Proses Berdirinya Kerajaan Kalingga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
KERAJAAN KALINGGA

A. PROSES BERDIRINYA KERAJAAN KALINGGA

I. SEJARAH BERDIRINYA
Kerajaan Kalingga dibangun orang - orang dari sebuah kerajaan di negara bagian
Orrisa di negeri India yang kalah perang dari kekaisaran maurya pimpinan raja
asoka. Keturunan-keturunan kerajaan tersebut lantas pindah menyebar hingga tanah
Jawa. Dalam berita Cina kerajaan ini disebut Holing. Di sana dijelaskan bahwa pada
abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat dari
kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta mempunyai
sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan
kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaatksn dalam bercocok
tanam. Kerajaan ini bersahabat akrab dengan Maharaja Cina. Kerajaan ini didirikan
oleh prabu Kirathasinga.
Awal berdirinya kerajaan Kalingga diperkirakan dimulai pada abad ke-6 sampai
abad ke-7. Nama Kalingga sendiri diambil dari kerajaan India kuno yang bernama
Kaling, membuktikan bahwa ada tautan antara India dan Indonesia. Bukan hanya
lokasi sempurna ibu kota dari kawasan ini saja yang tidak diketahui, tetapi juga
catatan sejarah dari periode ini amatlah langka.
Salah satu wilayah yang dicurigai sebagai ibu kota kerajaan ini ialah Pekalongan
sekaligus Jepara. Jepara dicurigai sebab adanya kabupaten Keling di pantai utara
Jepara, sementara Pekalongan dicurigai karena memiliki masa lalu ketika awal
dibangunnya kerajaan ini ialah sebuah pelabuhan kuno. Beberapa orang juga
mempunyai inspirasi bahwa Pekalongan merupakan perubahan nama dari Pe-kaling-
an.
Pada tahun 674, Kalingga dipimpin Ratu Shima yang terkenal dengan peraturan
kejamnya menindak pencurian, dimana hal tersebut memaksa penduduk Kalingga
menjadi jujur serta selalu memihak pada kebenaran. Menurut cerita-cerita yang
berkembang dalam masyarakat, pada suatu hari seorang raja dari negara yang asing
datang dan meletakkan sebuah kantung berisi emas pada persimpangan jalan di
Kalingga untuk menguji kebenaran dan kejujuran dari orang-orang Kalingga yang
terkenal.
Dalam sejarahnya tercatat bahwa tidak ada yang berani menyentuh kantung emas
yang bukan milik mereka, paling tidak selama tiga tahun sampai akhirnya anak dari
Shima, yakni putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung tersebut
dengan kakinya. Mendengar hal tersebut, Shima segera menjatuhkan hukuman mati
pada anaknya sendiri. Mendengar hukuman tersebut, beberapa orang memohon agar
Ratu Shima hanya memotong kakinya sebab kakinya yang bersalah. Dalam beberapa
cerita, orang-orang yang memohon bahkan meminta Ratu Shima hanya memotong
jari anaknya.
Sesudahnya Dewi Sima wafat pada tahun 617 Caka (720 Masehi), kemudian
kerajaan dibuat dua wilayah kerajaan, di antaranya ialah yang wanita, Dewi Parwati,
di sebelah utara, yang laki-laki, Sang Narayan, di sebelah selatan. Sang

1
Mandiminyak, suami Dewi Parwati, tidak menggantikan di situ, karena ia menjadi
raja di kerajaan Galuh.

II. RAJA RAJA YANG MEMIMPIN


1. KIRATHASINGA (632-648)
Pada tahun 562 Caka (667 Masehi) dan pada tahun 554 Caka (657 Masehi)
mengirim dutanya ke kerajaan Cina.
Rakyat Holing menganut agama Budha. Hal itu dapat diketahui dari berita Cina
yang ditulis I-Tshing, yang menjelaskan bahwa pada tahun 644 masehi Hwi-Ning
seorang pendeta budha dari cina datang ke Holing dan menetap selama 3 tahun.
Hwi-Ning menterjemahkan salah satu kitab suci agama Budha Hinayana yang
berbahasa Sanksekerta ke dalam bahasa Cina. Dalam usahanya Hwi-Ning dibantu
oleh seorang pendeta kerajaan Holing yang bernama Janabadra.

2. KARTIKEYASINGA (648-674)
Prabhu Kartikeyasingha telah dua kali mengirimkan dutanya pembesar-pembesar
kerajaan ke kerajaan Cina, pertama pada tahun 570 Caka (674 Masehi), kedua pada
tahun 588 Caka (692 Masehi), yaitu pada permulaan Sang Prabhu memerintah
kerajaan. Beliau wafat di Gunung Mahameru.
Dari perkawinan Sang Prabhu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, berputera 2
orang wanita dan laki-laki, masing-masing ialah yang wanita Dewi Parwati
diperisteri oleh Sang Mandiminyak dari Galuh, yang laki-laki Sang Narayan
namanya.

3. MAHARANI SIMA (674-695)


Raja yang terkemuka dari kerajaan ini adalah Ratu Sima.
Pemerintahannya berlangsung dari sekitar tahun 674 masehi. Ratu Sima
menerapkan peraturan-peraturan secara disiplin. Kepada setiap pelanggar,
selalu diberikan sangsi tegas.

KERAJAAN KALINGGA UTARA KERAJAAN KALINGGA SELATAN


4. DEWI PARWATI (695-717) 4 NARAYAN (695-732)
Setelah Prabhu Narayan wafat,
Dari pernikahan Prabhu selanjutnya digantikan oleh
Mandiminyak dengan Dewi Parwati puteranya ialah Sang Prabhu Dewa
berputeralah seorang wanita, Dewi Singha namanya.
Sannaha namanya. Kemudian Dewi
Sannaha naik takhta menggantikan sang
ibundanya.
5. DEWI SANNAHA (717-732) 5 PRABHU DEWA SINGHA
Pada waktu itu Sang Prabhu Dewa
Sanaha menikah dengan raja ketiga Singha memerintah wilayah selatan
dari Kerajaan Galuh, yaitu yang tunduk di bawah kekuasaan
Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa Sanjaya.
memiliki anak yang bernama Sanjaya
yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda
dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

III. PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN


Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan oleh dua sebab utama,
yaitu tekanan luar Kerajaan kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Ratu Shima yang terkenal akan sosok wanita bijaksana dan penuh

2
ketegasan dalam memerintah kerajaan holing. Tak heran jika pada masa tersebut
beliau mampu mengantarkan kalingga pada masa keemasannya. Peluasan wilayah
serta kemakmuran rakyat di daerah kekuasaan kalingga menjadi salah satu bukti
kebesaran Ratu Shima. Selian kesejahteraan masyarakat terdapat pula peninggalan-
peninggalan sejarah berupa bangunan candi dan prasasti yang semakin mendukung
pendapat bahwa holing sangat berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima.
Namun roda tetap berputar, sebagaimana kehidupan manusia pada umumnya Ratu
Shima meninggal sekitar tahun 732 dan digantikan oleh keturunannya. Mulai dari
sini sebenarnya telah nampak runtuhnya kerajaan kalingga secara perlahan.
Di sisi lain kerajaan Sriwijaya di pulau seberang mulai muncul dan kuat baik dalam
hubungannya dengan kerajaan luar maupun militer. Sebagimana isi dari prasasti kota
kapur bahwa maharaja pada saat itu menghendaki penyerangan terhadap bumi jawa.
Dari serangan tersebut diketahui bahwa kerajaan kalingga dapat dikalahkan dan
menjadi taklukan kerajaan sriwijaya

B. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di
Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas
dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan
hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya
sendiri.
Berita tentang ketegasan hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-
Shih adalah sebutan Cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih
kemudian menguji kebenaran berita tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk
meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima. Selama tiga
tahun kantong itu dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorangpun berani
menyentuh. Setiap orang melewati kantong emas tersebut berusaha menyingkir.

C. KEHIDUPAN EKONOMI
Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian.
Letaknya yang dekatdengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga
mudah diakses oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah
penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang
dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk untuk
mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain
beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal
dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut memiliki rasa manis dan dapat
memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalingga
hidup makmur.

KERAJAAN SRIWIJAYA

A. PROSES BERDIRINYA KERAJAAN SRIWIJAYA

I. SEJARAH BERDIRINYA

3
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang pernah besar dan jaya di
Indonesia. Kerajaan ini disebut juga Negara nasional pertama karena pada masa
jayanya, daerah kekuasaannya sangat luas yang meliputi Indonesia bagian barat,
Siam bagian selatan, Semenanjung Malaya, sebagian Filipina, dan Brunei
Darussalam di Pulau Kalimantan. Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad
ke-7 M dan menganut agama Buddha di Sumatera Selatan. Bukti-bukti tentang
kerajaan Sriwijaya yang berkembang sampai sekitar abad ke-14 ini, berasal dari
beberapa prasasti yang ditemukan di wilayah tersebut. Bahkan ada yang ditemukan
di Bangka, Ligor (Malaysia), dan Nalanda (India Selatan). Walaupun letak secara
pasti pusat kerajaan sulit dibuktikan, tetapi kebesaran dan pengaruh kerajaan
Sriwijaya sangat nyata. Hal ini dibuktikan dari berita-berita orang Arab, India, dan
Cina yang kala itu menjalin hubungan dengan kerajaan Sriwijaya.
Nama Sriwijaya sudah terkenal dalam perdagangan internasional. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menerangkan mengenai
keberadaan Kerajaan Sriwijaya, seperti di bawah ini:
Dari berita Arab: diketahui bahwa pedagang Arab melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan disekitar Sriwijaya ditemukan
peninggalan bekas perkampungan orang Arab.
Dari berita India: diketahui bahwa Keraaan Sriwijaya pernah menjalin
hubungan dengan Kerajaan India, seperti Nalanda dan Colamandala bahkan
Kerajaan Nalanda mendirikan prasasti yang menerangkan tentang Sriwijaya.
Dari berita Cina: diketahui bahwa para pedagang Cina sering singgah di
Kerajaan Sriwijaya sebelum melanjutkan perjalanan ke India dan Arab.
Berita Cina juga menyebutkan pada abad ke-7 di Sumatra telah ada beberapa
kerajaan, antara lain Kerajaan Tulang Bawang di Sumatra Selatan, Melayu di
Jambi, dan Sriwijaya. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini dapat diperoleh
informasinya, misalnya, dari cerita pendeta Buddha dari Tiongkok, I-tsing.
Pada tahun 671, Ia berangkat dan Kanton ke India, kemudian singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sanskerta.
Pada tahun 685, dia kembali ke Sriwijaya dan menetap selama empat tahun
untuk menerjemahkan berbagai kitab suci Buddha dan bahasa Sanskerta ke
bahasa Tionghoa. Karena dalam kenyataannya, dia tidak dapat menyelesaikan
sendiri pekerjaan itu, maka pada tahun 689, dia pergi ke Kanton untuk
mencari pembantu dan segera kembali lagi ke Sriwijaya. Selanjutnya, baru
pada tahun 695, I-tsing pulang ke Tiongkok.

II. RAJA-RAJA YANG MEMIMPIN

1. DAPUNTA HYANG SRI JAYANAGA (683 M). Selama masa


pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga telah menuliskan
Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo (684 M), dan Kota Kapur. Selain itu,
Dapunta Hyang Sri Jayanaga juga menaklukkan Kerajaan Melayu dan
Tarumanegara.

2. INDRAVARMAN (702 M). Selama masa kepemimpinan Indravarman, dikirim


utusan ke Tiongkok pada 702-716 M,dan 724 M.

3. RUDRA VIKRAMAN atau LIEOU-T`ENG-WEI-KONG (728 M). Selama


masa kepemimpinannya, dikirim utusan ke Tiongkok pada 728-748 M.

4
4. DHARMASETU (790 M).

5. WISNU (795 M) dengan gelar SARWARIMADAWIMATHANA yang artinya


pembunuh musuh-musuh yang sombong tiada bersisa ? (775 M). Selama
kepemimpinannya, Raja Wisnu memulai pembangunan Candi Borobudur pada
770 M dan menaklukkan Kamboja Selatan.

6. SAMARATUNGGA (792 M). Selama kepemimpinan Raja Samaratungga,


Sriwijaya kehilangan daerah taklukannya di Kamboja Selatan pada 802 M.

7. BALAPUTRA SRI KALUHUNAN (Balaputradewa) (835 M). Raja ini


memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dengan
meninggalkan Prasasti Nalanda.

8. SRI UDAYADITYAWARMAN (960 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri


Udayadityawarman mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 960 M.

9. SRI WUJA atau SRI UDAYADITYAN (961 M). Selama kepemimpinannya,


Raja Sri Udayadityan mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M.

10. HSIAE-SHE (980 M). Selama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan


utusan ke Tiongkok pada 980-983 M.

11. SRI CUDAMANIWARMADEWA (988 M). Saat beliau memerintah, terjadi


penyerangan dari Jawa.

12. SRI MARAWIJAYOTTUNGGAWARMAN (1008 M). Selama


kepemimpinannya, Raja Beliau mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1008 M.

13. SUMATRABHUMI (1017 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sumatrabhumi


mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1017 M.

14. SRI SANGGRAMAWIJAYOTTUNGGAWARMAN (1025). Selama


kepemimpinan Raja Sri Sanggramawijayottunggawarman, Sriwijaya dapat
dikalahkan oleh Kerajaan Cola dan sang raja sempat ditawan.

15. SRI DEVA (1028 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri Deva mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 1028 M.

16. DHARMAVIRA (1064 M).

17. SRI MAHARAJA (1156 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri Maharaja
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M.

18. TRAILOKARAJA MAULIBHUSANA VARMADEVA (1178 M). Selama


kepemimpinannya, Raja Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 1178 M.

19. Pada tahun 1402, PARAMESWARA, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan


Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.

5
III. PENYEBAB RUNTUHNYA

Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan
penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium
Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah
melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya beberapa wilayah
dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan yang
berbasiskan pada pertanian.

Antara tahun 1079 - 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya


mengirimkan duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi
mengirimkan lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya
telah bergeser secara bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah
melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat kerajaan.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chiyang ditulis pada tahun


1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua
kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia
menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat
Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula dikatakan bahwa beberapa
wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri, antara lain Kien-pi (Kampe, di
utara Sumatra) dan beberapa koloni di semenanjung Malaysia. Pada masa itu
wilayah Sriwijaya meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-
ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan (Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing (Jelutong),
Ts'ien-mai, Pa-t'a (Batak), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi,
bagian utara semenanjung Malaysia), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-t'o (Sunda), Lan-
wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan (Srilanka).

Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan


Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293, Majapahit
pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan
tanggung jawab tersebut kepada Pangeran Adityawarman, seorang peranakan
Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan terhadap Majapahit,
tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di selatan Sumatra sering
terjadi kekacauan dan pengrusakan.

Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar


yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di
sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan
menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra.
Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan
lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya.

Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang berakibat


tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan
perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam

6
ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan India. Di akhir abad ke-
13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah agama Islam.

Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan
wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan
lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.Pada
tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan
Malaka di Semenanjung Malaysia.

Jadi berikut adalah beberapa factor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan


Sriijaya adalah sebagai berikut :

1. Tidak adanya raja yang cakap memerintah


Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap untuk memerintah
Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin
mengalami kemunduran.
2. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut
Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya,
akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
3. Berkurangnya kapal dagang yang singgah
Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut
tidak strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain.
Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan
kerajaan dari pajak menurun.
4. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya
Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa
kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
5. Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain
Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari Kerajaan Medang
atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun 992.
Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari India Selatan atas
Semenanjung Malaka pada tahun 1017.
Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari Singosari atas wiayah
Melayu pada tahun 1270. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya
pada tahun 1377. Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan
Nusantara.
Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.

B. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di


Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya
memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan
bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para
pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan
internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi terbuka akan
berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India.
Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat,
dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang

7
ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama
Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang
buku Hastadandasastra.

C. KEHIDUPAN EKONOMI

Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang


pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur
perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai
kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan ke India
bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke China.
Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan se-Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan
Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga
menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya
memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga,
gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kerajaan ho ling selanjutnya tidak diketahui dengan jelas.


Kemungkinan dipindahkan ke Jawa Timur. Ada satu berita dari China yang mengatakan
bahwa ibukota kerajaan ho-ling dipindahkan ke Jawa Timur oleh Ki-Yen mungkin
seorang rakryan, tapi sebab-sebab kepindahan tidak diketahui. Di Malang, Jawa Timur di
desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berupa angka tahun 760 M yang isinya mengenai
pembuatan sebuah arca Agastya.
Sedangkan Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan
terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan
bahari ini oleh Coeds pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu
bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan
kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya
sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan
Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya
bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan, keluhuran Sriwijaya telah
menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal
yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali
tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama
jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijayayang
didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya(unit komando
militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post
(Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV,Sriwijaya Air (maskapai
penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola
Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan
merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.

B. Penutup

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, kami meminta maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Tentunya banyak kekurangan
dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang
kami peroleh hubungannnya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai