Penuntun Ilmu Ukur Tanah 2017
Penuntun Ilmu Ukur Tanah 2017
Penuntun Ilmu Ukur Tanah 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Tim Penyusun haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya sehingga Buku Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan ini dapat
diselesaikan.
Buku penuntun praktikum ini merupakan hasil revisi yang bersifat melengkapi
format dan penataan materi dari edisi yang telah disusun oleh Tim Penyusun
sebelumnya demi keefektifan bahan ajar Mata Kuliah Survey dan Pemetaan.
Semoga buku penuntun ini akan memberi kemudahan yang nyata bagi Peserta
dalam menjalankan praktikum, baik dalam laboratorium maupun di lapangan.
i
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Beberapa Hal Penting Yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Praktikum iii
Dan Penggunaan Alat Ukur
Pendahuluan ................................................................. iv
Modul I. Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass .. 1
(Waterpass)
Modul II Pengukuran Dengan Menggunakan Theodolith ...... 19
Modul III Pengukuran Luas 40
Modul IV Morfometri dan Pemetaan
A. Morfometri ............................................... 47
B. GPS (Global Positioning System) ............................ 55
Lampiran-Lampiran
1. Blanko Data Ukur
2. Format Lem
3. bar Pengesahan
4. Format Laporan dan Peta
5. Tampilan Alat dan Petunjuk Penggunaan dan Pendataan
ii
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
6. Asistensi laporan akan dijadwal tersendiri, dan kepada Peserta diminta untuk
mentaati jadwal ini karena kelalaian pada satu modul akan mempengaruhi
pekerjaan pada modul lainnya.
7. Setiap penggunaan alat harus melalui ijin Laboran atau Pengelola, dan bagi
Pengguna/Kelompok akan diberikan Bon Alat yang akan dikembalikan lagi
setelah alat tersebut selesai digunakan.
8. Alat-alat ukur yang akan digunakan merupakan alat-alat yang peka yang
membutuhkan penanganan yang cermat. Karenanya, baik Perorangan maupun
Kelompok harus menjaga keselamatan/keamanan alat-alat ukur. Perlu ditegaskan
bahwa setiap kerusakan/kehilangan yang terjadi pada alat ukur akan
menjadi tanggung jawab bersama dari kelas yang menggunakan alat tersebut.
Jadi semua peserta dalam satu kelas akan bersama-sama bertanggung jawab
atas kerusakan/kehilangan alat tersebut.
iii
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
PENDAHULUAN
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah,
d. Dan lain-lain
iv
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Peta adalah proyeksi vertikal sebagian permukaan bumi pada suatu bidang
mendatar dengan skala tertentu.
Oleh karena permukaan bumi melengkung dan kertas peta itu rata, maka tidak
ada bagian dari muka bumi yang dapat digambarkan tanpa penyimpangan dari
bentuk aslinya, namun demikian untuk areal yang kecil permukaan bumi dapat
dianggap sebagai bidang datar, karena itu peta yang dibuat dengan proyeksi
vertikal dapat dianggap benar (tanpa ada kesalahan).
v
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
MODUL I
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS
A. KOMPETENSI UTAMA
Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat waterpass.
B. KOMPETENSI PENUNJANG
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
menggunakan pesawat waterpass.
2. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat dalam
setiap pengukuran.
3. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.
4. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran peta situasi dengan menyipat datar.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil
melintang.
6. Mahasiswa dapat melaksanakan perhitungan kuantitas/volume hasil pekerjaan.
7. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran.
2
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
1. Metode Loncat
Metode loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau
pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada metode
loncat, pesawat waterpass berada di tengah- tengah antara patok 1 dan 2 atau
berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk
pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat tidak berdiri di
semua patok. Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai
berikut :
3
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
E. LANGKAH KERJA
4
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A dan B) dan
ketengahkan gelembung nivo dengan mengatur sekrup A, B dan C sekaligus hingga
gelembung nivo tepat berada di tengah lingkaran nivo.
6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah ubah setel
kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.
7. Lakukan berulang-ulang, hingga gelembung nivo tetap di tengah ke manapun
teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat telah siap dipakai.
5
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
90 80 70 60 50 40 30 20 10
1. Metode Loncat
Hal penting dalam metode loncat :
a. Tentukan titik- titik travers yang akan dibuat.
b. Dalam pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara bak muka pada slag
pertama menjadi bak belakang pada slag II dan seterusnya
c. Untuk mendapatkan ketelitian, sebaiknya pengukuran dilakukan dua kali
(pulang pergi).
d. Hitung hasil pengukuran dan bila perlu digambar profilnya.
6
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
1) Tempatkan dan setel pesawat kira-kira di tengah tengah antara titik P0 dan
P2 (slag), slag adalah ruas antara dua patok muka dan belakang.
Penempatan pesawat harus satu garis dengan P0 dan P2
2) Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik P0 sebagai bak belakang dan titik
P2 sebagai bak muka.
3) Bidik teropong ke bak belakang (P0) kemudian baca BT, BA dan BB,
kemudian dicatat pada buku ukur.
4) Turunkan bak ke muka tanah pada titik P0 tersebut dan lakukan pembacaan
seperti pada poin 3.
5) Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti pada
poin 3 dan poin 4.
6) Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P2 dan P4). Dengan cara yang sama
dengan langkah pada poin 1 s/d poin 5, lakukan pembacaan bak muka dan
bak belakang.
7) Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.
8) Jarak P0P2 adalah jarak pesawat ke bak belakang + jarak pesawat ke bak
muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya. Pesawat diusahakan
ditempatkan tepat di tengah antara dua titik (P0P2)
7
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
dimana :
D = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
Bacaan benang tengah (BT) harus memenuhi persyaratan, yaitu :
BA BB
BT
2
Pengukuran jarak titik-titik detail (tidak langsung) pada titik profil melintang
yang titik utamanya bukan posisi alat, dapat dilakukan dengan cara Phytagoras
seperti dibawah ini :
P0 a P1a 2 - P1P0 2
P0 b P1b 2 - P1P0 2
Dimana
P0a = jarak analitis P0 a
P1a = jarak optis P1 a
P1P0 = jarak optis titik memanjang
8
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
9
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Tabel 1.1 Contoh Perhitungan Pengukuran Penyipat Datar dengan Metode Beda Tinggi Belakang dan Muka
g. Jika diperlukan data elevasi pada titik alat dan arah melintangnya maka
pembacaan arah melintang pada posisi titik pesawat juga harus dilakukan untuk
memperoleh ketelitian data profil.
h. Baca benang tengah dari masing- masing titik.
i. Setelah itu lanjutkan ke patok berikutnya, Jika patok (sta) berada di depan
pesawat maka pembacaan tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika
semuanya telah selesai pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya.
j. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ke titik akhir pembacaan
pesawat pertama atau dalam hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang
tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya.
k. Ulangi langkah kerja di atas sampai pengukuran selesai.
Pengukuran leveling dengan metode garis bidik hanya dapat dilakukan pada patok-
patok yang diketahui jaraknya dan jika tidak maka digunakan metode leveling
loncat dimana pesawat berada pada patok genap.
11
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Tinggi titik = Titik Garis Bidik Benang Tengah Titik yang dibidik
12
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
7. Ukur jarak ab, bc, cd dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur.
8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (P2, P3 dan seterusnya).
9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.
Tabel 1.2 Contoh Perhitungan Pengukuran Penyipat Datar (Metode Garis Bidik)
H.
I.
J.
13
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Tabel 1.3 Data Hasil Pengukuran Waterpassing dengan Cara Beda Tinggi Antara 2 (dua) Titik
Langkah Perhitungan :
1. Tinggi titik P0 diketahui = 6 m, WP ditempatkan di P1 dan ukur tinggi alatnya.
Kemudian bidikkan ke P0 (bacaan rambu belakang) untuk mengetahui beda tinggi
antara P0 dan P1.
2. Beda tinggi = bacaan rambu belakang bacaan rambu muka dan detail, bila tanda
(+) berarti tanahnya naik (P1 lebih tinggi daripada P0), bila tanda (-) berarti
tanahnya turun (P1 lebih rendah daripada P0).
3. Bila diketahui tinggi titik muka (P0), maka tinggi titik alat (P1) = tinggi titik
belakang (P0) + beda tinggi.
4. Bila diketahui tinggi titik alat (P1), maka tinggi titik belakang (P0) = tinggi titik alat
(P1) beda tinggi.
14
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
15
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Langkah Perhitungan :
1. Tinggi titik P0 diketahui = 6 m, WP ditempatkan di P1 (tidak perlu diukur
tingginya). Kemudian bidikkan ke P0 yaitu titik yang diketahui tingginya dan titik-
titik detail lainnya (detail a s/d k)
Tinggi garis bidik = tinggi titik + bacaan rambu di titik tersebut.
2. Tinggi titik detail = tinggi titik + bacaan rambu di titik detail tersebut.
3. Bila WP dipindahkan ke tempat lain. Tinggi garis bidiknya berubah. Setiap satu
4. penempatan alat, memunyai satu garis bidik.
16
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
P0 2,21 8,21 6
25
P1 1,44 6,77
25
P2 1,095 1,31 8,425 7,115
25
P3 1,44 6,985
25
P4 1,666 0,753 7,512 6,759
25
P5 1,43 6,082
25
P6 2,105 0,542 5,949 5,407
25
P7 1,44 4,509
25
P8 2,327 0,665 4,287 3,622
25
P9 1,44 2,847
25
P10 2,084 2,203
17
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
18
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
MODUL II
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITH
A. KOMPETENSI UTAMA
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui prinsip penggunaan theodolith
B. KOMPETENSI PENDUKUNG
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut dengan metode yang berbeda-beda.
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan atas dasar hasil ukur
3. Mahasiswa dapat menggambarkan situasi dan menghitung luasan areal yang diukur.
4. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut horisontal dan sudut vertikal dan
menghitung jarak atas dasar pembacaan sudut dan rambu.
C. PERALATAN
1. Pesawat Theodolith
2. Peralatan lainnya sama dengan waterpass
D. PENGUKURAN POLIGON
Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik polygon
untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengikatkan pada suatu
titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat
dan ketinggiannya.
Macam-macam poligon :
1. Poligon Terbuka
Ro
A C
D
B F
Sungai
19
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Kesalahan dalam pengukuran sudut maupun jarak tidak dapat dikontrol. Kontrol
2. Poligon Tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama. Bila
pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus di atas maka harus diratakan sehingga
memenuhi syarat di atas.
Pengukuran searah jarum jam, maka yang diukur adalah sudut luar sedangkan
pengukuran berlawanan arah jarum jam, maka yang diukur adalah sudut dalam dan
harus memenuhi syarat berikut :
Jumlah sudut
20
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
B
azimuth
Poligon C
diketahui
terdahulu
azimuth
diketahui Poligon baru
A D
Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan terakhir di titik
CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil perhitungan harus sama
A Q
arah 2
Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM atau secara optis dengan theodolith
seperti di bawah ini :
BA
V BT
BB
TA D
21
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
V = Pembacaan sudut vertikal (helling)
= D Sin V
Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari hasil pengukuran
akan terjadi kesalahan, maka dengan itu harus dikoreksi sesuai dengan banyaknya
titik pengukuran. Bila sudut-sudut yang diukur berupa segi banyak (poligon) maka:
(sudut dalam).
(sudut luar)
c. Menghitung Azimuth
Azimuth adalah sudut putar dari arah Barat hingga Timur. Sebagai referensi sudut nol
dipakai arah mata angin Utara. Tanda (+) berarti arah putar searah jarum jam dari
sudut nol, tanda (-) untuk arah sebaliknya. Sebagai contoh, dari sudut nol ke arah
Timur tepat adalah 90 derajat, dan Barat adalah sudut -90 derajat.
22
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
U
A - B adalah azimuth awal
(AB)
AB B
C
B
A DA
CA
Azimuth B-C adalah azimuth A-B + B - 180 dan azimuth C-D adalah azimuth B-C
+ C - 180 dan seterusnya dimana adalah sudut datar dari masing- masing titik.
d. Menghitung Koordinat
Setelah azimuth dan jarak datar telah dihitung, maka kita dapat menghitung
koordinat titik-titik poligon. Perhitungan dimulai dengan mencari selisih koordinat (
X dan Y ).
Rumus perhitungan selisih koordinat :
D . sin untuk X
D . cos untuk Y
23
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
- Yi
Yi = K1
Yi K1 =
Y
E. PETUNJUK UMUM
F. LANGKAH KERJA
24
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
4) Putar nivo 90 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo
ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada
dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.
5) Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung tetap di
tengah-tengah.
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B)
dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka
langkah pekerjaan sebagai berikut :
1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan sendirinya ke
arah sekrup penyetel C
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengahtengah dengan sekrup penyetel A, B,
& C.
3. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua nivo
tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah ke
satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga ditengah-tengah,
setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing, maka sumbu I akan
tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel A & B
dan nivo B dengan sekrup penyetel C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di tengah
tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.
25
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Himpit indeks nol nonius dengan garis skala lingkaran yang berangka bulat, misal
10. Maka garis nonius yang terakhir akan berimpit pula dengan garis skala
lingkaran, misal dengan skala lingkaran 17 15 maka panjang nonius 7 15 .
Bila nonius dibagi dalam 30 bagian maka satu bagian nonius ada 7 15 : 30 =
1430. Dan bila satu bagian skala lingkaran ada 15 , maka besar satuan nonius =
15 1430 = 30.
2) Baca angka derajat dari skala lingkaran misal 7115
3) Carilah garis nonius yang berimpit dengan garis skala lingkaran. Misal garis no.13
maka pembacaan : 7115 + (13 x 30) = 712130.
d. Garis lurus yang dilengkapi dengan micro meter.
Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca seperti terlihat pada.
1. Putar sekrup micro meter sedemikian rupa hingga 2 atau 3 garis horizontal
pada bidang tengah (B) berimpit. Baca angka derajat yang tertera pada
bidang kiri (A) pada gambar terbaca 24630. Baca skala micro meter yang
ditunjukkan oleh indeks (bidang C) pada gambar terbaca 86,17 =
2463816,7
2.
PENGUKURAN SUDUT HORIZONTAL
1. Tempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A) dan setel
hingga siap untuk melakukan pengukuran.
2. Arahkan teropong pada titik B, benang silang tepat pada paku titik B.
3. Jika paku titik tidak kelihatan, dirikan yalon tepat di atas paku titik B,
benang silang tepatkan pada AS yalon.
4. Dengan pesawat theodolith yang dilengkapi kompas.
1) Buka kunci/sekrup kompas hingga skala lingkaran bergerak, dan biarkan sampai
diam kembali. Kemudian tutup kunci/sekrup kompas, maka skala lingkaran
menunjukkan arah utara magnetis.
2) Baca sudut ukuran B ( AB), misalnya = 3015.
3) Arahkan teropong pada titik C, benang silang tepat pada paku titik C dan jika paku
tidak kelihatan lakukan pekerjaan ini seperti pada pekerjaan (no. c).
4) Baca sudut jurusan C ( AC) misal = 4545.
5) Lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik D dan titik-titik yang lain (N), misal
AD = 12030 dan AN = x.
6) Besar sudut BAC = AC - AB = 4545 - 3015 = 1530
Besar sudut BAD = AD - AB = 12030 - 3015 = 9015
Besar sudut BAN = AN - AB = x - 3015 = y
Besar sudut CAN = AN - AB = x - 3015 = z
26
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
2. Bidik titik B yang akan di ukur secara kasar dengan memutar teropong ke arah
horizontal dan vertikal.
3. Setelah titik B kelihatan, tepatkan titik B tersebut dengan titik potong benang silang
(sekrup penggerak halus).
4. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.
POLYGON TERBUKA
27
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
POLYGON TERTUTUP
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam pengukuran sama
dengan langkah kerja polygon terbuka. Hanya bedanya :
1. Untuk Polygon Terbuka :
a. Pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik K yang tentu dan
sudut jurusan yang tentu pula.
b. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat
titik yang tentu pula dan ikatan pada jurusan yang tentu pula.
2. Untuk Polygon Tertutup :
a. Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu saja atau
beberapa titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada awal pengukuran.
b. Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.
Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh di bawah ini di mana pengukuran awal
dimulai dari titik P yang kemudian diakhiri ke titik P lagi.
28
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
a 360
Q=
R 2
3. Tentukan / hitung koordinat- koordinat titik-titik detailnya.
X1 R sin Q.
titik 1 ( X1 , Y1 ).
X1 2R sin2 Q/2
X2 R sin 2Q.
titik 2 ( X2 , Y2 ).
X2 2R sin2 Q
X3 R sin 3Q.
titik 3 ( X3 , Y3 ).
X3 2R sin2 3/2 Q
Xn R sin n . Q.
titik n ( Xn , Yn ).
Xn 2R sin2 nQ/2
3. Buat garis lurus di lapangan dan dirikan patok di titik T dan
titik P.
4. Tentukan titik A pada garis TP sejauh X1.
5. Tentukan titik 1 sejauh Y1 dari A tegak lurus TP, kemudian
dirikan patok pada titik 1.
6. Dengan cara yang sama, tentukan koordinat koordinat titik-
titik 2, 3, . . n.
7. Lengkungan yang dimaksud adalah garis yang
menghubungkan titik-titik T, 1, 2, 3, n.
Lokasi Proyek : Fakultas Teknik Untad Diukur Oleh : Ahmad Solihin Ansari
G. CONTOH
Titik Awal DAN HASIL
: Depan PERHITUNGAN POLIGON
FT 20 Tanggal : TERTUTUP
10 Oktober 2000
Titik Akhir : Depan FT 11
(KOREKSI ORDINAT CARA TRANSIT)
Diberikan data
Patok Target
perhitungan
Tinggi poligon
Sudut Datar tertutup
sudut Vertikalseperti di bawah
Pembacaan ini :
rambu
Sketsa
Alat o ' " o ' " Ba Bt Bb
Tabel 2.1. Contoh Hasil Pengukuran
P1 Po 1.5 358 59 0
P2 268 52 30 90 0 0 1.5 1.4 1.3
P1 P2
P2 P1 1.48 90 5 0
P3 359 1 0 89 59 0 1.6 1.4 1.1
P3 P2 1.47 181 25 30
Po 88 54 0 90 20 0 1.5 1.4 1.3 29
Po P3 1.5 271 0
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD0 P3
P0
P1 180 0 0 89 59 30 1.6 1.4 1.1
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
30
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
** Koreksi di atas bersifat proporsional dimana koreksi terbesar diberikan pada sudut
yang terbesar.
** Koreksi dengan cara lain dapat dilakukan dengan membagi nilai kesalahan penutup
sudut dengan jumlah titik poligon.
31
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Keempat sudut ini memiliki panjang sisi relatif sama. Namun jika melihat pada
perbedaan relatif angka tersebut maka koreksi yang lebih kecil akan diberikan pada
sudut P1 dan P2.
3. Sudut terkoreksi
Rumus Umum = Sudut terkoreksi = Sudut datar + koreksi
= 000000
Jadi, perhitungan azimuth di atas benar kerena azimuth awal = azimuth akhir.
6. Menentukan jarak datar optis (D)
2
Jarak datar optis (BA BB) x 100 x Sin V
Rumus Umum :
P1 - P2 = (1,5 1,3) x 100 x Sin2 900000 = 20,00 m
32
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Selisih Koordinat X
P1 - P2 = 20 m x sin 0910416,78 = 19.997 m
P2 - P3 = 50 m x sin 1811048,40 = -1.298 m
P3 P0 = 20 m x sin 2694927,10 = - 20 m
P0 - P1 = 50 m x sin 000000 = 0m +
X = -1.301 m
X = 41.295 m
Selisih Koordinat Y
P1 = 20 m x cos 0910416,78 = - 0,374 m
P2 = 50 m x cos 1811048,40 = -50 m
P3 = 20 m x cos 2694927,10 = - 0.06 m
P0 = 50 m x cos 000000 = 50 m +
X = - 0.434 m
X = 100.434 m
33
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
x x x k1
x n
x x
y y k2
y n y
y y
Konsekuensi pada cara ini, jika azimuth berarah utara atau selatan (0o) dan 180o maka
tidak akan ada selisih absis (x = 0), dan jika azimuth berarah timur barat (90 dan 270 O)
maka tidak akan ada selisih ordinat (y = 0).
b. Cara Bowditch
Pada koreksi cara Bowditch, diasumsikan bahwa eror pada azimuth disebabkan oleh
ketidak akuratan dalam pengukuran sudut dan jarak. Pada perhitungan koreksi cara
Bowditch, azimuth setiap sisi poligon ini akan mengalami perubahan. Metode ini lebih
populer pada pada pekerjaan-pekerjaan teknis.
Rumus Umum untuk koreksi sumbu x (x) dan koreksi sumbu y (y) adalah :
x n
x D x k1
D D
y n
y D y k2
D D
Di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan Cara Transit untuk perhitungan
koreksi absis dan ordinat, sesuai hasil data lapangan pada tabel hasil pengukuran pada
halaman sebelumnya.
Y =X + X
P0-P1 = 0 +0 = 0 +
0
koordinat terkoreksi X terkontrol karena jumlahnya = 0
= 0
Koordinat X
P2 = 0 0.3724 = -0.3724
P3 = -0.3724 49.784 = -50.1564
P0 = -50.1564 0.05974 = -50.216
P1 = -50.216+ 50.216 =0
Koordinat Y
P2 = 0 + 20.627 = 20.627
P3 = 20.627 1.257 = 19.370
P0 = 19.370 - 19.370 =0
P1 = 0 + 0 =0
11. Perhitungan beda tinggi
Di bawah ini adalah contoh perhitungan beda tinggi
Adapun langkah langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan beda tinggi
Rumus Umum : Beda tinggi = TP BTM + D/tanV
Keterangan :
TP = tinggi pesawat
BTM = benang tengah muka
D = jarak datar
V = sudut Vertikal
b. Menentukan Koreksi
Rumus Umum :
Koreksi = selisih penutup elevasi/ jumlah patok
36
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Lokasi Proyek : Fakultas Teknik Untad Diukur Oleh : Ahmad Solihin Ansari
Titik Awal : Depan FT 20 Tanggal : 10 Oktober 2000
Titik Akhir : Depan FT 11
Perhitungan :
Jarak miring (D) = (BA - BB) x 100 x Sin V
= 0,2 x 100 x 0,99 =19,8 m
Jarak datar (D) = (BA - BB) x 100 x Sin2V
= 0,2 x 100 x 0,99 =19,8 m
37
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
P3
P0
Pesawat berada di titik P1 dengan titik detail adalah a. Jika elevasi P1 = 100 m dan h(a)
= - 0,22 m, maka tinggi titik P1(a) = 100 0,22 m = 99,78 m
Contoh perhitungan luas cara koordinat dapat dilihat pada lampiran penuntun ini.
14. Ketelitian poligon terdiri dari dua, yaitu ketelitian sudut dan ketelitian linier.
a. Ketelitian penutup sudut
Batasan ketelitian sudut poligon bervariasi, tergantung tingkat ketelitian yang
diminta dalam spesifikasi. Secara umum, tingkat ketelitian pengukuran sudut adalah:
Tabel 3. Ketelitian penutup sudut
Batasan
No. Orde (Tingkatan) Skala Ket.
Ketelitian
Utk. foto udara dan
1 Pertama 1 : 25.000 2 N detik
proyek teknik
2 Kedua 1 : 10.000 10 N detik Survey teknik
38
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
fd x y
dengan adanya kesalahan penutup jarak, maka dapat dikatakan ketelitian pengukuran
poligon akan berkurang sebesar :
fd
Tingkat ketelitian poligon = 100% - x 100%
D
Keterangan : fd = kesalahan penutup jarak
x = kesalahan pada sumbu X (absis)
y = kesalahan pada sumbu Y (ordinat)
D = jarak datar sisi poligon
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam pelaksanaan praktikum pengukuran
horisontal (menggunakan theodolith), para mahasiswa diharapkan membuat kesimpulan
tentang hasil yang telah diperoleh, terutama bentuk/peta yang dihasilkan serta luas areal
hasil pengukuran poligon jika dilakukan secara tertutup.
MODUL III
PENGUKURAN LUAS
39
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
A. KOMPETENSI UTAMA
Mahasiswa dapat memahami cara/metode perhitungan luas dan mengoperasikan dalam
peralatan pengukuran luas, yaitu planimeter, baik jenis manual maupun digital.
B. KOMPETENSI PENUNJANG
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan luas bangun, baik bangun
sederhana menyudut maupun tidak beraturan dengan menggunakan metode-metode
analitis/ bentuk bangun yang akan diukur, yaitu Metode Sympson, Metode Trapesium,
Metode Kubus, Metode Geometris dan Metode Lajur.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran-pengukuran luas praktis pada aktifitas
konstruksi/pekerjaan sipil yang berbeda.
C. PERALATAN
1. Planimeter Manual Tipe Roller KP-46
2. Planimeter Digital KP-90N
3. Planimeter Digital KP-92N
4. Kertas Milimeter
5. Alat alat tulis
4. Metode Grafis/Kubus/Kisi-Kisi
Perhitungan luas pada metode ini yaitu dengan menggunakan media bantu berupa kertas
milimeter untuk meletakkan bidang-bangun yang akan diukur luas, sesuai skala gambar
yang digunakan.
40
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
AREAL A
Skala 1 : 1.000
Areal A berskala 1 : 1.000 akan diukur dengan cara grafis dengan menghitung jumlah
kotak-kotak/kubus yang terdapat pada bangun tersebut.
a. Areal/Kotak dihitung jumlahnya.
b. Luas 1 kotak dihitung sesuai skala gambar.
c. Jumlah luas kotak merupakan total penjumlahan luas bentuk kubus tersebut.
d. Bagian tepi dengan batas tidak beraturan diestimasi secara grafis, kemudian
dihitung jumlah luas kotak-kotak batas tersebut.
e. Luas total merupakan jumlah luas kotak persegi dengan bangun dibatas
yang tidak beraturan tersebut.
5. Metode Grafis/Geometri
AREAL A
Skala 1 : 1.000
1
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4
Penggunaan metode ini juga dengan media kertas milimeter, gambar/areal yang akan
diukur dibagi kedalam bentuk-bentuk/bangun yang secara geometris dapat dihitung
dengan rumus luas bangun yang ada, misalnya segitiga atau trapesium.
6. Metode Trapesium
41
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
AREAL A
Skala 1 : 1.000
P Q
1
Strip
Penggunaan metode ini juga dengan media kertas milimeter, areal A dibagi kedalam 4
sub areal (4 strip) sehingga akan terdapat 5 garis potong (offset).
Perhitungan luas dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Luas = Lebar Strip * (rata-rata offset awal dan akhir + jumlah offset lainnya
Sebagai catatan, lebar strip dan panjang offset tergantung hasil ukur gambar sesuai
skala.
7. Metode Sysmpson
AREAL A
Skala 1 : 1.000
P Q
1
Strip
Pada metode ini, areal harus dibagi kedalam segmen-segmen dengan jumlah offset harus
ganjil. P dan Q merupakan titik-titik terluar.
Rumus perhitungan luas :
Luas = 1/3 lebar strip x [offset pertama + offset terakhir+2 (jumlah offset ganjil)
+ 4 (jumlah offset genap)]
42
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Atau :
8. Metode Koordinat
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk bangun ukur/bidang dengan
batas garis/sudut sehingga membentuk segi banyak (poligon) tertutup, yang semua titik-
titiknya memiliki koordinat masing-masing.
D
C 1515 1265
1999800 1397825
D 1105 1320
1105000 1320000
A 1000 1000
JUMLAH 5958200 5611025
2 x Luas = 5958200-5611025
= 347175 m2
sehingga,
347175
Luas = 173587,5 m2 = 17,3587 Ha
2
9. Metode Planimeter
a. Planimeter Manual (type roller planimeter)
1) Nomor planimeter dicatat.
2) Cek dan perhatikan skala gambar.
3) Catat tracer arm length (tergantung nomor planimeter)
4) Catat unit area (tergantung skala gambar yang digunakan)
5) Pengukuran dilakukan dengan putaran searah jarum jam.
Arah putaran planimeter
Titik start
A
B
Skala 1 : 1.000
Pada gambar di atas, penjejakan dimulai dari titik A searah jarum jam (ke kanan) dan
kembali ke titik A. Pencatatan pembacaan dilakukan setelah penjejakan kembali ke titik
awal.
Jika di dalam areal tersebut terdapat luasan yang harus dikeluarkan (dienclave), seperti
gambar B di atas, maka setelah tiba di titik A penjejakan dilanjutkan ke arah titik awal
44
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
di areal B dan dijejaki garis batas tersebut berlawanan jarum jam mengelilingi areal B,
setelah itu kembali ke titik A melalui garis yang sama ketika masuk ke areal B.
Revolution dial
5
6 4
6
7 3
8 2
5
8 1
0
Angka revolusi : antara 1 dan 2
Pembacaaan planimeter dilakukan minimal 3 kali, dan luas yang dicari adalah luas rata-
data dari sekian pembacaan, dengan mengetahui pula nilai Standar deviasi pengukuran
luas.
b. Planimeter Digital
1) Catat nomor planimeter : KP 90N atau KP 92N
2) Catat skala gambar
3) Untuk planimeter KP 90N luasan areal akan terlihat langsung dari bacaan pada
display alat (sesuai skala) dan unit yang dipilih pada alat.
4) Untuk planimeter KP 92N luas areal diperoleh dari perkalian luas pembacaan di
alat (cm2 ) atau (m2) dengan skala gambar.
5) Pengukuran dilakukan minimal tigal kali, diambil rata-rata serta dihitung nilai
standar deviasi.
45
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
E. KESIMPULAN
46
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
MODUL IV
MORFOMETRI DAN PENGENALAN GPS
A. MORFOMETRI
1. Pengertian Morfometri
Morfometri merupakan salah satu cabang dari ilmu survey dan pemetaan yang
mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan
satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
47
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
48
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
b. Grid
Membuat grid baru dalam 1 grid menjadi 4 x 4 bagian.
c. Garis Kontur
Membuat garis yang menghubungkan kontur.
49
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
1) Pada tiap grid yang baru, hitunglah beda tinggi dan kemiringan lereng.
2) Menentukan beda tinggi dengan menghitung banyaknya garis kontur yang ada
dalam 1 grid. Misalnya pada gambar di atas terdapat 13 buah garis kontur yang
berimpit dengan garis warna biru maka beda tinggi = (13-1) x interval kontur = 12
x 12.5 =150 m
50
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Pada gambar di bawah terdapat 7 buah garis kontur yang berimpit dengan garis warna biru
maka beda tinggi = (7-1) x interval kontur = 6 x 12.5 =75 m
Menentukan kemiringan dengan cara membandingkan antara beda tinggi dan jarak (jarak
ditentukan dari panjang garis x skala peta). Misalnya panjang garis = 0,9 cm maka jarak =
0.9 x 250 = 225 m sehingga kemiringan = 75/225 = 18
51
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
52
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
53
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Bila digabung kemungkinan ketiga kategori di atas, maka diperoleh kondisi alamiah suatu
medan menjadi :
54
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
55
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Peralatan yang dipakai dalam praktikum ini adalah GPS, papan tulis, kertas HVS,
kamera dan peralatan tulis.
56
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
4. Prosedural tracking
Akuisisi data tracking
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menyiapkan alat-alat yang
telah disebutkan sebelumnya. Langkah awal pengambilan data dalam praktikum ini
adalah menyalakan GPS terlebih dahulu dengan menekan tombol ON/OFF. Biarkan
GPS hidup beberapa saat agar GPS stabil. Kemudian langkah berikutnya adalah
menentukan suatu acuan lokasi sebagai pengambilan titik koordinat awal dengan
menggunakan GPS. Dengan menekan tombol mark, maka secara otomatis koordinat
titik awal tersebut akan terbaca oleh GPS. Kemudian, nama titik diganti dan setelah
selesai, tekan tombol oke. Titik yang terbaca dalam GPS tersebut meliputi titik lintang
selatan (S), bujur timur (E), dan ketinggian (elevasi). Data tersebut dicatat juga secara
manual sebagai data salinan apabila data yang terdapat dalam GPS terhapus. Langkah
berikutnya adalah mengambil foto lokasi ditentukannya titik tersebut dengan
menggunakan kamera yang telah dipersiapkan sebelumnya. Langkah tersebut dilakukan
sebagai penentuan titik kedua dan seterusnya sampai pada titik yang direncanakan
dengan jarak antar titik yang berbeda-beda. Sehingga didapatkan semua data titik
koordinat yang siap diolah ke dalam software.
Setelah melakukan akuisisi data, maka didapatkan 3 titik koordinat yang siap di
diolah ke dalam software. Titik tersebut adalah titik lintang selatan (S), bujur timur
(E) dan ketinggian (elevasi). Titik tersebut dimasukkan ke dalam software
MapSource. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka halaman awal
MapSource. Kemudian dipilih menu edit dan dipilih menu preference untuk
pengaturan pemilihan posisi, simbol dan lain sebagainya. Setelah ditentukan, klik
ok. Untuk memasukkan data koordinat dari data yang tersedia kedalam software
MapSource yaitu dengan cara memilih sub menu new waypoint pada menu edit.
Kemudian, data titik koordinat dimasukkan ke dalam menu position. Kemudian
setelah semua titik tersebut dimasukkan, maka dilanjutkan pendataan menggunakan
Google Earth. Dengan menggunakan Google Earth ini, maka dapat diketahui
informasi ketinggian lokasi yang telah dipetakan sebelumnya. Data ketinggian atau
elevasi tersebut, dicatat dengan cara manual yang kemudian dimasukkan ke dalam
software Surfer. Sehingga data tersebut dapat diolah dan menghasilkan sebuah peta
yang dapat membantu dalam Sistem Informasi Geografis.
b. Data Software
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan processing data koordinat ke
dalam software MapSource, Google Earth dan Surfer ini adalah memindahkan data
koordinat terlebih dahulu ke dalam exel agar lebih mudah untuk dibaca dan
dipindahkan. Software pertama yang digunakan adalah software MapSource.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka halaman awal MapSource.
Kemudian dipilih menu edit dan dipilih menu preference untuk pengaturan
pemilihan posisi, simbol dan lain sebagainya. Setelah ditentukan, klik ok. Untuk
memasukkan data koordinat dari data yang tersedia kedalam software MapSource
yaitu dengan cara memilih sub menu new waypoint pada menu edit. Kemudian,
data titik koordinat dimasukkan ke dalam menu position.
58
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Data yang dimasukkan tersebut adalah data 100 titik dari hasil praktikum. Berikut ini
merupakan data 100 titik koordinat yang telah dimasukkan ke dalam MapSource.
Setelah data tersebut dimasukkan, maka langkah berikutnya adalah mentukan elevasi
atau ketinggian menggunakan software Google Earth. Hasil dari data yang telah
diolah menggunakan Google Earth adalah sebagai berikut:
59
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Data yang dipakai hanyalah dua data terakhir. Jadi selain data tersebut, data dihapus.
Data pertama merupakan data longitude (x) dan data yang kedua merupakan data
latitude (y). Sedangkan data yang digunakan untuk data elevasi atau ketinggian (z),
penentuannya dilkukan secara manual yaitu dengan cra membuka kembali file data
50 titik pada MapSource kemudian melalui Google Earth elevasi dapat diketahui dan
dapat dilihat pada layar yang tersedia di sebelah kanan bawah. Data elevasi yang
dicatat adalah dalam satuan meter dan data yang tercatat dipastikan agar urut dan
sesuai dari titik yang dipetakan pertama hingga titik yang terakhir. Setelah itu, data
tersebut dimasukkan ke dalam software exel sebagai elevasi (z). Setelah data XYZ
siap untuk dimasukkan dan diolah ke dalam software surfer, baru dimulai
pengoperasian data menggunakan software surfer. Langkah pertama yang dilakukan
adalah membuka halaman baru surfer. Kemudian langsung pilih menu file, kemudian
dipilih menu new dan dipilih submenu worksheet.
60
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Gambar 4.11. Gambar halaman worksheet dengan data copy dari excel
Data yang terdapat pada excel dimasukkan ke dalam halaman worksheet pada
surfer. Setelah itu, data dalam worksheet tersebut disimpan untuk digunakan kembali
pada langkah selanjutnya. Setelah itu, klik plot 1 yang terdapat di sebelah kiri atas
pada halaman surfer. Maka akan muncul halaman yang mirip dengan dengan
halaman corel draw.
Langkah berikutnya untuk membuka data agar dapat diolah adalah melakukan grid
data. Caranya adalah dengan membuka menu grid pada menu yang telah tersedia
pada toolbar menu. Kemudian dipilih data maka akan muncul beberapa pilihan
data yang hendak digunakan. Dari beberapa pilihan tersebut, dipilih data yang
sebelumnya pernah disimpan dan klik ok. Maka akan muncul pengaturan data
yang terdiri dari data X, Y dan Z. Pada pengaturan tersebut, klik ok maka akan
muncul sebuah peringatan. Kemudian klik saja yes maka akan muncul sebuah
berita grid yaitu gridding report beserta sebuah peringatan. Pada peringatan diklik
ok sedangkan halaman gridding report disimpan. Data ini akan digunakan lagi
dalam pembuatan peta.
Gambar tersebut merupakan data gridding report yang hendak disimpan. Setelah
disimpan, maka dapat dilanjutkan untuk membuat kontur yang dimaksudkan dalam
praktikum ini. Selain itu juga dapat dilakukan dalam pemodelan dua dimensi.
61
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Caranya adalah dengan memilih menu map, kemudian dipilih menu new. Dalam
menu new terdapat beberapa pilihan model peta yang akan digunakan.
Biasanya tanpa harus memilih pada menu map, menu-menu tersebut sudah tersedia
pada baris ketiga menu bar. Sehingga langsung bisa diklik. Kemudian, setelah dipilih
contour map maka akan muncul data file yang dimaksudkan untuk dipilih grid file
mana yang hendak digunakan. Sebelumnya telah dilakukan penyimpanan gridding
report, maka file data tersebut dipilih dan klik open. Maka akan muncul sebuah
peta kontur yang dimaksudkan. Untuk memberi warna pada peta tersebut dapat
dilakukan dengan cara klik gambar tersebut. Kemudian akan muncul beberapa
pengaturan peta pada sebelah kiri halaman. Terdapat beberapa pengaturan yaitu
general, dimana disini dapat dipilih fill contours agar peta dapat berwarna.
Kemudian pada menu levels, fill color diubah pengaturannya menjadi rainbow
(sesuai prosedur). Maka, akan muncul warna pada gambar tersebut. Warna-warna
tersebut adalah merah, kuning, hijau dan biru. Biru merupakan warna yang
menunjukkan lokasi paling dalam atau dangkal. Sedangkan warna merah
menunjukkan lokasi yang paling tinggi.
Untuk membuat peta dengan 3D surface, dengan langkah yang sama seperti pada
pembuatan peta kontur, yaitu dengan memilih new 3D surface pada jenis map dan
dipilih data file yang sebelumnya telah disimpan. Kemudian klik open dan akan
muncul peta dengan tipe 3D. Jadi, pada gambar tersebut dapat terlihat secara jelas
ketinggian dari suatu lokasi tersebut serta bagaimana relief dari lokasi yang telah
terpetakan sebelumnya. Sebagai contoh, maka diperlihatkan contoh hasil pemetaan
menggunakan contour map dan 3D surface pada gambar 5.12. Pada gambar
tersebut akan terlihat pada gambar hasil pemetaan menggunakan contour map
hanya akan terlihat secara dua dimensi, yaitu koordinat X dan koordinat Y.
Sedangkan koordinat Z atau yang disebut dengan elevasi atau ketinggian hanya
berupa keterangannya saja. Sedangkan pada gambar hasil pemetaan menggunakan
3D surface akan terlihat secara tiga dimensi. Sehingga gambar akan terlihat jelas
jelas antara koordinat X, koordinat Y maupun koordinat Z. Selain itu, melalui
gambar hasil pemetaan menggunakan jenis peta 3D surface ini akan juga dapat
62
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
dilihat permukaan atau relief dari permukaan bumi yang telah dipetakan sebelumnya.
Berikut ini merupakan hasil akhir dari contoh pemetaan 100 data koordinat.
(a) (b)
Gambar 4.13. Gambar hasil pemetaan menggunakan (a) contour map dan
(b) 3D surface
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi GPS
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sinyal yang diterima oleh GPS maupun
kondisi dari alat GPS. Faktor faktor yang dapat menurunkan sinyal GPS dan
mempengaruhi hasil percobaan serta akurasi antara lain sebagai berikut:
a. Penundaan dari ionosfer dan troposfer. Sinyal satelit yang melewati atmosfer,
terutama lapisan troposfer dan ionosfer akan mengalami pelambatan.
b. Sinyal multipath. Hal ini terjadi ketika sinyal GPS ini terpantulkan dari objek seperti
gedung tinggi, permukaan batu besar maupun pepohonan yang rindang sebelum
mencapai penerima. Hal ini akan meningkatkan waktu perjalanan sinyal sehingga
menyebabkan kesalahan.
c. Kesalahan jam receiver, kesalahan orbital, geometri satelit dan lain lain.
63
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
64
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
65
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH UNTAD
TABEL DATA PENGUKURAN MENYIPAT DATAR (WATER PASSING)
(Pengukuran dilakukan searah)
Diukur oleh :
DATA UKUR MENYIPAT DATAR (BEDA TINGGI BELAKANG DAN MUKA) Tanggal :
Diukur Oleh :
DATA UKUR MENYIPAT DATAR (METODE TINGGI GARIS BIDIK) Tanggal :
70
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
Stambuk :
Kelas :
Telah mengikuti dan telah menyelesaikan seluruh praktikum survey dan pemetaan dengan
baik. Modul praktikum yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Palu, 2015
71
FORMAT LAPORAN
72
PELAPORAN UNTUK LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM SURVEY DAN PEMETAAN
73
Contoh Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Tanah :
Jarak
Luas penampang Luas penampang
No. memanjang Volume (m3)
2
(m2) rata-rata (m )
Titik (m)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
G= H=Ex
A B C D E F
DxF F
1 5,25 -
5,73 - 25 143,25
2 6,21 -
3,105 6,2 25 77,625 155
3 - 12,4
2,8 6,2 25 70 155
4 5,6 -
5,1 4,1 25 127,7 102,5
5 4,8 8,2
3,4 4,1 25 85 102,5
6 2,0 -
1,0 3,15 25 25 78,5
7 - 6,3
2,7 3,15 25 67,5 78,5
8 5,4 -
JUMLAH 596,75 672
75
76
77
78
TAMPILAN ALAT DAN
PETUNJUK
PENGGUNAAN/PENGAMBILAN DATA
79
Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2016
Lampiran 12. Kompas Type Brunton, mencakup penggunaan kompas dan klinometer
PENUNTUN PRAKTIKUM