diberi sprue seperti
18
biasa, tetapi biasanya digunakan sprue malam atau plastik, bukan logam dan dicor.
Sprue dilepas dan inlay dipoles di laboratorium sebelum dikembalikan ke klinik.
Oklusi di cek sewaktu pola malam dibuat dan selama pemolesan, dengan
mengartikulasikan model kerja dengan model antagonisnya. Ini bisa dilakukan dengan
tangan, tapi lebih baik bila model dioklusi dengan artikulator sederahana.
Keuntungannya adalah bila menggunakan tangan sebagian besar gigi akan saling
berkontak meskipun pola malam kurang baik, tetapi dengan artikulator, kontak yang
terlalu tinggi dengan pola malam akan membuat gigi lain tidak berkontak sehingga
penyimpangan oklusi bisa dilihat dengan jelas (Kidd, 2000).
d) Kunjungan klinis kedua
Sebelum pasien datang, periksa lebih dulu ketepatan hasil pengecoran pada die
dan permukaan cekatnya kalau-kalau ada kelebihan kecil yang bisa membuat restorasi
sulit dipasang.
Melepas inlay sementara
Pada pemasangan restorasi perlindungan tonjol, pemakaian isolator karet agak
menggangu karena oklusi perlu dicek secermat mungkin. Walaupun demikian, bisa
digunakan gulungan spon basah, yakni spon kupu-kupu untuk mencegah agar inlay
tidak tertelan atau terhirup. Skeler digunakan untuk melepas inlay sementara dan semua
sisa semen sementara dibersihkan dengan sonde (Kidd, 2000).
Mencoba restorasi tuang
Setelah memastikan bahwa spon kupu-kupu melindungi faring, pasanglah
restorasi tuangnya dan periksa tepinya dengan sonde tajam kalau-kalau ada bahan yang
19
kurang atau ada ketidakteraturan. Jika restorasi tidak mau duduk dengan baik, carilah
penyebab kesalahan dengan urutan sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
bisa diperbaiki dengan menambah solder logam pada daerah tersebut. Setelah restorasi
terpasang, spon bisa dikeluarkan dan oklusi dicek pada semua gerak mandibula.
Gunakanlah kertas artikulasi untuk memeriksa titik kontak prematur. Sebelum melepas
inlay untuk untuk memperbaiki kontak ini, pasang kembali spon kupu-kupu. Jika oklusi
sudah diperbaiki, dikeluarkan, dihaluskan dan dipoles (Kidd, 2000).
Akhirnya, sebelum disemenkan, tepi restorasi harus diburnish ke email dengan
menggunakan instrumen genggam atau burnisher protatif. Instrumen harus selalu
digerakkan dari logam kearah gigi (Kidd, 2000).
Sementasi restorasi
Restorasi bisa disemenkan dengan semen ionomer kaca atau seng fosfat. Untuk
ini kuadran rahang harus direstorasi dan dikeringkan. Serta semen diaduk menurut
petunjuk pabrik.
Semen seng fosfat diaduk perlahan sampai seperti krim. Semen ionomer kaca
diaduk dengan cepat sampai konsistensinya agak kental. Kavitas diisi dengan semen,
menggunakan instrumen plastik datar, dan inlay diletakkan dengan cepat dan ditekan.
Pasien diminta untuk menggigit gulungan kapas agar diperoleh tekanan yang mantap
20
sementara semen mengeras. Kelebihan semen baru boleh dibersihkan setelah semen
mengeras dan dilakukan hati-hati agar jangan ada semen yang terjungkit dari tepi
gingiva (Kidd, 2000).
BAB III
KONSEP MAPPING
21
22
Studi kasus pada skenario didapatkan analisis yaitu pada pemeriksaan subyektif
pasien laki-laki umur 40 tahun, seorang guru, datang dengan keluhan gigi kiri bawah
ngilu ketika minum dingin, pernah ditambal 2 tahun lalu. Pemeriksaan objektif
ekstraoral tidak ada pembekakan, pada intraoral didapatkan gigi 36 terdapat tambalan
logam pecah bagian distalnya pada pemeriksaan perkusi (-) druk (-) tes dingin (+)
pembengkakan (-), gigi antagonis tidak ada tambalan, gigi 35 tambalan amalgam, dan
gigi 37 onlay emas. Pada pemeriksaan penunjang Ro belum ada perforasi. Dari
pemeriksaan tersebut didapat diagnosa pada gigi 36 adalah pulpitis reversible, dengan
rencana perawatan pembongkaran tambalan logam, kemudian di pulp capping indirect
untuk melindungi pulpa dengan kalsium hidroksida, setelah di pulp capping diberikan
restorasi. Ada 3 pilihan rencana restorasi yaitu : 1) mengganti semua tambalan gigi 35
dengan inlay/full cast crown logam, gigi 36 dengan onlay logam, gigi 37 dengan full
cast crown logam; 2) mengganti semua tambalan gigi 35 dengan inlay/full cast crown
porcelen, gigi 36 dengan onlay porselen, gigi 37 dengan full cast crown porselen; 3)
mengganti gigi 36 saja dengan onlay all porcelain. Dari 3 pilihan tersebut setelah
mempertimbangkan status ekonomi dipilih mengganti gigi 36 saja dengan
menggunakan onlay porcelain.
BAB V
PENUTUP
23
A. Kesimpulan
Restorasi rigid meliputi inlay, onlay, dan full cast crown. Pada setiap kasus harus
mempertimbangkan bahan yang digunakan dari restorsi yang dipilih. Logam harus
sejenis untuk menghindari arus galvanis yang menyebabkan pasien ngilu, jika porselen
atau resin komposit dipertimbangkan dari ekonomi.
B. Saran
Disarankan Mahasiswa Kedokteran Gigi dapat lebih mendalami restorasi rigid
guna memilih restorasi yang tetap setelah perawata endodontik, agar nantinya bisa
berguna dalam co-ass, maupun dalam aplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
24