Laporan Pendahuluan Gastritis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

KONSEP DASAR PENYAKIT


1 PENGERTIAN
Suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau
lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium,
mual dan muntah. (Suratun SKM, 2010).
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang
sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat
atau makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. ( Smelzer 2002). Gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau
lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis merupakn peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difusi atau local. (patofisologi : 378 ). Gastritis adalah inflamasi mukosa
lambung, seiring terjadi akibat diid sembrono, makan terlalu banyak atau
terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang
mengandung mikroorgnisme penyebab penyakit, disamping itu penyebab lain
meliputi alcohol, aspirasi, refluks empedu, terapi radiasi ( KMB & vol 2 :
1062 )

2 ETIOLOGI
Menurut Mansjoer (2001), penyebab dari Gastritis dapat dibedakan
sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
b. Alkohol
c. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
d. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
e. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan
penunjang.

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :


1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab
lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

3 PATOFISIOLOGI
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.
Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama
daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu
24-48 jam setelah perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999:
162).
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster,
misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena
sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan
hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan
Wilson, Lorraine, 1999: 162).

4 KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 menurut Brunner dan Suddart (2000), yaitu :
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori

5 MANIFESTASI KLINIS
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat
timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat,
gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh,
tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejng-
kejng dan lemah.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai
dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus
peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.

6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut Doengoes (2002),
adalah :
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah
dan letaknyatersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernahmelewati mukosa muskularis.
c. Biopsi mukosa lambung
d. Analisa cairan lambung : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi
HCL menurun pada kliendengan gastritis kronik.
e. Pemeriksaan barium
f. Radiologi abdomen
g. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
h. Feces bila melena
i. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci
untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan /
derajat ulkus jaringan / cedera.
j. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan
diganosa penyebab / sisi lesi..
k. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera
dan kemungkinan isi perdarahan.
l. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.

7 TINDAKAN PENANGANAN
a. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor
pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung
yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
b. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid,
antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.

8 KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan
kematian.
2) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper
sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada
tukak peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori,
sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak
lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis kronik
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Yaitu keluhan utama yaitu keluhan yang paling dirasakan oleh klien
pada saat dilakukan pengkajian
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menggunakan pola PQRST dan merupakan riwayat kesehatan yang
dimulai awal timbulnya gejala yang dirasakan sehingga membuiat
klien mencari bantuan pelayanan baik medic maupun perawat. Pola
PQRST tersebut bisa didiskripsikan : keluhan apa? Criteria waktu?
Sudah ada tindak lanjut? Hasil bagaimana? Kenapa sampai dibawa
ke rumah sakit. Terangkan juga perjalanan selama dirumah sakit
sampai diruang pelayanan berikutnya. Temuan apa yang dikaji
setelah dari IGD, bagaimana hasil pengkajian saat pertama kali di
IGD? Bagaimana hasil pengkajian saat diruangan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan riwayat kesehatan yang pernah diderita oleh klien baik
penyakit maupun perilaku yang berhubungan dengan atau yang
dapat menyebabkan keadaan sekarang. Riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat penggunaan obat obattan, pernah di RS
dengan penyakit apa? Yang ada hubungannya maupun yang tidak
dengan penyakit yang diderita sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji dari anggota keluarga, ada atau tidak yang menderita
yang sama seperti yang diderita klien saat ini oleh karena factor
herediter atau genetic maupun penyakit menular.
2. Pemeriksaan Pola Fungsional
Menggunakan pola Virginia Henderson, dengan point pemeriksaan :
a. Kebutuhan bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan bernafas,
menggunakan alat bantu penafasan atau tidak, adakah retraksi
intercosta, factor lingkunga yang mempengaruhi bernafas, adakah
sesak nafas.
b. Kebutuhan nutrisi adekuat
Bagaimana pola makan klien, kebiasaan makan, frekuensi,
komposisi, jenis makan yang disukai, umlah porsi makan, adakah
keluhan, gangguan yang muncul berhubngan dengan makan,
bagaiman pol aminum, jumlah asupan tiap hari, jenis minuman
yang dikonsumsi, adah\kah keluhan atau gangguan yang muncul
mengenai minum.
c. Kebutuhan eliminasi
Bagaimana pola eliminasi BAB, konsistensi feses, bau, warna,
frekuensi BAB, kebiasaan waktu BAB, ada kelainan fese atau
tidak. Bagaiaman elimnasi BAK, frekuensi, warna, volume,
terpasang DC atau tidak, adakah gangguan BAK.
d. Kebutuhan keseimbangan dan gerak
Bagaiman pola keseimbangan dan gerak dan aktifitas klien,berapa
kekuatan otot, menggunakan bantuan alat berjalan atau tidak.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Jumlah dan kualitas tidur, adakah gangguan tidur, jam berpa tidur
klien, bagaimana jam tidur siang dan malam.
f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh
Kebiasaaan klien mempertahankan tempeatur tubuh, seperti
memakai pakaian tipis saat panas, dan mnggunakan selimut saat
dingin

g. Kebutuhan personal hygiene


Bagaiaman pemenuhan personal hygiene, berapa hari sekali,
menggunakan bantuan tidak saat personal hygiene
h. Kebutuhan berkomunikasi
Bagaimana komunikasi klien, jenis komunikasi yang digunakan,
pengunaan bahasa dan kejelasan
i. Kebutuhan spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadah, agama yang dianut,
bagaimana koping pasien terhadap penyakit yang dideritanaya.
j. Kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian
Bagaiamana pola berpakaian klien, pakaian yang disukai atau yang
tidak disukai.
k. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Hal hal yang membuat pasien merasa aman, dan nyaman
(berhubungan nyeri)
l. Kebutuhan bekerja
Apa pekerjaan klien, apakah klien mampu melakukan
pekerjaannya, kapan waktu bekerja
m. Kebutuhan rekereasi
Hal hal yang dilakukan untuk mengurangi kebosanan atau
kejenuhan.
n. Kebutuhan belajar
Bagaiamana persepsi klien terhadap kesehatannya, sejauh mana
pengetahuan pasien mengenai penyakitnya.

3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum
Meliputi penampilan, kesadaran dan GCS

b. Tanda tanda vital


Meliputi tekanan darah, nadi, RR, suhu, spO2, GDS
c. Antropometri
Meliputi tinggi badan dan berat badan
d. Kepala
1) Bentuk kepala
Simetris, merata muka dan tengkorak? Nesochepal
( bentuk)?
2) Rambut dan kulit kepala
Penyeberan? Ketebalan? Kebersihan? Tekstur? Warna?
Kulit kepala? Benjolan? Lesi? Nyeri tekan? Kebersihan
kulit kepala, ketombe?
3) Mata
Konjungtifa (anemis atau tidak)? Seklera? Pupil?
Simetris? Bentuk? Gerakan ekstrakuler? Ketajaman
penglihatan? Memakai alat bantu penglihatan?
4) Hidung
Saluran hidung? Septum? Epitaksis? Terpasang O2 atau
tidak?
5) Telinga
Keadaaann telinga? Pendengaran bagaimana? Serumen?
6) Mulut
Keadaan lidah lembab? Kondisi lidah? Stomatitis? Gigi
(karies, keutuhan gigi)? Gusi (perdarahan, lesi)?
Keadaan bibir? Tongsil?
7) Leher
Adakah pembesaran getah bening? Kelenjar tiroid?
Nyeri tekan? JVP.
e. Dada
Meliputi paru paru dan jantung dengan menggunakan :
Paru paru :
I : bentuk, kesimetrisan
P : taktil fremitus
P : bunyi sonor apa ada gangguan
A : bunyi nafas normal atau ada bunyi tambahan
Jantung
I : Ictus cordis tampak atau tidak
P : normal ictus cordis teraba di ICS 5
P : normal adalah sonor
A : apakah regular atau ada tambahan seperti murmur
f. Abdomen
Pemeriksaan menggunkan :
I : gerakan pada abdomen saat inspirasi dan ekspirasi, adakah
achites lesi atau luka post op
A : berapa jumlah peristaltic usus
P : normal bunyi tympani
P : ada nyeri tekan atau tidak
g. Genetalia
Kebersihan atau terpasang kateter jika iya volume urine
h. Anus
Apakah ada benjlan pada anus atau tidak
i. Ektremitas
Gerak,adakah kelainan bawaan, akral, odema, kekuatan otot
j. Kuku dan kulit
Warna kelembabapan, suhu, tekstur, turgor, lesi, warna dasar
kulit, kokoh kuku, sirkulasi kuku.

B. Pathways Gastriti

H. phylori
Obat-obatan (NSIAD, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) Kafein

Melekat pada epitel lambung


me produksi
bikoarbonat (HCO3-)
Mengganggu pembentukan sawarMenghancurkan
mukosa lambung
lapisan mukosa sel lambung

me kemampuan
protektif terhadap asam

me barrier lambung terhadap asam dan pepsin

Menyebabkan difusi kembali asam lambung & pepsin

Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium

Mukosa lambung kehilangan me


integritas
tonus &jaringan
perisaltik lambung
MK: Gangguan rasa nyaman : me
nyeri
sensori
untuk makan
Refluks isi deudenum ke lambung
Anoreksia Perdarahan

Dorongan
Mual ekspulsi isi lambung ke mulut

Muntah

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


MK: Difisit volume cairan dan elektrolit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berhubungan dengan
iritasi mukosa lambung
2. Devisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake cairan
yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
nutrien yang tidak adekuat ditandai dengan mual

NURSING CARE PLAN


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
psikologis), kerusakan jaringan pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal keperawatan selama . Pasien Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: tidak mengalami nyeri, dengan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil: Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri (tahu seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, penyebab nyeri, mampu Kurangi faktor presipitasi nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan menggunakan tehnik Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk intervensi
- Terfokus pada diri sendiri mengurangi nyeri, mencari Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
- Fokus menyempit (penurunan bantuan)
persepsi waktu, kerusakan proses relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Melaporkan bahwa nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...
berpikir, penurunan interaksi
berkurang dengan menggunakan Tingkatkan istirahat
dengan orang dan lingkungan)
manajemen nyeri Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
- Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
dan/atau aktivitas, aktivitas intensitas, frekuensi dan tanda antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
berulang-ulang) nyeri) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
- Respon autonom (seperti Menyatakan rasa nyaman setelah analgesik pertama kali
diaphoresis, perubahan tekanan nyeri berkurang
darah, perubahan nafas, nadi dan Tanda vital dalam rentang
dilatasi pupil) normal
- Perubahan autonomic dalam tonus Tidak mengalami gangguan tidur
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
H. phylori
Obat-obatan (NSIAD, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) Kafein

Melekat pada epitel lambung


me produksi
bikoarbonat (HCO3-)
Mengganggu pembentukan sawarMenghancurkan
mukosa lambung
lapisan mukosa sel lambung

me kemampuan
protektif terhadap asam
waspada, iritabel, nafas
me
panjang/berkeluh barrier lambung
kesah) terhadap asam dan pepsin
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

Menyebabkan difusi kembali asam lambung & pepsin

Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium

MukosaMasalah
Diagnosa Keperawatan/ lambung kehilangan me
integritas
tonus &jaringan
perisaltik
Rencana lambung
keperawatan
MK: Gangguan rasa Kolaborasi
nyaman : me nyerisensori
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
untuk makan
Ketidakseimbangan nutrisi lebih NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh Nutritional Refluks isi deudenum
Status : food ke lambung
Weight Management
Berhubungan denganAnoreksia
: Perdarahan
and Fluid Intake Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan
Intake yang berlebihan terhadap Nutritional Status : antara intake makanan, latihan, peningkatan BB d
kebutuhan metabolisme tubuh nutrient Intake penurunan BB
Weight control Diskusikan bersama pasien mengani kondisi med
DS : Setelah dilakukan Dorongan
Mual
tindakan ekspulsi
yang dapat isi lambung
mempengaruhi BBke mulut
- Laporan adanya sedikit aktivitas keperawatan selama . Ketidak Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan,
atau tidak ada aktivitas seimbangan nutrisi lebih teratasi gaya hidup dan factor herediter yang dapat
DO: dengan kriteria hasil: mempengaruhi BB
- Lipatan kulit tricep > 25 mm Mengerti factor yang Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang
untuk wanita dan > 15 mm
Muntah
meningkatkan berat badan berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan
untuk pria Mengidentfifikasi tingkah BB
- BB 20 % di atas ideal untuk laku dibawah kontrol klien Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan
tinggi dan kerangka tubuh ideal Memodifikasi
MK: Perubahan diet dalam
nutrisi kurang Perkirakan BB badan ideal pasien
dari kebutuhan
- Makan dengan respon eksternal
waktu yang lama untuk
(misalnyavolume
MK: Difisit : situasi sosial,
cairan dan elektrolit
mengontrol berat badan Nutrition Management
sepanjang hari)
Penurunan berat badan 1-2 Kaji adanya alergi makanan
- Dilaporkan atau diobservasi
adanya disfungsi pola makan pounds/mgg Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentu
(misal : memasangkan makanan Menggunakan energy jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
dengan aktivitas yang lain) untuk aktivitas sehari hari Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Konsentrasi intake makanan Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
pada menjelang malam vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tin
serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( su
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat cata
makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nut
yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance


Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB
Perkirakan bersama pasien mengenai penurunan
Tentukan tujuan penurunan BB
Beri pujian/reward saat pasien berhasil mencapai
tujuan
Ajarkan pemilihan makanan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Fluid balance
Berhubungan dengan: Pertahankan catatan intake dan output y
- Kehilangan volume cairan secara aktif Hydration
akurat
- Kegagalan mekanisme pengaturan Nutritional Status : Food and
Monitor status hidrasi ( kelembaban memb
Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostati
DS : jika diperlukan
- Haus keperawatan selama.. defisit
volume cairan teratasi dengan Monitor hasil lab yang sesuai dengan rete
DO:
kriteria hasil: cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, album
- Penurunan turgor kulit/lidah
Mempertahankan urine output total protein )
- Membran mukosa/kulit kering
sesuai dengan usia dan BB, BJ Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, penurunan urine normal, Kolaborasi pemberian cairan IV
volume/tekanan nadi Tekanan darah, nadi, suhu Monitor status nutrisi
- Pengisian vena menurun tubuh dalam batas normal Berikan cairan oral
- Perubahan status mental Tidak ada tanda tanda Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine meningkat dehidrasi, Elastisitas turgor 100cc/jam)
- Temperatur tubuh meningkat kulit baik, membran mukosa Dorong keluarga untuk membantu pasien maka
- Kehilangan berat badan secara tiba- lembab, tidak ada rasa haus Kolaborasi dokter jika tanda cairan berle
tiba yang berlebihan muncul meburuk
- Penurunan urine output Orientasi terhadap waktu dan Atur kemungkinan tranfusi
- HMT meningkat tempat baik
Persiapan untuk tranfusi
- Kelemahan Jumlah dan irama pernapasan
Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3,


EGC, Jakarta.

Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal,


EGC, Jakarta.

Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition,


Mosby, United State of American.

Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.

Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran ,
Bandung.

Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3,


Media Aesculapius, Jakarta.

MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second


edition, Mosby, United State of American.

Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi


dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.

Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC,
Jakarta.
Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah
volume 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai