Kimia Analitik
Kimia Analitik
Kimia Analitik
Sebagai larutan penstandar biasanya yang digunakan larutan garam EDTA (Na 2H2Y) yang
kelarutannya dalam air sangat baik.Reaksi umumnya terhadap ion logam menurut persamaan
reaksi sebagai berikut:
Mn+ + H2Y2- <--> MY(n-4)+ + 2H+
M adalah Ca2+, Mg2+, Al3+, Zn2+, Th4+
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam,
yang menghasilkan spesies seperti CuHY. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam
larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang
ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Dasar reaksi titrasi pengomplekan dengan EDTA ialah terbentuknya senyawa kompleks
antara beberapa logam (misalnya: Ca, Mg, Ni, Zn, Cu, dsb.) dengan EDTA. Logam-logam
akan membentuk kompleks dengan EDTA pada pH yang berbeda-beda. Ca2+ dan Mg2+
bereaksi baik pada pH 8-10. EDTA (Etilen Diamine Tetra Asetat) merupakan asam berbasa 4
(H4Y). Akan tetapi yang sering digunakan adalah garam natriumnya (Na 2H2Y). Pembentukan
kompleks antara ion-ion logam dengan EDTA tergantung pada pH larutan.
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat.
indikator metallochromic adalah komponen organik yang berwarna, karena mereka sendiri
membentuk kelat sebagai ion-ion metal. Kelat harus mempunyai warna yang berbeda dari
indikator yang bebas, dan jika blanco indikator besar harus dihindari dan titik akhir yang
tajam harus didapat, indikator tersebut harus melepas ion metal kepada titran EDTA pada
nilai pM yang amat dekat dengan nilai pM pada titik ekuivalen.
Indikator yang digunakan antara lain EBT (Eriochrome Black T) dan Kalmagit.
Indicator tersebut merupakan asam lemah berbasa 3 (H 3In). Kesetimbangan disosiasi
indikator tersebut akan memberikan warna-warna tertentu dan membentuk kompleks 1:1
dengan sejumlah ion logam, sehingga dapat memberikan perubahan warna pada titik akhir
titrasi.
1. Eriochrome Black T (EBT)
Indikator ini membentuk kompleks-kompleks 1:1 yang stabil berwarna merah
anggur, dengan sejumlah kation seperti Ca2+, Zn2+, Mg2+ , dan Ni2+. Banyak titrasi
EDTA terjadi dalam penyanggaan pH 8-10, suatu rentang dimana bentuk dominan
dari Eriochrome Black T adalah bentuk Hln2- biru. EBT tidak stabil dalam larutan
dan larutan harus dipersiapkan dengan segar untuk mendapatkan perubahan warna
yang sesuai.
2. Calmagite
Calmagite stabil dalam larutan berair dan dapat digantikan oleh EBT dalam
prosedur-prosedur yang membutuhkan indikator ini. Calmagite yang merupakan
asam tripiotik, H3ln- adalah biru dan ln-3 adalah orenge kemerahan.
Dengan demikian perubahan warna yang terjadi selama titrasi adalah: larutan yang
mengandung ion logam seperti di atas setelah di tambah indikator EBT akan berwarna
merah anggur, kemudian setelah terjadi ekivalen antara ion logam dengan EDTA dapat
dilihat dari terbentuknya warna biru dari indikator dalam bentuk HIn2-.
Kesadahan air
Kesadahan total air adalah jumlah dari ion kalsium dan magnesium, dapat
ditetapkan dengan titrasi langsung dengan EDTA dengan menggunakan indikator hitam
erichrom T atau calmagit. Kompleks antara Ca2+ dan indikator terlalu lemah untuk
menimbulkan perubahan warna yang benar. Tetapi magnesium membentuk kompleks
yang lebih kuat dengan indikator, dibandingkan kalsium dan diperoleh suatu titik akhir
yang benar dalam suatu buffer ammonia dengan pH 10. Jika contoh yang dititrasi itu
tidak mengandung magnesium dapatlah suatu garam magnesium ditambahkan ke dalam
EDTA sebelum larutan ini distandarisasi. Maka titran itu (pH 10) merupakan suatu
campuran MgY2- dan Y4- yang ditambahkan titran ini ke dalam larutan yang mengandung
Ca2+, terbentuklah CaY2- yang lebih stabil, dengan membebaskan Mg2+ untuk bereaksi
dengan indikator itu dan membentuk MgIn- yang berwarna merah. Setelah kalsium habis
terpakai, titran tambahan mengubah MgIn- menjadi MgY2- dan indikator berubah bentuk
HIn2- yang berwarna biru.
b. Alkalinitas<kesadahan total
HOOCH2C CH2COONa
N CH2 CH2 N
COONaH2C CH2COOH
22.
23.
Perubahan warna larutan dari
Merah anggur -menjadi merah
Dicatat volume larutan NA-EDTA yang digunakan
- Diulangi titrasi 3 kali
- Dihitung konsentrasi larutan NA-EDTA
24.
Rata-rata konsentrasi larutan
25.
NA-EDTA
26.
27.
3) Penentuan Kesadahan Total Air PDAM
28.
Air PDAM
29.
- Dipipet 25 mL dengan pipet gondok
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambah 2 mL larutan buffer pH 10
- Ditambah 3 tetes indicator EBT
- Dititrasid engan larutan EDTA standar sampai larutan
berubah warna
30.
31. Larutan berwarna biru (tepat
sampai warna merah
- hilang)
- Dicatat volume EDTA yang digunakan
- Dihitung kesadahan total
32.
Kesadahan total 33.
dalam
34.
garam CaCO3/ L air
35.
VII. Reaksi-Reaksi
CaCO3 (s) + H2O (l) CaCO3 (aq)
CaCO3 (aq) + 2HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
H2In + Ca2+ CaIn + 2H+
CaIn + 2H+ EDTA2- Ca-EDTA
Na2H2Y. 2H2O (aq) + H2O (l) Na2H2Y (aq)
36.
37.
38. DAFTAR PUSTAKA
39. Day, R.A., Underwood, A.L. 1986. Quantitative Analysis. New York. :
Prentice Hall.(terjemahan oleh A. Handayana P. 1989. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
40. Setiarso, Pirim, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik (DDKA).
Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA UNESA
41. Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pustka